BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Kota Bekasi merupakan salah satu kota yang terdapat di Provinsi Jawa Barat,

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III TINJAUAN KOTA BEKASI

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

BAB 3 KARAKTERISTIK LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

BAB IV GAMBARAN LOKASI

PROFIL KABUPATEN / KOTA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

BAB III Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

PENDAHULUAN Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

KARAKTERISTIK WILAYAH

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lampiran 1. Hirarki Wilayah Kota Bekasi Tahun 2003

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

KONDISI UMUM WILAYAH. Administrasi dan Teknis

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

BAB IV GAMBARAN UMUM

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

BAB IV GAMBARAN UMUM

Transkripsi:

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa. Kecamatan Bekasi yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bekasi mempunyai perkembangan yang pesat. Pesatnya perkembangan Kabupaten Bekasi menuntut adanya pemekaran Kecamatan Bekasi menjadi Kota Administratif Bekasi. Pembentukan Kota Administratif ini di tuangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahin 1981. Pada awal pembentukan ini Kota Administratif Bekasi hanya terdiri dari 4 kecamatan, yaitu kecamatan Bekasi Timur, Kecamatan Bekasi Barat, Kecamatan Bekasi Utara, dan Kecamatan Bekasi Selatan yang meliputi 18 kelurahan dan 8 desa. Peresmian Kota Administratif Bekasi dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 20 April 1982 dengan walikota pertama adalah H. Soedjono. Pada perkembangannya, Kota Administratif Bekasi mengalami Perkembangan yang cukup pesat. Oleh karena itu, status Kota Administratif Bekasi diubah menjadi Kotamadya (Kota) Bekasi. Hal ini diatur dalam Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1996 (http://bekasikota.go.id). 4.2. Wilayah Administrasi Sesuai dengan Perda Kota Bekasi Nomor 4 tahun 2004 tentang pembentukan wilayah Administrasi Kecamatan dan Kelurahan, Kota Bekasi terbagi atas 12 kecamatan yang terdiri dari 56 kelurahan. Sebelum mengalami pemekaran pada tahun 2005, Kota Bekasi memiliki 10 kecamatan yang terdiri dari 52 kelurahan. Kota Bekasi mempunyai luas wilayah sekitar 210,49 km 2, dengan Kecamatan Mustika Jaya sebagai wilayah yang terluas (24,73 km 2 ) sedangkan Kecamatan Bekasi Timur sebagai wilayah terkecil (13,49 km 2 ). Wilayah administrasi Kota Bekasi sebelum dan setelah mengalami pemekaran tertera pada Gambar 2 (a) dan Gambar 2 (b).

30 Batas-batas wilayah administrasi wilayah kota bekasi adalah: Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor Sebelah Barat : Kota Jakarta Timur Sebelah Timur : Kabupaten Bekasi (a) Gambar 2. Wilayah Administrasi Kota Bekasi Sebelum (a) dan Setelah Pemekaran (b) (b) 4.3. Kondisi Geografis Secara geografi Kota Bekasi berada pada posisi 106 0 55 Bujur Timur dan 6 0 7-6 0 15 Lintang Selatan, dengan ketinggian 19 m di atas permukaan laut. Letak Kota Bekasi yang sangat strategis merupakan keuntungan bagi kota Bekasi terutama dari segi komunikasi dan perhubungan. Kemudahan dan kelengkapan sarana dan prasarana transportasi di Kota Bekasi menjadi salah satu daerah penyeimbang DKI Jakarta (BAPPEDA Kota Bekasi, 2010).

31 4.4. Topografi Wilayah Kota Bekasi terletak pada ketinggian rata-rata kurang 25 m di atas permukaan air laut. Ketinggian kurang dari 25 meter berada pada Kecamatan Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Bekasi Timur, dan Pondok Gede, sedangkan ketinggian antara 25-100 meter di atas permukaan air laut berada di Kecamatan Bantargebang, Jatiasih dan Jatisampurna (BAPPEDA Kota Bekasi, 2005). 4.5. Iklim Sepanjang tahun 2009 keadaan di Kota Bekasi cenderung panas, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Februari yaitu masing-masing tercatat 311 mm dan 302 mm dengan hari hujan masing-masing 10 hari. Jumlah hujan terendah terjadi pada bulan Juli sebesar 0 mm, dengan kata lain tidak ada hari hujan sama sekali. Jumlah curah hujan yang tercatat sepanjang tahun 2009 adalah 1.518 mm (BAPPEDA Kota Bekasi, 2010). 4.6. Morfologi Keadaan morfologi wilayah Kota Bekasi umumnya relatif datar dengan kemiringan lahan bervariasi antara 0-2%. Wilayah Kota Bekasi tidak terdapat bukit dan secara keseluruhan kondisi morfologi lahannya adalah datar yang menyebar pada seluruh wilayah kecamatan di Kota Bekasi (BAPPEDA Kota Bekasi, 2005). 4.7. Hidrologi Wilayah Kota Bekasi dialiri 3 (tiga) sungai utama yaitu Sungai Cakung, Sungai Bekasi dan Sungai Sunter, beserta anak-anak sungainya. Sungai Bekasi mempunyai hulu di Sungai Cikeas yang berasal dari gunung dengan ketinggian kurang lebih 1.500 meter dari permukaan air laut. Air permukaan yang terdapat di wilayah Kota Bekasi meliputi sungai/kali Bekasi dan beberapa sungai/kali kecil serta saluran irigasi Tarum Barat yang selain digunakan untuk mengairi sawah juga merupakan sumber air baku bagi kebutuhan air minum wilayah Bekasi (kota dan kabupaten) dan wilayah DKI Jakarta. Kondisi air permukaan kali Bekasi saat ini tercemar oleh limbah industri

32 yang terdapat di bagian selatan wilayah Kota Bekasi (industri di wilayah Kabupaten Bogor). Kondisi air tanah di wilayah Kota Bekasi sebagian cukup potensial untuk digunakan sebagai sumber air bersih terutama di wilayah selatan Kota Bekasi, tetapi untuk daerah yang berada di sekitar TPA Bantargebang kondisi air tanahnya kemungkinan besar sudah tercemar. Kondisi air tanah yang terdapat di Bekasi Timur sebagian mengandung zat besi (BAPPEDA Kota Bekasi, 2005). 4.8. Jenis Tanah dan Geologi Struktur geologi wilayah Kota Bekasi didominasi oleh pleistocene volcanik facies. Struktur aluvium menempati sebagian kecil wilayah Kota Bekasi bagian utara sedangkan struktur miocene sedimentary facies terdapat di bagian timur wilayah Kota Bekasi sepanjang perbatasan dengan DKI Jakarta. Kedalaman efektif tanah sebagian besar di atas 91 cm. Jenis tanah latosol dan aluvial, serta tekstur tanah didominasi tekstur sedang dan halus. Komposisi perbandingan berdasarkan luasnya adalah: tekstur halus seluas 17.260 ha (82%), tekstur sedang seluas 3.368 ha (16%) dan tekstur kasar seluas 421 ha (2%) (BAPPEDA Kota Bekasi, 2005). 4.9. Kondisi Sosial Ekonomi Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk 2010, jumlah penduduk kota Bekasi angka sementara adalah 2.336.498 orang, yang terdiri1.182.496 lakilaki dan 1.153.993 perempuan. Penyebaran penduduk kota Bekasi masih di dominasi di empat kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu Kecamatan Bekasi Utara sebanyak 310.198 orang (13,28%), Bekasi Barat sebanyak 270.569 orang (11,58%), Bekasi Timur sebanyak 248.046 orang (10,62%), dan Kecamatan Pondok Gede sebanyak 246.413 orang (10,55%). Perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan di Kota Bekasi adalah sebesar 102, yang artinya jumlah penduduk laki-laki 2% lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Dengan luas wilayah 210,49 km 2 yang didiami oleh 2.336.489 orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota Bekasi adalah sebesar 11.100 jiwa per km 2. Wilayah yang paling padat penduduknya adalah

33 Kecamatan Bekasi Timur dimana Kepadatannya mencapai 18.387 jiwa per km 2 pada tahun 2010, sedangkan yang paling rendah kepadatan penduduknya adalah kecamatan Bantargebang yaitu 5.631 jiwa per km 2 (BPS Kota Bekasi, 2010). Upaya perbaikan di bidang pendidikan dilakukan melalui pengadaan sarana dan prasarana serta menyelenggarakan berbagai program pendidikan untuk meningkatkan kualitas guru. Jumlah sekolah dan guru bertambah tiap tahunnya. Data terakhir tercatat terdapat 773 SD/MI dengan jumlah guru 6.542 orang, 292 SLTP/MTs dengan jumlah guru 5.734 orang, 123 SMU/MA dengan jumlah guru 3.240 orang, dan 91 SMK dengan jumlah guru 1.922 orang. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, jumlah tenaga kerja pun turut meningkat. Berdasarkan catatan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bekasi, jumlah pencari kerja terdaftar pada tahun 2008 sebesar 42.376 orang sedangkan pada tahun 2009 sebesar 45.316 orang. Sebagian besar pekerja tersebut adalah mereka yang berpendidikan SLTA yaitu 28.311 orang dan Akademi/Universitas sekitar 14.968 orang (Dinas Tenaga Kerja Kota Bekasi, 2010). Sektor industri masih merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan daerah Kota Bekasi. Pada tahun 2009 jumlah perusahaan Industri Besar dan Sedang di Kota Bekasi berjumlah 221. Secara keseluruhan jumlah pekerja di sektor Industri Besar dan Sedang berjumlah 52.669 orang pada tahun 2009, dengan jumlah tenaga kerja di sub sektor Industri makanan dan minuman menempati jumlah pekerja tertinggi yaitu 8.910 pekerja (Dinas Tenaga Kerja Kota Bekasi, 2010). Dilihat dari struktur penduduk menurut mata pencaharian di Kota Bekasi, dapat diidentifikasikan jumlah penduduk yang bekerja pada tahun 2000 adalah sebesar 710.741 jiwa atau 42,72% dari jumlah penduduk Kota Bekasi. Pada tahun 2004 mengalami pengurangan yaitu sebesar 651.090 jiwa atau 34,01% dari jumlah penduduk Kota Bekasi. Jika dilihat dari jenis pekerjaannya pada tahun 2004 maka sektor yang banyak menyerap pekerjaan adalah industri pengolahan yaitu 193.822 jiwa atau 29,77% diikuti dengan jasa-jasa 151.324 (23,24%), perdagangan, hotel, dan restoran 127.866 (19,64), dan pengangkutan 86.488

34 (13,28), sedangkan sisanya seperti pertanian, pertambangan, bangunan, bank, mempunyai proporsi yang kecil (dibawah 5%). 4.10. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bekasi (2000-2010) Secara umum, pengembangan kawasan terbangun di Kota Bekasi diarahkan untuk menarik perkembangan fisik kota ke bagian Selatan yang selama ini belum terbangun sehingga dapat mewadahi kegiatan-kegiatan fungsional kota yang akan dikembangkan, baik perumahan, perdagangan dan jasa serta industri. Pada bagian Utara (dari jalan tol Jakarta-Cikampek) lebih merupakan pemantapan terhadap fungsi-fungsi yang telah ada. Pengembangan struktur tata ruang Kota Bekasi diarahkan terbentuknya empat wilayah pengembangan (WP) atau bagian wilayah kota (BWK), yaitu: BWK Pusat kota (Bekasi Timur, Bekasi Barat, Bekasi Selatan, Bekasi Utara), BWK Pondok Gede (Pondok Gede dan Jati Asih), BWK Bantar Gebang (Bantar Gebang dan sekitarnya), BWK Jati Sampurna (Jati Sampurna). Secara umum pengembangan perumahan di Kota Bekasi diarahkan pada terbentuknya kawasan-kawasan perumahan baru yang didasarkan pada intensitas pemanfaatan lahannya. Perumahan kepadatan tinggi dikembangkan terutama di BWK Pusat Kota dan sebagian BWK Pondok Gede yang selama ini sudah Berkembang. Perumahan Kepadatan sedang dikembangkan di sebagian BWK Pondok Gede, sebagian BWK Bantar Gebang, dan sebagian BWK Jati Sampurna. Perumahan Kepadatan rendah dikembangkan di sebagian BWK Bantar Gebang dan sebagian BWK Jati Sampurna. Secara spasial, pemanfaatan ruang kawasan terbangun di Kota Bekasi yang dikembangkan pada masa yang akan datang mempunyai pola pemanfaatan ruang yang berbeda yaitu: 1. Pola perkembangan linear (koridor) Barat-Timur pada BWK Pusat Kota dan BWK Pondokgede dengan intensitas pemanfaatan ruang yang makin tinggi ke Pusat Kegiatan Kota yang selama ini telah berkembang. Pola pemanfaatan ruang pada kawasan ini menjadi kesatuan yang tak terpisahkan dari perkembangan poros barat-timur dalam wilayah Jabotabek, yang menjadikan jaringan jalan arteri

35 primer yang menghubungkan Pusat Kota Bekasi dengan DKI Jakarta dan Pusat Kota Bekasi dengan Cikarang sebagai porosnya. 2. Pola linear Utara-Selatan diterapkan pada BWK Bantar Gebang dan Jati Sampurna. Dalam hal ini jaringan jalan kolektor yang ada pada kedua BWK tersebut merupakan poros perkembangan kawasan terbangun kota. Di BWK Jatisampurna (koridor Pondokgede- Jatisampurna), kawasan perdagangan dan jasa dikembangkan sejalan dengan pengembangan kawasan-kawasan perumahan baru yang menggunakan koridor tersebut sebagai akses utamanya. Di BWK Bantar Gebang, kegiatan industri akan menjadi penarik perkembangan linear pada koridor Selatan tersebut yang diikuti oleh perdagangan dan jasa untuk melayani kebutuhan lokal kawasan-kawasan perumahan yang dikembangkan di sekitarnya. Pola pemanfaatan ruang kawasan/ruang terbuka hijau di Kota Bekasi ditujukan untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, indah, bersih dan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan, serta menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat. Kawasan hijau pertamanan kota pengembangannya diarahkan secara tersebar dikaitkan dengan peruntukan pada kawasan terbangun kota sehingga tercipta keserasian dan keseimbangan lingkungan. Kawasan hijau rekreasi dan olahraga (lapangan olah raga) pengembangannya diarahkan tersebar sesuai dengan jenis dan skala pelayanannya. Kawasan hijau pemakaman pengembangannya diarahkan pada bagian Selatan kota (BWK Bantar Gebang dan Jati Sampurna). Kawasan hijau jalur hijau pengembangannya diarahkan sepanjang jalur sungai (berfungsi sebagai garis sempadan sungai) jalan utama kota dan jalur rel kereta api. Kawasan hijau pekarangan pengembangannya diarahkan pada kawasan perumahan kepadatan sedang dan perumahan berkepadatan rendah (BAPPEDA Kota Bekasi, 2005).