BAB I PENDAHULUAN. memudahkan untuk dapat berhubungan dengan orang lain. masyarakat untuk berkomunikasi yaitu melalui teleconference.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum dan bukan. negara atas kekuasaan, maka kedudukan hukum baru ditempatkan di atas

BAB I PENDAHULUAN. tabu untuk dilakukan bahkan tidak ada lagi rasa malu untuk

BAB I PENDAHULUAN. ketika teknologi komunikasi belum berkembang di negara kita. langsung dengan dunia luar akan mempengaruhi perubahan sosial.

BAB III PENUTUP. terhadap saksi dan korban serta penemuan hukum oleh hakim.

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemeriksaan keterangan saksi sekurang-kurangnya disamping. pembuktian dengan alat bukti keterangan saksi.

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bangsa mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. kasus korupai yang terungkap dan yang masuk di KPK (Komisi. korupsi telah merebak ke segala lapisan masyarakat tanpa pandang bulu,

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan masalah guna memberikan petunjuk pada permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. diperiksa oleh hakim mengenai kasus yang dialami oleh terdakwa. Apabila

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik bidang hukum, sosial, politik, ekonomi dan budaya. Dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat

III. METODE PENELITIAN. Upaya untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam melakukan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pidana (KUHAP) adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,

I. PENDAHULUAN. Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif.

BAB I PENDAHULUAN. Ketika mendengar Berita Kriminal Sergap di RCTI, sekilas. dan penjelasan yang panjang sehingga membuat pendengar atau pemirsa

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana-mana. Sejarah membuktikan bahwa hampir tiap Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

METODE PENELITIAN. penelitian guna dapat mengolah dan menyimpulkan data serta memecahkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

PENERAPAN SANKSI PIDANA BAGI PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. Skripsi. Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

Presiden, DPR, dan BPK.

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah suatu permasalahan yang terjadi tidak hanya di dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I. Dalam kehidupan bernegara yang semakin komplek baik mengenai. masalah ekonomi, budaya, politik, keamanan dan terlebih lagi masalah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat secara merata oleh segenap lapisan masyarakat. 1. dibentuknya Pemerintah Negara Indonesia yang tercantum dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis alat bukti seperti yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan hukum dan penegakkan hukum yang sah. pembuatan aturan atau ketentuan dalam bentuk perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi. pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa.

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak dan kewajiban orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal ini dapat dibuktikan dalam Pasal

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

BAB I PENDAHULUAN. bertransformasi dalam bentuk-bentuk yang semakin canggih dan

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan tentang pelanggaran (overtredingen), kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. ciptaan makhluk hidup lainnya, Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan dengan disertai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam konstitusi Indonesia, yaitu Pasal 28 D Ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah: hubungannya dengan peran kepolisian dalam penyidikan Tipiring.

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. pada tahap interogasi / penyidikan sering terjadi tindakan sewenang-wenang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sering terjadi tindak

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

BAB I PENDAHULUAN. melanggar hukum, termasuk anak bisa melakukan tindakan yang melawan

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

III. METODE PENELITIAN. Metode pendekatan penelitian yang digunakan penulis dalam tesis ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia merupakan Negara Hukum yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang

KEKUATAN VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENGUNGKAP TERJADINYA TINDAK PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan bermasyarakat sering terjadi kekacauan-kekacauan,

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

III METODE PENELITIAN. menelaah hukum serta hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum,

BAB I PENDAHULUAN F. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini dirasakan semakin pesat, terutama teknologi di bidang komunikasi dan informasi. Perkembangan teknologi tersebut membawa pengaruh besar pula pada kehidupan dalam masyarakat, salah satu contohnya adalah penggunaan satelit untuk komunikasi. Melalui satelit bisa diketahui perkembangan di berbagai belahan dunia melalui berbagai media, seperti televisi, telepon selular atau Hand Phone, Internet dan masih banyak media komunikasi yang lain yang memudahkan untuk dapat berhubungan dengan orang lain. Pada saat sekarang teknologi memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk berkomunikasi yaitu melalui teleconference. Sebelumnya masyarakat hanya dapat berbicara atau mendengar suara dari seseorang yang jauh keberadaan secara langsung melalui pesawat telepon saja. Dengan teknologi teleconference ini kita tidak hanya mendengar suara orang lain yang jauh tempatnya untuk berkomunikasi, tetapi juga menyajikan gambar secara virtual (menyajikan gambar orang yang diajak untuk berkomunikasi pada saat itu juga), sehingga seolah-olah berhadapan dengan lawan bicara, walaupun sebenarnya keberadaan lawan bicara itu jauh dari tempatnya berada.

2 Teknologi virtual ini sudah dikenal di Indonesia sejak era 90-an, pada saat itu Presiden Soeharto masih berkuasa. Beliau sering mengadakan acara Tele Wicara yang disiarkan langsung oleh TVRI secara rutin tiap bulannya. Dalam acara tersebut Presiden Soeharto menggunakan media televisi dan telepon (pihak TVRI bekerja sama dengan Telkom) untuk dapat langsung berbicara dengan rakyat yang ada di belahan lain nusantara. Presiden Soeharto berada di Jakarta dan rakyat yang diajak berdialog berada di Kalimantan misalnya, dengan media teleconference tersebut seoalah-olah rakyat berbicara dan bertatap muka secara langsung dengan Presidennya. Perkembangan teknologi melalui teleconference sebagai media komunikasi membawa dampak yang sangat besar di Indonesia khususnya di bidang hukum. Pemanfaatan teknologi teleconference di bidang hukum di Indonesia di mulai pada saat persidangan kasus penyimpangan dana nonbudgeter Bulog atas nama terdakwa Rahardi Ramelan. Saat itu B.J Habibie yang menjadi saksi dalam kasus tersebut tidak dapat dihadirkan ke persidangan karena saat itu B.J Habibie sedang berada di Hamburg, Jerman dan tidak dapat datang ke Indonesia dengan alasan menunggu istrinya yang sedang sakit di rumah sakit Jerman. 1 Dengan alasan tersebut kemudian pihak Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berinisiatif untuk mengambil jalan pintas dengan mengadakan suatu teleconference whitness atau kesaksian secara teleconference. Kesaksian teleconference tersebut diadakan di kantor Konsulat 1 Sidang Teleconference Habibie, 2 Juli, www.kcm.com, 14 September 2006.

3 Jendral Indonesia di Hamburg, Jerman dan disiarkan secara lansung oleh salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia. Setelah pemberian kesaksian melalui teleconference yang dilakukan oleh B.J Habibie, selanjutnya giliran saksi-saksi kasus pelanggaran berat Hak Asasi Manusia (HAM) di Timor-Timur yang meminta Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat untuk mengambil kesaksian mereka secara teleconference demi alasan keamanan dan efisiensi waktu. Dalam hal ini PN Jakarta Pusat dengan berbagai pertimbangan itu akhirnya mengabulkan permintaan mereka untuk mengambil kesaksian dari saksi-saksi tersebut secara teleconference. Kesaksian teleconference tersebut dilaksanakan di kota Dili, sementara terdakwa duduk di kursi pesakitan PN Jakarta Pusat. 2 Begitu pula dengan persidangan Abu Bakar Ba asyir, terdakwa kasus pengeboman beberapa gereja di malam Natal tahun 2000 dan rencana pembunuhan kepada Megawati yang pada saat itu masih menjabat sebagai Wakil Presiden. Saksi-saksi yang akan didengarkan kesaksiannya dalam persidangan tersebut berada di Singapura dan status mereka adalah tahanan pihak kepolisian negara Singapura. Pemeriksaan melalui teleconference tersebut didasarkan pada surat penetapan Majelis Hakim PN Jakarta Pusat yang diketuai oleh Muhamad Saleh bernomor 547/Pid.B/2003/PN Jakpus. Dalam surat penetapan itu disebutkan bahwa Jaksa Penuntut Umum (JPU) Hasan Madani dan Firdaus Dewilmar diizinkan untuk melakukan pemeriksaan sejumlah saksi di Singapura dan Malaysia melalui teleconference, meskipun 2 Reda Manthovani, Problematika dan Solusi Penanganan Kejahatan Cyber di Indonesia, hlm. 88.

4 hal itu tidak dikenal dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum acara Pidana (KUHAP), 3 oleh karena itu digunakanlah media teleconference untuk memberikan kesaksian pada persidangan Abu Bakar Ba asyir. Para saksi memberikan keterangannya dari bekas gedung Kementrian Dalam Negeri Singapura kepada sidang yang digelar di PN. Jakarta Pusat. Kesaksian yang disampaikan melalui media teleconference seperti contoh yang ada merupakan langkah yang besar dan baru di dalam dunia hukum, khususnya hukum acara di Indonesia. Indonesia merupakan satusatunya negara di dunia yang menggunakan teknologi teleconference untuk jalannya persidangan (dalam hal ini mendengarkan kesaksian dari saksi dalam acara sidang) di pengadilan. Penggunaan teknologi teleconference ini memang tidak sepenuhnya disetujui oleh pakar-pakar hukum dan praktisi hukum di Indonesia. Satu sisi menyetujui kesaksian yang disampaikan secara teleconference tersebut, sedangkan banyak pula dari kalangan pakar dan praktisi hukum yang tidak setuju apabila kesaksian dari seorang saksi dilakukan secara teleconference atau tidak hadir secara langsung didalam acara persidangan. Hal tersebut dikarenakan memang saat ini belum ada suatu kesepakatan hukum dari para praktisi hukum untuk menetapkan ketentuan yang menyatakan bahwa suatu keterangan saksi dalam bentuk teleconference dapat dijadikan sebagai kesaksian yang sah di pengadilan yang dapat dipersamakan dengan kesaksian secara langsung di muka persidangan. 3 Pemeriksaan Saksi Perkara Ba asyir Digelar lewat Teleconference,www.compas.com, 14 september 2006.

5 Dari uraian diatas penulis ingin mengetahui lebih jauh mengenai keabsahan kesaksian teleconference sebagai alat bukti di depan persidangan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah alasan diselenggarakannya kesaksian secara Teleconference dalam Persidangan? 2. Apakah yang menjadi syarat diterimanya kesaksian melalui teleconference agar bisa dijadikan alat bukti yang sah dan dapat diterima sebagai alat bukti di dalam persidangan berdasarkan KUHAP? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk memperoleh data tentang alasan diselenggarakan kesaksian secara teleconference dan syarat diterimanya kesaksian secara teleconference agar bisa dijadikan alat bukti yang sah di dalam persidangan berdasarkan KUHAP.

6 D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Guna menambah pengetahuan dan wawasan mengenai keabsahan kesaksian teleconference menurut KUHAP. 2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi kemajuan ilmu pengetahuan yang dapat berguna untuk memahami penemuan ilmu pengetahuan mengingat perkembangan jaman. E. Keaslian Penelitian Dengan ini penulis menyatakan bahwa penulisan hukum/skripsi ini merupakan hasil karya penulis dan belum pernah diteliti oleh orang lain tetapi apabila pernah ada yang menulis atau meneliti topik yang sama maka penulisan hukum/skripsi ini merupakan pelengkap dari yang sebelumnya telah ada tersebut. F. Batasan Konsep 1. Keabsahan adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan diukur apakah sesuatu itu sah atau tidak. 2. Alat Bukti adalah alat bukti yang terdapat dalam pasal 184 ayat (1) KUHAP yakni : a) Keterangan Saksi b) Keterangan ahli

7 c) Surat d) Petunjuk e) Keterangan Terdakwa Dalam penulisan ini dikhususkan pada alat bukti keterangan saksi. 3. Keterangan saksi adalah keterangan seorang saksi yang mengalami, melihat atau mendengar peristiwa yang terjadi. 4. Teleconference adalah pembicaraan atau pertemuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang dilakukan melewati telephone atau koneksi jaringan dengan siaran langsung tatap muka jarak jauh. 5. Peradilan Pidana adalah penyelenggaraan kekuasan kehakiman yang diselenggarakan negara untuk menyelesaikan masalah / sengketa hukum pidana. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang berfokus pada peraturan dan bahan hukum sebagai data utama. 2. Sumber Data Sekunder a. Bahan Hukum Primer, yaitu berupa Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu berupa buku-buku, hasil penelitian dan pendapat hukum.

8 c. Bahan Hukum Tersier, yaitu berupa Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris, atau Kamus Hukum. 3. Metode Pengumpulan Data Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab secara lisan dengan nara sumber tentang hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan. 4. Wawancara Mengadakan wawancara langsung dengan narasumber yakni dengan Walfred Pardamean, S.H dan hakim di Pengadilan Negeri Yogyakarta untuk memperoleh data yang diperlukan guna untuk penulisan hukum. 5. Metode Analisis Data yang diperoleh dalam penelitian kepustakaan maupun lapangan diolah dan dianalisis secara kualitatif, artinya analisis yang dilakukan dengan memahami dan mengkaji data yang telah dikumpulkan secara sistematis sehingga diperoleh suatu gambaran mengenai masalah atau keadaan yang akan diteliti. Data yang diperoleh dari kepustakaan maupun lapangan baik secara lisan maupun tertulis, kemudian diarahkan, dibahas dan diberi penjelasan dengan ketentuan yang berlaku, kemudian disimpulkan dengan metode deduktif yaitu suatu pola pikir yang didasarkan pada suatu fakta yang bersifat umum, kemudian ditarik kesimpulan pada suatu fakta yang bersifat khusus.

9 H. Sistematika Penulisan Skripsi ini dibagi beberapa bagian yang setiap bagian menjelaskan dan menguraikan objek penelitian sebagai suatu rangkaian bahasan secara sistematis. Sistematik penulisan ini terdiri dari : BAB I. PENDAHULUAN Membahas tentang latar belakang penulis melakukan penulisan ini, perumusan masalah yang diteliti, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, batasan konsep penelitian, serta metode penelitian yang dilakukan penulis. BAB II. KEABSAHAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI MELALUI TELECONFERENCE Membahas tentang tinjauan umum mengenai alat bukti, keabsahan pembuktian, pengertian dan manfaat penggunaan system teleconference, alasan diselenggarakannya kesaksian teleconference, dan syarat kesaksian yang sah. BAB III. PENUTUP Memuat tentang kesimpulan yang didapat dari penelitian yang dilakukan dan saran penulis atas penelitian tersebut.