BAB I PENDAHULUAN. Informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan, sering menjadi target

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agent

BAB I PENDAHULUAN. agensi yaitu manajer melalui tindakan oportunis manajemen untuk kepuasannya,

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate governance telah menjadi topik bahasan utama dalam. bisnis global seiring dengan meningkatnya kompleksitas dan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan mengungkapkan hubungan antara pemilik (principal) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders) melalui laporan keuangan. Laporan keuangan adalah

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau kinerja manager. Informasi tentang laba dapat digunakan

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan laba rugi, menurut Financial Accounting Standard Board atau FASB

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2013) tujuan laporan keuangan. pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan sebuah tempat untuk memperdagangkan atau

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan perusahaan (Yustini dan Cholis, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

ISNI WIYATMI B

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi nilai perusahaan dianggap semakin sejahtera pula pemiliknya.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal pendirian suatu perusahaan, biasanya pemilik perusahaan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh laba semaksimal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang telah go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia wajib

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. dilakukan oleh manajemen adalah manajemen laba (earnings management),

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi tersebut berisikan mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber

BAB I PENDAHULUAN. transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan.

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal)

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

PENGARUH KECAKAPAN MANAJERIAL TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN KOMPOSISI DEWAN KOMISARIS SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI. ( Skripsi ) Oleh DAVID SAPUTRA

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kinerja suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi. Menurut IAI (2011) tujuan

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah ringkasan dari pencatatan transaksi - transaksi

BAB I PENDAHULUAN. berguna bagi keputusan bisnis ( FASB, 1978). Informasi yang umumnya

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai. yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. internal (Belkaoi, 2006 dalam Prastiti, 2013). 1, informasi laba merupakan sasaran utama dalam menilai kinerja dan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan tempat perdagangan saham dari

BAB I PENDAHULUAN. (manajer). Proksi Discretionary Accrual (DA) merupakan salah satu cara untuk

I. PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perusahaan yang semakin meningkat, pemilik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme good corporate governance. komisaris independen, dan komite audit terhadap nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

BAB I PENDAHULUAN. alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan operasionalnya. Saat ini semua perusahaan wajib membuat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan arus informasi di era globalisasi ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Principal (pemegang saham) dengan Agent (manajerial) dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas laba dapat dipandang dalam dua sudut. Pandangan pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan mengenai praktik manajemen laba (earnings management)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) tersebut akan. menimbulkan permasalahan keagenan (agency problem).

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan jangka panjang perusahaan adalah untuk mengoptimalkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang,

BAB I PENDAHULUAN. melihat kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Nilai perusahaan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB I PENDAHULUAN. harus terus meningkatkan eksistensinya agar dapat bertahan. Perusahaan dituntut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak pengelola dan konsumennya. Fact Book Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan, sering menjadi target rekayasa melalui tindakan oportunis manajemen untuk memaksimumkan kepuasaannya, tetapi dapat merugikan para pemegang saham atau investor. Tindakan oportunis ini dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba perusahaan dapat diatur, dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan keinginannya. Tindakan oportunis ini dimaksudkan untuk mengatur laba sesuai dengan keinginannya dan dikenal dengan istilah manajemen laba (earnings management). Manajemen laba merupakan salah satu bahasan yang menarik untuk dijadikan penelitian. Beberapa hasil penelitian terdahulu membuktikan manajer menggunakan kebijakan pengelolaan akrual untuk berbagai alasan. Healy (1985) dalam Isnugrahadi dan Kusuma (2009) menemukan bahwa manajer menggunakan akrual diskresioner ini untuk meningkatkan kompensasi yang ingin mereka terima. Manajer juga menggunakan manajemen laba untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dengan cara menurunkan pajak ataupun mengurangi regulatory costs (Healy, 1996).

2 Isnugrahadi dan Kusuma (2009) mengemukakan bahwa seorang manajer merupakan pelaku utama manajemen laba, akan tetapi penelitian untuk menguji pengaruh kecakapan manajer terhadap manajemen laba sepanjang pengetahuan peneliti sangat jarang dilakukan. Penelitian ini menarik untuk dilakukan guna menjawab pertanyaan seperti, apakah semakin cakap seorang manajer akan berarti manajer tersebut tidak melakukan manajemen laba atau semakin cakap seorang manajer maka akan semakin banyak melakukan tindakan manajemen laba. Sebagai perilaku opportunistic, manajer memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi. Penelitian terkait dengan motivasi bonus menyatakan bahwa manajer berusaha memanipulasi laba untuk memaksimalkan nilai sekarang dari pembayaran bonus (Houlthausen, 1995). Healy (1985) dalam Purwanti (2010) menemukan bahwa manajer juga menggunakan akrual diskresioner ini untuk meningkatkan kompensasi yang ingin mereka terima. Sampai saat ini, masih sedikit yang menguji tentang faktor kecakapan manajer, mungkin karena terkait dengan susahnya alat pengukur kecakapan manajerial ini. Demerjian dkk. (2006) memperkenalkan pengukuran kecakapan manajerial di bidang keuangan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Mereka mencoba menguji pengaruh kecakapan manajerial dalam bidang keuangan dengan kualitas laba. Dalam penelitiannya tersebut, Demerjian dkk.(2006) menyarankan agar variabel kecakapan manajerial ini diuji pengaruhnya terhadap variabelvariabel lainnya, salah satunya adalah manajemen laba. Kemudian Isnugrahadi dan Kusuma (2009) juga menyarankan agar menggunakan variabel pemoderasi lainnya. Salah satunya adalah komposisi dewan komisaris terkait dengan tidak

3 signifikannya kualitas auditor sebagai variabel pemoderasi untuk menguji pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba dalam penelitiannya. Saran Isnugrahadi dan Kusuma (2009) mendorong penulis untuk menguji kembali hubungan antara kecakapan manajerial dengan manajemen laba, tetapi bukan dengan kualitas auditor melainkan dengan komposisi dewan komisaris sebagai variabel pemoderasinya. komposisi dewan komisaris adalah posisi terbaik untuk mengawasi sistem perusahaan dan merupakan salah satu indikator Good Corporate Governance (GCG) diharapkan mampu untuk menekan motivasi manajer dalam melakukan manajemen laba, dikarenakan adanya peluang-peluang untuk memaksimalkan bonus yang diperoleh manajer apabila berhasil membawa perusahaan mendapatkan target laba yang diinginkan. Gunarsih dan Hartadi (2002) dalam Tutut (2010) mengemukakan bahwa dewan komisaris secara luas dipercaya memainkan peranan penting khususnya dalam memonitor manajemen tingkat atas. Dewan komisaris bertugas untuk menjamin terlaksananya strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas (FCGI, 2003). Sejalan dengan yang dilakukan oleh Demerjian, dkk.(2006), variabel kecakapan manajerial ini akan diukur dengan menggunakan DEA. Manajer dituntut untuk memiliki keahlian yang cukup agar semua judgment dapat dilakukan dengan baik. Keahlian dapat dimiliki apabila manajer mempunyai tingkat intelegensia yang tinggi, tingkat pengalaman manajer yang cukup di bidangnya, dalam hal ini bidang keuangan, dan tingkat pendidikan yang cukup tinggi.

4 Manajer yang cakap dan mampu membuat keputusan-keputusan yang memberi nilai tambah bagi perusahaan adalah salah satu kunci kesuksesan sebuah perusahaan. Tetapi mengharapkan seorang manajer yang akan selalu melaporkan laba yang berkualitas adalah hal yang naif. Sugiri (2005) dalam Isnugrahadi dan Kusuma (2009) mengatakan bahwa ada dua prasyarat yang harus ada agar manajemen selalu jujur dalam melaksanakan tugasnya. Pertama, kultur organisasional harus mendukung pengambilan keputusan yang etis. Kedua, manajemen harus memiliki pemotivator untuk selalu bertindak jujur. Prasyarat lain agar manajemen selalu jujur dalam melaksanakan tugasnya adalah apabila manajer dan pemegang saham memiliki informasi dengan jumlah dan kualitas yang sama. Pada kenyataannya, manajer mempunyai informasi yang lebih beragam dan lebih baik kualitasnya dibandingkan dengan para pemegang saham. Tindakan manajer juga tidak dapat diamati langsung secara terus-menerus oleh para pemegang saham. Pada kondisi ini, seorang manajer mempunyai informasi tersembunyi yang bisa dieksploitasi demi kepentingan pribadi manajer. Perilaku oportunis ini biasanya dimanfaatkan manajer untuk mendapatkan bonus yang besar. Pada perilaku oportunis ini, manajer yang cakap, otomatis paham dengan kondisi bisnis di perusahaannya akan dapat melihat komponen akrual yang ada untuk memaksimalkan bonusnya. Hal ini ditambah dengan adanya fleksibilitas dari standar akuntansi yang memperbolehkan manajemen untuk memilih metodametoda dan judgment akuntansi yang sesuai dengan kondisi bisnis di perusahaannya. Pada saat yang sama, terjadi asimetri informasi yang mendorong manajemen untuk melakukan manajemen laba. Seorang manajer yang cakap-yang

5 termotivasi melakukan tindakan oportunis ini akan lebih mampu memanfaatkan peluang-peluang yang ada untuk melakukan manajemen laba. Isnugrahadi dan Kusuma (2009) mengemukakan bahwa pada umumya seorang manajer berbagai perusahaan dalam penelitian tentang manajemen laba diasumsikan mempunyai kesempatan dan kemampuan yang sama dalam melakukan praktik manajemen laba. Asumsi ini sebenarnya tidak tepat karena banyak faktor yang membedakan kemampuan dan kesempatan manager tersebut. Sweeney (1994) mengungkapkan bahwa keputusan akuntansi tahun sebelumnya yang dibuat perusahaan akan membatasi pilihan-pilihan akuntansi yang dihadapi oleh manager pada saat ini, sedangkan Dechow dkk. (1995) mengatakan bahwa struktur internal governance perusahaan sebagai faktor yang membatasi kemampuan dan kesempatan manager dalam melakukan rekayasa laba. Salah satu faktor tersebut adalah peran pengawasan dewan komisaris dalam mewujudkan good corporate governance untuk memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham dan kreditor sehingga mereka yakin akan memperoleh return atas investasinya. Dewan komisaris memiliki kewajiban dan bertugas untuk menjamin terlaksananya strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas (FCGI, 2003). Lebih jauh lagi, komisaris independen yang merupakan bagian dari dewan komisaris sangat berperan dalam meminimumkan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen. Komisaris independen ini diharapkan mampu untuk mendorong dan menciptakan iklim yang lebih objektif, serta dapat menempatkan kesetaraan (fairness) sebagai prinsip utama dalam memperhatikan kepentingan pemegang saham minoritas dan

6 stakeholders lainnya. Komisaris independen memikul tanggung jawab untuk mendorong secara proaktif agar dewan komisaris dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengawas dan penasehat direksi dapat memastikan perusahaan memiliki strategi bisnis yang efektif, memastikan perusahaan memiliki eksekutif dan manajer yang profesional, memastikan perusahaan memiliki informasi, sistem pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik, memastikan perusahaan mematuhi hukum dan perundangan yang berlaku maupun nilai-nilai yang ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya, memastikan resiko dan potensi krisis sehingga selalu diidentifikasi dan dikelola dengan baik serta memastikan prinsip-prinsip dan praktek good corporate governance dipatuhi dan diterapkan dengan baik (FCGI, 2003). Oleh karena itu, keberadaan komisaris independen dalam perusahaan diharapkan dapat menjamin laporan keuangan yang menggambarkan informasi sesungguhnya mengenai operasi perusahaan sehingga dapat mencegah praktik manajemen laba. Berbeda dengan berbagai penelitian sebelumnya, variabel komposisi dewan komisaris yang ditempatkan sebagai variabel independen, tetapi pada penelitian ini variabel komposisi dewan komisaris ditempatkan sebagai variabel pemoderasi dalam hubungan antara kecakapan manajerial dan manajemen laba. Penggunaan variabel komposisi dewan komisaris sebagai variabel pemoderasi didasarkan pada penekanan terhadap masalah konflik kepentingan antara manajer (agent) dengan investor (principal). Komposisi dewan komisaris sebagai wujud dari pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) diharapkan mampu menekan motivasi seorang manajer dalam melakukan manajemen laba karena adanya fungsi monitoring yang baik terhadap kinerja manajemen.

7 Penelitian ini dimotivasi dengan adanya hasil yang tidak signifikan dari kualitas auditor pada hubungan antara kemampuan manajerial terhadap manajemen laba di penelitian sebelumnya. Penulis mengikuti saran dari Isnugrahadi dan Kusuma (2009) untuk menggunakan variabel pemoderasi lainnya guna melihat variabel pemoderasi manakah yang signifikan mempengaruhi hubungan kecakapan manajerial terhadap manajemen laba, salah satunya adalah komposisi dewan komisaris. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini akan mengambil judul: Pengaruh Kecakapan Manajerial terhadap Manajemen Laba dengan Komposisi Dewan Komisaris sebagai Variabel Pemoderasi. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah kecakapan manajerial memiliki pengaruh terhadap manajemen laba? 2. Apakah komposisi dewan komisaris memiliki pengaruh terhadap hubungan kecakapan manajerial dengan manajemen laba? 1.3 Batasan Masalah 1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan termasuk kategori perusahaan manufaktur selama periode 2009-2011 dalam mata uang rupiah. 2. Variabel kecakapan manajerial akan diukur dengan Data Envelopment Analysis (DEA) yaitu dengan cara membagi output perusahaan dengan input perusahaan. Output perusahaan berupa penjualan. Sedangkan input perusahaan berupa total asset, jumlah tenaga kerja, Days COGS in Inventory (DCI), dan Days Sales Outstanding (DSO).

8 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah kecakapan manajerial memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. 2. Untuk mengetahui apakah komposisi dewan komisaris memiliki pengaruh terhadap hubungan kecakapan manajerial dengan manajemen laba. 1.5 Manfaat Penelitian Dari tujuan-tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.5.1 Manfaat Teoretis Penelitian ini dapat memberikan bukt i empiris dan memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama penelitian yang berkaitan dengan peran manajer pada praktik manajemen laba, selain itu penelitian ini memberikan informasi mengenai karakteristik perusahaan yang melakukan manajemen laba dari sisi keuangan. 1.5.2 Manfaat Praktis penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian mendatang mengenai peran kecakapan manajerial terhadap manajemen laba. Terutama faktor kecakapan manajerial yang belum banyak diteliti di Indonesia dan menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pemilik perusahaan dalam mencegah manajemen laba.