Adhitya Aji Candra 1*, Budi Setiawan 1, dan M. Rizal M. Damanik 1

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

SHOOL FEEDING. By Tiurma Sinaga

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

PEMBERIAN TABLET FE DAN ASUPAN ZAT GIZI TERHADAP STATUS ANEMIA PADA MURID SDN 20 RUMBIA KABUPATEN MAROS

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

PERUBAHAN POLA KONSUMSI DAN STATUS GIZI MAHASISWA PUTRA DAN PUTRI TPB IPB TAHUN 2005/2006 PESERTA FEEDING PROGRAM

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

PENGARUH SUPLEMENTASI ZAT BESI DAN ASAM FOLAT TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DENGAN ANEMIA DI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA TESIS

BAB I PENDAHULUAN. populasi penduduk telah terjadi di seluruh dunia. Proporsi penduduk lanjut

Pengetahuan Gizi dan Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Penderita Anemia setelah Mendapatkan Suplementasi Besi dan Pendidikan Gizi

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

Melewatkan sarapan dapat menyebabkan defisit zat gizi dan tidak dapat mengganti asupan zat gizi melalui waktu makan yang lain (Ruxton & Kirk, 1997;

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Tidak pernah. Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap

Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian. No. Variabel Kategori Pengukuran 1.

22,02%, 23,48% dan 22,45% (Sarminto, 2011). Kejadian anemia di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurun menjadi 18,90%. Berbeda dengan provinsi, kejadian

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. prevalensi balita pendek kurus dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONTRIBUSI MAKANAN DI SEKOLAH DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR LUTHFI RAKHMAWATI

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

KUESIONER PENELITIAN

-LATAR BELAKANG- Akan menurunkan kemampuan fisik dan prestasi akademik. Upaya pemerintah: suplementasi zat besi

Hasil dan Pembahasan Tabel 1. Distribusi Karakteristik Sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat

PERUBAHAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU JAJAN ANAK SEKOLAH MELALUI PENYULUHAN GIZI DI SDN PASANGGRAHAN 2, PURWAKARTA MAHARANI JULFRINA RAHMA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

PERBEDAAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA SIANG HARI ANTARA ANAK TAMAN KANAN-KANAK DI SEKOLAH DENGAN MODEL SCHOOL FEEDING DAN NON SCHOOL FEEDING

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

MANFAAT ZAT BESI UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. dapat diperoleh melalui survei konsumsi pangan. Penilaian survei konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER KALSIUM PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI DEPOK

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

EFEKTIVITAS JUS JAMBU BIJI TERHADAP PERUBAHAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BACEM KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 10 MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA PADA MURID SEKOLAH DASAR DI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

HUBUNGAN ANTARA BIOAVAILABILITAS INTAKE ZAT BESI DENGAN STATUS ANEMIA REMAJA DI YOGYAKARTA DAN PADANG SAIDA BATTY

PENGARUH PEMBERIAN KUDAPAN TERHADAP STATUS GIZI DAN STATUS ANEMI SISWA SDN PASANGGRAHAN 2 PURWAKARTA

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

PENGARUH KONSUMSI BELIMBING MANIS TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN, KEJADIAN KONSTIPASI DAN TEKANAN DARAH PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KLATEN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

EFEKTIFITAS EDUKASI GIZI TERHADAP PERBAIKAN ASUPAN ZAT BESI PADA REMAJA PUTRI

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu keluarga, masyarakat maupun pemerintah harus memberikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

PENGARUH BUKU SAKU TERHADAP TINGKAT KECUKUPAN GIZI PADA REMAJA (Studi Di SMA Teuku Umar Semarang Tahun 2016)

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masuk dalam daftar Global Burden of Disease 2004 oleh World

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

KAJIAN ANEMIA PADA SISWI SMA DI KABUPATEN SEMARANG

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

EFEK SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN DAN HEMATOKRIT MAHASISWI TPB IPB

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE VISUAL AIDS TERHADAP SIKAP TENTANG JAJANAN SEHAT PADA SISWA KELAS V DI SDN NOGOTIRTO SLEMAN YOGYAKARTA

Transkripsi:

ISSN 1978-1059 Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2013, 8(2): 103 108 PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN GIZI, DAN SUPLEMENTASI BESI TERHADAP STATUS GIZI, PENGETAHUAN GIZI, DAN STATUS ANEMIA PADA SISWA SEKOLAH DASAR (The Effect of Snack Feeding, Nutrition Education, and Iron Suplementation to Nutritional Status, Nutrition Knowledge, and Anemia Status in Elementary School Students) Adhitya Aji Candra 1*, Budi Setiawan 1, dan M. Rizal M. Damanik 1 1 Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680 ABSTRACT The objective of this research were to analyze the effect of snack feeding, nutrition education, and iron supplementation to nutritional status, nutrition knowledge, and anemia status in elementary school students. The study was conducted in SDN Palasari 02 Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. The design of this study was pre-post intervention study. The number of subjects were 81 students. The result showed that snacking did not give significant improvement on nutritional status (p>0.05). Nutrition education was significant in improving nutrition knowledge (p<0.05), while iron supplementation intake gave a significant improvement on anemia status (p<0.05). Keywords: anemia status, nutrition knowledge, nutritional status, snack food ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pemberian makanan jajanan, pendidikan gizi, dan suplementasi besi terhadap status gizi, pengetahuan gizi, dan status anemia pada siswa sekolah dasar. Penelitian dilaksanakan di SDN Palasari 02 Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desain penelitian yang digunakan adalah pre-post intervention study dengan menggunakan 81 subjek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan jajanan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap status gizi (p>0.05). Pendidikan gizi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan gizi (p<0.05), sedangkan pemberian suplemen besi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap status anemia (p<0.05). Kata kunci: makanan jajanan, pengetahuan gizi, status anemia, status gizi * Korespondensi: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680. Email: adhityaajicandra@yahoo.co.id JGP, Volume 8, Nomor 2, Juli 2013 103

Candra dkk. PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Periode usia sekolah merupakan bagian dari tahapan dalam siklus hidup manusia yang sangat menentukan kualitas SDM. Namun, status gizi, tingkat pengetahuan gizi, dan adanya masalah gizi lainnya merupakan masalah yang terjadi pada anak sekolah dasar. Menurut laporan Riskesdas tahun 2007, prevalensi nasional anak usia sekolah kurus sebesar 13.3% pada laki-laki dan 10.9% pada perempuan. Pada sekolah dasar negeri, memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan kurang dengan persentase sebesar 86.4%. Prevalensi anemia di Provinsi Jawa Barat pada kelompok usia anak dan remaja yang berusia 5 14 tahun adalah sebesar 18.8%. Adanya masalah tersebut diperlukan penanganan yang cukup serius. Intervensi perlu dilakukan untuk memperbaiki kualitas SDM pada usia sekolah. Penanganan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki status gizi adalah pemberian makanan jajanan. Selain harga yang murah, menurut Syarifah (2010), kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi sehari siswa sebesar 30% energi dan 22.3% protein. Pendidikan gizi merupakan intervensi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pengetahuan gizi. Anak sekolah mudah menerima upaya pendidikan gizi. Suplementasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki status anemia. Pemberian suplementasi merupakan pendekatan dasar pertama untuk pencegahan anemia defisiensi besi. Untuk menciptakan SDM yang berkualitas, dibutuhkan peran serta masyarakat dan pihak swasta. Keterlibatan pihak swasta, saat ini sangat dimungkinkan mengingat pihat swasta juga memiliki program yang disebut dengan CSR (Corporate Social Responsibility). Departemen Gizi Masyarakat IPB bekerja sama dengan PT Ajinomoto Indonesia meluncurkan program kantin sehat. Program ini bertujuan menyediakan jajanan bergizi dan sehat bagi anak sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian makanan jajanan, pendidikan gizi, dan suplementasi besi terhadap status gizi, pengetahuan gizi, dan status anemia pada siswa sekolah dasar. METODE Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah pre-post intervention study. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program yang berjudul Peningkatan Status Gizi dan Kesehatan Anak Sekolah melalui Peningkatan Mutu dan Keamanan Makanan Jajanan Kantin. Penelitian ini dilakukan di SDN Palasari 02 Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 sampai Pebruari 2013. Jumlah dan Cara Penarikan Subjek Jumlah subjek diperoleh dengan hasil 59 subjek (Lemeshow & David 1997). Peneliti menggunakan estimasi drop out sebesar 10%, sehingga diperoleh jumlah subjek minimal sebesar 65 orang. Pada awal penelitian jumlah seluruh subjek sebanyak 104, dengan jumlah masing-masing kelas 4, 5, dan 6 sebesar 41 subjek, 36 subjek, dan 27 subjek. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi ((1) merupakan siswa kelas 4, 5, dan 6 SDN Palasari 02, (2) terdiri dari laki-laki dan perempuan, (3) bersedia mengisi kuesioner, (4) bersedia diambil darah untuk penentuan kadar hemoglobin dalam darah) resmi menjadi subjek dalam penelitian ini, yaitu sebesar 100 subjek. Sebelum diberikan intervensi atau perlakuan, dilakukan pengambilan data baseline. Perlakuan diberikan setiap hari kepada subjek selama tiga bulan. Kemudian setelah tiga bulan dilakukan pengambilan data endline. Dalam proses pemberian intervensi dan pengambilan data endline terjadi drop out sehingga pada akhirnya diperoleh subjek sebesar 81. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer yang digunakan adalah baseline dan endline data pada penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program. Data primer yang dikumpulkan yaitu karakteristik siswa (jenis kelamin, umur, uang saku, status gizi, pengetahuan gizi, dan status anemia), pola konsumsi makanan sumber zat besi, kandungan gizi dan daya terima makanan jajanan, serta kadar hemoglobin dalam darah. Data sekunder yang dikumpulkan yaitu keadaan umum SDN Palasari 02. Data karakteristik siswa diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner. Data status gizi menggunakan data berat badan dan tinggi badan yang diukur melalui penimbangan dan pengukuran. Data pola konsumsi makanan sumber zat besi diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan Food Frequency Questionnaires (FFQ) semi kuantitatif. Data kandungan gizi makanan jajanan didapat berdasarkan perhitungan makanan jajanan yang dihasilkan dari bahan utama maupun tambahan. Data daya terima makanan jajanan diperoleh dengan formulir uji penerimaan. Status gizi diperoleh berdasarkan IMT/U. Data pengetahuan gizi subjek diperoleh dengan menilai jawaban yang diberikan subjek terhadap 20 pertanyaan meliputi pengetahuan tentang zat-zat gizi secara umum, fungsi zat gizi, akibat defisiensi dan kelebihan zat gizi dan perilaku hidup sehat. Data kadar hemoglobin subjek 104 JGP, Volume 8, Nomor 2, Juli 2013

Makanan Jajanan dan Status Anemia Siswa Sekolah Dasar diperoleh dengan cara pengambilan darah untuk kemudian dianalisis kadar hemoglobin, yang dilakukan oleh tenaga puskesmas menggunakan instructtion manual automatic electric hemoglobin meter (Hb meter). Intervensi diberikan selama tiga bulan. Sebelum diberikan intervensi, dilakukan pengambilan data status gizi, pengetahuan gizi, dan pengambilan darah yang merupakan data baseline. Selanjutnya subjek diberi intervensi, yakni pemberian makanan jajanan, pendidikan gizi, dan suplementasi zat besi. Suplementasi zat besi diberikan kepada subjek dua minggu sebelum pengambilan data endline, sebelumnya diberikan obat cacing untuk mengurangi gangguan absorpsi. Setelah tiga bulan intervensi, dilakukan pengambilan data endline. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan statistik menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 16 for Windows. Untuk mengetahui perubahan status gizi, pengetahuan gizi, dan status anemia sebelum dan setelah intervensi digunakan uji statistik paired t test. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subjek Jenis kelamin. Subjek dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah yang terdiri dari siswa kelas 4, 5, dan 6 dengan proporsi berbeda pada setiap kelas. Jumlah subjek dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 37 siswa atau 45.68% dari total subjek keseluruhan. Subjek dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 44 siswa atau 54.32% dari total subjek keseluruhan. Usia. Kisaran usia subjek yaitu 9 13 tahun, dengan rata-rata usia yaitu 11 tahun. Sebagian besar subjek berada pada usia 12 tahun dengan persentase sebesar 37.04%. Hanya sebesar 6.17% dari seluruh subjek berusia 9 tahun. Sebesar 29.63% berada pada usia 10 tahun. Persentase terendah atau paling kecil berada pada usia 9 dan 13 tahun, yaitu 6.17%, dan sebanyak 20.99% subjek berusia 11 tahun. Uang saku. Berdasarkan sebaran uang saku subjek, maka uang saku (Rp/minggu) dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu rendah ( 3 000), sedang (3 001 5 000), dan tinggi (>5 000). Sebagian besar uang saku subjek berada pada tingkat rendah atau rentang 3 000 dengan persentase 74.07% sebanyak 60 subjek. Berdasarkan hasil penelitian Syafitri et al. (2009), lebih dari separuh siswa mengalokasikan uang sakunya untuk keperluan membeli makanan jajanan. Status Gizi Status gizi subjek ditentukan dengan menggunakan indikator indeks masa tubuh berdasarkan usia (IMT/U), indikator ini digunakan pada anak usia 5 tahun hingga 19 tahun. Tabel 1 menunjukkan bahwa 80.25% subjek berstatus gizi normal. Kisaran z-score siswa SDN Palasari 02 yaitu -4.6 2.3. Kategori status gizi siswa SDN Palasari 02 secara berurutan yaitu 2.47% kategori status gizi sangat kurus, 8.64% berstatus gizi kurus, 7.41% status gizi overweight, dan 1.23% status gizi obese. Rata-rata z-score perempuan sebesar -0.70 dan laki-laki sebesar -0.48. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak ada berbedaan yang signifikan antara status gizi perempuan dengan laki-laki dan usia subjek dengan kelompok status gizi (p>0.05). Hasil penelitian Kustiyah et al. (2006) menyatakan kecenderungan bahwa laki-laki memiliki peluang lebih besar untuk mengalami kurang gizi (underweight) dibandingkan perempuan. Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi subjek berada pada ketiga kategori, yaitu kurang (85.19%), sedang (13.58%), dan baik (1.23%) (Tabel 2). Hasil uji beda menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan gizi perempuan dan laki-laki (p>0.05), Tabel 1. Sebaran Jenis Kelamin dan Usia Subjek Berdasarkan Status Gizi Status gizi Sebaran Sangat kurus Kurus Normal Overweight Obese Total n % n % n % n % n % n % Jenis kelamin: Perempuan 0 0.00 4 4.94 38 46.91 2 2.47 0 0.00 44 54.32 Laki-laki 2 2.47 3 3.70 27 33.33 4 4.94 1 1.23 37 45.68 Usia: 9 tahun 0 0.00 0 0.00 5 6.17 0 0.00 0 0.00 5 6.17 10 tahun 0 0.00 3 3.70 20 24.69 1 1.23 0 0.00 24 29.63 11 tahun 0 0.00 2 2.47 14 17.28 1 1.23 0 0.00 17 20.99 12 tahun 1 1.23 2 2.47 23 28.40 3 3.70 1 1.23 30 37.04 13 tahun 1 1.23 0 0.00 3 3.70 1 1.23 0 0.00 5 6.17 JGP, Volume 8, Nomor 2, Juli 2013 105

Candra dkk. namun terdapat perbedaan antara kelas 4, 5, maupun kelas 6 (p<0.05). Status Anemia Rata-rata kadar hemoglobin subjek perempuan dan laki-laki sebesar 9.54 g/dl dan 9.80 g/dl. Kadar hemoglobin merupakan indikator status anemia. Anak usia 5 11 tahun, sudah dikatakan anemia jika kadar Hb dalam darah <11.5 g/dl dan anak usia 12 14 tahun, sudah dikatakan anemia jika kadar Hb dalam darah <12 g/dl (WHO 2011). Hasil uji beda menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status anemia subjek perempuan dengan laki-laki (p>0.05). Hasil uji beda menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan usia subjek antara kelompok status gizi (p>0.05). Hasil ini mendekati dengan hasil penelitian Sinha et al. (2008) di India pada anak usia 6 35 bulan menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada penelitian tersebut sangat tinggi yaitu 80.3%, dimana lebih dari seperempat anak termasuk anemia tingkat ringan (27.7%), separuh anak termasuk anemia tingkat sedang (51.3%), dan 1.3% anak termasuk ke dalam kategori anemia tingkat berat. Konsumsi Makanan Sumber Zat Besi Bahan makanan sumber zat besi yang dikonsumsi subjek dapat dilihat pada Tabel 3. Total konsumsi zat besi dalam makanan sebesar 10.55 mg/ hari. Persentase konsumsi zat besi terhadap kecu- Tabel 2. Sebaran Jenis Kelamin dan Kelas Subjek Berdasarkan Pengetahuan Gizi Sebaran Jenis kelamin: Pengetahuan gizi Baik Sedang Kurang Total n % n % n % n % Perempuan 0 0.00 5 6.17 39 48.15 44 54.32 Laki-laki 1 1.23 6 7.41 30 37.04 37 45.68 Kelas: Bahan Pangan Kelas 4 0 0.00 2 2.47 28 34.57 30 37.04 Kelas 5 0 0.00 1 1.23 28 34.57 29 35.80 Kelas 6 1 1.23 8 9.88 13 16.05 22 27.16 Tabel 3. Rata-rata Konsumsi dan Sumbangan Zat Besi Rata-rata (Frekuensi/bulan) Konsumsi g/hari Asupan Fe (mg) Nilai Absorpsi Asupan Fe (mg) Kacang ijo 22 6 0.37 0.05 0.02 Kacang kedelai 36 3 0.19 0.05 0.01 Kacang merah 5 1 0.06 0.05 0.00 Tempe 59 33 3.30 0.05 0.16 Daging sapi 8 2 0.08 0.13 0.01 Hati sapi 2 1 0.08 0.13 0.01 Telur ayam (kuning) 49 9 0.66 0.13 0.08 Telur asin 5 3 0.21 0.13 0.03 Ikan mas 12 7 0.71 0.13 0.09 Ikan mujair 6 2 0.15 0.13 0.02 Rebon 7 1 0.12 0.13 0.02 Udang 6 1 0.07 0.13 0.01 Bayam 27 13 0.77 0.05 0.04 Daun melinjo 7 2 0.09 0.05 0.00 Pir 14 30 1.88 0.05 0.09 Madu 5 1 0.12 0.13 0.01 Bakwan 35 23 1.69 0.05 0.08 Total 10.55 0.69 Rata-rata kecukupan per anak per hari 16.73 0.89 % Terhadap kecukupan 64.04 77.72 106 JGP, Volume 8, Nomor 2, Juli 2013

Makanan Jajanan dan Status Anemia Siswa Sekolah Dasar kupan zat besi sebesar 64.04%. Tempe merupakan makanan yang menyumbangkan zat besi terbesar, yaitu 3.30 mg dalam sehari, sedangkan paling rendah menyumbangkan zat besi adalah kacang merah, daging sapi, hati sapi, ikan mujair, rebon udang, daun melinjo, dan madu sebesar 0.10 mg. Rata-rata pangan yang sering dikonsumsi dan makanan paling banyak dikonsumsi dalam satu hari oleh subjek adalah tempe sebesar 59 kali dalam sebulan dan 33 g/hari. Makanan yang terbuat dari kacang kedelai ini merupakan makanan yang mudah didapat, ditambah dengan harga yang relatif murah. Makanan yang paling sedikit dikonsumsi subjek sebesar 1 g/hari yaitu kacang merah, hati sapi, rebon, udang, dan madu. Persentase total zat besi yang diabsorpsi tubuh sebesar 0.69 mg, sedangkan rata-rata kecukupan per anak per hari sebesar 0.89 mg/hari, sehingga nilai persentase terhadap kecukupan zat besi yang diabsorpsi oleh tubuh sebesar 77.72%. Angka ini masih kurang dari kecukupan gizi yang seharusnya. Diduga kekurangan konsumsi zat besi oleh subjek yang mengakibatkan sebagian besar subjek menderita anemia gizi besi. Makanan yang berasal dari pangan hewani jarang diberikan kepada anak-anak di daerah sosioekonomi rendah (Jiang et al. 2009). Daya Terima dan Kandungan Gizi Makanan Jajanan Rata-rata daya terima subjek terhadap makanan jajanan sangat baik yaitu sebesar 95.33%. Persentase daya terima tertinggi subjek adalah terhadap jajanan donat coklat, jelly, martabak mini, nasi putih ayam, nasi uduk daging, roti bakar, dan singkong keramas (100.00%). Persentase daya terima terendah adalah terhadap jajanan mie goreng (89.81%). Daya terima jajanan mie goreng yang rendah disebabkan karena beberapa subjek kurang menyukai jajanan mie goreng. Pada penelitian ini, selama kurang lebih tiga bulan subjek diberi makanan jajanan. Dalam satu hari diberikan dua makanan jajanan yang berbeda, yaitu makanan manis dan asin. Nilai rata-rata kandungan energi sebesar 269 Kal, protein sebesar 5.39 g, vitamin A sebesar 75.65 RE, dan zat besi sebesar 0.96 mg. Nilai energi tertinggi terdapat pada makanan jajanan mie goreng dan bolu kukus. Nilai protein tertinggi terdapat pada lemper kuning dan putri ayu. Nilai vitamin A tertinggi terdapat pada makanan jajanan nasi kuning dan krupuk. Nilai zat besi tertinggi terdapat pada makanan jajanan nasi goreng dan putri ayu serta lemper kuning dan putri ayu. Kontribusi Zat Gizi Makanan Jajanan terhadap AKG Kontribusi zat gizi makanan jajanan terhadap Angka Kecukupan Gizi (AKG) merupakan rata-rata kontribusi zat gizi semua makanan jajanan yang diberikan kepada subjek terhadap AKG. Energi, protein, vitamin A, dan zat besi adalah zat gizi yang dihitung kontribusinya. Kontribusi zat gizi tertinggi dari makanan jajanan yaitu vitamin A (14.49%). Kontribusi zat gizi lainnya dari makanan jajanan terhadap AKG subjek antara lain energi sebesar 13.08%, protein sebesar 10.28%, dan zat besi sebesar 6.56%. Hasil penelitian Yasmin dan Madanijah (2010) menunjukkan bahwa rata-rata kontribusi energi dari konsumsi jajanan siswa SD lebih dari 20%. Pengaruh Pemberian Makanan Jajanan terhadap Status Gizi Berdasarkan hasil uji statistik paired t test, tidak terdapat perubahan yang signifikan status gizi (IMT/U) antara sebelum dan setelah intervensi pemberian makanan jajanan selama kurang lebih tiga bulan (p>0.05), namun pemberian makanan jajanan meningkatkan z-score subjek. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi pemberian makanan jajanan dinilai tidak berpengaruh terhadap status gizi (IMT/U). Distribusi subjek berdasarkan status gizi subjek sebelum dan setelah intervensi secara lebih rinci dapat dilihat pada Gambar 1. Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap Pengetahuan Gizi Rata-rata tingkat pengetahuan gizi subjek sebelum dan setelah intervensi pemberian pendidikan gizi adalah sebesar 47.53% (kurang) dan 67.59% persentase 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% 80.25% 79.01% 13.58% 2.47% 8.64% 3.70% 7.41% 2.47% 1.23% 1.00% Sangat kurus Kurus Normal Overweight Obese Awal Akhir Gambar 1. Perbedaan Status Gizi Sebelum dan Setelah Intervensi Pemberian Makanan Jajanan JGP, Volume 8, Nomor 2, Juli 2013 107

Candra dkk. (baik). Peningkatan tingkat pengetahuan gizi subjek sebesar 20.06%. Berdasarkan hasil uji statistik paired t test, terdapat perubahan pengetahuan gizi yang signifikan antara sebelum dan setelah intervensi (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa intervensi pendidikan gizi yang diberikan selama sebelas hari memberikan pengaruh terhadap pengetahuan gizi subjek. Hasil penelitian Maiburg et al. (2003), menunjukkan bahwa pendidikan gizi meningkatkan pengetahuan gizi aktual subjek. Pengaruh Suplementasi Besi terhadap Status Anemia Uji statistik paired t test yang dilakukan pada status anemia subjek menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah intervensi (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa suplementasi zat besi berpengaruh terhadap status anemia subjek. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Silva et al. (2003) pada anak usia 5 sampai 10 tahun di Colombo, Srilanka yang menunjukkan bahwa suplementasi besi secara signifikan memperbaiki status anemia dengan meningkatkan kadar hemoglobin dan serum ferritin. Hasil penelitian Iannotti et al. (2006), mengatakan bahwa pemberian suplemen besi memberikan pengaruh terhadap konsentrasi hemoglobin. Gibney (2008) juga mengatakan bahwa suplementasi zat besi merupakan salah satu pencegahan dan pengendalian anemia karena defisiensi zat besi. KESIMPULAN Pemberian makanan jajanan tidak memberikan pengaruh terhadap status gizi subjek, namun terdapat kecenderungan meningkatkan kontribusi asupan zat gizi. Pendidikan gizi memberikan pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan gizi subjek, sedangkan suplementasi besi memberikan pengaruh terhadap status anemia, yaitu meningkatkan kadar hemoglobin subjek. Sebaiknya pemerintah setempat menjadikan pendidikan gizi sebagai mata pelajaran sekolah dasar. Suplementasi besi perlu dilakukan secara rutin kepada siswa sekolah dasar mengingat jumlah penderita anemia di sekolah dasar masih tinggi. DAFTAR PUSTAKA Gibney JG et al. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. alih bahasa. Andry Hartono; editor edisi bahasa Indonesia. Palupi Widyastuti. Erita Agustin Hardiyanti. EGC, Jakarta. Iannotti LL, Tielsch JM, Black MM, & Black RE. 2006. Iron supplementation in early childhood: health benefits and risks. Am J Clin Nutr 84, 1261 76. Jiang JX et al. 2008. Vitamin A deficiency and child feeding in Beijing and Guizhou, China. World Journal of Pediatrics, 4(1), 20 25. Kustiyah L, Syarief H, Hardinsyah, Rimbawan, & Suradijono SH. 2006. Pengaruh Intervensi Makanan Kudapan terhadap Peningkatan kadar Glukosa Darah dan Daya Ingat Anak Sekolah Dasar. Bogor. Media Gizi & Keluarga, 30(1), 42 57. Lemeshow S & David WHJ. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan (terjemahan). Gajahmada University Press, Yogyakarta. Maiburg BHJ, Rethans JE, Schuwirth LWT, Mathus LMH, & Ree JW. 2003. Controlled trial of effect of computer-based nutrition course on knowledge and practice of general practitioner trainees. Am J Clin Nutr 77, 1019S 24S. Silva A, Sunethra A, Irangani W, & Namanjeet A. 2003. Iron supplementation improves iron status and reduces morbidity in children with or without upper respiratory tract infections: a randomized controlled study in Colombo, Sri Lanka. Am J Clin Nutr, 77, 234 41. Sinha et al. 2008. Epidemiological correlates of nutritional anemia among children (6 35 months) in rural Wardha, Central India. Indian J Med Sci, 62(2), 45 54. Syarifah. 2010. Kebiasaan Jajan serta Kontribusi E- nergi dan Zat Gizi Makanan Jajanan terhadap Kecukupan Gizi Siswa Sekolah Dasar [skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Syafitri Y, Syarief H, & Baliwati YF. 2009. Kebiasaan jajan siswa sekolah dasar (studi kasus di SDN Lawanggintung 01 Kota Bogor). Jurnal Gizi dan Pangan, 4(3), 167 175. [WHO] World Health Organization. 2011. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and assessment of severity. http://www. who.int/vmnis/indicators/haemoglobin.pdf. [4 Feb 2013]. Yasmin G & Madanijah S. 2010. Perilaku penjaja pangan jajanan anak sekolah terkait gizi dan keamanan pangan di Jakarta dan Sukabumi. Jurnal Gizi dan Pangan, 5(3), 148 157. 108 JGP, Volume 8, Nomor 2, Juli 2013