BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PSAk No. 31 (2007 : 31 pasal 1) sebagai berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan. lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh penghasilan yang lebih besar di masa yang akan datang. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laba bersih adalah kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh biaya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin banyak perusahaan sekuritas yang tumbuh di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

BAB I PENDAHULUAN. penjualan saham kepada publik dengan tujuan untuk mempertahankan kelancaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemegang saham biasa (earning available for common stockholders) yang

BAB II LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penilaian terhadap kondisi. Pengertian laporan keuangan menurut beberapa ahli :

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan merupakan sarana yang digunakan perusahaan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan dunia usaha bagi perusahaan yang sudah Go Public semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Stice, at al, (Pasadena, 2013) Dividen adalah pembagian kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana serta menawarkan surat berharga dengan cara listing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang. atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh dengan mengadakan analisis atau interprestasi terhadap data

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Telaah pustaka tersebut berasal dari berbagai sumber yaitu text book

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan akhir dari investor perorangan maupun badan usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. penelitian ini yang membahas tentang Profitabilitas, Kebijakan Dividen, dan Nilai

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Brigham dan Houston (2007) isyarat atau signal adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. selisih antara harga beli dan harga jual saham, sedangkan yield merupakan cash. biasanya dalam bentuk deviden (Jones, 2002:124).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tiga tujuan utama yaitu kelanjutan hidup perusahaan (going concern), laba

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu hal yang dapat menunjukkan trend negatif dalam pergerakan saham

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham merupakan instrumen keuangan yang paling diminati. masyarakat dan populer untuk diperjualbelikan di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi di masa yang akan datang. (Jones, 2004). Tujuan kegiatan investasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sartono (2008: 281) kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan laporan yang berisikan

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. tersebut. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan Price to Book Value

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2014). Stice et al (2005) dalam Suharli (2007) mengartikan dividen sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. alternatif bagi perusahaan (Lubis, 2006). Dari sudut pandang ekonomi, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. luas. Banyak orang yang menginvestasikan uang mereka dalam pasar modal, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen merupakan bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya, tanpa melihat return perusahaan maupun

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimalkan laba. Laba secara operasional merupakan perbedaan antara

BAB I PENDAHULUAN. macam aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aset rill (tanah, emas, satu tahun, seperti saham dan oblogasi.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tiga tujuan utama yaitu kelanjutan hidup perusahaan (going concern),

BAB I PENDAHULUAN. terkait penghitungan pajak. Kreditur, misalnya supplier dan pihak bank

BAB I PENDAHULUAN. Banyak negara (termasuk Indonesia) menganggap sektor industri sebagai motor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Bank dan Perusahaan Perbankan Menurut PSAk No. 31 (2007 : 31 pasal 1) sebagai berikut : Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Hal tersebut tampak dalam kegiatan pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana. Setelah keluar UU Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998, maka jenis perbankan terdiri dari : a. Bank Umum Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil. b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah

yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya di sini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum. Sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank sehari-hari tidak akan terlepas dari bidang keuangan. Kegiatan perbankan secara sederhana dapat dikatakan adalah menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat umum. 2. Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah produk dari manajemen dalam rangka mempertanggungjawabkan penggunaan sumber daya dan sumber dana yang dipercayakan kepadanya (Syahyunan, 2004 : 22). Definisi laporan keuangan dalam SAK (2007 : 1 pasal 7) sebagai berikut : Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Menurut Munawir (2004 : 2) pengertian laporan keuangan adalah: Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menyajikan informasi yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan mengenai posisi keuangan, kinerja perusahaan, perubahan ekuitas, arus kas dan informasi lain yang

merupakan hasil dari proses akuntansi selama periode akuntansi dari suatu kesatuan usaha. b. Tujuan Laporan Keuangan Menurut IAI (2007 : 4) laporan keuangan bertujuan untuk : 1) Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2) Laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. 3) Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Menurut Harahap (2004 : 133) digambarkan tujuan laporan keuangan dengan membaginya menjadi dua yaitu : 1) Tujuan Umum Menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima. 2) Tujuan khusus Memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban serta informasi lainnya yang relevan. Jadi tujuan utama laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna untuk mengambil keputusan ekonomi. Selain itu laporan keuangan juga bertujuan untuk melaporkan kegiatan perusahaan yang mempengaruhi masyarakat yang dapat ditentukan, dijelaskan dan diukur dan penting bagi peran perusahaan dalam lingkungan masyarakat.

c. Jenis-jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen perusahaan menurut IAI (2007 : 13) terdiri dari : 1) Neraca (Balance sheet) 2) Laporan Laba Rugi (Income Statement) 3) Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow) 4) Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Charge in Equity) 5) Catatan Atas Laporan Keuangan (Notes to Financial Statement) Jenis dari laporan keuangan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Neraca Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu. Neraca mempunyai tiga unsur laporan keuangan yaitu aktiva, kewajiban dan ekuitas. Sisi sebelah kiri menunjukkan aktiva, sedangkan sisi sebelah kanan menunjukkan kewajiban dan ekuitas. Aktiva dapat diklasifikasikan menjadi lima bagian yaitu aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap, aktiva tidak berwujud dan aktiva lainlain. Kewajiban dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang dan kewajiban lain-lain. Demikian juga dengan ekuitas dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu ekuitas yang berasal dari setoran para pemilik dan ekuitas yang berasal dari hasil operasi. Contoh dari neraca dapat dilihat pada lampiran.

2) Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama periode tertentu, misalnya sebulan atau setahun. Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waku tertentu berdasarkan konsep penandingan atau pengaitan (matching concept). Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang terjadi. Kelebihan ini disebut laba bersih (net income), jika beban melebihi pendapatan maka disebut rugi bersih (net loss). Adapun contoh dari laporan laba rugi dapat dilihat pada lampiran. 3) Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas merupakan suatu ikhtisar perubahan ekuitas pemilik yang terjadi selama periode tertentu. Laporan tersebut dipersiapkan setelah laporan laba rugi karena laba bersih atau rugi bersih periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini. Demikian juga, laporan perubahan ekuitas dibuat sebelum mempersiapkan neraca karena jumlah ekuitas pemilik pada akhir periode harus dilaporkan di neraca. Contoh dari laporan perubahan ekuitas dapat dilihat pada lampiran. 4) Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan suatu ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas selama periode waktu tertentu. Laporan arus kas menjelaskan perubahan pada kas atau setara kas dalam periode

tertentu. Aliran kas diperlukan terutama untuk mengetahui kemampuan perusahaan yang sebenarnya untuk memenuhi kewajibankewajibannya sehingga dapat diketahui adanya perubahan aktiva lancar dan utang lancar. Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flow) dari berbagai perusahaan (PSAK No. 2 paragraf 3, 2007). Menurut Brigham dan Houston (2001), laporan arus kas memisahkan aktivitas menjadi tiga kategori utama : a) Arus kas dari aktivitas operasi, yang mencakup laba bersih, penyusutan dan perubahan aktiva lancar serta kewajiban lancar selain kas dan utang jangka pendek. b) Arus kas dari aktivitas investasi, yang mencakup investasi dalam atau menjual aktiva tetap. c) Arus kas dari aktivitas pendanaan, yang mencakup kas yang diperoleh selama tahun berjalan dengan menerbitkan utang jangka pendek, utang jangka panjang atau saham. Adapun contoh dari laporan arus kas dapat dilihat pada lampiran.

5) Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan merupakan catatan-catatan sistematis yang berisi penjelasan dari bagian-bagian dalam laporan keuangan yang disajikan. PSAK No.1 (2007 : 69) menyatakan bahwa : Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan: a) informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting; b) informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas; c) informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar. Contoh dari catatan atas laporan keuangan dapat dilihat pada lampiran. 3. Arus Kas Bersih Arus kas bersih perusahaan umumnya berbeda dengan laba akuntansi, karena beberapa pendapatan dan beban yang tercantum dalam laboran laba rugi tidak dibayar secara tunai selama satu tahun. Arus kas bersih merupakan perubahan total jumlah kas selama satu periode yang hendak dilaporkan atau dengan kata lain mempunyai kas aktual yang dihasilkan oleh perusahaan dalam satu waktu tertentu. Nilainya diperoleh dengan cara menjumlahkan pertambahan atau pun pengurangan kas dari setiap kegiatan perusahaan yang diklasifikasikan dalam tiga tipe jenis kegiatan yaitu operasi, investasi dan juga

pendanaan, sehingga dapat dilihat perubahan saldo kas dari satu periode ke periode berikutnya (Luga, 2008 : 38). Sebagai contoh nilai arus kas bersih dapat dilihat dari laporan arus kas PT. Bank Central Asia Tbk tahun 2007 yang terdapat pada lampiran. Dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan arus kas bersih sebesar Rp 4.513.090.000.000 4. Profitabilitas Analisis rasio profitabilitas merupakan analisis yang memperlihatkan seberapa besar kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan baik bagi investor maupun bagi para pemegang saham dengan menggunakan aset atau modal yang dimilikinya. Sebagaimana menurut Haryanto dan Toto (2003 : 142) : Profitabilitas perusahaan adalah salah satu cara untuk menilai secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas investasinya. Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan / menjanjikan keuntungan di masa mendatang, maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dan hal itu tentu saja mendorong harga saham menjadi lebih tinggi lagi. Ada tiga rasio yang biasa digunakan dalam mengukur tingkat profitabilitas perusahaan : a) Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilan laba bersih dari kegiatan operasionalnya. Hanafi (2005 : 42) menyatakan bahwa rasio ini juga bisa diinterprestasikan sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di

perusahaan pada periode tertentu. Untuk menghitung profitabilitas perusahaan digunakan rumus sebagai berikut: Laba bersih setelah pajak NPM = Pendapatan operasional X 100 % Contoh perhitungan NPM dapat dilihat sebagai berikut : Dari laporan laba rugi PT. Bank Central Asia Tbk yang terdapat pada lampiran diketahui bahwa laba bersih setelah pajak untuk tahun 2007 adalah Rp 4.489.252.000.000 dan pendapatan operasional untuk tahun 2008 adalah Rp 6.331.260.000.000, maka : Laba bersih setelah pajak NPM = X 100 % Pendapatan operasional Rp 4.489.252.000.000 NPM = X 100 % Rp 6.331.260.000.000 NPM = 70,9 % NPM yang tinggi menunjukkan semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih oleh suatu perusahaan. Secara umum, rasio yang rendah menunjukkan ketidakefisienan manajemen. b) Return on Investment (ROI) Return on Investment (ROI) sering disebut sebagai Return on Asset (ROA). ROI mengukur kemampuan perusahaan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. ROI dihitung dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak dengan total aset.

Laba bersih setelah pajak ROI = Total aktiva X 100 % Contoh perhitungan ROI dapat dilihat sebagai berikut : Dari laporan laba rugi PT. Bank Central Asia Tbk yang terdapat pada lampiran diketahui bahwa laba bersih setelah pajak untuk tahun 2007 adalah Rp 4.489.252.000.000 dan total aktiva untuk tahun 2007 adalah Rp 218.005.008.000.000, maka : Laba bersih setelah pajak ROI = X 100 % Total aktiva ROI = Rp 4.489.252.000.000 X 100 % Rp 218.005.008.000.000 ROI = 2,05 % Semakin tinggi tingkat ROI suatu perusahaan, semakin baik perusahaan tersebut karena kita dapat menilai seberapa efisien perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. c) Return on Equity (ROE) Syamsuddin (2000 : 64) menyatakan Return on Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Return on Equity (ROE) dihitung dengan rumus sebagai berikut. Laba bersih setelah pajak ROE = Total ekuitas X 100 %

Contoh perhitungan ROE dapat dilihat sebagai berikut : Dari laporan laba rugi PT. Bank Bumi Central Asia Tbk yang terdapat pada lampiran diketahui bahwa laba bersih setelah pajak untuk tahun 2007 adalah Rp 4.489.252.000.000 dan total ekuitas untuk tahun 2007 adalah Rp 20.441.731.000.000, maka : Laba bersih setelah pajak ROE = Total ekuitas X 100 % ROE = Rp 4.489.252.000.000 X 100 % Rp 20.441.731.000.000 ROE = 21,96 % Profitabilitas perusahaan perbankan menunjukkan pendapatan yang mampu dihasilkan perusahaan perbankan dalam suatu periode tertentu. Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas yang digunakan adalah ROE, karena rasio ini dapat mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham. Semakin tinggi ROE maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Hal ini tentunya merupakan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. 5. Kebijakan Dividen a) Pengertian Dividen Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang

dipegang oleh masing-masing pemilik (Stice, 2004 : 902). Biasanya sebuah korporasi harus memenuhi 3 kondisi terlebih dahulu agar dapat membayar dividen tunai: 1) laba ditahan yang mencukupi, 2) kas yang memadai, 3) tindakan formal dari dewan komisaris. Kebijakan dividen pada hakekatnya menentukan berapa banyak bagian keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan berapa banyak yang akan ditahan. Kebijakan dividen merupakan keputusan perusahaan mengenai berapa besar dividen kas (cash dividend) yang harus dibayarkan dan berapa kali dividen akan dibayarkan dalam satu tahun (Arifin, 2005 : 103). Besar kecilnya dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung dari kebijakan dividen masing-masing perusahaan dan ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Contoh pada laporan perubahan ekuitas PT. Bank Central Asia yang terdapat pada lampiran dapat dilihat bahwa dividen kas yang dibagikan tahun 2007 adalah sebesar Rp2.402.407 b) Jenis Kebijakan Dividen Menurut Indriyo dan Basri (2002:231), secara umum kebijakan dividen yang ditempuh perusahaan adalah salah satu dari 3 kebijakan ini, yaitu stable dividend policy, fluctuating dividend policy, kombinasi stable dividend policy dan fluctuating dividend policy. 1) Stable Dividend Policy. Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan selalu stabil dalam jumlah yang tetap, stabil yang

makin naik dan stabil yang semakin menurun. Jadi, besarnya dividen yang dibayarkan dalam jumlah yang selalu stabil walaupun terjadi fluktuasi dalam net income. Apabila pada suatu saat kondisi perusahaan mengalami kerugian, pembayaran dividen akan diambilkan dari cadangan stabilisasi dividen. 2) Fluctuating Dividend Policy. Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan mendasarkan pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungan tinggi maka besarnya dividen yang akan dibayarkan relatif tinggi, dan sebaliknya bila tingkat keuntungan rendah maka besarnya dividen yang dibayarkan juga rendah, atau bisa dikatakan selalu proporsional dengan tingkat keuntungannya. 3) Kombinasi Stable Dividend Policy dan Fluctuating Dividend Policy. Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan sebagian ada yang bersifat stabil atau tetap, tetapi sebagian yang lain bersifat proporsional dengan tingkat keuntungan yang dicapai. Apabila perusahaan tidak mendapatkan laba para pemegang saham masih mendapatkan dividen tetap dan didapatkan keuntungan dari hasil operasinya. Bagian dividen yang bersifat proporsional besarnya tidak sama dengan dividen yang menggunakan kebijakan fluktuatif. c) Teori Kebijakan Dividen Beberapa teori yang relevan dalam kebijakan dividen adalah smoothing theory, clientele effect theory, tax preference theory, dividend irrelevance theory, bird in the hand theory, residual theory of dividends, teori signal atau isi informasi dividen (information content of dividend). Tampubolon (2005:186) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah sebagai berikut: 1) tingkat pertumbuhan korporasi (company grow rate), 2) keterikatan dalam rapat (restrictive convenant), 3) profitability, 4) stabilitas laba (earning stability), 5) kontrol perbaikan (maintenance control), 6) memahami pengungkit keuangan (degrre of financial leverage), 7) kemampuan untuk kondisi eksternal (ability to finance externally), 8) keadaan tak terduga (uncertainity), 9) ukuran dan umur korporasi (age and size).

d) Indikator Kebijakan Dividen Indikator untuk mengukur kebijakan dividen yang secara luas digunakan ada dua macam. Pertama, hasil dividen (dividend yield). Dividend yield adalah suatu ratio yang menghubungkan suatu dividen yang dibayar dengan harga saham biasa. Dividend yield secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut (Warsono, 2003:275): Dividen per lembar saham Dividend Yield = X 100 % Harga per lembar saham Contoh perhitungan Dividend Yield dapat dilihat sebagai berikut : Dari laporan keuangan PT. Bank Central Asia Tbk yang terdapat pada lampiran diketahui bahwa pembagian dividen per lembar saham untuk tahun 2007 adalah Rp 91 dan harga per lembar saham pada saat penutupan untuk tahun 2007 adalah Rp 3.650 maka : Dividen per lembar saham Dividend Yield = X 100 % Harga per lembar saham Rp170 Dividend Yield = X 100 % Rp 3.650 Dividend Yield = 4,65 % Dividend yield menyediakan suatu ukuran komponen pengembalian total yang dihasilkan dividen, dengan menambahkan apresiasi harga yang ada. Beberapa investor menggunakan dividend yield sebagai suatu ukuran risiko dan sebagai suatu penyaring investasi, yaitu mereka akan berusaha menginvestasikan dananya dalam saham yang menghasilkan dividend yield yang tinggi.

Indikator kedua yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen adalah rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio atau DPR). DPR merupakan rasio hasil perbandingan antara dividen dengan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa, dan secara sistematis dirumuskan sebagai berikut (Warsono, 2003:27): Dividen per lembar saham Dividend Payout Ratio = X 100% Laba per lembar saham Contoh perhitungan Dividend Payout Ratio dapat dilihat sebagai berikut: Dari laporan keuangan PT. Bank Central Asia Tbk yang terdapat pada lampiran diketahui bahwa pembagian dividen per lembar saham untuk tahun 2007 adalah Rp 91 dan laba per lembar saham adalah Rp 183 maka : Dividend Payout Ratio = Dividen per lembar saham X 100 % Laba per lembar saham Dividend Payout Ratio = Rp 170 Rp 183 X 100 % Dividend Payout Ratio = 92 % Besar atau kecilnya Dividend Payout Ratio ditentukan oleh kebijakan dividen suatu perusahaan. DPR lebih populer digunakan sebagai indikator kebijakan dividen dibandingkan dengan dividend yield. 6. Nilai Perusahaan Menurut Sujoko (2007 : 44), nilai perusahaan dapat didefiinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam

mengelola sumber daya pada tahun t yang tercermin pada harga saham tahun t + 1. Nilai perusahaan dapat dibentuk melalui dua pendekatan yaitu melalui pendekatan ekuitas dan melalui pendekatan aktiva. Melaui pendekatan ekuitas, nilai perusahaan adalah nilai pasar ekuitas yaitu jumlah ekuitas yang beredar dikali dengan harga pasar pada setiap akhir tahun buku. Indikatornya adalah Market Value of Equity (MVE). Sedangkan menurut pendekatan akiva, nilai perusahaan adalah nilai pasar aktiva yaitu nilai pasar ekuitas ditambah jumlah hutang. Indikatornya adalah Market to Book Ratio (MBR). Inidkator nilai perusahaan dalam penelitian ini adalah Market Value of Equity (MVE) yaitu dengan mengalikan harga saham / Stock Price (SP) dengan volume saham yang beredar / Stock Volume (SV). MVE = Stock Price x Stock Volume Contoh perhitungan nilai perusahaan dapat dilihat sebagai berikut: Diketahui bahwa harga per lembar saham PT. Bank Central Asia Tbk untuk tahun 2007 adalah Rp 3650 dan volume saham yang beredar tahun 2007 adalah 24.427.309.406 lembar, maka : MVE = Stock Price x Stock Volume MVE = Rp 3650 x 12.282.012.000 lembar = Rp 44.829.343.800.000

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian Luga Silitonga (2008) Farah Margaretha (2006) Juventus (2008) Zenni Utami (2009) Pengaruh Arus Kas Bersih dan Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Terbuka di Indonesia. Pengaruh Tingkat Hutang dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan di Sektor Jasa. Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Leverage Terhadap Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Jakarta. Pengaruh Struktur Modal, Ukuran dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI. Variabel independen: Arus Kas Bersih, DER Variabel dependen: Nilai Perusahaan (MVE). Variabel independen: Tingkat Hutang, ROE Variabel dependen: Nilai Perusahaan Variabel independen: ROE, DER, DAR Variabel dependen: Harga Saham Variabel independen: DER, ukuran perusahaan, DPR Variabel dependen: Nilai Perusahaan Secara simultan arus kas bersih dan DER berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara parsial arus kas bersih berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara simultan tingkat hutang dan ROE berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara persial ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara simultan ROE, DER dan DAR berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Secara parsial ROE berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara simultan DER, ukuran perusahaan dan DPR berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara parsial DPR berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang diidentifikasikan sebagai masalah penting. Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel independen adalah arus kas bersih, Return on Equity (ROE) dan Dividend Payout Ratio (DPR) sedangkan variabel dependennya adalah nilai perusahaan. Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai : Arus kas bersih ( X 1 ) Return on Equity (ROE) ( X 2 ) Nilai Perusahaan (MVE) (Y) Dividend Payout Ratio (DPR) ( X 3 ) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Arus kas bersih merupakan perubahan total jumlah kas selama satu periode yang hendak dilaporkan atau dengan kata lain mempunyai kas aktual yang dihasilkan oleh perusahaan dalam satu waktu tertentu. Dengan tersedianya kas bersih suatu perusahaan, maka akan mampu menghasilkan kas bagi perusahaan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham.

Return on Equity (ROE) menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilakn laba yang dapat diperoleh pemegang saham (Tandelilin, 2001 : 240). Dengan semakin tingginya ROE maka nilai perusahaan juga akan semakin meningkat sehingga akan menjadi daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Dividend Payout Ratio (DPR) adalah persentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk kas. Semakin tinggi rasio pembayaran dividen maka akan menguntungkan para investor yang akan meningkatkan nilai suatu perusahaan. 7. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: H1: Arus kas bersih berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan H2: Return on Equity (ROE) berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan, H3: Dividend Payout Ratio (DPR) berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan, H4: Arus kas bersih, Return on Equity (ROE) dan Dividend Payout Ratio (DPR) berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan.