I. PENDAHULUAN. derajat suatu bangsa dapat ditingkatkan menjadi bangsa yang besar dan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. memungkinkan bagi kita untuk mengetahui tentang budaya yang berbeda

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. siswa secara fisik dan emosional dimana siswa diberi tugas untuk kemudian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat berproses ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

I. PENDAHULUAN. Pembahasan pada bab pendahuluan ini akan disampaikan beberapa hal pokok

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

I. PENDAHULUAN. Besar. Proses pembelajaran yang dilakukan selama ini masih monoton dan

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

meningkatkan hasil belajar. Pengertian belajar itu sendiri menurut Morgan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri dapat

1. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003).

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

I. PENDAHULUAN. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini semakin hari kualitasnya makin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

I. PENDAHULUAN. tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi

I. PENDAHULUAN. karena kemajuan suatu negara akan sangat dipengaruhi oleh kualitas

BAB I PENDAHULUAN. cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Di antaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap perkembangan dunia pendidikan. Dengan adanya kurikulum 2013

I. PENDAHULUAN. pelajaran geografi di SMA merupakan indikasi bahwa selama ini proses

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup dari penelitian.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

memegang peranan yang sangat besar dalam kehidupan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen yang penting dalam. pembangunan suatu bangsa, karena melalui pendidikan inilah dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perwujudan tersebut tentu tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

I. PENDAHULUAN. dan psikomotor dimana terdapat grafik peningkatan dalam masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan adanya pendidikan, martabat dan derajat suatu bangsa dapat ditingkatkan menjadi bangsa yang besar dan berdemokrasi, berjiwa luhur, serta bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat adil dan makmur. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya melalui pengembangan pendekatan dan strategi pembelajaran. Berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran telah dikenalkan, diujicobakan dan juga dilatihkan pada para guru, seperti pendekatan (Cara Belajar Siswa Aktif) CBSA, Keterampilan Proses, sampai pada (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) PAKEM.

2 Berbagai inovasi tersebut memang dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses belajar yang dialami siswa, karena proses belajar yang berkualitas pada akhirnya akan mendorong mutu hasil belajar siswa. Dengan pendekatan dan strategi pembelajaran yang inovatif diharapkan akan terjadi proses pembelajaran yang menyenangkan, menstimulasi pengembangan potensi diri siswa, jauh dari tekanan dan stres, dan mendorong siswa belajar menemukan, sebagaimana dikatakan Whitehead, the child should experience the joy of discovery. (Whitehead, 1942). Model pembelajaran seperti inilah sebenarnya yang diharapakan terjadi sehingga pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah sesuai dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan sebagaimana tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 4 ayat (1) yaitu endidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif Pasal 4 ayat (3) berbunyi Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat ; serta pasal 4 ayat (4) yang menyatakan Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (Khaerudin, 2008). Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia telah cukup banyak upaya yang terus menerus telah dilakukan baik secara konvensional maupun inovatif, seperti pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pengajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya. Seorang guru dituntut untuk menguasa berbagai model-model pembelajaran, di mana melalui model pembelajaran yang digunakannya akan dapat memberikan nilai tambah bagi anak didiknya. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya dari proses pembelajarannya adalah

3 hasil belajar yang optimal atau maksimal. Memang, model pembelajaran kovensional ini tidak serta merta kita tinggal, dan guru mesti melakukan model konvensional pada setiap pertemuan, setidak-tidak pada awal proses pembelajaran di lakukan. Atau awal pertama kita memberikan kepada anak didik sebelum kita menggunakan model pembelajaran yang akan kita gunakan. Menurut Djamarah (1996), metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan (Anonim, 2009). (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) KTSP menekankan pembelajaran pada pengalaman belajar yang tidak hanya pada ranah kognitif tetapi juga mencakup ranah afektif dan psikomotor yang bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu permasalahan ke permasalahan lain. Perubahan kurikulum ini menuntut guru untuk melakukan inovasi terhadap pembelajaran yang dilakukan selama ini. Pembelajaran tersebut bukan hanya ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar serta media pembelajaran yang ikut mendukung. Sistem pengajaran yang banyak diterapkan oleh pengajar kebanyakan masih berpusat pada guru (teacher centered). Sistem pengajaran yang diterapkan oleh guru kepada murid baru sampai pada taraf memberi bekal pengetahuan dan keterampilan sebatas sekedar tahu saja. Belum sampai

4 kepada meletakan nilai-nilai wawasan sosial dan kemanusiaan, serta penguasaan bekal hidup yang praktis. Pembelajaran yang tidak menitik beratkan pada kebutuhan berbagai aspek perkembangan kemampuan anak akan menjadi kurang bermakna bagi peserta didik, akibatnya peserta menjadi tidak kreatif, kurang inisiatif dan tidak termotivasi untuk belajar aktif. Pembelajaran dikatakan baik apabila siswa ikut aktif melibatkan diri dalam keseluruhan pembelajaran baik secara mental maupun fisik. Ciri-ciri sistem pengajaran kuno atau konvensional sangat terlihat jelas dalam interaksi gurumurid di sekolah, di antaranya adalah pendekatan yang masih bersifat otoriter, yaitu bersifat menguasai. Guru menganggap bahwa dirinyalah paling benar. Yang mengharuskan setiap murid menerima apa yang dikatakan oleh guru bidang studi tersebut (Marjohan, 2007). Waktu belajar yang digunakan siswa atau cara pengaturan waktu belajar yang baik dan tepat sesuai dengan situasi dirinya sering diabaikan. Maka keadaan yang semacam ini sangat merugikan jika dibiarkan terus berlangsung dalam proses belajar, waktu itu perlu adanya bimbingan. Waktu dalam belajar perlu disediakan khusus untuk lebih efisien dalam pencapaian target belajar, hal ini perlu adanya dorongan atau pengawasan. Pengawasan ini bisa dilakukan oleh orang tua di rumah pada waktu anak belajar. Menurut Sukardi (1998; 60) "Belajar secara teratur setiap hari dan tidak mengesampingkan waktu istirahat semestinya. Dengan belajar yang disiplin dan teratur niscaya akan dapat meningkatkan prestasi belajarnya". Siswa dituntut untuk pandai-pandai mengatur waktu; untuk belajar, olah raga, untuk pekerjaan-pekerjaan lain dan sebagainya. Keteraturan belajar adalah pangkal utama dari belajar yang baik. Untuk itu disiplin pribadi yang tinggi ia dapat menjauhi godaan dan

5 gangguan-gangguan yang mendorong malas belajar, sekaligus membentuk dan mendidik diri berwatak dan bermental yang baik serta berkepribadian yang luhur. Kurangnya peranan guru dalam suatu proses pembelajaran juga menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar-mengajar ini memiliki arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan menanamkan sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Peran guru dalam proses belajarmengajar, guru tidak hanya tampil lagi sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan beralih sebagai pelatih (coach), pembimbing (counselor) dan manager belajar (learning manager). Hal ini sudah sesuai dengan fungsi dari peran guru masa depan. Di mana sebagai pelatih, seorang guru akan berperan mendorong siswanya untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk bekerja keras dan mencapai prestasi setinggi-tingginya (Anonim, 2007). Penguasaan bahan-bahan pelajaran atau materi yang diberikan oleh seorang guru tidaklah mudah, penguasaan itu tergantung dari daya serap siswa. Apabila daya serap, perhatian dan minat terhadap materi pelajaran baik, maka akan mengarah dalam keberhasilan dalam belajarnya. Akan tetapi jika itu semuanya tidak ada maka akan timbul kesulitan dalam menguasai pelajaran. Kesulitan dalam penguasaan materi atau bahan-bahan pelajaran dapat

6 mengakibatkan keputus-asaan dan malas untuk mempelajari, mengulang atau belajar kembali (Heru, 2010). Rendahnya motivasi untuk belajar memicu rendahnya hasil belajar. Motivasi belajar adalah keinginan siswa untuk mengambil bagian di dalam proses pembelajaran (Linda S. Lumsden: 1994). Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah, lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya. Mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu di perkuat terus menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya perlu diciptakan suasana belajar yang mengembirakan (Sri Yunita, 2009). Banyak siswa yang enggan bertanya yang disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya: malu terhadap siswa lain, merasa tertekan oleh guru yang dianggap lebih pandai, dan lainnya. Hal tersebut memicu ketidaktahuan para siswa yang mempunyai daya serap pelajaran rendah. Sehingga tertinggal pelajaran oleh siswa-siswa lain yang mempunyai daya serap pelajaran yang tinggi. Suchman (Rowe,1978: 363) bahwa pembelajaran siswa terletak pada asumsi bahwa belajar akan berlanjut pada tingkat yang lebih tinggi dan suatu kompleksitas jika siswa selalu bertanya. Penerapan model latihan inkuiri ini memungkinkan siswa untuk memikirkan sebanyak mungkin pertanyaan dan tentunya akan menunjang rasa ingin tahu siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2002: 240), bahwa tanya jawab yang berlangsung selama pembelajaran didorong oleh inkuiri (ingin tahu) para siswa. Di lain pihak menurut Rustaman (2002: 7) bahwa sekalipun guru-guru mengakui bahwa mendorong siswa untuk bertanya merupakan sesuatu yang berharga bagi

7 proses belajar siswa, tetapi banyak guru yang berpendapat bahwa hal itu hanya akan menimbulkan masalah bagi guru sehingga budaya bertanya jarang diciptakan dan dikembangkan di kelas. Banyaknya siswa yang mempunyai daya serap yang kurang merupakan suatu kesulitan bagi para guru dalam memberikan materi ajar di kelas. Anak yang mempunyai daya serap yang kurang atau anak yang mempunyai kelambatan dalam belajar di sebut slow learner. Slow learner, adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf intelektual yang relatif sama. Slow learner adalah anak dengan tingkat penguasaan materi yang rendah, padahal materi tersebut merupakan prasyarat bagi kelanjutan di pelajaran selanjutnya, sehingga mereka sering harus mengulang (Burton, dalam Sudrajat, 2008). Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan guru dan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini, tugas guru bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan juga penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar (Abiet, 2009). Keterbatasan sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran juga merupakan faktor penting demi tercapainya hasil belajar optimal. Keterbatasan

8 sumber belajar seperti buku dalam perpustakaan dan sumber multimedia lainnya seperti video pembelajaran, internet, komputer dan sebagainya mempunyai pengaruh hasil belajar bagi siswa. Ketertinggalan pengetahuan dibandingkan dengan sekolah lain yang jauh lebih baik sarana dan prasarananya. Pemanfaatan e-learning bagi siswa dan guru sangat penting dalam peningkatan kualitas serta hasil belajar (M.Miftah, 2009). Ketuntasan minimal yang sulit dijangkau oleh para siswa menyebabkan banyaknya siswa yang mendapat hasil belajar dibawah Standar Ketuntasan Minimal, juga menggambarkan rendahnya kualitas pembelajaran di suatu sekolah tertentu. Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap. Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk mengetahuinya. Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik (Anonim, 2009). Melihat pentingnya peningkatan mutu pendidikan Indonesia perlu dilakukan penataan pendidikan yang menyangkut inovasi pembelajaran dan penerapan media pembelajaran di kelas yang mampu meningkatkan mutu proses dan prestasi belajar siswa melalui proses bimbingan belajar tambahan dan penerapan tugas terstruktur.

9 Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap guru bidang studi Ekonomi di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Kelas X mengenai hasil belajar pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010, ternyata siswa yang memperoleh nilai ekonomi di atas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) persentasenya lebih kecil dibanding dengan siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM. Dengan kata lain prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran ekonomi relatif masih rendah seperti yang terlihat pada tabel berikut ini. Tabel 1.Prestasi Belajar IPS Ekonomi Siswa Kelas X Semester Ganjil SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010 No Kelas Nilai Jumlah siswa 0,0-6,5 1 X A 16 12 28 2 X B 21 15 36 3 X C 23 17 40 4 X D 24 12 37 5 X E 25 10 38 Siswa 109 70 179 % 61 39 100 Sumber: Daftar nilai guru pelajaran ekonomi kelas X Pada tabel di atas, dari 179 siswa terlihat hanya 70 (39 %) siswa yang mendapat nilai 6,5 dan sisanya 109 (61 %) siswa yang belum atau masih di bawah batas yaitu kurang dari 6,5 belum memenuhi Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM), karena di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung ditetapkan Standar Ketuntasan Belajar Minimal adalah 6,5. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamrah dan Zain (2006:107) yang menyatakan bahwa apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65% dikuasai oleh siswa maka pesentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah.

10 Proses pembelajaran di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung masih menggunakan metode konvensional atau metode ceramah. Guru menjelaskan materi di depan kelas, memberikan latihan soal, serta tugas di rumah. Hal ini membuat suatu kejenuhan pada siswa, sehingga motivasi untuk belajar kurang yang kemudian akan berimbas kepada prestasi belajar siswa itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, ada beberapa faktor yang menyebabkan belum tercapainya standar ketuntasan minimal tersebut, di antaranya yaitu: 1. kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran. Siswa banyak yang tidak memanfaatkan waktu bertanya kepada guru tentang hal-hal yang dianggap siswa tersebut kurang jelas atau belum paham mengenai materi yang diajarkan oleh guru. 2. metode mengajar yang monoton tanpa disertakan dengan bimbingan belajar membuat siswa yang mempunyai daya tangkap pelajaran yang kurang akan jauh tertinggal dari siswa lain yang mempunyai daya tangkap yang baik. Dari beberapa faktor penyebab belum tercapainya ketuntasan belajar siswa dapat diketahui penggunaan model pembelajaran yang kurang mengena juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keaktifan dan prestasi belajar siswa. Hal-hal lain yang erat kaitannya dengan prestasi belajar siswa diantaranya adanya prilaku siswa yang tidak mengerjakan tugas atau terlambat mengumpulkan tugas dari jadwal yang seharusnya, enggan menggunakan kesempatan bertanya kepada guru tentang materi yang disampaikan, bermain di kelas pada saat penyajian pelajaran, mengobrol, tikad mendengarkan

11 penjelasan guru, tidak mengemukakan pendapat dan lain-lain. Oleh karena itu perlu dibuat suatu solusi untuk mengatasi fenomena pembelajaran yang kurang baik tersebut. Salah satu pembaharuan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pemberian bmbingan belajar. Bimbingan belajar tambahan di sekolah diharapkan mampu menjadi solusi dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang membutuhkan bantuan terutama siswa yang kurang cepat menangkap pelajaran. Selain itu pemberian tugas yang baik juga diharapkan menjadi bahan latihan bagi siswa untuk mengejakan soal-soal ujian yang akan mereka tempuh baik dalam uji blok maupun uji semester. Belum diketahuinya interaksi pemberian bimbingan belajar tambahan dengan intensitas tes dan pemberian tugas oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa, pengaruh bimbingan belajar tambahan dengan intensitas tes terhadap hasil belajar siswa, dan pengaruh pemberian tugas terhadap hasil belajar siswa diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa terutama siswa yang sulit mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti mengambil judul Perbedaan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X yang Sulit Mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Melalui Pemberian Bimbingan Belajar Tambahan dengan Intensitas Tes dan Pemberian Tugas Di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2009/2010 B Identifikasi Masalah

12 Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut. 1. Mutu proses dan hasil pembelajaran ekonomi masih rendah. Hal tersebut dilihat dari rata-rata nilai hanya 39% yang mendapat nilai lebih dari 6,5 dan 61% yang mendapat nilai kurang dari 6,5 itu berarti masih berada di bawah rata-rata standar ketuntasan belajar siswa. 2. Guru-guru masih banyak menggunakan metode mengajar secara konvensional, guru menjelaskan, siswa memperhatikan sehingga tidak ada interaksi aktif dengan siswa. 3. Guru belum menemukan metode pembelajaran yang tepat guna mencapai tujuan pembelajaran. 4. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), guru mempunyai peran yang dominan dalam kegiatan belajar. 5. Kurangnya waktu belajar di sekolah, sehingga memerlukan jam tambahan belajar untuk mengejar materi ajar oleh guru mata pelajaran. 6. Kurangnya peranan guru dalam membimbing siswa dalam proses belajar 7. Partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran masih sangat rendah. 8. Kurangnya pemberian tugas latihan oleh guru menyebabkan tidak terbiasanya siswa dalam mengerjakan soal-soal tes maupun ujian. 9. Lemahnya motivasi belajar siswa, sehingga sulit untuk belajar atau mengulang kembali pelajaran yang telah diberikan. 10. Banyaknya siswa yang takut atau malu bertanya kepada guru pelajaran tentang kesulitan-kesulitan belajar yang dialaminya.

13 11. Siswa yang kurang menangkap pelajaran dapat jauh tertinggal dari siswa yang lain yang lebih cepat menangkap pelajaran yang diberikan oleh guru. 12. Komunikasi yang kurang oleh guru maupun murid dalam proses KBM. 13. Keterbatasan sumber dan bahan mengajar yang dimiliki oleh guru, sehingga sulit untuk mencapai tujuan pembelajaran. 14. Standar ketuntasan minimal yang masih tinggi menyebabkan banyaknya siswa yang mencapai hasil dibawah KKM. 15. Belum diketahuinya interaksi bimbingan belajar tambahan dengan intensitas tes dan pemberian tugas terhadap hasil belajar siswa. 16. Belum diketahuinya pengaruh bimbingan belajar dengan intensitas tes terhadap hasil belajar siswa. 17. Belum diketahuinya pengaruh pemberian tugas terhadap hasil belajar siswa. C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka perlu untuk membatasi permasalahan penelitian ini pada interaksi pemberian bimbingan belajar tambahan dengan intensitas tes dan pemberian tugas pada pokok bahasan komsumsi, tabungan dan investasi, dan uang, bank dan kebijakan moneter. D. Rumusan Masalah

14 Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Apakah ada interaksi pemberian bimbingan belajar tambahan dengan intensitas tes dan pemberian tugas terhadap peningkatan hasil belajar ekonomi siswa kelas X yang sulit mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) semester genap di SMA Muhammadiah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010? 2. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara pemberian bimbingan belajar tambahan dengan intensitas tes terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas X yang sulit mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMA Muhammadiah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010? 3. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara pemberian tugas dengan hasil belajar ekonomi siswa kelas X yang sulit mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SMA Muhammadiah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010? 4. Apakah ada perbedaan hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas X yang sulit mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) semester genap antara siswa yang diberi bimbingan belajar tambahan dan sering diberi tugas terstruktur dengan siswa yang diberi bimbingan belajar tambahan dan sering diberi tugas tidak terstruktur di SMA Muhammadiah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010? 5. Apakah ada perbedaan hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas X yang sulit mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) semester genap

15 antara siswa yang diberi bimbingan belajar tambahan dan jarang diberi tugas terstruktur dengan siswa yang diberi bimbingan belajar tambahan dan jarang diberi tugas tidak terstruktur di SMA Muhammadiah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010? 6. Apakah ada perbedaan hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas X yang sulit mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) semester genap antara siswa yang diberi bimbingan belajar tambahan dan sering diberi tugas terstruktur dengan siswa yang diberi bimbingan belajar tambahan dan jarang diberi tugas terstruktur di SMA Muhammadiah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010? 7. Apakah ada perbedaan hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas X yang sulit mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) semester genap antara siswa yang diberi bimbingan belajar tambahan dan sering diberi tugas tidak terstruktur dengan siswa yang diberi bimbingan belajar tambahan dan jarang diberi tugas tidak terstruktur di SMA Muhammadiah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Interaksi pemberian bimbingan belajar tambahan dengan intensitas tes dan pemberian tugas terhadap hasil belajar ekonomi siswa yang sulit mencapai KKM semester genap kelas X di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010.

16 2. Pengaruh yang signifikan antara pemberian bimbingan belajar tambahan dengan intensitas tes terhadap hasil belajar ekonomi siswa yang sulit mencapai KKM kelas X di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010. 3. Pengaruh yang signifikan antara pemberian tugas terhadap hasil belajar ekonomi siswa yang sulit mencapai KKM di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010. 4. Perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang sulit mencapai KKM antara siswa yang diberi bimbingan belajar dengan tes sering dan yang diberi bimbingan belajar tambahan dengan tes jarang pada siswa yang diberi tugas terstruktur di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010. 5. Perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang sulit mencapai KKM antara siswa yang diberi bimbingan belajar dengan tes sering dan yang diberi bimbingan belajar tambahan dengan tes jarang pada siswa yang diberi tugas tidak terstruktur di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010. 6. Perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang sulit mencapai KKM antara siswa yang diberi tugas terstruktur dan yang diberi tugas tidak terstruktur pada siswa yang bimbingan belajar tambahan dengan tes sering di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010. 7. Perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang sulit mencapai KKM antara siswa yang diberi tugas terstruktur dan yang diberi tugas tidak

terstruktur pada siswa yang bimbingan belajar tambahan dengan tes jarang di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010. 17 F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian ini sebagai berikut. a. Bagi guru Dengan adanya penelitian ini diharapkan guru dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran Ekonomi serta dapat menjadi masukan dalam memperluas pengetahuan dan wawasan mengenai model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. b. Bagi Siswa Mempermudah siswa dalam penguasaan konsep, memahami materi pelajaran yang kurang dimengerti sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. c. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran. d. Bagi Peneliti Peneliti dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan peneliti tentang model pembelajaran kooperatif dan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti. G. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

18 1. Subjek Penelitian Ruang lingkup subjek penelitian adalah siswa yang tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kelas XA, XC, XD dan XE semester genap di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010. 2. Objek Penelitian Pada penelitian ini yang menjadi ruang lingkup objek penelitian adalah bimbingan belajar tambahan, intensitas pemberian tes dan prestasi belajar siswa yang sulit mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). 3. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini adalah di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. 4. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010.