malia,perlu menetapkan peraturan Bupati tentang Garis Sempadan jalan; Mengingat : L. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN,

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI AGAM. Kep sempadan bangunan *Sesuai dengan aslinya*

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 20/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 04/PRT/M/2012 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,

WALIKOTA BANJARMASIN

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 10 TAHUN TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN : 2009 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2009 TENTANG SEMPADAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 23 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 132, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444).

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG JALAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBANGUNAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG,

2018, No Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 881) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan U

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG GARIS SEMPADAN BANGUNAN, GARIS SEMPADAN PAGAR, GARIS SEMPADAN SUNGAI, GARIS SEMPADAN PANTAI.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 84 TAHUN 2011 TENTANG PEMANFAATAN RUANG MILIK JALAN UNTUK KEGIATAN PEMASANGAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG JARINGAN UTILITAS TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENERTIBAN BANGUNAN GEDUNG

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN BANGUNAN, PAGAR, SUNGAI, DAN PANTAI

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 21 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 11 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETERTIBAN JALAN, FASILITAS UMUM DAN JALUR HIJAU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN BARANG DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

2013, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir deng

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,

KABUPATEN CIANJUR NOMOR : 65 TAHUN : 2002

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN BANGUNAN TERAS DAN KANOPI DIKAWASAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

*15819 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 38 TAHUN 2004 (38/2004) TENTANG JALAN

Transkripsi:

1 -ti' :lt" "1'r.,d.,.l;-'i 4....,1.i BUPATI BURU PERATURAN BUPATI BURU NOMOR 05 TAIIUN 2014 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN BUPATI BURU, Menimbang : a. bahwa dengan semakin meningkatnya pembangunan diberbagai sektor dan arus mobilisasi ekonomi dan sosial,guna kelancaran pengunaan,penertiban prasarana fisik jalan di Kabupaten Buru malia,perlu menetapkan peraturan Bupati tentang Garis Sempadan jalan; b. bahwa upaya pembangunan dan pengembangan sistem jaringan jalan dan menghad"api berbagai hambatan terutama akibat keberadaan dan perkembangan bangunan-bangunan pada ruang pengawasan jalan sehingga dalam penyelenggaraannya dapat mewujudkan sarana fisik jalan sesuai dengan fungsinya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Garis Sempadan Jalan; Mengingat : L. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok- Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nombr 1O4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2Ol3l; 2. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 tentang Larangan Pemakainan Tanah Tanpa lzin yang Berhak Atau Kuasanya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2106l; 3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan fumbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3a691; 4. Undang-undang Nomor 28 Tahun L999 tentang Penyelengg"t"a. Negara yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nopotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun lggg Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 5. Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Frovinsi Maluku utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun lggg fro*or lt4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3895) sebagaimana telah diubah dengan

\ 6. 7. 8. 9. 10. 11. t2. 13. 14. 15. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 20OO tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OOO Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3961); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO4 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor L25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor L2 Tahun 2OO8 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO4 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a84al; Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2OO4 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor aa38); Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2OO4 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444); Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2OO7 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO7 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO9 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO9 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058); Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2OLL tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2}ll Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 523\; Undang-Und.ang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol2 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5280); Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun tg97 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3696); Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2OO4 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun -2OO4 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a385 ); Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2OO5 tentang Petunjuk Pelaksaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2OO2 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik

5. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah Kabupaten Buru yang tugas dan fungsinya terkait dengan Garis Sempadan Jalan; 6. Dinas Tata Kota, Kebersihan Dan Pemadam Kebakaran adalah Dinas Tata Kota, Kebersihan Dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Buru; 7. Kepala Dinas Tata Kota, Kebersihan Dan Pemadam Kebakaran adalah Kepala Dinas Tata Kota, Kebersihan Dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Buru; 8. Jalan adalah Prasarana Transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan termasuk bagunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, dan latau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, jalan kabel; 9. Jalan Umum adalah Jalan yang dipertrntukkan bagi lalu lintas umum; 10. Jalan Khusus adalah Jalan yang di bagun dan dipelihara oleh orang atau instansi untuk melayani kepentingan sendiri; 11. Penyelenggaraan Jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan; 12. Pengaturan Jalan adalah kegiatan perumusan kebijakaan, perencanaan, penyusunan perencanaan umum, dan penyusunan peraturan per-undangundangan jalan; 13. Pembinaan Jalan adalah kegiatan penjrusunan pedoman dan standar teknis, pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan jalan; L4. Pembangunan Jalan adalah kegiatan pemrograman dan penganggaran, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, serta pengoprasian serta pemeliharaan jalan; 15. Pengawasan Jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan tertip pengaturan, pembinaan, dan pembangunan jalan; 16. Penyelenggara Jalan adalah pihak yang melakukan pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan sesuai dengan kewenangannya. LT. Sistem Jaringan Jalan adalah satu kesatuan luas jalan yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarki; 18. Leger Jalan adalah dokumen yang memuat data mengenai perkembangan 19. 24. luas jalan; Orang adalah perseorangan atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum; Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang jalan; 2L. Jalan Arteri adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggr dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdayaguna; 22. Jalan Arteri Primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdayaguna antar pusat kegiatan nasional, atau antar kegiatan pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah; 25. Jalan Arteri Sekunder adalah jalan yang menghubungkan Kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, kawasa sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasa sekunder kedua; 24. Jalan Kolektor adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri pelayanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk di batasi;

25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. Jalan Kolektor Primer adalah jalan kolektor primer 1, jalan kolektor primer 2, jalan kolektor primer 3, jalan kolektor primer 4; Jalan Kolektor Sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga; Jalan L,okal adalah Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan yang masuk tidak dibatasi; Jalan Lokal Primer adalah Jalan yang menghubungkan secara berdayaguna pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pltsat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antar pusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan serta antar pusat kegiatan lingkungan; Jalan Lokal Sekunder adalah Jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan per-umahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai keperumahan; Jalan Lingkungan adalah Jalan Umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah; Jalan Lingkungan Primer merupakan Jalan Lingkungan yang menghubungkan antar pusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan; Jalan Lingkungan Sekunder merupakan Jalan Lingkungan yang menghubungkan antar persil dalam kawasan perkotaan; Ruang Manfaat adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalarnan tertentu, ditetapkan oleh penyelenggara jalan, dan digunakan untuk badan jalan, saluran tepi jalan, trotoar, dan ambang pengamanannya; Ruang Milik Jalan adalah ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu diluar manfaat jalan yang diperuntukkan bagr ruang manfaat jalan, pelebaran Jalan dan penambahan jalur lalu lintas di masa yanrg akan datang ierta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan dan dibatasi oleh lebar, kedalaman dan tinggi tertentu; Ruang Pengawasan Jalan adalah ruang tertentu diluar ruang milik jalan yang penggunaannya diawasi oleh penyelenggara jalan dan agar tidak mengganggu pandangan bebas pengemudi, konstruksi jalan dan fungsi jalan; baerah Sempadan adalah kawasan sepajang jalan, sungai, saluran, danau/waduk, mata air, jalan rel kereta api, jaringan listrik tegangan tinggi, yang -C"ri* dibatasi kananl kirinya garis Sempadan; Sempadan adalah garis khayal yang ditarik pada jarak tertentu sejajar as jalan, ai sungai atau as pagar yang merupakan batas aurttara kapling atau pekarangan -Caris yang boleh dan yang tidak boleh dibangun; Semplaan Jalan adalah garis batas luar pengaman untuk dapat mendirikal bangunan di kiri dan kanan jalan pada ruang pengawasan jalan yang berguna,t t k mempertahankan daerah pandangan bebas bagi para pengguna jalan; e"ny"t".tggaraan Garis Sempadan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, penataan, pembinaan, dan pengawasan garis sempadan; izin adal*h p"r""tujuan dari penyelenggara jalan atau pemberi izin tentang pemanfaatan ruang manfaat jalan dan ruang milik jalan dengan persyaratan tertentu yang hanrs dipenuhi;

Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan l,embaran Negara Republik Indonesia Nomor a532l; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a655 ); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2OO7 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten I Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO7 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a737 l; 18. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO8 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor affi3); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2orc tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OLA Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5130); 20. Peraturan Menteri Peke{aan Umum Nomor 2OlPRTl Ml 2OLO tentang Pedoman Pemanfaatan dan Penggunaan Bagian-Bagian Jalan; 21. Peraturan Menteri Dalam Negeri 53 Tahun 2OlL tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 20ll Nomor 69\; 22. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor O3/PRT/M 2O 2 tentang Pedoman Penetapan Ftungsi Jalan dan Penetapan Jalan; 23. Peraturan Daerah Kabupaten Buru Nomor 9 Tahun 2OLl tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (Lembaran Daerah Kabupaten Buru Tahun 20ll Nomor 9 ); 24, Peraturan Daerah Kabupaten Buru Nomor 19 Tahun 2Ol2 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (Lembaran Daerah Kabupaten Buru Tahun 2AL2 Nomor 19); MEMUTUSKAN: MenetapKaN : PERATURAN BUPATI BURU TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN BAB I KETEITTUN T'MUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Buru; 2. Pemerintahan Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah Kabupaten Buru 3. 4. sebagai un sur penyelen ggar a Pemerintahan Daerah; Bupati adalah Bupati Buru; Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Maluku;

41, Rekomendasi adalah pertimbangan teknis dari penyelenggara jalan tentang penggunaan ruang pengawasan jalan agar tidak mengganggu kelancaran dan keselamatan pengguna jalan serta tidak membahayakan konstruksi jalan, serta guna menjamin peruntukan ruang pengawasan jalan; 42. Dispensasi adalah persetujuan dari penyelenggara jalan tentang penggunaan ruang manfaat jalan yang memerlukan perlakuan khusus terhadap konstruksi jalan; 43. Bangun-Bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian dan/atau seluruhnya diatas danf atau didalam tanah dan/atau air yang tidak digunakan untuk kepentingan manusia; 44. Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus oleh Undang* Undang untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan daerah; BAB II MAKSUD DAI{ TUJUAN Pasal 2 Maksud pengaturan Garis Sempadan Jalan adalah sebagai landasan perencanan dan pengendalian pemilikan dan penguasaan tanah, pelaksanaan pembangunan dan kelestarian lingkungan, Iisik jalan dan fungsi jalan; Pasal 3 'I\rjuan ditetapkannya pengaturan Garis Sempadan Jalan yaitu untuk menunjang terciptanya lingkungan yang teratur, dalam upaya tertib pemanfaatan lahan dari kegiatan mendirikan bangunan-bangunan di atas persil/tanah di pinggir jalan Pasal 4 Manfaat menetapkan ketentuan Garis Sempadan Jalan, yaitu untuk menjamin fungsi jalan dari gangguan keberadaan bangunan yang dapat menghalangi pandangan bebas para pengguna jalan, terciptanya bangunan-bangunan yang teratur serta pengamanan konstruksi jalan; (1) (21 BAB III FUNGSI DAN PERANAIT GARIS SEMPADAN DAIT RUANG JALAN Pasal 5 Fungsi Garis Sempadan Jalan adalah untuk melindungi Ruang Pengawasan Jalan dari Bangunan-bangunan yang dapat mengganggu peranan jalan; Peranan Garis Sempadan Jalan adalah untuk menentukan sampai batas tertentu para pemilik tanah (persil) yang berada pada ruang pengawasan jalan dapat *errggr.rakan haknya untuk mendirikan bangunan-bangunan sesuai Peraturan Perundang-undangzul yang berlaku ;

Pasal 6 (1) Fungsi Ruang Jalan adalah untuk mengawasi, melindungi dan membatasi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan dan ruang pengawasan jalan dari bangunan-bangunan yang dapat mengganggu per Lnan jalan; (2) Peranan Ruang Jalan yang meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan dan ruang pengawasan jalan adalah untuk kepentingan pelayanan dan kenyamanan arus lalu lintas umum dan masyarakat pengguna ru rng jalan; BAB TV JARAK GARIS DAN RUANG SEMPADAN JALAN Pasal 7 Jarak Garis Sempadan Jalan yang harus dipedomani oleh perorang ul, Badan Hukum, Badan Usaha, Badan Sosial dan Dinas/Instansi penerbit Surat lnn Mendirikan Bangunan (IMB), perencana bangunan-bangunan maupun pemilik bangunan; Pasal 8 (1) Garis Sempadan Jalan Arteri Primer ditentukan paling sedikit 12,5 (dua belas koma lima) meter dari as jalan; (2) Garis Sempadan Jalan Arteri Sekunder ditentukan paling sedikit 12,5 (dua belas koma lima) meter dari as jalan; (3) Lebar Badan Jalan Arteri Primer dan Lebar Badan Jalan Arteri Sekunder ditentukan paling sedikit 11 (sebelas) meter; Pasal 9 (1) Garis Sempadan Jalan Kolektor Primer ditentukan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter dari as jalan.; (21 Garis Sempadan Jalan Kolektor Sekunder ditentukan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter dari as jalan.; (3) Lebar Badan Jalan Kolektor Primer dan Lebar Badan Jalan Kolektor Sekunder ditentukan paling sedikit 9 (sembilan) meter; Pasal 1O (1) Garis Sempadan Jalan Lokal Primer ditentukan paling sedikit 5,5 (lima koma lima) meter dari as jalan; {21 Garis Sempadan Jalan Lokal Sekunder ditentukan paling sedikit 5,5 (lima koma lima) meter dari as jalan; (3) Lebar Badan Jalan Lokal Primer dan Lebar Badan Jalan Lokal Sekunder ditentukan paling sedikit 7,5 {tujuh koma lima} meter; Pasal 11 (1) Ruang Sempadan Jalan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat /instansi/ lembaga/ badan setelah mendapat izin dari penyelenggara j alan ; (21 Tata cara memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Bupati;

BAB V IZIN, REKOMENDASI DAN DISPEITSASI Pasal 12 (1) Pemanfaatan rua.ng manfaat jalan dan ruang milik jalan selain ke peruntukkannya, meliputi bangunan dan jaringan utilitas, iklan, media informasi, bangun bangunan, dan bangunan gedung didalam ruang milik jalan wajib memperolehlzin dari penyelenggara jalan; (21 Penggunaan ruang manfaat jalan yang memerlukan perlakuan khusus terhadap konstruksi jalan dan jembatan berupa muatan dan kendaraan dengan dimensi, muatan sumbu terberat dan/atau beban total melebihi st5.ndar wajib memperoleh dispensasi dari penyelenggara jalan sesuai kewenangannya; (3) Penerbitan izin penggunaan ruang pengawasan jalan untuk mendirikan bangunan gedung dan bangun bangunan yang tidak mengganggu keselamatan jalan dan keamanan konstruksi jalan wajib memperoleh rekomendasi dari penyelenggara j alan; Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan Peraturan yang berlaku. BAB VI I{ETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Peraturan ini akan diatur kemudian sesuai Pasal 15 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Buru. Ditetapkan di Namlea pada 7 Januari 2Ot4 L,f Diundangan di Namlea pada tanggal t7 Januari 2Ol4 4/ SEKRETARTS DAERAT*I - KABUPATEN BURU, 4"'LL ABDUL ADJID SOULISA BERITA DAERAH KABUPATEN BURU TAHUN 2OI4 NOMOR 03