II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Laut di Indonesia 2.2 Gambaran Umum Komoditas Ikan Kerapu

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN IKAN KERAPU MACAN DI KEPULAUAN SERIBU PROVINSI DKI JAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Taksonomi Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutattus)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Komoditas Ikan Kerapu 2.2 Kerapu Macan dan Kerapu Bebek

OPTIMASI PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN KERAPU MACAN PADA KELOMPOK SEA FARMING DI PULAU PANGGANG KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) kelas induk pokok (Parent Stock)

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Anyperodon, Cephalopholis, Cromileptes, Epinephelus, Plectropomus, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan kerapu macan di pasaran internasional dikenal dengan nama flower

IV. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

PERKEMBANGAN KEGIATAN PERIKANAN IKAN BANDENG PADA KERAMBA JARING TANCAP DI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Oleh : DEWI HERLINA A

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

ASPEK PRODUKSI, BUDIDAYA IKAN KERAPU DENGAN KARAMBA JARING APUNG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU MACAN DI PULAU PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

TINJAUAN PUSTAKA Prospek Budidaya Ikan Kerapu Macan di Indonesia. mengakibatkan harga jual ikan kerapu macan juga masih mahal.

Uji Organoleptik Ikan Mujair

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

Lampiran 1. Peta Lokasi Peneliti. Peta Teluk Levun Kabupaten Maluku Tenggara

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya hutan bakau yang membentang luas di

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

METODE PENELITIAN. Gambar 7 Lokasi penelitian di perairan dangkal Semak Daun.

PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

PENGARUH JENIS DAN WAKTU PEMBERIAN PAKAN TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN KERAPU MACAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

TINJAUAN PUSTAKA. perdagangan internasional dikenal sebagai Mud Crab dan bahasa latinnya Scylla

II. TINJAUAN PUSTAKA. empat genus anggota famili Serranidae yaitu Epinephelus, Variola, Plectropomus

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

I. PENDAHULUAN. ekonomis penting yang terdapat di perairan Indonesia. Ikan kerapu bernilai gizi

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

I. PENDAHULUAN. Kepiting bakau (Scylla serrata) dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai. Kepiting

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson) Sheedy (2006), klasifikasi ilmiah ikan Tenggiri yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Tabir merupakan sungai yang berada di Kecamatan Tabir Kabupaten

EFISIENSI PENGGUNAAN PLANKTON UNTUK PEMBENIHAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS LOBSTER

BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF

PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi

MODUL: PEMELIHARAAN INDUK

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda


POKOK BAHASAN VI TEKNIK BUDIDAYA TERIPANG. A. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

PENGKAYAAN STOK TERIPANG PASIR (Holothuria scabra) DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU

Kondisi perairan keramba jaring apung ikan kerapu di perairan Pulau Semujur Kabupaten Bangka Tengah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tujuh jenis ikan sidat dari total 18 jenis di dunia, ketujuh jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar

I. PENDAHULUAN. internasional. Menurut Aslan (1991), ciri-ciri umum genus Eucheuma yaitu : bentuk

bio.unsoed.ac.id di alternatif usaha budidaya ikan air tawar. Pemeliharaan ikan di sungai memiliki BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA DI PERAIRAN MENGALIR

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

TINJAUAN PUSTAKA. daerah yang berlumpur dan pada ekosistem mangrove. Ikan gelodok hanya

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A

III. METODOLOGI PENELITIAN

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA IKAN KERAPU SUNU

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

USAHA PENGGELONDONGAN IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN BUDIDAYA LAUT DI SULAWESI TENGGARA

I. PENDAHULUAN. diakibatkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah munculnya penyakit yang

MODUL: PEMANENAN DAN PENGEMASAN

IKAN HARUAN DI PERAIRAN RAWA KALIMANTAN SELATAN. Untung Bijaksana C / AIR

Pengenalan Jenis-jenis Kima Di Indonesia. Kima Lubang (Tridacna crosea)

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Umum Nanas

Bisnis Budidaya Ikan Bawal

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ikan gurami ( Osphronemus gouramy L.) merupakan ikan air tawar yang

PENENTUAN PEMBERIAN PAKAN DAN UKURAN BENIH SAAT TEBAR PADA PEMBESARAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Laut di Indonesia Secara garis besar, perikanan dibedakan menjadi dua jenis yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya baik di darat maupun di laut. Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang melalukan penangkapan terhadap hewan air dan tumbuhan air. Perikanan budidaya adalah kegiatan ekonomi yang melibatkan manusia dalam pengusahaankan hewan dan tumbuhan air. Menurut DKP (2005), sumberdaya perikanan di Indonesia dibagi menjadi dua wilayah perairan yaitu : (1) Perairan barat yang meliputi perairan : Selat Malaka, Timur Sumatra, Laut Jawa, Laut Cina Selatan, dan Timur Kalimantan; dan (2) Perairan timur yang meliputi perairan: Sulawesi, Irian, Maluku, Nusa Tenggara, dan Lautan Banda. Karakteristik perairan Barat Indonesia ditandai dengan perairan yang subur (banyak terdapat fitoplankton), dangkal dan sumberdaya ikan yang dominan adalah ikan domersal dan palagis kecil. Ikan palagis besar hanya terdapat di barat Sumatra, Selatan Jawa, dan Selat Makasar. Di perairan Timur Indonesia, ikan dominan adalah ikan palagis besar. Akibat dari over fishing, saat ini jumlah ikan di perairan Barat Indonesia lebih rendah dibandingkan perairan Timur. Daerah lain yang mengalami over fishing adalah perairan Utara Jawa, Selat Malaka, dan Selat Bali. Pada perairan Timur Indonesia hanya udang saja yang telah dieksplorasi dalam jumlah besar, seperti di perairan Laut Arafura dan Papua. 2.2 Gambaran Umum Komoditas Ikan Kerapu Nama ikan kerapu dalam pergaulan internasional kerapu dikenal dengan grouper atau trout, mempunyai sekitar 46 spesies yang tersebar di berbagai jenis habitat. Spesies tersebut, dapat dikelompokkan ke dalam tujuh genus meskipun hanya tiga genus yang sudah diusahakan dan menjadi jenis komersial yaitu genus Chromileptes, Plectropomus, dan Epinephelus. Spesies kerapu komersial Chromileptes altivelis termasuk jenis Serranidae, ordo Perciformes. Jenis kerapu ini disebut juga polka dot grouper atau hump backed rocked atau dalam bahasa lokal sering disebut ikan kerapu macan. Ciri-ciri tubuh adalah berwarna dasar 10

abu-abu dengan bintik hitam. Daerah habitatnya meliputi Kepulauan Seribu, Kepulauan Riau, Bangka, Lampung dan kawasan perairan berterumbu karang. Kerapu Sunu (coral trout) sering ditemukan hidup di perairan berkarang. Warna tubuh merah atau kecoklatan sehingga disebut juga kerapu merah, yang warnanya bisa berubah apabila dalam kondisi stres. Mempunyai bintik-bintik biru bertepi warna lebih gelap. Daerah habitat tersebar di perairan Kepulauan Karimunjawa, Kepulauan Seribu, Lampung Selatan, Kepulauan Riau, Bangka Selatan, dan perairan terumbu karang. Kerapu Lumpur atau estuary grouper (Epinephelus spp) mempunyai warna dasar hitam berbintik-bintik sehingga disebut juga kerapu hitam. Spesies ini paling banyak diusahakan karena laju pertumbuhannya yang cepat dan benih relatif lebih banyak ditemukan. Daerah habitat banyak ditemukan di Teluk Banten, Segara Anakan, Kepulauan Seribu. Lampung, dan daerah muara sungai. Ikan kerapu dapat diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut (Ghufran 2001) Filum : Chordata Klas : Pisces Ordo : Perciformes Famili : Serranidae Genus : Cromileptes Spesies : Cromileptes altivelis Genus : Plectropoma Spesies : Plectropoma maculatus, P. Leopardus, dan P.oligacanthus Genus : Epinephelus Spesies : Epinephelus suillus, E.malabaricus, E.fuscoguttatus, E.merra, dan E.maculatus. Ikan kerapu biasa disebut goropa atau kasai, semua spesies tersebut, ternyata berasal dari tujuh genus, yaitu Aethaloperca, Anyperodon, Cephalopholis, Cromileptes, Plectropoma, Epinephelus, dan Varicla. Dari tujuh genus tersebut, genus Cromileptes, Plectropoma, dan Epinephelus merupakan 11

golongan kerapu komersial bernilai ekonomi tinggi, yang diusahakan melalui penangkapan di alam maupun pengusahaan (Ghufran 2001). Ikan kerapu merupakan jenis ikan demersal yang menyukai hidup di perairan karang, di antaranya pada celah-celah karang atau di dalam gua di dasar perairan (DKP 2004). Secara umum, ikan kerapu memiliki kepala yang besar, mulut lebar, dan tubuhnya ditutupi sisik-sisik kecil. Bagian tepi operculum, bergerigi dan terdapat duri-duri pada operculum. Letak dua sirip punggungnya (yang pertama berbentuk duri-duri), terpisah. Semua jenis kerapu mempunyai tiga duri pada sirip dubur dan tiga duri pada bagian tepi operculum (Ghufran 2001). Ikan kerapu dikenal sebagai ikan pemangsa (predator) yang memangsa jenis-jenis ikan kecil, zooplankton, dan udang-udang kecil lainnya. Ikan kerapu bersifat hermaphrodit protogynous (hermaprodit protogini), yang berarti setelah mencapai ukuran tertentu, akan berganti kelamin (changce sex) dari betina menjadi jantan. Selain itu ikan kerapu tergolong jenis ikan yang bersifat hermaphrodit synchroni, yaitu di dalam satu gonad satu individu ikan, terdapat sel seks betina dan sel seks jantan yang dapat masak dalam waktu yang sama, sehingga ikan dapat mengadakan pembuahan sendiri dan dapat pula tidak. Ikan kerapu merupakan ikan berukuran besar, yang bobotnya dapat mencapai 450 kg atau lebih. Jenis ikan kerapu ini terdapat di berbagai perairan antara lain di Afrika, Taiwan, Filipina, Malaysia, Australia, Indonesia, dan Papua Nugini. Sementara di Indonesia, kerapu ditemukan di Teluk Banten, Segara Anakan, Kepulauan Seribu, Lampung, dan daerah muara sungai (Ghufran 2001). 2.2.1 Ciri-Ciri Morfologi Ikan Kerapu Ciri-ciri morfologi ikan kerapu adalah sebagai berikut (Wardana 1994): 1) Bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil daripada panjang dan tinggi tubuh. 2) Rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat. 3) Mulut lebar, serong ke atas dengan bibit bawah yang sedikit menonjol melibihi bibir atas. 12

4) Serip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang di mana bagian yang berjari-jari keras kurang lebih sama dengan yang berjari-jari lunak. 5) Posisi sirip perut berada di bawah sirip dada. 6) Badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid. 2.2.2 Jenis-Jenis Ikan Kerapu 1) Kerapu Bebek Kerapu bebek sering disebut sebagai kerapu tikus, di pasaran Internasional dikenal dengan nama polka-dot grouper, namun ada pula yang menyebutnya hump-backed rocked. Ikan kerapu bebek ini berbentuk pipih dan warna dasar kulit tubuhnya abu-abu dengan bintik-bintik hitam di seluruh permukaan tubuh. Kepala berukuran kecil dengan moncong agak meruncing. Kepala yang kecil mirip bebek menyebabkan jenis ikan ini populer disebut kerapu bebek, namun ada yang menyebutnya sebagai kerapu tikus, karena bentuk moncongnya yang meruncing menyerupai moncong tikus (Gambar 1). Gambar 1. Ikan Kerapu Bebek Ikan kerapu macan dikategorikan sebagai ikan konsumsi bila bobot tubuhnya telah mencapai 0,5 kg 2 kg per ekor. Selain dijual sebagai ikan konsumsi, ikan kerapu macan juga dapat dijual sebagai ikan hias dengan nama grace kelly. Ikan kerapu macan memiliki bentuk sirip yang membulat. Sirip punggung tersusun dari 10 jari-jari keras dan 19 jari-jari lunak. Pada sirip dubur, terdapat 3 jari-jari keras dan 10 jari-jari lunak. Ikan ini bisa mencapai panjang tubuh 70 cm atau lebih, namun yang dikonsumsi, umumnya berukuran 30 cm 50 13

cm. Ikan kerapu macan tergolong ikan buas yang memangsa ikan-ikan dan hewan-hewan kecil lainnya. Ikan kerapu macan merupakan salah satu ikan laut komersial yang mulai diusahakan baik dengan tujuan pembenihan maupun pembesaran. 2) Kerapu Sunu Ikan kerapu sunu biasa pula disebut sebagai ikan sunu atau ikan lodi. Ada dua jenis kerapu sunu yang dikenal sebagai ikan laut komersial, yaitu jenis Plectropoma maculatus atau populer dengan sebutan spotted coral trout dan jenis Plectropoma leopardus atau populer dengan sebutan leopard coral trout. Kerapu sunu memiliki tubuh agak bulat memanjang, dengan jari-jari keras pada sirip punggungnya. Warna tubuh sering mengalami perubahan tergantung pada kondisi lingkungan. Perubahan warna tubuh terjadi jika ikan dalam keadaan stres. Tubuh sering berwarna merah atau kecokelatan, sehingga kadang juga disebut kerapu merah atau kasai makot (Gambar 2). Gambar 2. Ikan Kerapu Sunu Tubuhnya terdapat bintik-bintik berwarna biru, dengan tepi gelap dan ada enam pita berwarna gelap, kadang-kadang tidak nampak. Ikan kerapu sunu jenis P.maculatus, mempunyai bintik yang tidak seragam, sedangkan jenis P. Leopardus, mempunyai bintik-bintik yang seragam. 3) Kerapu Lumpur Disebut sebagai kerapu lumpur, karena ikan ini betah hidup di dasar perairan. Nama lain dari jenis ikan kerapu ini adalah kerapu balong, estuary grouper, atau sering pula disebut kerapu hitam, walaupun sebenarnya memiliki warna dasar abu-abu dan berbintik-bintik. Ikan kerapu lumpur ini terdiri atas 14

beberapa macam, namun yang bernilai ekonomis tinggi dan telah umum diusahakan adalah Epinephelus suillus dan Epinephelus malabaricus. Jenis E. suillus memiliki tubuh berwarna abu-abu gelap dengan kombinasi bintik cokelat dan lima garis menyerupai pita gelap samar yang memanjang pada tubuhnya (Gambar 3). Gambar 3. Ikan Kerapu Lumpur Ikan kerapu lumpur banyak diusahakan karena pertumbuhannya cepat dan benihnya paling mudah diperoleh di laut, terutama pada musim-musim tertentu sedangkan jenis E. Malabaricus, memiliki tubuh dengan warna dasar abu-abu agak muda dengan bintik hitam kecil. Habitat ikan kerapu lumpur ada di kawasan terumbu karang, perairan berpasir, dan bahkan hutan mangrove, serta muaramuara sungai. Ikan kerapu lumpur ukuran konsumsi biasanya memiliki bobot tubuh berkisar antara 400 g 1.200 g per ekor. 4) Kerapu Macan Bentuk ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mirip dengan kerapu lumpur, tetapi dengan badan yang agak lebar. Masyarakat Internasional menyebutnya dengan sebutan flower atau carpet cod (Ghufran M 2001). Ikan kerapu macan memiliki mulut lebar serong ke atas dengan bibir bawah menonjol ke atas dan sirip ekor yang umumnya membulat (rounded). Warna dasar sawo matang, perut bagian bawah agak keputihan dan pada badannya terdapat titik berwarna merah kecokelatan, serta tampak pula 4-6 baris warna gelap yang melintang hingga ekornya. Badan ditutupi oleh sisik kecil, mengkilat dan memiliki ciri-ciri loreng (Antoro 2004). Gambar ikan kerapu macan dapat dilihat pada Gambar 4. 15

Gambar 4. Ikan Kerapu Macan 2.3 Prospek Pengusahaan Ikan Kerapu Pengusahaan laut (Marine cultur) adalah suatu kegiatan pemeliharaan organisme akuatik laut dalam wadah dan perairan yang terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan. Ada beberapa jenis sistem pengusahaan yang bisa digunakan di laut, yaitu sistem kandang (Pen culture), sistem keramba (Cage culture), dan tali panjang (Longline). Sistem pengusahaan yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah sistem kandang dan sistem keramba. Sistem kandang adalah metode pengusahaan yang membatasi suatu wilayah di laut dengan luasan tertentu dengan menggunakan kurungan tancap (dikenal dengan keramba jaring tancap/kjt) atau kurungan apung (dikenal dengan Keramba Jaring Apung/KJA). Sistem ini juga biasa pada pengusahaan ikan air tawar dan air payau, tetapi tingkat keberhasilannya di laut masih belum maksimal dibandingkan dengan di air tawar dan payau. Sistem metode pengusahaan dengan cara membuat suatu bangunan semi permanen di laut dan menempatkan jaring di laut dan menempatkan jaring di tengahnya dengan kedalaman tertentu. Sistem ini yang paling banyak digunakan pada pengusahaan laut di Indonesia. Produksi ikan kerapu saat ini masih relatif rendah sehingga mengakibatkan harga jual kerapu juga masih mahal dibandingkan dengan keadaan mati (segar). Harga ikan kerapu bebek (Chmoreleptis altivelis) di tingkat produsen atau pengusahaan KJA mencapi Rp 400.000 per kilogram, sedangkan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) Rp 130.000 Per kilogram. Rendahnya produksi kerapu disebabkan oleh masih tingginya penangkapan langsung dari laut yang bisa menggunakan alat tangkap kail, yaitu hand line dan longline. Alat tangkap ini 16

hanya bisa satu per satu sehingga dibutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan kerapu dalam jumlah besar. Selain itu jumlah kerapu di laut juga semakin berkurang karena terjadi over fishing di beberapa daerah dan penggunaan bahan peledak serta potasium sianida yang mengakibatkan anak-anak kerapu yang belum layak tangkap mati. Penangkapan dengan menggunakan cara di atas juga mengakibatkan ikan yang didapat dalam keadaan mati, padahal permintaan pasar luar negeri maupun dalam negeri lebih banyak menginginkan kerapu dalam keadaan hidup. Kegiatan pengusahaan kerapu macan relatif lebih mudah dan peluang keberhasilannya juga tinggi dibandingkan ikan kerapu jenis lain, udang maupun bandeng tambak. Ikan kerapu macan mudah untuk diusahakan karena tingkat keberhasilan hidupnya (survival rate) tinggi serta pakan alami (ikan rucah) bisa menggunakan ikan laut manapun. Kendala teknis yang paling banyak ditemukan adalah ketersediaan benih kerapu, karena selama ini pengusahaan sangat tergantung dari hasil tangkapan laut. Namun ketersediaan benih dari laut tidak kontinyu dan semakin sedikit. Sari (2006), tingkat pemanfaatan kerapu hasil tangkapan di Kepulauan Seribu telah melampaui batas optimal yang disarankan. Produksi penangkapan dan produksi pengusahaan kerapu pada operasi optimal sebesar 32.798 kilogram per tahun. Permasalahan benih telah dapat teratasi dengan adanya BBL yang menjual benih kerapu yang berkualitas tinggi dan harga yang lebih murah, serta hatcheri yang ada di Bali dan Situbondo (Jawa Timur) sehingga pengusahaan ikan kerapu tidak lagi sepenuhnya bergantung pada benih yang berasal dari laut. Berdasarkan keadaan di atas dapat dilihat pengusahaan ikan kerapu macan memiliki peluang untuk dikembangkan. Meskipun demikian analisis kelayakan pengusahaan ikan kerapu macan tetap diperlukan untuk mencegah kerugian investor atau pengusahaan ikan kerapu macan sebelum menanamkan modalnya. Pengusahaan dengan sistem keramba yang dilakukan pemerintah beserta instansi yang terkait menyebabkan peningkatan pengusahaan dengan sistem keramba jaring apung. 17

2.4 Pengusahaan Ikan Kerapu Pengusahaan ikan kerapu macan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu pembenihan dan pembesaran ikan kerapu macan. Kegiatan pembenihan adalah kegiatan produksi yang menghasilkan benih ikan ukuran 5-7 cm yang biasa disebut dengan fingerling. Kegiatan pembenihan sampai dengan fingerling berkisar antara 3-4 bulan (tergantung dari jenis ikan kerapu). Kegiatan pembenihan sampai dengan fingerling ini merupakan kegiatan yang cukup menarik, terutama untuk menghasilkan benih dari berukuran 2-3 cm menjadi berukuran 5-7 cm. Dalam jangka waktu yang tidak begitu lama sekitar 60 hari, perbandingan harga benih yang berukuran 2-3 cm dengan yang berukuran 5-7 cm meningkat sampai sekitar 100 persen yang memberikan keuntungan sekitar 70 persen. Kegiatan pembenihan ini dapat dilakukan di dalam tangki pengusahaan berkapasitas 1-2 m 3 atau dalam keramba jaring apung (dimensi 1,5 m x 1,5 m x 1,5 m dan mesh size 3-4 mm) dengan kepadatan 250-300 ekor per m 3. Pakan yang diberikan sebaiknya pelet kering dengan kadar protein sekitar 40 persen (Nainggolan 2003). Pembesaran jenis ikan kerapu sampai dengan berukuran konsumsi berkisar antara 7-10 bulan, tergantung dari jenis ikan kerapu yang dibesarkan (untuk kerapu macan dibutuhkan waktu sekitar 7 bulan dan untuk kerapu tikus sekitar 10 bulan). Pembesaran ikan kerapu untuk menjadi ikan kerapu muda ukuran 100 g per ekor dari ukuran fingerling diperlukan waktu 3-4 bulan pada kerapu macan dan 7-10 bulan pada kerapu tikus. Pembesaran ikan kerapu biasanya dilaksanakan dengan menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA) atau di dalam tangki pembesaran dengan sistem air mengalir (Nainggolan 2003). Pakan yang diberikan dapat berupa ikan rucah atau pelet. Usaha pembesaran ikan kerapu di lapangan (yang dilakukan masyarakat) cukup bervariasi. Ada yang membesarkan dari fingerling sampai dengan menjadi ukuran konsumsi, ada pula yang membesarkan dari fingerling sampai dengan ukuran 100 g per ekor (ikan kerapu muda) dan dari ikan kerapu muda sampai ukuran konsumsi (sekitar 500-1.200 g per ekor). Pemeliharaan dari ukuran 100 g per ekor sampai dengan lebih besar dari 500 g per ekor memerlukan waktu 3-5 bulan 18

untuk ikan kerapu macan dan 8-10 bulan untuk ikan kerapu tikus (Nainggolan et al. 2003). 2.5 Keramba Jaring Apung (KJA) Keramba jaring apung (biasa disebut kejapung) biasa digunakan untuk menamai wadah pemeliharaan ikan, terbuat dari jaring yang dibentuk segiempat atau silindris dan diapungkan dalam air permukaan menggunakan pelampung dan kerangka kayu, bambu atau besi, serta sistem penjangkaran. Sesuai dengan sifatnya yang sangat dipengaruhi kondisi perairan, lingkungan bagi kegiatan pengusahaan laut dalam bentuk keramba jaring apung sangat menentukan keberhasilan usaha. Pemilihan lokasi merupakan hal yang sangat penting bagi usaha pemeliharaan ikan dalam keramba jaring apung. Komoditas yang dapat dipelihara dalam keramba jaring apung di laut tropis yaitu berbagai spesies ikan kerapu seperti kerapu lumpur, kerapu macan, kerapu sunu, kerapu tikus, dan kerapu lemak serta beberapa spesies lain seperti ikan beronang, kuwe, lobster, kakap merah, kakap putih, bandeng dan nila merah (Achmad 1995). Pemilihan komoditas yang akan diusahakan mempengaruhi kontruksi keramba jaring apung. Keramba jaring apung dengan banyak sudut seperti segienam, segidelapan, atau segiempat cocok untuk pemeliharaan ikan kerapu. Hal ini dikarenakan semua spesies ikan kerapu cenderung hidup bersembunyi, berbaring di dasar perairan di bawah naungan (Achmad 1995). Menurut Kiswaloejo (2004) berdasarkan letak keramba dalam perairan, dikenal tiga jenis keramba, yaitu: 1) Keramba Jaring Apung Keramba biasanya dipakai di sungai yang dalam, danau atau waduk atau bendungan. Keramba ini terletak di permukaan air, di mana setiap pelampungnya berada di permukaan air. 2) Keramba Tancap Keramba tancap terletak di dasar perairan. Keramba ini terbagi dua, yaitu keramba yang diletakkan di dasar perairan dan keramba yang ditanam di dasar perairan. Keramba di dasar perairan umumnya digunakan pada perairan yang sempit dan tidak begitu dalam, seperti pada sungai-sungai kecil atau saluran air yang lebarnya tidak lebih dari 2 meter. Keramba ini tidak menggunakan alas, 19

karena alas keramba ini adalah dasar perairan itu sendiri. Oleh karena itu dipilih dasar perairan yang agak keras untuk meletakkan keramba ini. Keramba yang seluruhnya ditanam di dasar perairan umumnya di pasang pada sungai-sungai atau saluran air yang dangkal dan mempunyai dasar perairan yang agak keras. Keuntungan menggunakan keramba ini adalah tidak menimbulkan hambatan terhadap kelancaran arus sungai, karena posisi keramba berada di bawah permukaan dasar perairan dan memiliki daya tahan yang cukup lama, sehingga akan terhindar dari benturan benda-benda keras. 3) Keramba Tenggelam Keramba tenggelam dikembangkan di daerah perairan yang agak dalam. Keramba ini dilengkapi dengan alas, pelampung, jangkar dan pemberat agar tidak mudah hanyut oleh arus air. Keramba tenggelam dipakai di sungai yang dalam, danau, waduk atau bendungan. Keramba tenggelam ini berada beberapa puluh cm di bawah permukaan air, sehingga dalam proses pemberian pakan ikan kerapu macan perlu diberi pipa pakan ikan. Kontruksi keramba jaring apung selain dipengaruhi oleh spesies yang dipelihara juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, metode pengusahaan, sifat bahan, dan keterampilan tenaga setempat. Secara ideal bahan yang digunakan untuk keramba jaring apung harus kuat, ringan, tahan cuaca dan korosi, mudah dikerjakan dan diperbaiki, bebas gesekan, tekstur halus agar tidak melukai ikan. Selain itu tata letak keramba jaring apung harus diperhitungkan berdasarkan arah dan kekuatan arus karena bentuk keramba jaring apung di laut sangat dipengaruhi oleh arus (Achmad 1995) Menurut Kordi (2005), keramba atau kurungan berfungsi sebagai wadah pemeliharaan dan pelindung ikan. Keramba yang telah dirakit dan siap untuk dipasang belum tersedia di pasar. Bahan yang tersedia masih dalam bentuk jaring polietilen (PE) yang digulung dan dijual berdasarkan bobot. Keramba dapat dibedakan menjadi keramba pendederan, keramba penggelondongan, dan keramba pembesaran. Keramba pendederan terbuat dari jaring yang bermata jaring kecil (sekitar 4 mm) yang ditempatkan dalam keramba besar. Keramba penggelondongan berukuran 3m x 3m x 3m dan terbuat dari jaring PE dengan mata jaring berukuran 20

1 inchi. Keramba pembesaran dibuat dengan ukuran 3m x 3m x 3m yang menggunakan jaring PE bermata jaring 1,5 inchi 2 inchi (Kordi K 2005). 2.6 Pengusahaan Ikan Kerapu dengan Sistem KJA Keramba jaring apung (KJA) adalah sistem pengusahaan yang paling banyak digunakan di Indonesia. KJA telah dilakukan di Jepang pada tahun 1954 dan kemudian menyebar ke Malaysia pada tahun 1973. Di Indonesia KJA mulai dikenal pada tahun 1976 di Kepulauan Riau dan sekitarnya, sedangkan di Teluk Banten dimulai pada tahun 1979. Salah satu kelebihan KJA adalah ikan dapat dipelihara pada kepadatan yang tinggi tanpa kekurangan oksigen. Sarana dan prasarana yang idealnya digunakan dalam usaha pengusahaan ikan kerapu antara lain : 1) Rakit Kontruksi wadah pengusahaan ikan kerapu macan merupakan kontruksi berupa rakit. Rakit adalah kotak yang dilengkapi dengan pelampung yang biasanya berupa tong plastik atau styrofoam. Rakit ini merupakan wadah untuk melekatkan atau mengikat jaring. Rakit biasanya terbuat dari kayu dengan ukuran bingkai 8 x 8 meter, di mana tiap rakit menjadi empat kotak berukuran 3,5 x 3,5 meter. 2) Waring Waring adalah kantong yang terbuat dari jaring. Waring digunakan sebagai wadah untuk memelihara ikan kerapu. Untuk pembesaran ikan kerapu, jaring yang digunakan berukuran 3,5 x 3,5 x 3,5 meter dengan ukuran mata jaring (mesh size) 1-2 inci. 3) Perahu Perahu merupakan sarana transportasi petani keramba. Perahu ini juga dapat digunakan untuk pencarian pakan alami ikan kerapu (rucah). Idealnya setiap petani KJA memiliki minimal satu perahu. 21

2.7 Karakteristik Lokasi Pengusahaan Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar KJA dapat berjalan dengan baik. Persyaratan tata letak yang umum harus dipenuhi dalam memilih lokasi keramba adalah sebagai berikut : 1) Terlindung dari angin dan gelombang besar Angin dan gelombang besar dapat merusak kontruksi sarana pengusahaan (rakit) dan dapat menganggu aktivitas pengusahaan seperti pemberian pakan. Tinggi gelombang yang disarankan untuk pengusahaan kerapu tidak lebih dari 0,5 meter. 2) Kedalaman perairan Kedalaman perairan ideal untuk pengusahaan ikan kerapu macan dengan menggunakan keramba jaring apung adalah 5-15 meter. Perairan yang selalu dangkal (kurang dari lima meter) dapat mempengaruhi kualitas air karena banyak sisa pakan yang membusuk. Pada perairan yang kedalamnnya lebih dari 15 meter dibutuhkan tali yang panjang untuk mengikat jangkar sehingga dibutuhkan tambahan biaya. 3) Jauh dari limbah pencemaran Lokasi yang jauh dari buangan limbah industri, pertanian, rumah tangga, dan tambak sangat dianjurkan untuk pengusahaan ikan kerapu macan dengan sistem KJA. Limbah rumah tangga biasanya dapat menyebabkan tingginya bakteri perairan. Limbah industri dapat membuat konsentrasi logam berat di perairan tinggi. Sementara limbah tambak dapat meningkatkan kesuburan perairan sehingga organisme penempel seperti teritip dan kerang kerangan perairan tumbuh subur dan dapat menyebabkan jaring menjadi tertutup. 4) Dekat sumber pakan Sumber pakan yang dekat dengan lokasi keramba sangat penting karena pakan merupakan kunci keberhasilan pengusahaan ikan kerapu. Pakan yang akan diberikan terbagi menjadi dua jenis, yaitu pakan rucah dan pakan buatan. Daerah penangkapan ikan dengan menggunakan lift net merupakan lokasi terbaik karena pakan merupakan ikan segar dapat diperoleh dengan mudah dan murah. 22

5) Sarana transportasi Tersedianya sarana trasportasi yang baik dan mudah diakses adalah suatu keuntungan tersendiri pada lokasi pengusahaan ikan kerapu macan karena memberikan kemudahan dalam hal pengangkutan pakan dan hasil panen. Khusus untuk pengusahaan ikan kerapu macan dengan sistem KJA, kriteria-kriteria kesesuaian lahannya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Matriks Kesesuaian untuk Cage Culture (Keramba Jaring Apung) No Parameter Kriteria Kesesuaian 1 Keterlindungan Sangat terlindung 2 Kedalaman peraiaran 5-15 meter 3 Substrat dasar perairan Karang berpasir 4 Arus 0,15-0,35 m/detik 5 Kecerahan 60 C 6 Salinitas (ppt) 29-31 ppt 7 Suhu 28-32 C 8 DO (mg/l) 2 9 ph 6,5-8,5 Sumber : Soebagio 2004 Kondisi yang ditemukan di lapangan akan dibandingkan dengan kriteriakriteria yang terdapat pada literatur-literatur berupa hasil-hasil penelitian yang terlibat dalam proyek pemerintah ini dari data yang dimiliki di instansi pemerintah setempat. 2.8 Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisis kelayakan usaha pengusahaan komoditas perikanan seperti pengusahaan ikan, lobster air tawar, dan udang. Salah satunya adalah Atmoko (2006) yang melakukan penelitian dengan judul Analisis Usahatani Pembesaran dan Pemasaran Ikan Mas. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menganalisis keragaan dan kelayakan usahatani pembesaran ikan mas berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek finansial, dan aspek lingkungan. Selain itu juga menganalisis tingkat sensitivitas kelayakan 23

usahatani terhadap perubahan harga pakan, benih, biaya tenaga kerja, penurunan harga jual serta penurunan volume produksi. Marjin pemasaran dan saluran pemasaran juga dianalisis untuk mengetahui tingkat efesiensi usahatani pembesaran ikan mas. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis pendapatan usahatani, analisis kelayakan investasi, analisis sensitivitas, dan analisis biaya pemasaran. Hasil dari penelitian didapatkan kesimpulan bahwa dari aspek pasar, aspek teknis, aspek lingkungan, dan aspek finansial usahatani tersebut dapat dijalankan. Usaha di atas memiliki tingkat kepekaan yang rendah terhadap perubahan yang telah diasumsikan. Secara keseluruhan saluran pemasaran kurang efisien, hal ini disebabkan oleh tingginya biaya pemasaran dan menyebabkan tingginya marjin pemasaran ikan mas. Herlina (2006) juga melakukan penelitian yang berjudul Usaha Pengusahaan Pendederan Ikan Kerapu Macan Di Pulau Semak Daun. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kelayakan usaha pendederan ikan kerapu macan ditinjau dari aspek finansial, aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen. Metode yang digunakan adalah analisis deskiptif untuk menganalisis data yang tidak termasuk dalam aspek finansial dan analisis kuantitatif untuk analisis data finansial. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan usaha pengusahaan tersebut dari aspek pasar, teknis, dan manajemen layak untuk diusahakan. Secara finansial tidak layak di usahakan karena nilai jual benih yang dihasilkan di bawah harga pasar, namun usaha tersebut dapat layak diusahakan apabila harga benih yang dijual mengikuti harga pasar. Beberapa penelitian lain yang terkait dengan kelayakan usaha pengusahaan komoditas perikanan juga dilakukan oleh Riska (2008) yang melakukan penelitian dengan Judul Analisis Ekonomi Pengusahaan Ikan Kerapu Pada Kelompok Sea farming Dengan Sistem Keramba Jaring Apung Dan Jaring Tancap di Kelurahan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Kegiatan pengusahaan dengan menggunakan keramba jaring apung dan keramba jaring tancap ini memiliki lima tahap yaitu, tahap persiapan, dalam tahap persiapan dilakukan pemilihan lokasi dan pembuatan keramba untuk pembesaran ikan kerapu. Tahap penebaran benih, yaitu kegiatan penebaran benih ikan kerapu pada keramba jaring apung dan tancap yang dilakukan pada pagi atau sore hari. Tahap pemeliharaan, 24

yaitu kegiatan pemeliharaan ikan kerapu seperti pemberian pakan, pencucian jaring, dan pencucian ikan. Pemanenan, pemanenan dilakukan ketika ikan kerapu berumur 8-12 bulan dengan ukuran berkisar antara 3-7 ons. Pemasaran, pempengusahaan ikan kerapu di Kelompok Sea farming dalam memasarkan ikan kerapu melalui pedagang pengumpul di Pulau Panggang. Usaha pengusahaan ikan kerapu pada tahap awal dengan sistem Keramba Jaring Apung belum memberikan manfat secara langsung bagi pempengusahaan. Hal ini dapat dilihat dari identifikasi biaya dan manfaat langsung yang menunjukkan nilai manfaat bersih sebesar Rp(378.239,20). Di sisi lain, manfaat tidak langsung dari usaha pengusahaan ini telah dirasakan bagi masyarakat Pulau Panggang yaitu dengan adanya nilai tambah bagi nelayan sebagai penjual ikan rucah untuk pakan ikan kerapu sebesar Rp11.978.571,43 dan menghasilkan nilai tambah bagi pedagang pengumpul sebesar Rp112.307.071,67. Usaha pengusahaan pada tahap awal dengan sistem Keramba Jaring Tancap telah memberikan manfaat langsung dan tak langsung. Hal ini dapat dilihat dari Net Present Value (NPV) sebesar Rp41.772.562,85. Net B/C dari usaha pengusahaan dengan Keramba Jaring Tancap adalah sebesar 3,24. Menurut Wahyuni (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Skala Ekonomi Pengusahaan Kerapu Dalam Kerangka Sea farming Di Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu belum optimal, sehingga keutungan yang diperoleh belum maksimum. Keuntungan yang diperoleh dari usaha pengusahaan ikan kerapu macan pada kondisi aktual sebesar Rp 252.801,87 per musim tanam, sedangkan keuntungan yang diperoleh pada kondisi optimal sebesar Rp 2.954,29 per musim tanam. Menurut Amril (2008) yang melakukan penelitian yang berjudul Efektivitas dan Strategi Pengembangan Sea farming Di Kabupaten Kepulauan Seribu didapatkan hasil perhitungan ekonomi yang membandingkan tingkat keuntungan pada kegiatan sebelum dengan sesudah kegiatan Sea farming maka dihasilkan, keuntungan sebelum Sea farming Rp 96.043.333,33 dan setelah kegiatan Sea farming Rp 14.113.333,33. Keuntungan berasal dari total penerimaan dikurangi total biaya. Nilai tersebut merupakan akumulasi dari hasil yang diterima 10 responden. Bila di rata-ratakan maka keuntungan sebelum Sea 25

farming Rp 9.694.333,33 sedangkan setelah Sea farming sebesar Rp 1.411.333,33. Keutungan yang didapat merupakan keuntungan dalam satu tahun. Analisis lain yang digunakan dalam perhitungan ekonomi ini dengan menggunakan analisis R/C. Kondisi sebelum Sea farming memiliki R/C sebesar 1,76 sedangkan setelah Sea farming 1,11 dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan sebelum Sea farming belum dapat meningkatkan pendapatan nelayan. R/C yang dimiliki lebih kecil dibandingkan dengan kegiatan sebelum Sea farming, kondisi ini disebabkan karena kegiatan Sea farming masih baru berjalan sehingga banyak masalah yang ditemukan diantaranya penyediaan bibit ikan dan pakan yang masih sulit dan mahal. Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Atmoko (2006), perbedaan yang ada dengan penelitian ini adalah jenis komoditas yang akan dianalisis secara finansial dan non finansial. Sedangkan penelitian lain memiliki perbedaan yang ada dengan penelitian ini adalah setiap penelitian terdahulu dilakukan hanya dengan melihat aspek finansial dari masing-masing usaha dan Amril (2008) yaitu dengan membandingkan antara pendapatan nelayan budidaya dan sebelum menjadi nelayan budidaya. Selain itu penelitian ini juga membuat alternatif model usaha yang akan dikembangkan oleh nelayan budidaya ikan kerapu macan. 26

Perbedaan dan persamaan anatara penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu No Penelitian/Tahun Persamaan Perbedaan 1 Atmoko 2006 Menganalisis keragaan dan kelayakan usahatani pembesaran ikan mas berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, finansial, dan lingkungan. Analisis marjin pemasaran dan saluran pemasaran untuk mengetahui tingkat efisiensi usahatani. 2 Herlina 2006 Menganalisis kelayakan usaha pendederan ikan kerapu macan ditinjau dari aspek finansial, aspek pasar, aspek teknis, dan aspek manajemen. 3 Riska 2008 Menganalisis usaha pengusahaan ikan kerapu macan pada kelompok tani sea farming 4 Wahyuni 2008 Menganalisis usaha pengusahaan ikan kerapu macan pada kelompok tani sea farming 5 Amril 2008 Menganalisis usaha pengusahaan ikan kerapu macan pada kelompok tani sea farming. Dilakukan pada usaha pendederan ikan kerapu macan, tidak pada pembesaran. Menganalisis usaha budidaya ikan kerapu macan dari segi ekonomi dan membandingkan antara sistem keramba jaring apung dan keramba jaring tancap yang dilihat dari sistem kelembagaan sea farming. Menganalisis usaha budidaya ikan kerapu macan dari segi ekonomi dan membandingkan antara sistem keramba jaring apung dan keramba jaring tancap. Membandingkan antara pendapatan petani sebelum sea farming dan setelah menjadi anggota sea farming sudah optimal dan efektif. 27