BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB 1 PENDAHULUAN. individu dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

PERSEPSI PERAWAT TENTANG TERAPI BERMAIN DIRUANG ANAK RSUP DOKTER KARIADI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. mengurus anak, dan kerap kali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status

BAB I PENDAHULUAN. anak dengan masalah perkembangan dan memiliki karakteristik dan. kebutuhan yang berbeda dengan anak perkembangan normal lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. dan menurun pada usia 10 tahun (Hoffbrand, 2005). Berdasarkan data tahun 2010 dari American Cancer Society, jumlah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. asuhan keperawatan yang berkesinambungan (Raden dan Traft dalam. dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. abnormal yang melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan pada anak telah mengalami pergeseran dan kemajuan yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. stress yang mungkin ia sudah tidak mampu mengatasinya (Keliat, 1998). Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Praktik klinik dalam keperawatanadalah kesempatan kepada semua. yang sesungguhnya(emilia, 2008). Pembelajaran klinik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perilaku pada seseorang. Selain itu, individu mengalami keterbatasan

BAB 1 PENDAHULUAN. kardiovaskuler. Insiden dan mortalitas kanker terus meningkat. Jumlah penderita

BAB I PENDAHULUAN. adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana. individu tidak mampu mencapai tujuan, putus asa, gelisah,

BAB I PENDAHULUAN. panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati ( Hadisaputro &

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yaitu fisik, psikologis, dan sosial. Leukemia adalah kanker yang

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. Spiritualitas merupakan sesuatu yang di percayai oleh seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan. National Comorbidity Study (NSC) mengungkapkan 1 dari 4 orang

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri, lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang insidennya

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keluarga berfungsi tinggi untuk membantu dalam menjaga

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dunia, seperti yang disampaikan oleh UNICEF sebagai salah. anak, perlindungan dan pengembangan anak (James, 2000).

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. adanya bahaya (Mulyono, 2008). Beberapa kasus kecemasan (5-42%),

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. urin (Brockop dan Marrie, 1999 dalam Jevuska, 2006). Kateterisasi urin ini

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Diah Luki Yunita Sari J

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan. tertentu yang terencana atau darurat, mengharuskan anak

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta bebas dari penyakit atau kelemahan. Anak yang sehat diharapkan mampu menjalankan aktifitas sehari-hari untuk belajar, bermain dan melaksanakan tugas tumbuh kembangnya. Tubuh kembang anak akan terganggu saat anak sakit. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa seorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktifitas dan kegiatannya terganggu. Anak sakit tidak dapat melakukan tugas perkembangannya dengan baik. Anak yang seharusnya bermain dan belajar sesuai usianya, harus menjalani hospitalisasi karena sakit. Hospitalisasi merupakan suatu proses karena suatu alasan darurat atau berencana yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi atau perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah. Selama proses hospitalisasi anak, cemas tidak hanya dialami oleh anak yang dirawat tetapi juga orang tua anak, sehingga asuhan keperawatan tidak hanya berfokus pada anak tetapi juga kepada orang tuanya (Supartini, 2004).

2 Dengan demikian pada perawatan anak, orang tua adalah orang yang terdekat bagi anak, maka observasi orang tua dalam setiap perubahan perilaku dan memberikan tanggapan sebagaimana mestinya sangat diperlukan sekali dalam membantu setiap tindakan perawatan yang dilakukan terhadap anak. Oleh karena itu anak bukan merupakan orang satu-satunya yang harus bersiap sebelum masuk rumah sakit, orang tua juga harus bersiap, karena sikap orang tua memainkan peranan penting dalam perawatan anaknya (Nursalam, 2008). Orang tua akan dituntut untuk lebih berperan apabila anak sakit menjalani perawatan di rumah sakit, karena anak membutuhkan kasih sayang dan perhatian yang lebih dari orang tua. Menurut Wong (2009), berbagai perasaan cemas yang muncul pada orang tua ketika anaknya dirawat di rumah sakit yaitu : marah, takut, sedih, dan rasa bersalah. Perasaan tersebut dapat timbul terutama pada mereka yang baru pertama kali mengalami perawatan anak di rumah sakit, orang tua yang kurang mendapatkan dukungan emosi dan sosial ekonomi dari keluarga, dan perawatan yang kurang menyenangkan dari petugas kesehatan akan menyebabkan rasa cemas dari orang tua tersebut. Untuk lebih lanjut Wong (2009), juga memaparkan penelitian lain menunjukkan bahwa pada saat mendengarkan keputusan dokter tentang diagnosis penyakit anaknya merupakan kejadian yang sangat membuat cemas orang tua. Orang tua merasa tidak percaya jika penyakit timbul secara tibatiba dan anaknya harus dirawat, yang akhirnya mendorong orang tua berusaha mencari penyebab dari penyebab penyakit anaknya.

3 Takut dan cemas biasanya dikaitkan dengan tingkat keseriusan penyakit dan jenis penyakit dan jenis prosedur medis yang dialami anak. Geraw (dikutip dalam Supartini, 2004) ada beberapa hal yang juga mempengaruhi kecemasan orang tua akibat perawatan anak selama di rumah sakit diantaranya adalah : orang tua takut anaknya akan mengalami kecacatan, takut akan kehilangan, masalah sosial ekonomi, kurangnya pemberian informasi dari tenaga kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian Geraw (dikutip dalam Supartini, 2004) di Amerika Serikat, diperoleh bahwa dari 50 ribu orang tua yang anaknya di rawat beberapa rumah sakit di kota New York, 30% mengalami kecemasan berat. Kecemasan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu takut anak akan menderita cacat ( 63% ), takut kehilangan ( 21,3% ), masalah sosial ekonomi ( 10,7% ), takut akan hal yang tidak diketahui atau kurangnya informasi ( 5% ). Menurut Hidayat ( 2005 ) di Indonesia ditemukan bahwa 39,6 % orang tua mengalami distress tingkah laku dan peningkatan tekanan darah dalam menghadapi perawatan anak di rumah sakit. Desrika ( 2003 ) melakukan penelitian di RSUP DR. M. Djamil Padang didapatkan 65 % orangtua mengalami kecemasan sedang pada saat anak dirawat. Dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa ibu lebih cemas dibandingkan ayah dengan presentase kecemasan ibu 60 % dan ayah 40 %. Menurut Rahmi (2008), 28 % orang tua mengalami kecemasan berat, 12 % mengalami kecemasan sedang dan 60 % lainnya mengalami kecemsan ringan pada saat anaknya mendapatkan prosedur invasif.

4 Tiedman (2006) meneliti respon cemas orangtua yang anaknya mengalami hospitalisasi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa terjadi penurunan tingkat kecemasan orangtua dari awal masuk rumah sakit sampai pulang. Terdapat hubungan antara kecemasan orangtua dan lamanya anak dirawat di rumah sakit. Tidak ada hubungan antara kecemasan orangtua dengan usia anak, jenis kelamin, dan riwayat pernah dirawat sebelumnya. Efek hospitalisasi jangka pendek maupun jangka panjang baik pada anak dan orangtua dapat diminimalkan dengan mengoptimalkan peran perawat. Potter & Perry ( 2005) menjelaskan bahwa salah satu peran perawat yaitu educator dimana perawat mendemonstrasikan prosedur, memberikan informasi penting, dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling sering berintekrasi dengan anak dan keluarga sangat berperan dalam meminimalisasi cemas sebagai dampak hospitalisasi yang terjadi pada anak dan keluarga. Mok dan Leung ( 2006) dalam penelitiannya tentang perawat sebagai pemberi dukungan pada ibu sebagai orang tua anak yang dirawat di rumah sakit menjelaskan orang tua merasa lebih tenang ketika tim keperawatan mampu memberikan dukungan sehingga mereka mampu membentuk koping positif. Pendapat yang tidak jauh berbeda dijelaskan oleh Trask, et.al (2003) dalam penelitiannya tentang koping dan dukungan sosial keluarga menjelaskan bahwa perawat memiliki peran dan fungsi yang penting dalam membantu koping orang tua selama hospitalisasi.

5 Interaksi antara perawat, klien dan keluarga (orangtua) memberikan pengaruh besar terhadap perawatan anak di rumah sakit. Interaksi terbangun dari hubungan yang baik antara perawat, anak dan orang tua. Penelitian oleh Espezel dan Canam (2003) tentang interaksi perawat, anak dan orang tua menjelaskan bahwa saat hubungan baik terbangun antara orang tua dan perawat maka akan mempermudah proses perawatan. Membangun hubungan antara perawat dan orang tua termasuk didalamnya adalah membangun komunikasi dan berbagai informasi. Komunikasi yang baik akan membangun hubungan yang baik pula. Pemberian informasi kepada orangtua dan klien saat hospitalisasi merupakan salah satu bentuk dukungan perawat (Sanjari et al, 2009). Dukungan informasi adalah pemberian informasi kepada orang tua dengan bahasa yang mampu dipahami tentang penyakit anak, pengobatan, perkembangan, perawatan yang diberikan, perilaku anak, respon emosional anak, dan peran orang tua dalam merawat anak di rumah sakit ( Miles, Carlon & Brunsen 2004). Dalam hasil penelitian oleh Espezel dan Canam (2003), bahwa perawat mampu memberikan informasi lebih jelas dan mudah dipahami orang tua dibandingkan penjelasan yang diberikan oleh dokter. Espezel dan Canam ( 2003) memaparkan bahwa interaksi antara perawat, orang tua dan anak berubah sesuai dengan kondisi anak. Keadaan anak yang kritis akan mengakibatkan perawat menjadi lebih singkat dalam berkomunikasi karena dukungan lebih difokuskan kepada dukungan instrumental dan penilaian. Informasi faktual tetap diberikan namun fokus

6 implementasi keperawatan tertuju pada penggunaan alat-alat kedokteran. Pemberian informasi yang tidak putus menyebabkan orang tua merasa sangat didukung, ditenangkan hatinya dan merasa lebih baik. Ruang akut Irna Anak RSUP. DR. M. Djamil Padang adalah ruang rawatan khusus dengan penyakit infeksi tropik dan penyakit akut. Didapatkan data di ruangan akut terhitung dari bulan Januari- Desember 2013 terdapat 1105 orang kunjungan, yang terdiri dari kunjungan baru (kiriman IGD) sebanyak 456 orang kunjungan dan kunjungan pindahan dari ruang HCU dan Kronis sebanyak 649 orang kunjungan. Dengan demikian jumlah kunjungan baru perbulannya adalah sebanyak 38 orang.(medikal Record RSUP DR. M. Djamil Padang, 2013). Berdasarkan hasil survey lapangan terhadap dukungan perawat di ruang akut RSUP DR. M. Djamil Padang pada tanggal 4-6 Oktober 2013, masih ada perawat yang belum memberikan dukungan dalam menjalankan asuhan keperawatan. Sebanyak 5 orang perawat yang di lakukan survey didapatkan hasil : 2 orang perawat terkadang memberikan informasi kurang jelas tentang prosedur dan tindakan yang akan dilakukan (seperti prosedur tindakan pemasangan NGT/ pemasangan infus pada anak), seorang perawat jarang memperlihatkan perhatian akan kebutuhan makan dan istirahat tidur orang tua disaat anaknya dirawat di rumah sakit, seorang perawat selalu memberikan keleluasaan untuk tetap tinggal atau meninggalkan anak ketika sedang dilaksanakan prosedur medis kepada anak yang dirawat, dan seorang

7 perawat terkadang memberikan respon yang kurang menyenangkan ketika diminta untuk melihat kondisi anak pada saat itu juga. Hasil wawancara terhadap 7 orang ibu yang mendampingi anak di rumah sakit, didapatkan hasil sebagai berikut : 2 perawat kurang menjelaskan informasi tentang prosedur dan tindakan yang akan dilakukan, 1 orang perawat memperlihatkan rasa kurang menyenangkan saat melihat kondisi anak, 1 orang perawat kurang memberikan perhatian kebutuhan istirahat tidur orang tua. Dari 7 ibu tersebut semua merasa cemas dengan tingkatan yang berbeda-beda, 3 orang mengalami cemas ringan dan 4 orang lainnya mengalami cemas sedang terhadap kondisi anaknya, dan mengatakan ingin cepat pulang. Sehingga orang tua menjadi gelisah, perasaan tidak tenang, kurang istirahat, cepat lelah, serta takut akan tindakan yang dilakukan terhadap anak. Peneliti menilai tingkat kecemasan pada ibu klien menggunakan skala Hamilton Rating Scale for anxiety (HRS-A) Komunikasi dan informasi merupakan salah satu bentuk dukungan perawat. Ball dan Blinder (2003) menggambarkan peran perawat dalam memberikan dukungan kepada klien dan orang tua terangkum dalam empat dimensi dukungan perawat ( dukungan komunikasi dan informasi, emosional, penilaian, dan instrumental). Satu dimensi yaitu dukungan informasi telah dianggap mampu mengurangi kecemasan orangtua. Tiga dimensi lain belum pernah diteliti hubungannya dengan tingkat kecemasan orangtua.

8 Berdasarkan fenomena di atas, peneliti ingin mengetahui hubungan antara dukungan perawat (dukungan informasi, emosional, penilaian, dan instrumental) dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya dirawat di Ruang Akut IRNA Anak RSUP DR.M. Djamil Padang Tahun 2013. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara dukungan perawat (dukungan komunikasi dan informasi, emosional, penilaian, dan instrumental) dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya dirawat di Ruang Akut IRNA Anak RSUP DR.M. Djamil Padang Tahun 2013. C. Tujuan Penelitian 1.Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara dukungan perawat (dukungan komunikasi dan informasi, emosional, penilaian, dan instrumental) dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya dirawat di Ruang Akut IRNA Anak RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2013. 2. Tujuan Khusus. a. Mengetahui gambaran tingkat kecemasan Ibu yang anaknya dirawat di Ruang Akut IRNA Anak RSUP DR.M. Djamil Padang Tahun 2013. b. Mengetahui distribusi frekuensi dukungan komunikasi dan pemberian informasi di Ruang Akut IRNA RSUP DR.M. Djamil Padang Tahun 2013.

9 c. Mengetahui distribusi frekuensi dukungan emosional di Ruang Akut IRNA Anak RSUP DR.M. Djamil Padang Tahun 2013. d. Mengetahui distribusi frekuensi dukungan penilaian di Ruang Akut IRNA Anak RSUP DR.M. Djamil Padang Tahun 2013. e. Mengetahui distribusi frekuensi dukungan instrumental di Ruang Akut IRNA Anak RSUP DR.M. Djamil Padang Tahun 2013. f. Mengetahui hubungan dukungan komunikasi dan informasi dengan tingkat kecemasan Ibu yang anaknya di Ruang Akut IRNA Anak RSUP DR.M. Djamil Padang Tahun 2013. g. Mengetahui hubungan dukungan emosional dengan tingkat kecemasan Ibu yang anaknya di Ruang Akut IRNA Anak RSUP DR.M. Djamil Padang Tahun 2013. h. Mengetahui hubungan dukungan penilaian dengan tingkat kecemasan Ibu yang anaknya di Ruang Akut IRNA Anak RSUP DR.M. Djamil Padang Tahun 2013. i. Mengetahui hubungan dukungan instrumental dengan tingkat kecemasan Ibu yang anaknya di Ruang Akut IRNA Anak RSUP DR.M. Djamil Padang Tahun 2013.

10 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan memberi pengalaman baru bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian dukungan perawat dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya dirawat di Ruang Akut IRNA RSUP DR.M. Djamil Padang, dan dapat mengetahui dan mengaplikasikan teori yang telah didapat untuk mengatasi masalah yang diteliti saat ini. 2. Pendidikan Keperawatan Sebagai informasi bagi institusi pendidikan bahwa adanya hubungan antara dukungan perawat dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya dirawat di Ruang Akut IRNA Anak RSUP DR.M. Djamil Padang. 3. Bagi Perawat Dapat memberikan informasi sekaligus pengetahuan baru mengenai masalah yang ditemukan terhadap kecemasan ibu yang anaknya dirawat di rumah sakit serta tenaga tenaga kesehatan agar dapat memberikan dukungan terhadap tingkat kecemasan ibu. 4. Bagi Peneliti lain Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya dan sebagai bahan pembanding untuk penelitian ini dapat menjadi dasar pengembangan penelitian sejenis.