PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA SRI

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN JARAK LEGOWO TERHADAP IKLIM MIKRO PADA BUDIDAYA PADI SISTEM JAJAR LEGOWO I Putu Hendra 1, Sumiyati 2, I Wayan Tika 2

1 Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, FakultasTeknologi Pertanian UNUD. 2 Dosen Jurusan Teknik Pertanian, FakultasTeknologi Pertanian UNUD

DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO TERHADAP IKLIM MIKRO YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS PADI BERAS MERAH

Usage Analysis of Irrigation Water of Red Rice Cultivation with Legowo Nyisip Cropping Systems (Case Studies in Subak Sigaran)

ABSTRAK. Kata Kunci: Padi, Varietas Inpari 13, Pupuk, Jajar Legowo

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

APLIKASI METODE SRI DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO TERHADAP IKLIM MIKRO YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS PADI BERAS MERAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification)

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan

ANALISIS PEMAKAIAN AIR IRIGASI PADA BUDIDAYA PADI BERAS MERAH DENGAN SISTEM TANAM LEGOWO NYISIP (STUDI KASUS DI SUBAK SIGARAN, TABANAN) SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui pendekatan edukatif (Subejo, 2010). Pendekatan edukatif diartikan sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

Optimalisasi Cahaya Matahari Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) System of Rice Intensification (SRI) Melalui Pendekatan Pengaturan Jarak Tanam

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

UJI JARAK TANAM SISTEM LEGOWO TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS PADI PADA METODE SRI

RESPON PERTUMBUHAN DAN JUMLAH ANAKAN PRODUKTIF TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI JUMLAH BIBIT PER LUBANG TANAM DAN JARAK TANAM BERBEDA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Padi. L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia

SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN DOSIS PUPUK NPK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

III. METODE PENELITIAN

dwijenagro Vol. 4 No. 1 ISSN :

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

Keragaan Beberapa VUB Padi Sawah di Lahan Pasang Surut Mendukung Swasembada Pangan

Peningkatan Produktivitas Padi Sawah (Oryza sativa L.) Melalui Penerapan Beberapa Jarak Tanam dan Sistem Tanam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

Magrobis Journal 57. Oleh : Nani Rohaeni * ) ABSTRACT

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH JARAK TANAM HEKSAGONAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

APLIKASI PERBANDINGAN SISTEM JAJAR LEGOWO UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Badan Litbang Pertanian telah melepas lebih dari 200 varietas padi sejak

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman (cm) ciherang pada minggu ke-10 menunjukkan bahwa umur kelapa sawit memberikan

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PADI MELALUI TEKNIK BUDIDAYA DAN PUPUK KOMPOS JERAMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DENGAN APLIKASI TINGGI MUKA AIR TANAH PADA TANAH INSEPTISOL

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

UPAYA MENINGKATKAN PRODUKSI PADI (Orhyza Sativa L) DENGAN PENGATURAN MODEL TANAM JAJAR LEGOWO

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia, meskipun sebagai bahan makanan pokok,

PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Jakarta

I. TINJAUAN PUSTAKA A. Padi

Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Kultivar Inpari 30 Pada Sistem Tanam Berbeda dan Pemberian Macam Dosis Pupuk Anorganik


PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

JUDUL PENELITIAN 2: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS LOKAL PADI SAWAH YANG DITANAM DENGAN METODE SRI DI DESA PADANG MUTUNG KABUPATEN KAMPAR

KEUNTUNGAN DAN KELEBIHAN SISTEM JARAK TANAM JAJAR LEGOWO PADI SAWAH

(The Effect of Combined Organic Pesticide on Rice Yield (Oryza Sativa L.) Inpara-3 Variety in SRI (The System of Rice Intensification) Rainiyati 1

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO

Transkripsi:

PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA SRI (System of Rice Intensification) DAN LEGOWO TERHADAP IKLIM MIKRO DAN PRODUKTIVITAS PADI KETAN (Studi Kasus di Subak Sigaran) I Putu Sanjaya (1), I Wayan Tika (2), Sumiyati (2) San_jaya90@yahoo.com ABSTRACT This study was conducted to determine the effect of planting System of Rice Intensification (SRI) and legowo 6:1 row planting system of the microclimate and the rice plants productivity. This study was divided into 4 treatments with 3 replications, ie treatments conventional techniques, SRI method of planting, application of legowo 6:1 row planting system, and combination of SRI planting method and legowo 6:1 row planting system. The results showed the application of SRI planting method and legowo 6:1 row planting system not affecting the microclimate conditions, but affecting the productivity of rice plants. The results also showed that treatment K3 applying SRI methods combined with legowo 6:1 row planting system is the best treatment compared with other treatments. Keywords: SRI, legowo, microclimate, rice plants productivity. PENDAHULUAN Tanaman padi (Oryza sativa L) merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat digantikan/disubtitusi oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan dengan bahan makanan yang lain (Anonimus, 1973). Selain menghasilkan beras, ada pula jenis padi yang menghasilkan ketan. Di Bali ketan sering digunakan sebagai bahan perlengkapan upacara agama. Ketan juga dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan beberapa jenis kue, sehingga padi ketan sangat dibutuhkan di Bali. System of Rice Intensification (SRI) adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktivitas padi sebesar 50%, bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100% (Mutakin, 2012). Selain dengan menerapkan metode SRI, usaha peningkatan produktivitas padi juga dapat dilakukan dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo. Menurut Suhendra (2008), sistem tanam jajar legowo merupakan rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun maupun antar barisan, sehingga tidak terjadi pemadatan rumpun di dalam barisan dan memperlebar jarak 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian UNUD 2 Dosen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian UNUD 1

antar barisan. Penerapan jajar legowo bertujuan untuk membuat jarak tanam padi menjadi lebih lebar di beberapa bagian, dengan jarak tanam yang lebar maka sinar matahari yang ditangkap oleh tanaman akan menjadi lebih banyak. Dengan mengkombinasikan metode tanam SRI dengan sistem tanam jajar legowo, diharapkan dapat menciptakan suatu kondisi iklim mikro yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi. Menurut Arafah (2006), faktor yang paling penting dalam pertumbuhan tanaman adalah pengaruh iklim mikro seperti energi penyinaran dalam bentuk panas dan cahaya, kelembaban relatif, dan suhu udara. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik budidaya SRI dan Legowo terhadap kondisi iklim mikro dan produktivitas tanaman padi ketan. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Subak Sigaran yang terletak di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Penelitian dilaksanakan pada musim tanam padi, bulan Juni sampai November 2013. Alat dan Bahan Penelitian Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : light meter, temperature and humidity meter, meteran, alat olah tanah, alat pembuat garis tanam, landak (odrok) untuk pemberantasan gulma, sprayer, sabit, mesin perontok padi (thresher), tali, kantong plastik ukuran besar dan kecil, kertas label, buku tulis, spidol, timbangan digital, penggaris. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: bibit, pupuk organik dan anorganik, kompos, air irigasi, dan pestisida. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor dengan empat jenis perlakuan. Faktor teknik budidaya yang terdiri dari empat perlakuan, yaitu: K0 (Kontrol, perlakuan budidaya sesuai dengan kebiasaan petani setempat), K1 (Penerapan metode tanam SRI), K2 (Penerapan sistem tanam jajar Legowo 6:1), K3 (Penerapan metode tanam SRI yang dikombinasikan dengan sistem tanam jajar legowo 6:1). Masing-masing perlakuan diulang tiga kali, sehingga didapat dua belas unit percobaan. Variabel Pengamatan Variabel ikim mikro terdiri dari Suhu Lingkungan (T), Kelembaban Relatif (RH), dan Intensitas Sinar Matahari (I). Pengukuran variabel iklim mikro dilakukan menggunakan temperature and humidity meter dan light meter. Pengukuran dilakukan satu minggu sekali, dan dalam satu hari dilakukan 3 kali 2

pengukuran, yaitu pada pagi jam 07:30 WITA, siang jam 12:30 WITA, dan sore jam 16:30 WITA. Perhitungan rata-rata data (suhu lingkungan, kelembaban relatif, intensitas sinar matahari) pada hari pengukuran menggunakan persamaan sebagai berikut (Anonimus, 2000) : h (,, )= {(2 (,, ) )+ (,, ) +(,, ) } 4 Pengamatan variabel produksi dilakukan setelah panen, antara lain: berat rumpun, jumlah anakan per rumpun, panjang malai, jumlah biji padi per malai, jumlah anakan produktif, berat gabah per rumpun, persentase bernas, berat 100 butir gabah isi, dan produktivitas padi (ton/ha). Diagram Alir Penelitian Mulai Persiapan Lahan Transplantasi Bibit Persiapan Bibit K0 Umur bibit 18-25 hari Jarak tanam 27 x 27 cm Satu lubang 4-5 bibit Irigasi berselang (genangan 5-7cm) Pupuk anorganik Penyiangan Pemberantasan hama K1 Umur bibit 8-12 hari Jarak tanam 30x30 cm Satu lubang 1-2 bibit Irigasi macak-macak Pupuk organik dan anorganik Penyiangan Pemberantasan hama K2 Umur bibit 18-25 hari Jarak tanam 28 x 28 cm Satu lubang 4-5 bibit Irigasi berselang (genangan 5-7cm) Pupuk anorganik Penyiangan Pemberantasan hama K3 Umur bibit 8-12 hari Jarak tanam 30x30 cm Satu lubang 1-2 bibit Irigasi macak-macak Pupuk organik dan anorganik Penyiangan Pemberantasan hama Pengambilan data suhu, RH, dan intensitas cahaya dilakukan satu minggu sekali. (Pagi jam 07:30, Siang jam 12:30, Sore jam 16:30) Panen Analisis Data Selesai Gambar 1. Diagram alir penelitian 3

HASIL DAN PEMBAHASAN Iklim Mikro Suhu Udara Data hasil penelitian terhadap rata-rata suhu udara setiap minggu pengamatan dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai rata-rata suhu udara tiap minggu per perlakuan selama 14 minggu ( C) Suhu Udara ( C) perla- Pengamatan minggu ke- ratakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 rata K0 25.0 25.6 24.7 25.1 25.0 23.0 24.1 25.8 26.0 25.6 24.4 26.3 25.5 27.4 25.2 K1 23.7 25.1 24.8 24.9 24.9 23.2 25.2 26.2 27.3 26.3 25.0 26.8 25.7 27.3 25.5 K2 24.3 25.8 25.0 25.5 24.3 23.1 23.6 25.7 26.1 25.9 24.8 26.8 25.9 27.7 25.3 K3 24.0 26.1 25.4 25.0 24.2 23.2 25.2 25.3 26.9 25.4 24.9 26.6 25.9 27.4 25.4 ratarata 24.3 25.7 25.0 25.1 24.6 23.1 24.5 25.7 26.6 25.8 24.8 26.6 25.7 27.5 25.4 Sesuai dengan data pada Tabel 1, secara umum menunjukkan terjadinya peningkatan suhu udara dari minggu pertama hingga minggu terakhir pengamatan. Peningkatan suhu udara dipengaruhi oleh waktu pengamatan yang dilakukan dari bulan Juli hingga bulan November. Dimana, rata-rata suhu udara pada bulan Juli memang lebih rendah dibandingkan rata-rata suhu udara pada bulan November. Dari uji statistik menunjukkan bahwa, dengan teknik budidaya yang berbeda pada masing-masing perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap rata-rata suhu udara. Walaupun secara statistik rata-rata suhu udara dari masing-masing perlakuan dianggap sama, namun secara deskriptif ada perbedaan rata-rata suhu udara dari masing masing perlakuan. Metode SRI yang mendapatkan suhu udara lebih tinggi dapat memberikan kondisi yang lebih baik untuk pertumbuhan tanaman padi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irianto (2008) yang menyatakan, padi yang ditanam pada awal musim kemarau (suhu udara rata-rata tinggi) lebih cepat dipanen daripada padi yang ditanam pada musim penghujan (suhu udara rata-rata rendah). Hal ini disebabkan karena semua proses dalam pertumbuhan dan perkembangan seperti penyerapan air, fotosintesis, penguapan, dan respirasi pada tumbuhan dipengaruhi oleh suhu udara. Kelembaban Relatif Data hasil penelitian terhadap rata-rata kelembaban relatif (RH) setiap minggu pengamatan dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. 4

Tabel 2. Nilai rata-rata RH tiap minggu per perlakuan (%) Kelembaban Relatif (%) perla- Pengamatan minggu ke- ratakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 rata K0 72.97 75.40 78.68 76.31 74.87 78.99 82.90 80.20 81.50 82.04 83.66 82.14 82.02 81.86 79.54 K1 71.27 72.43 75.03 75.31 75.68 74.94 82.73 80.91 80.26 80.66 83.00 81.80 81.00 80.93 78.28 K2 70.61 74.02 76.19 75.31 74.34 78.60 81.23 80.18 80.26 81.38 83.16 81.89 80.56 81.48 78.51 K3 68.26 71.47 74.01 73.32 73.97 73.83 79.36 79.64 79.01 80.30 82.27 80.24 80.02 80.03 76.84 ratarata 70.78 73.33 75.98 75.06 74.71 76.59 81.56 80.23 80.26 81.09 83.02 81.52 80.90 81.08 78.29 Sesuai dengan data pada tabel di atas, nilai rata-rata kelembaban relaif (RH) secara umum menunjukkan peningkatan dari minggu pertama hingga minggu terakhir. Hal ini disebabkan karena tanaman padi setiap minggunya mengalami pertumbuhan sehingga menyebabkan intensitas sinar matahari yang masuk ke sela-sela tanaman semakin terbatas dan kelembaban relatif menjadi meningkat. Dari uji statistik menunjukkan bahwa, dengan teknik budidaya yang berbeda pada masing-masing perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap rata-rata RH. Walaupun secara statistik rata-rata RH dari masing-masing perlakuan dianggap sama, namun secara deskriptif ada perbedaan rata-rata RH dari masing masing perlakuan. Budidaya secara konvensional mempunyai rata-rata RH yang lebih tinggi dibandingkan dengan penerapan metode SRI sehingga dapat memberikan kondisi yang lebih baik untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irianto (2008), Dalam kondisi kelembaban tinggi maka air akan lebih banyak diserap oleh tanaman daripada diuapkan. Kondisi ini sangat berpengaruh pada pemanjangan sel tanaman. Intensitas Sinar Matahari Data hasil penelitian terhadap rata-rata Intensitas Sinar Matahari setiap minggu pengamatan dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai rata-rata intensitas sinar matahari tiap minggu per perlakuan selama 14 minggu (lux). intensitas sinar matahari (lux) perla- Pengamatan minggu ke- ratakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 rata K0 19.47 23.23 21.28 16.41 11.79 8.56 10.63 4.86 5.63 3.13 5.34 4.34 4.13 3.36 10.16 K1 25.56 30.94 23.63 20.55 21.14 19.93 14.06 12.69 10.53 10.63 7.04 6.20 6.75 6.32 15.43 K2 22.02 27.93 22.18 18.81 19.66 14.48 13.13 8.49 7.38 4.96 6.51 6.28 6.32 5.29 13.10 K3 29.77 33.33 24.88 21.95 24.01 22.90 17.92 13.39 12.80 11.26 9.79 8.45 9.25 7.24 17.64 ratarata 24.21 28.86 22.99 19.43 19.15 16.47 13.94 9.86 9.09 7.50 7.17 6.32 6.61 5.55 14.08 Sesuai dengan data pada Tabel 3, menunjukan secara umum terjadinya penurunan intensitas sinar matahari dari minggu pertama hingga minggu terakhir pengamatan. Hal ini disebabkan karena selama fase vegetatif berlangsung tanaman padi menjadi semakin rimbun dan menyebabkan intensitas matahari 5

yang masuk ke sela-sela tanaman padi menjadi semakin terbatas. Dari uji statistik menunjukkan bahwa, dengan teknik budidaya yang berbeda pada masing-masing perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap rata-rata intensitas sinar. Walaupun secara statistik rata-rata intensitas sinar dari masing-masing perlakuan dianggap sama, namun secara deskriptif ada perbedaan rata-rata intensitas sinar dari masing masing perlakuan. Metode SRI dan Legowo yang mendapatkan intensitas sinar yang lebih banyak dapat memberikan kondisi yang lebih baik untuk pertumbuhan tanaman padi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sohel et all. (2009) bahwa intensitas sinar yang didapat oleh tanaman berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tersebut. Variabel Produktivitas Sesuai dengan Gambar 2a, hasil penelitian menunjukkan perlakuan K3 yang menerapkan teknik budidaya SRI yang dikombinasikan dengan sistem tanam jajar legowo 6:1 yang mempunyai jarak tanam paling lebar menghasilkan rata-rata berat rumpun paling tinggi. Dari uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan teknik budidaya sesuai perlakuan berpengaruh nyata terhadap rata-rata berat rumpun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sangadji (2001), apabila jarak tanam semakin rapat, maka populasi tanaman akan semakin padat. Sehingga menyebabkan terjadinya persaingan antar rumpun untuk mendapatkan zat hara tanah. Dengan demikian maka jumlah anakan padi menjadi lebih sedikit dan menyebabkan menurunnya berat rumpun padi. Untuk pengamatan jumlah anakan per rumpun, hasil penelitian menunjukkan perlakuan K3 yang menerapkan teknik budidaya SRI yang dikombinasikan dengan sistem tanam jajar legowo 6:1 yang mempunyai jarak tanam paling lebar menghasilkan rata-rata jumlah anakan per rumpun yang paling banyak (gambar 2b). Dari uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan teknik budidaya sesuai perlakuan berpengaruh nyata terhadap rata-rata jumlah anakan per rumpun. Hal ini sesuai dengan penyataan Husna (2010), apabila jarak tanam yang diberikan semakin lebar maka akan menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak, karena jarak tanam berpengaruh terhadap ketersediaan zat hara dan mineral yang mempengaruhi pertumbuhan anakan padi. jumlah anakan per rumpun berbading lurus dengan jumlah anakan produktif yang dihasilkan, seperti yang ditampilkan pada Gambar 2b. K3 yang menerapkan teknik budidaya SRI yang dikombinasikan dengan sistem tanam jajar legowo 6:1 yang mempunyai jarak tanam paling lebar menghasilkan rata-rata jumlah anakan produktif yang paling banyak. Dari uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan teknik budidaya sesuai perlakuan berpengaruh nyata terhadap rata-rata jumlah anakan produktif. Hal ini sesuai dengan penyataan Gardner (1991) yang menyatakan bahwa pembentukan anakan produktif terlihat dari jumlah anakan maksimum yang dihasilkan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat dari Kuswara dan Alik (2003) yang menyatakan jumlah 6

anakan maksimum akan berpengaruh terhadap jumlah anakan produktif yang selanjutnya akan mempengaruhi hasil produksi. gram 600 500 400 300 200 100 0 494.22 497.33 393.33 420.67 58.73 87.54 83.78 109.08 berat rumpun berat gabah per rumpun batang 50 40 30 20 10 0 40 42 34 37 31 27 29 32 jumlah anakan per rumpun jumlah anakan produktif per rumpun Gambar 2a. Berat rumpun dan berat gabah per rumpun Gambar 2b. Jumlah anakan panjang malai (cm) 23 22.8 22.6 22.4 22.2 22 22.81 22.59 22.31 22.32 jumlah biji padi per malai (butir) 150 145 140 135 130 125 120 146 140 132 133 Gambar 2c. Panjang malai Gambar 2d. Jumlah biji padi per malai % 100 80 60 40 20 0 71.05 81.06 78.51 86.44 81.55 71.64 80.23 87.65 % bernas basis jumlah % bernas basis berat berat 100 butir gabah isi (gram) 3.25 3.20 3.15 3.10 3.05 3.20 3.19 3.21 3.11 Gambar 2e. Persentase bernas Gambar 2f. Berat 100 butir gabah isi produktivitas (ton/ha) 10 8 6 4 2 0 8.2 8.8 7.7 6.4 Gambar 2g. Produktivitas Gambar 2. Grafik variabel produktivitas 7

Pada Gambar 2c, ditampilkan hasil pengamatan terhadap rata-rata panjang malai dari masingmasing perlakuan. K3 yang menerapkan teknik budidaya SRI yang dikombinasikan dengan sistem tanam jajar legowo 6:1 yang mempunyai jarak tanam paling lebar menghasilkan rata-rata malai yang paling panjang. Dari uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan teknik budidaya sesuai perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap rata-rata panjang malai. Walaupun Hatta (2012) menyatakan bahwa jarak tanam yang lebih lebar akan menghasilkan malai yang lebih panjang. Sebaliknya, jarak tanam yang rapat akan menghasilkan malai yang lebih pendek. Namun dalam penelitian ini, perbedaan teknik budidaya pada masing-masing perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap rata-rata panjang malai. Ratarata panjang malai berbanding lurus dengan rata-rata jumlah biji padi per malai seperti yang ditampilkan pada Gambar 2d. K3 yang menerapkan teknik budidaya SRI yang dikombinasikan dengan sistem tanam jajar legowo 6:1 yang mempunyai jarak tanam paling lebar menghasilkan rata-rata jumlah biji padi per malai paling banyak. Dari uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan teknik budidaya sesuai perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap rata-rata jumlah biji padi per malai dari masing-masing perlakuan. Sedangkan, untuk pengamatan berat gabah per rumpun hasil penelitian menunjukkan perlakuan K3 yang menerapkan teknik budidaya SRI yang dikombinasikan dengan sistem tanam jajar legowo 6:1 yang mempunyai jarak tanam paling lebar menghasilkan rata-rata berat gabah per rumpun paling tinggi (gambar 2a). Dari uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan teknik budidaya sesuai perlakuan berpengaruh nyata terhadap rata-rata berat gabah per rumpun. Hal ini sesuai dengan penyataan Sohel et all. (2009) yang menyatakan, jarak tanam yang terlalu rapat akan mengakibatkan terjadinya kompetisi antar tanaman untuk memperoleh cahaya matahari, air, dan unsur hara. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat dan hasil tanaman rendah. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Hatta (2012) yang menyatakan jarak tanam mempengaruhi pertumbuhan dan hasil padi. Pada gambar 2e, ditampilkan rata-rata persentase bernas basis jumlah dan basis berat. Persentase bernas basis jumlah merupakan perbandingan jumlah gabah isi dengan jumlah gabah hampa, sedangkan persentase bernas basis berat adalah perbandingan antara berat gabah isi dengan berat gabah hampa. Hasil penelitian menunjukkan pelakuan K3 yang menerapkan teknik budidaya SRI yang dikombinasikan dengan sistem tanam jajar legowo 6:1 yang mempunyai jarak tanam paling lebar menghasilkan rata-rata persentase bernas basis jumlah dan basis berat paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Dari uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan teknik budidaya sesuai perlakuan berpengaruh nyata terhadap rata-rata persentase bernas basis jumlah dan basis berat. Untuk rata-rata berat 100 butir gabah isi, hasil penelitian menunjukkan perlakuan K3 yang menerapkan teknik budidaya SRI yang dikombinasikan dengan sistem tanam jajar legowo 6:1 yang mempunyai jarak tanam paling lebar menghasilkan rata-rata berat 100 butir gabah isi paling tinggi 8

(gambar 2f). Dari uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan teknik budidaya sesuai perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap rata-rata berat 100 butir gabah isi dari masing-masing perlakuan. Sedangkan untuk produktivitas (ton/ha), hasil penelitian menunjukkan perlakuan K3 yang menerapkan teknik budidaya SRI yang dikombinasikan dengan sistem tanam jajar legowo 6:1 yang mempunyai jarak tanam paling lebar mempunyai produktivitas paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya yaitu sebesar 8,8 ton/ha, sedangkan perlakuan K0 yang menerapkan teknik budidaya secara konvensional mempunyai produktivitas yang paling rendah yaitu 6,4 ton/ha (gambar 2g). Dari uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan teknik budidaya sesuai perlakuan berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hatta (2012) yang menyatakan jarak tanam mempengaruhi pertumbuhan dan hasil padi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian terhadap beberapa variabel pengamatan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Dengan menerapkan teknik budidaya yang berbeda pada masing-masing perlakuan tidak mempengaruhi kondisi iklim mikro, namun secara umum berpengaruh pada variabel produksi sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi. Variabel produksi yang dipengaruhi oleh teknik budidaya yaitu: berat rumpun, jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif, berat gabah per rumpun, persentase bernas basis jumlah, persentase bernas basis berat, dan produktivitas padi (ton/ha). Sedangkan variabel produksi yang tidak dipengaruhi oleh teknik budidaya yaitu: panjang malai, jumlah biji padi per malai, dan berat 100 butir gabah isi. 2) K3 yang menerapkan metode SRI yang dikombinasikan dengan sistem tanam jajar legowo 6:1 menghasilkan produktivitas paling tinggi yaitu 8,8 ton/ha, sedangkan perlakuan K0 dengan budidaya secara konvensional mampu menghasilkan 6,4 ton/ha. Saran 1) Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan varietas padi yang berbeda. 2) Agar tanaman padi dapat berproduksi secara maksimal sebaiknya menerapkan metode SRI dan dikombinasikan dengan sistem tanam jajar legowo 6:1. DAFTAR PUSTAKA Anonimus. 1973. Berbudidaya Tanaman Padi. Kanisisus, Yogyakarta. Anonimus. 2000. Buku Pedoman Pengamatan Meteorologi pada pos Kerjasama. Departemen Perhubungan Badan Meteorologi dan Geofisika. Jakarta. 9

Arafah, 2006. Kajian Usahatani Padi dengan Metode Pengelolaan Tanaman Terpadu Pada berbagai Varietas Unggul Baru di Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Prosd. Seminar Hasil-Hasil Penelitian dan Pengkajian Spesifik Lokasi. Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian Mendukung Revitalisasi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Makasar. Gardner, 1991. Fisiologi Tanman Budidaya. Terjemahan oleh H, Susilo. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Hatta, M. 2012. Uji Jarak Tanam Sistem Legowo Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Padi Pada Metode Sri. Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Unsyiah, Banda Aceh Husna, Y. 2010. Pengaruh Penggunaan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) Varietas IR 42 dengan Metode SRI (System of Rice Intensification). Jurnal. Jurusan Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Irianto, Wasis Sugeng Yuli. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Kuswara, E dan Alik, S. 2003. Dasar Gagasan dan Praktek Tanaman Padi Metode SRI (System Of Rice Intensification) KSP Mengembangkan Pemikiran Untuk Membangun pengetahuan Petani. Jawa Barat. Mutakin, Jaenal. 2012. Budidaya dan Keunggulan Padi Organik Metode SRI (System of Rice Intensification). http://www.mb.ipb.ac.id/artikel/view/id/html. Terakhir diakses tanggal 13 April 2014. Sangadji, Sunan. 2001. Pengaruh Iklim Tropis di Dua Ketinggian yang berbeda terhadap Potensi Hasil Tanaman soba. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor. Sohel M. A. T., M. A. B. Siddique, M. Asaduzzaman, M. N. Alam, & M.M. Karim, 2009. Varietal Performance of Transplant Aman Rice Under Diff[e]rent Hill Densities. Bangladesh J. Agril. Res. 34(1): 33 39. Diakses 10 April 2014. Suhendra, T. 2008. Peran Inovasi Teknologi Pertanian dalam Peningkatan Produktivitas Padi Sawah untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian, Yogyakarta, 18-19 November 2008. 10