peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain pretespostes

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan, diharapkan setiap individu

90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

Oleh Ratna Dewi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan informasi pengetahuan ke buku catatan yang telah didapat dari

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 KEEFEKTIFAN MODEL SOMATIS, AUDITORIS, VISUAL, INTELEKTUAL (SAVI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

PEMBELAJARAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE FIELD TRIP

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pembekalan

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ESKPLANASI SISWA KELAS XI SMA SWASTA BUDISATRYA MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kemampuan berbahasa mencakup empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan pembelajaran

Oleh Beatriz Lasmaria Harianja Mara Untung Ritonga, S.S., M.Hum.,Ph.D. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D)

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 14 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

Oleh Try Annisa Lestari ABSTRAK

Oleh Nike Yesika Saragih ABSTRAK

OLEH MURNI HARAHAP ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DALAM MENULIS PANTUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kemampuan Menulis. menghasilkan sebuah tulisan. memberdayakan pengetahuan dan perasaan.

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

OLEH Vera Puspita Liangsari NIM ABSTRAK

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. menulis, yaitu menulis teks laporan hasil observasi, menulis teks prosedur

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia SD/ MI secara eksplisit dinyatakan. kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal berpikir kritis peserta didik dimulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A)

BAB I PENDAHULUAN. intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Belajar bahasa pada

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah.

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONSTRUKTIVISME DI KELAS V

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan dipaparkan definisi operasional, desain penelitian,

dituntut untuk lebih produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) sangat

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

Transkripsi:

Eni Sukaeni, 2012 Penggunaan Model Penemuan Konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain pendidikan yang tepat sesuai kondisi yang ada. Karena pembelajaran merupakan esensi dari pendidikan, tentu diperlukan desain pembelajaran yang dapat mengapresiasi beragamnya tingkat kebutuhan dan kerumitan permasalahan pendidikan. Selain itu, dibutuhkan rancangan pembelajaran yang selaras dengan tujuan pendidikan, yaitu yang dapat mengembangkan potensi siswa secara menyeluruh meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah memegang peranan yang strategis. Oleh karena itu, guru bahasa Indonesia harus memahami betul bahwa tujuan akhir pembelajaran bahasa Indonesia ialah agar siswa memiliki keterampilan berbahasa Indonesia, memiliki pengetahuan kebahasaan dan sastra, serta memiliki sikap berbahasa Indonesia yang baik. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006, yaitu agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; 2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; 3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; 4) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

2 intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; 5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; dan 6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Canale & Swain (dalam Tarigan, 2009:18) menyebutkan bahwa kompetensi bahasa terdiri atas kompetensi komunikatif dan komunikasi aktual. Selanjutnya mereka mengemukakan bahwa kompetensi komunikatif merupakan sistem-sistem yang mendasari pengetahuan dan keterampilan yang dibuktikan bagi komunikasi (misalnya pengetahuan mengenai kosakata dan keterampilan dalam penggunaan konvensi-konvensi linguistik), dan komunikasi aktual adalah realisasi pengetahuan dan keterampilan. Kompetensi komunikatif merupakan bagian penting dari komunikasi aktual. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kompetensi komunikatif penting bagi peningkatan kompetensi aktual berbahasa para siswa. Dengan memiliki kompetensi bahasa yang baik, siswa diharapkan dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar, baik secara lisan maupun secara tertulis. Dengan kata lain, pemantapan kemampuan kebahasaan dalam pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan dapat menguatkan kemampuan berbahasa Indonesia para siswa. Berkenaan dengan kenyataan pembelajaran bahasa Indonesia di lapangan, Mulyati (http://file.upi.edu) mengemukakan bahwa orientasi pembelajaran bahasa pada aspek keterampilan berbahasa cenderung melupakan aspek struktur. Dengan kata lain, guru sering lupa mengintegrasikan kompetensi kebahasaan dalam

3 pembelajaran, atau guru hanya fokus pada kompetensi berbahasa (keterampilan berbahasa). Dalam sumber lain, Mulyati (2009) juga menyatakan bahwa pendekatan komunikatif yang menekankan pembelajaran bahasa pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi kurang dapat diterjemahkan dengan baik dalam implementasinya di lapangan oleh para guru. Pemaknaan yang sempit menimbulkan kepincangan dalam penumbuhan kompetensi bahasa dan berbahasa siswa. Didapati juga masalah lain, yaitu guru sulit mengatur alokasi waktu untuk aspek kebahasaan karena kurikulum tidak secara eksplisit mengakomodasi aspek kebahasaan ke dalam standar kompetensi maupun kompetensi dasar. Mestinya disadari bahwa pada hakikatnya bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk penyampai pikiran, dan perasaan. Supaya pikiran, dan perasaan sampai dengan baik kepada mitra komunikasi, bahasa yang digunakan harus mendukung kejelasan pikiran, dan perasaan yang disampaikan. Hal tersebut sejalan dengan teori komunikasi Roman Jakobson (www.lontar.ui.ac.id/) bahwa seorang pengirim menyampaikan pesan pada penerima. Pesan ini mengacu pada sesuatu yang dinamakan konteks. Selanjutnya, Jakobson menambahkan dua faktor lain, yaitu kontak sebagai sarana saluran fisik antara pengirim dan penerima, dan kode bahasa sebagai pembangun pesan. Dalam praktik berbahasa, pikiran, dan perasaan sebagai pesan yang dikomunikasikan dituangkan dalam bentuk kalimat. Dengan demikian, agar penyampaiannya jelas, ungkapan pikiran dan perasaan harus dikemukakan dalam kalimat efektif.

4 Namun, banyak terjadi ketidakjelasaan penyampaian pikiran atau perasaan karena penggunaan kalimat yang tidak efektif. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap karangan ilmiah siswa, diketahui bahwa kalimat efektif sudah digunakan siswa pada karangan yang ditulisnya. Akan tetapi, dalam karangan tersebut juga masih ditemukan penggunaan kalimat yang tidak efektif, bahkan frekuensinya masih cukup tinggi. Ketidakefektifan kalimat dalam karangan siswa disebabkan oleh pilihan kata yang tidak tepat sesuai konteks kalimat, kesalahan struktur kalimat, kesalahan penggunaan EyD, dan ketidakcermatan nalar kalimat. Adapun penyebab ketidakefektifan kalimat dalam karangan siswa yang frekuensinya tinggi adalah kesalahan struktur kalimat, dan kesalahan EyD. Peneliti sebagai guru Bahasa Indonesia, juga kerap mendapati permasalahan ketidakefektifan kalimat dalam tuturan siswa sehingga penyampaian pikiran dan perasaan mereka tidak dapat dipahami dengan jelas. Berdasarkan analisis dan pengamatan tersebut, sebagai upaya peningkatan kemampuan siswa dalam menulis karangan ilmiah khususnya, dan kemampuan berbahasa Indonesia pada umumnya, kalimat efektif perlu diajarkan, atau diintegrasikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Mengacu pada kurikulum yang berlaku sekarang, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA, pengintegrasian pembelajaran kalimat efektif dapat dipetakan antara lain dalam keterampilan menulis dan keterampilan berbicara. Lebih jelasnya, dapat diintegrasikan dalam kompetensi dasar menulis karangan ilmiah di kelas XI, atau

5 pada kompetensi dasar menulis naskah pidato, dan pada kompetensi dasar berpidato di kelas XII. Adapun dalam penelitian ini, pembelajaran kalimat efektif menjadi bagian dari pembelajaran menulis karangan ilmiah di kelas XI. Hal tersebut, didasari pertimbangan bahwa sebuah karangan dapat dikategorikan karangan ilmiah jika memenuhi penyajian yang sistematis, isinya dapat dipertanggungjawabkan kelogisan dan keilmiahannya, serta menggunakan bahasa yang efektif. Hal tersebut, lebih diperkuat pendapat Syamsuddin (1994:3) yang mengemukakan bahwa mengarang merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa yang paling kompleks. Ia melibatkan seluruh kemampuan berbahasa yang dipelajari secara teoretis, juga melibatkan nalar yang benar. Sejalan dengan pendapat tersebut, Rusyana (1984:144) mengemukakan bahwa dalam penggunaan bahasa tulisan diperlukan kesaksamaan yang lebih besar. Usaha yang dapat ditempuh antara lain dengan jalan penggunaan sistem ejaan, kata-kata, dan kaidah tatabahasa yang baku. Berdasarkan pengamatan di lapangan, di antara kesulitan yang sering dialami siswa dalam menulis karangan ilmiah adalah penyusunan kalimat yang baik agar pembaca dapat memahami isi karangan dengan baik seperti yang dimaksudkan oleh penulisnya. Idealnya kesulitan siswa tersebut diatasi dengan proses pembelajaran menulis yang memadai. Akan tetapi, fakta yang ada adalah pembelajaran menulis karangan cenderung berupa penugasan, dan mengabaikan proses. Siswa kurang mendapatkan kesempatan berlatih merancang karangan, mencari masalah, dan

6 menuangkan ide. Selain itu, siswa kurang mendapat bekal penyajian materi kalimat efektif. Pembelajaran yang ada, juga jarang memberi kesempatan siswa untuk melakukan silang baca dan silang sunting karangan. Berdasar pada permasalahan di atas, dan mempertimbangkan manfaatnnya dalam peningkatan kualitas karangan ilmiah, maka kalimat efektif perlu diajarkan secara terpadu pada pembelajaran menulis karangan ilmiah. Dengan demikian, pembelajaran kalimat efektif dapat memberikan penguatan pada kompetensi menulis dan secara umum akan menjadi penguat terhadap muatan kurikulum bahasa Indonesia. Materi kalimat efektif mengandung sejumlah konsep yang cukup kompleks karena melibatkan aspek pilihan kata, struktur kalimat, EyD, dan nalar kalimat. Konsep-konsep tersebut akan sulit bila dihafal. Agar siswa mudah memahami konsep-konsep kalimat efektif, dan dapat menerapkan konsep-konsep tersebut dalam kegiatan berbahasa, terutama dalam menulis, pembelajaran kalimat efektif perlu dikemas dalam model penemuan konsep. Hal tersebut selaras dengan pendapat Santrock (2010:352) bahwa belajar konsep memiliki beberapa manfaat, yaitu (1) membantu siswa menyederhanakan dan meringkas informasi; (2) membantu proses mengingat menjadi lebih efisien; (3) membuat komunikasi dan penggunaan waktu menjadi lebih efisien. Lebih lanjut Santrock (2010:353) menjelaskan bahwa dalam rangka mempromosikan pembentukan konsep, aspek penting yang perlu dipelajari adalah ciri-ciri utamanya atau karakteristiknya. Hal tersebut dapat dilakukan guru melalui penyajian contoh-contoh.

7 Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, diasumsikan pembelajaran kalimat efektif akan berhasil jika dikemas dalam model penemuan konsep. Terlebih dahulu siswa akan memahami konsep kalimat efektif melalui penyajian contoh-contoh, kemudian siswa dapat menerapkan konsep kalimat efektif dalam menulis kalimat dan menulis karangan ilmiah. Di sisi lain, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat menyebabkan guru tidak mungkin mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa (Semiawan dkk, 1985:14) ). Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia tidak cukup mengetengahkan fakta dan konsep saja, tetapi harus mampu memberikan pengalaman kepada siswa agar dapat menggali fakta dan konsep secara mandiri. Hal tersebut, sejalan dengan pendapat Joyce dkk. (2009:552) bahwa pada umumnya pembelajaran memiliki sasaran materi dan proses. Sasaran materi mengidentifikasi pada penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Adapun sasaran proses adalah keterampilan siswa untuk mencapai penguasan materi. Akan tetapi, kenyataan di lapangan menggambarkan peran guru yang masih dominan dalam pembelajaran. Hal ini tampak dari pembelajaran yang cenderung bersifat informasi verbal sehingga hasilnya berupa pengetahuan konsep yang kurang bermakna, dan kurang mendukung pengembangan keterampilan berpikir siswa. Ada beberapa hal yang perlu diupayakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pertama, pengetahuan kebahasaan perlu diintegrasikan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa. Kedua, perlu perbaikan proses pembelajaran pengetahuan bahasa, yaitu yang memberikan ruang kepada siswa untuk membangun konsep-konsep kebahasaan secara mandiri, dan mampu mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajari sesuai dengan kebutuhan.

8 Terdapat beragam model pembelajaran yang dapat dipilih guru dalam merancang proses pembelajaran, di antaranya adalah model penemuan konsep. Model ini sangat sesuai digunakan untuk pembelajaran yang menekankan pada perolehan suatu konsep baru dengan cara berpikir induktif. Model ini juga dapat dimanfaatkan pada setiap tingkatan kelas. Bagi tingkatan kelas rendah, konsep dan contoh harus lebih sederhana dibandingkan untuk tingkatan kelas yang lebih tinggi. Model ini juga dapat menjadi alat evaluasi yang efektif bagi guru untuk mengukur apakah konsep yang baru diajarkan telah dikuasai siswa atau belum. Belum banyak penelitian penggunaan model penemuan konsep dalam pembelajaran. Tennyson dan Cochiarella (Joyce dkk., 2009:134) membuktikan bahwa penemuan konsep merupakan model untuk menggambarkan konsepkonsep menjadi lebih mudah. Penelitian lain yang menggunakan model yang sama adalah penerapan concept attainment (pencapaian konsep) dalam mengkaji puisi. Penelitian yang relevan dengan berbasis pemrosesan informasi, pada umumnya menggunakan model inkuiri. Model tersebut banyak dilakukan dalam mata pelajaran IPA, dan matematika. Hasil penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa model penemuan konsep, dan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan paparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pembelajaran kalimat efektif dengan menggunakan model penemuan konsep. Dengan demikian, diharapkan pembelajaran akan dapat mencapai tujuan perolehan kualitas hasil dan perolehan kualitas proses.

9 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, pada bagian ini penulis mengidentifikasi permasalahan penelitian ini sebagai berikut. 1. Kurikulum Pembelajaran Bahasa Indonesia David Nunan (Tarigan, 2009:6) mengemukakan bahwa kurikulum adalah prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur bagi perencanaan, implementasi, evaluasi, dan pengelolaan suatu rancang bangun suatu pendidikan. Telaah atau kajian kurikulum mencakup rancang bangun silabus, dan metodologi. Dalam Standar Isi kurikulum bahasa Indonesia disebutkan bahwa standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Akan tetapi, dalam Standar Isi, pengetahuan kebahasaan, seperti kalimat efektif tidak terjabarkan secara eksplisit, baik dalam standar kompetensi maupun dalam kompetensi dasar. Oleh karena itu, dalam praktik pembelajaran bahasa Indonesia, pengetahuan kebahasaan cenderung terabaikan. Padahal, kompetensi kebahasaan seperti penguasaan kalimat efektif merupakan penguat kompetensi berbahasa. Menurut pertimbangan peneliti, Kompetensi Dasar dalam Standar Isi Kurikulum Bahasa Indonesia yang sesuai untuk dijadikan payung, dan tepat dijadikan implementasi penggunaan kalimat efektif adalah kompetensi dasar menulis karya tulis ilmiah. Dengan demikian, penelitian ini merupakan bagian dari proses pembelajaran menulis karangan ilmiah. Dengan kata lain, penelitian ini akan difokuskan pada pembelajaran kalimat efektif.

10 2. Guru Bahasa Indonesia Guru memiliki peran penting dalam pembelajaran sebab gurulah yang merencanakan, mengelola, dan menilai proses pembelajaran. Guru tidak hanya harus mampu dalam penguasaan mata pelajaran, tetapi juga harus mampu mempersiapkan, melaksanakan, dan menilai kemajuan belajar siswa. Guru harus mampu memilih model, bahan, dan media pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar yang lebih efektif, dan memupuk hubungan sosial yang lebih luas antara guru dengan siswa, serta hubungan antarsiswa. Dengan begitu, proses pembelajaran akan membantu siswa dalam memecahkan berbagai masalah, dan memperoleh informasi yang memadai. Permasalahan proses belajar mengajar bahasa Indonesia antara lain adalah belum bervariasi model pembelajaran yang dimanfaatkan guru dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Guru harus berperan sebagai pengelola proses pembelajaran, dan mampu memperbaiki pembelajaran secara berkelanjutan. Peran tersebut di antaranya dapat dilakukan dengan membantu siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam menguasai kalimat efektif dengan menggunakan model penemuan konsep. C. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah apakah model penemuan konsep dapat dijadikan alternatif model pembelajaran kalimat efektif pada siswa SMA program IPA dan IPS?

11 Pokok permasalahan tersebut dijabarkan dalam rumusan masalah penelitian sebagai berikut. 1) Apakah hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPA yang menggunakan model penemuan konsep lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPA yang menggunakan model konvensional? 2) Apakah hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPS yang menggunakan model penemuan konsep lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPS yang menggunakan model konvensional? 3) Apakah terdapat perbedaan antara hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPA dengan hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPS yang menggunakan model penemuan konsep? 4) Bagaimana kualitas hasil pembelajaran kalimat efektif dengan menggunakan model penemuan konsep di kelas program IPA dan IPS? 5) Bagaimana kualitas proses pembelajaran kalimat efektif dengan menggunakan model penemuan konsep di kelas program IPA dan IPS? 6) Bagaimana tanggapan siswa program IPA dan IPS terhadap penggunaan model penemuan konsep dalam pembelajaran kalimat efektif?

12 D. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan pilihan model mengajarkan kalimat efektif. Tujuan ini dicapai melalui eksperimen model penemuan konsep, menguji hasil pembelajaran dengan tes awal dan tes akhir, serta menguji proses pembelajaran melalui observasi dan angket. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendapatkan dan menjelaskan gambaran: 1) perbedaan hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPA yang menggunakan model penemuan konsep dengan hasil pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional; 2) perbedaan hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPS yang menggunakan model penemuan konsep dengan hasil pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional; 3) perbedaan hasil pembelajaran kalimat efektif siswa yang menggunakan model penemuan konsep program IPA dengan program IPS 4) kualitas hasil pembelajaran kalimat efektif siswa yang menggunakan model penemuan konsep di kelas program IPA dan IPS 5) proses pembelajaran kalimat efektif dengan menggunakan model penemuan konsep pada siswa program IPA dan IPS; 6) tanggapan siswa program IPA dan IPS terhadap penggunaan model penemuan konsep dalam pembelajaran kalimat efektif.

13 E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan elaborasi teori berkenaan dengan prinsip-prinsip ilmu pendidikan, khususnya prinsip-prinsip pembelajaran, dan prinsip-prinsip ilmu bahasa, khususnya teori kalimat efektif. Apabila hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kemampuan siswa dalam menguasai konsep kalimat efektif setelah penggunaan model penemuan konsep, berarti dapat menguatkan teori bahwa model pembelajaran menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi berbagai pihak, antara lain sebagai berikut. 2.1 Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pilihan model pembelajaran yang tepat bagi guru dalam mengemas pembelajaran kalimat efektif, atau pembelajaran materi lain yang relevan. 2.2 Siswa Penelitian ini bagi siswa diharapkan dapat menjadi variasi belajar dalam mempelajari teori kebahasaan, khususnya teori kalimat efektif, yang selama ini dirasakan rumit. Selain itu, diharapkan dapat membiasakan siswa untuk berpikir kritis, dan menerapkan belajar konsep pada materi-materi lain yang sesuai

14 F. Anggapan Dasar Beberapa anggapan dasar yang melandasi penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia ditandai oleh perolehan kompetensi siswa secara utuh, pengetahuan kebahasaan, keterampilan berbahasa, dan sikap yang baik. 2) Keterampilan berbahasa Indonesia seseorang sangat ditunjang oleh penguasaan norma-norma bahasa Indonesia. 3) Pengetahuan yang diperoleh melalui model penemuan menunjukkan beberapa kebaikan, yaitu (1) bertahan lama; (2) mempunyai efek transfer yang lebih baik; (3) meningkatkan penalaran siswa. G. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPA yang menggunakan model penemuan konsep lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran yang menggunakan model konvensional. 2) Hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPS yang menggunakan model penemuan konsep lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran yang menggunakan model konvensional. 3) Tidak terdapat perbedaan hasil pembelajaran kalimat efektif antara siswa program IPA dengan siswa program IPS yang menggunakan model penemuan konsep.

15 H. Metode dan Teknik Penelitian Penelitian ini terdiri atas kajian teoretis berupa kajian pustaka, dan berfokus pada studi eksperimen berupa pelaksanaan model pembelajaran. Melalui penelitian ini, penulis ingin mendapatkan gambaran efektivitas model penemuan konsep terhadap hasil dan proses pembelajaran kalimat efektif. Hasil pembelajaran ditandai oleh kemampuan siswa dalam menguasai materi kalimat efektif. Sedangkan kualitas proses ditandai oleh peran aktif siswa dalam pembelajaran, interaksi antara siswa dengan guru, dan interaksi antarsiswa, tanggapan siswa yang positif, antusias. Dengan demikian, model penemuan konsep merupakan variabel bebas yang diujicobakan terhadap siswa kelompok eksperimen, sedangkan pembelajaran kalimat efektif yang di dalamnya meliputi kemampuan siswa dalam menguasai kalimat efektif merupakan variabel terikat. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain pretespostes kelompok kontrol secara random (The randomized pre-test and post-test control group design). Dalam rancangan penelitian ini digunakan dua kelompok eksperimen, dan dua kelompok kontrol, masing-masing kelompok dari kelas XI IPA, dan kelas XI IPS. Pemilihan tersebut berdasarkan harapan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap sesuai dengan karakteristik program studi yang berbeda. Untuk mendapatkan data kemampuan awal siswa, dilakukan tes awal. Setelah perlakuan dilakukan tes akhir. Teknik pengumpul data lainnya adalah observasi, dan angket. Penelitian dilaksanakan dalam enam kali pertemuan (6 x 90 menit), pada bulan Maret s.d. Mei di kelas XI SMA Negeri 9 Bandung. Perlakuan terdiri atas

16 empat kali penggunaan model terhadap label- label konsep kalimat efektif, yaitu pilihan kata, struktur kalimat efektif, EyD, nalar (kelogisan) kalimat. I. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Bandung yang beralamat di Jalan LMU I Suparmin No. 1 A Bandung, pada semester genap tahun ajaran 2011/2012. 2. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 9 Bandung. 3. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah siswa satu kelas program IPA, dan satu kelas program IPS yang diambil dengan teknik simple random sampling (sampel random sederhana). Hal tersebut berdasar pada pendapat Sugiyono (2010:82) bahwa pengambilan anggota sampel dari populasi dapat dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu bila anggota populasi dianggap homogen. J. Definisi Operasional Untuk menghindari adanya salah pengertian, secara operasional istilahistilah yang terdapat dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut. 1) Penggunaan model penemuan konsep dalam pembelajaran menulis karangan ilmiah dengan fokus kalimat efektif adalah pengemasan pembelajaran menulis yang difokuskan pada menulis kalimat efektif ke dalam tiga tahapan proses pembelajaran. Tahap pertama adalah identifikasi konsep kalimat efektif melalui penyajian data atau contoh kalimat efektif dan kalimat tidak efektif;

17 tahap kedua adalah pengujian konsep kalimat efektif melalui identifikasi ciriciri dari contoh tambahan, dan membuat contoh secara mandiri; serta tahap ketiga adalah analisis strategi berpikir siswa dalam menemukan konsep kalimat efektif. 2) Kemampuan menggunakan kalimat efektif adalah kemampuan dalam menggunakan kalimat efektif dengan pilihan kata yang tepat sesuai konteks; menerapkan struktur kalimat dengan benar, menggunakan EyD, dan menggunakan nalar yang logis. Kemampuan tersebut diukur melalui instrumen tes berbentuk pilihan ganda, berjumlah tiga puluh soal. Indikatornya meliputi (a) menentukan kalimat yang efektif, dan kalimat yang tidak efektif; (b) memperbaiki kalimat tidak efektif, (c) membuat contoh kalimat efektif, serta (d) menerapkan kalimat efektif dalam paragraf. 3) Kemampuan menggunakan kalimat efektif dalam menulis karangan ilmiah adalah kemampuan menggunakan kalimat efektif untuk mengungkapkan informasi-informasi atau pernyataan-pernyataan yang bersifat objektif, faktual, dan ilmiah. Kalimat-kalimat yang digunakan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu (1) makna yang lugas, atau menggunakan pilihan kata bermakna denotatif; (2) struktur kalimat yang logis, atau dapat diterima akal sehat; dan (3) urutan kalimat yang sistematis, atau kohesif dan koheren. Kemampuan tersebut, dapat diterapkan antara lain pada penyusunan kalimat pernyataan latar belakang masalah dalam karangan ilmiah; kalimat pernyataan pada bagian kata pengantar, kalimat pernyataan tujuan penulisan karangan, dan kalimat pernyataan kesimpulan.