TINJAUAN PUSTAKA. Istilah entrepreneur sudah dikenal orang dalam sejarah ilmu ekonomi sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor)

PETUNJUK PENGISIAN. #### Selamat Mengerjakan ####

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan. nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (startup phase) atau

KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN. PERTEMUAN KETIGA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si.

Kewirausahaan I. Berisi tentang Konsepsi Dasar Kewirausahaan. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komputer

I. PENDAHULUAN. TUJUAN Memahami konsep kewirausahaan Memahami kunci sukses kewirausahaan

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor)

BAB II URAIAN TEORITIS. penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan

Entrepreneurship and Inovation Management

Paradigma umum adalah paradigma yang dimiliki oleh seorang pegawai atau pekerja. Bekerja Penghasilan Rencana Masa Depan

BAB II LANDASAN TEORI. Kata kewirausahaan diambil dari kata wirausaha. Sebagian orang ada

PENGEMBANGAN KEPERCAYAAN DIRI. b. Kebebasan (lebih menyukai pekerjaan yang berdiri sendiri /

KEWIRAUSAHAAN. Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan

PERTEMUAN 6 KEWIRAUSAHAAN MUHAMMAD WADUD

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN

Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi ke dalam kehidupan.

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

Ciri dan Watak Wirausaha

BAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Riyanti, 2003:21), kata entrepreneur berasal dari kata kerja entreprende. Kata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). hasil yang dapat dibanggakan (Sadono Sukirno, 2004:367).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

KARAKTERISTIK WIRAUSAHA

BAB I PENDAHULUAN an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. ekonomi yang lebih besar justru tumbang oleh krisis.

Membangun Jiwa Wirausaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi

KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN (Menggagas Peluang Bisnis Bagi Sekolah Dasar Di Era Otonomi Daerah)

BAB I KONSEP DAN KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

banyak Rp 1 miliar per tahun.

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

URAIAN MATERI A. PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN

BAB II KAJIAN TEORI. tersebut akan menimbulkan kesenangan. karena obyek tersebut menyenangkan.

PENGEMBANGAN ENTREPRENEURSHIP MENUJU KEMANDIRIAN BANGSA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah

ENTREPRENEURSHIP & CIRI KHAS & NILAI KEWIRAUSAHAAN KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN

Entrepreneurship and Inovation Management

Materi Kewirausahaan dan Prakarya Kelas X SMA Semester 1

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ulina (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang

PENGARUH MODAL DAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP LABA USAHA PEDAGANG KAIN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pejuang. Sedangkan usaha artinya kegiatan yang dilakukan terus-menerus dalam

KEWIRAUSAHAAN (Pengetahuan dan Keterampilan bagi Wira-Usaha Baru)

BAB II URAIAN TEORITIS. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ranto (2007), dengan judul

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala

Kewirausahaan (1) Erizal, S.Si,M.Kom PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

BAB II URAIAN TEORITIS. Fajrinur dengan judul penelitian Analisis Faktor-Faktor. mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Pajak

BAB II LANDASAN TEORI. A. Minat Wirausaha. untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan

PENGUATAN KARAKTER WIRAUSAHA UNTUK KEBERLANJUTAN AGRIBISNIS HILIR SKALA RUMAHTANGGA. Oleh: Triwara Buddhi Satyarini 1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

Uraian Materi Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

MENUMBUHKAN JIWA DAN KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah kumpulan dari konsep, definisi, dan proposisi-proposisi yang sistematis

Psikologi dalam Kewiraswastaan Ciri-ciri Psikologi Seorang Wiraswasta

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. sementara lapangan pekerjaan yang ditawarkan juga terbatas, menuntut siswa

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI

Soal Jawab tentang Kewirausahaan

KEWIRAUSAHAAN I. Konsepsi Dasar Kewirausahawan. M. Rizal Situru, SH, MBL. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian wirausahawan (entrepreneur) secara sederhana adalah orang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan jasa pendidikan bagi peserta didik sebagai pelanggannya.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat yang pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu kompetensi keahlian lagi, yaitu kompetensi keahlian multimedia.

BAB II LANDASAN TEORI. yang artinya gagah berani, perkasa dan kata usaha, sehingga secara harfiah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA

KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Adapun hasil dari penelitian tersebut sebagai berikut : A. Sikap Kewirausahaan : a) Percaya diri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

2. TINJAUAN PUSTAKA Karakter Wanita Tani

BAB II LANDASAN TEORI

Nama Kelompok : Intan Nur Kumalasari Selvia Dewi Novita Jannatul Maghfiroh Laura Evalina Novita Ari Santi Christi Emanuella

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada kondisi perekonomian di Indonesia. Belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dalam kesehariannya untuk menjaga

KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN. Oleh : Dhita Fajriastiti Sativa, S.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh dan berkembangnya perekonomian di suatu negara tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan itu sendiri seolah-olah merupakan simbol keberhasilan kewiraswastaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari- hari. Lesunya pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor riil, telah

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Wirausaha dan Kewirausahaan Istilah entrepreneur sudah dikenal orang dalam sejarah ilmu ekonomi sebagai ilmu pengetahuan sejak tahun 1755. Cantillon memberikan peranan utama kepada konsep entrepreneurship dalam ilmu ekonomi. Cantillon menyatakan seorang entrepreneur sebagai seorang yang membayar harga tertentu untuk produk tertentu, untuk kemudian dijualnya dengan harga yang tidak pasti (an Uncertain Price), sambil membuat keputusan-keputusan tentang upaya mencapai dan memanfaatkan sumber-sumber daya, dan menerima resiko berusaha. (Winardi, 2003) Konsep entrepreneur di Indonesia mulai dikenal pada sekitar tahun 70an, istilah yang digunakan adalah wiraswasta sebagai terjemahan dari entrepreneur, dan jiwa kewiraswastaan merupakan terjemahan dari entrepreneurship (Suparman 1980). wiraswasta merupakan istilah yang berasal dari kata wira dan swasta, wira berarti berani, utama atau perkasa. Swasta merupakan paduan dari dua kata swa dan sta, swa artinya sendiri dan sta berarti berdiri. Swasta dapat diartikan sebagai berdiri menurut kekuatan sendiri. Bertolak dari segi etimologis pengertian wiraswasta adalah keberanian, keutamaan serta keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri (Mustofa, 1996). Menurut Zemmerer dalam Suryana (2001), wirausaha adalah penerapan kreativitas dan keinovatifan untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Sukardi (1991) menggunakan istilah entrepreneur, yang artinya seseorang yang dapat memanfaatkan, mengatur, mengarahkan sumber daya tenaga kerja, alat produksi untuk menciptakan produk tertentu, di mana produk tersebut ditukarkan atau dijual

dalam situasi pasar, dan dengan demikian mendapatkan penghasilan untuk kelangsungan hidupnya. Pekerti (1988) memakai istilah kewirausahaan, yang diartikan tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam perangkat tindakan serta membuahkan hasil karya berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif. Pendapat-pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa seorang wirausaha adalah seseorang yang mendirikan, mengelola, mengembangkan dan melembagakan usaha yang dimilikinya, dan dilakukan dengan penuh kreatif, inovatif, mempertimbangkan kemampuan diri (swakendali), mampu mengambil resiko, mampu melihat kedepan, mampu memanfaatkan peluang, mampu bergaul, suka bekerja keras, penuh keyakinan dan bersikap mandiri. Sejarah kewirausahaan menunjukkan bahwa kewirausahaan mempunyai karakteristik yang umum serta berasal dari kelas yang sama (Suparman, 1980). Bronner ( Tawardi, 1999) mengemukakan bahwa rata-rata wirausahawan adalah anak dari orang tua yang kondisi keuangan memadai, tidak miskin dan tidak kaya. Wirausahawan tidak membentuk suatu kelas sosial tetapi berasal dari semua kelas sosial. Cantilon (Tjakrawerdaya, 1997) mengatakan bahwa fungsi risk bearing sebagai ciri utama wirausaha, dan scumpeter memperkenalkan fungsi inovasi dalam kewirausahaan. Meiner dkk (1980) mengemukakan bahwa ada lima ciri utama sifatsifat kewirausahaan yaitu: (a) Self achievement, yaitu keinginan untuk selalu memiliki prestasi yang lebih baik, (b) Risk taking, yaitu kemampuan mengambil resiko tertentu demi mempercepat mencapai tujuan, (c) Feed back of result, yaitu keinginan untuk segera mendapatkan umpan balik dari apa yang telah dikerjakan, (d) Personal inovation, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berorientasi kearah

perbaikan dan kemajuan, dan (e) Planning for the future, yaitu sikap untuk bertindak berdasarkan rencana yang telah disusun terlebih dahulu. Sukardi (1991), mendefenisikan entrepreneur adalah seseorang yang dapat memanfaatkan, mengatur, mengarahkan sumber daya tenaga kerja, alat produksi untuk menciptakan suatu produk tertentu, yakni produk tersebut ditukarkan, atau dijual dalam suatu pasar, dan dengan demikian mendapatkan sumber penghasilan untuk kelangsungan hidupnya. Senada dengan pendapat Pekerti (1988), bahwa perilaku kewirausahaan adalah sikap selalu tanggap terhadap peluang usaha-usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil karya berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif. Clelland (1987) mengemukakan ciri yang dimiliki perilaku kewirausahaan adalah mempunyai kemiripan dengan orang yang mempunyai motif berprestasi (need of achievement) yaitu: (a) senantiasa berusaha untuk mempeoleh hasil yang lebih baik dari apa yang telah diperoleh, (b) berani mengambil resiko pada taraf rata-rata, (c) mempunyai tanggungjawab pribadi, dan (d) senantiasa menginginkan segera umpan balik hasil pekerjaannya untuk mengevaluasi dan memperbaiki tindakannya dimasa depan. Lebih lanjut Mc. Clelland mengatakan, ciri orang yang mempunyai sikap kewirausahaan, salah satu diantaranya penuh semangat dan kreatif. Miner (1989) berpendapat bahwa ciri utama perilaku kewirausahaan adalah (a) mempunyai self achievement, yaitu keinginan untuk selalu memiliki prestasi yang lebih baik, (b) Feed back of result, yaitu keinginan untuk segera mendapatkan umpan balik dari apa yang telah dikerjakan. Meredith (1996) mengemukakan bahwa ciri-ciri seseorang yang memiliki sikap kewirausahaan, yaitu: (a) fleksibel dan supel dalam bergaul, (b) mampu dan dapat memanfaatkan peluang usaha yang ada, (c) memiliki pandangan kedepan,

cerdik dan lihai, (d) tanggap terhadap situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu, (e) mempunyai kepercayaan diri dan mampu bekerja mandiri, (f) mempunyai pandangan yang optimis dan dinamis, serta mempunyai jiwa kepemimpinan, (g) mempunyai motivasi yang kuat untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik dan teguh dalam pendiriannya, (h) sangat mengutamakan prestasi, dan memperhitungkan faktor-faktor yang menghambat dan faktor penunjang, (i) memiliki disiplin diri yang tinggi, dan (j) berani mengambil resiko dengan memperhitungkan tingkat kegagalnnya. Timmons (1974) berpendapat tentang karakteristik wirausahawan yang berhasil adalah adanya keyakinan pada dirinya, bahwa segala jerih payahnya akan membawa hasil. Keyakinan diri ini termasuk kepercayaan bahwa keberhasilannya tidaklah ditentukan oleh faktor diluar dirinya. Disamping itu mempunyai sikap kesediaan untuk secara terus menerus mencurahkan tenaganya setiap harinya untuk mencapai keberhasilan usahanya, serta kesediaan dan kesungguhan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Disini terkandung arti kekuatan kehendak pribadi (self determination) untuk menyelesaikan pekerjaan. Disamping itu, memiliki keluwesan bergaul yang merujuk pada ketersediaan wirausaha untuk berhubungan dengan semua lapisan dalam masyarakat, aneka ragam individu demi keberhasilan berusaha. Sukardi (1991) berpendapat bahwa ciri-ciri utama perilaku kewirausahaan seseorang adalah selalu terlibat dalam setiap situasi kerja, tidak mudah menyerah, tidak memberi kesempatan berpangku tangan. Lebih lanjut dikatakan bahwa ada sembilan ciri psikologik yang selalu dijumpai dan tampil pada perilaku wirausaha yang berhasil, yaitu: (1) selalu tanggap terhadap peluang dan kesempatan berusaha yang berkaitan dengan peluang kinerjanya, (2) selalu berusaha memperbaiki prestasi,

menggunakan umpan balik, menyenangi tantangan dan berupaya agar hasil kerjanya selalu lebih baik dari sebelumnya, (3) selalu bergaul dengan siapa saja, membina kenalan, mencari kenalan baru dan berusaha menyesuaikan diri dalam berbagai situasi, (4) dalam berusaha selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai. Tidak pernah memberi dirinya kesempatan berpangku tangan, mencurahkan perhatian sepenuhnya kepada pekerjaan, dan memiliki tenaga terlibat terus menerus dalam pekerjaannya, (5) optimisme bahwa usahanya akan berhasil. Percaya diri dengan bergairah langsung terlibat dalam kegiatan konkrit, jarang terlihat ragu-ragu. Sukardi (1991) melanjutkan ciri psikologik perilaku wirausaha yang berhasil adalah (6) tidak khawatir menghadapi situasi yang serba tidak pasti, usahanya belum tentu membuahkan keberhasilan. Berani mengambil antisipasi terhadap kemungkinan-kemungkinan kegagalan. Segala tindakan diperhitungkan secara cermat, (7) benar-benar memperhitungkan apa yang harus dilakukan dan bertanggungjawab pada dirinya sendiri, menunjukkan swakendali dalam mengarahkan tingkah lakunya, (8) selalu bekerja keras mencari cara-cara baru untuk memperbaiki kinerjanya.terbuka untuk gagasan, pandangan, penemuan-penemuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya. Tidak terpaku pada masa lampau, gagasan-gagasan lama, tetapi berpandangan ke depan dan mencari ideide baru, dan (9) apa yang dilakukan merupakan tanggungjawab pribadinya. Keberhasilan atau kegagalan dikaitkan dengan tindakan-tindakan pribadinya. Lebih menyenangi kebebasan dalam mengambil keputusan untuk bertindak dan tidak tergantung pada orang lain. Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai karakteristik atau ciri-ciri yang selalu muncul pada perilaku wirausaha yang berhasil. Pada wirausaha yang

berhasil banyak memiliki cara yang sama, antara lain penuh energi, inovatif, berani mengambil resiko serta keinginan untuk berprestasi, selain itu juga sifat optimis dan percaya akan masa depan. Kata kewirausahaan hingga saat ini diakui belum memiliki defenisi yang utuh dan tegas, mengingat kedua kata tersebut memiliki makna yang bersifat universal. Wirausaha pada prinsipnya memiliki makna yang khas yaitu mencerminkan karakter yang tekun, giat dan relative dalam bekerja atau berusaha, mampu mengambil prakarsa dari peluang usaha dengan mengandalkan kemampuan orang lain, berani mengambil resiko kerugian atau kegagalan tanpa harus putus asa namun bertindak sebagai motivator dan inovator (Pambudy, 1999) Perilaku Kewirausahaan Perilaku wirausaha mencakup tiga hal yaitu pengetahuan, sikap mental dan keterampilan serta sikap kewaspadaan yang merupakan perpaduan unsur pengetahuan dan sikap mental terhadap masa yang akan datang (Wijandi, 1988). Atmakusuma dalam Setiawan (2003) mengenai perilaku wirausaha tersebut, pengetahuan didefenisikan sebagai tingkat kemampuan berpikir seseorang. Pada umumnya kemampuan berpikir lebih banyak ditentukan oleh tingkat pendidikan baik formal maupun non formal, meskipun secara langsung tidak ada kaitan antara pengetahuan/pendidikan dengan semangat berusaha, dalam menjalankan usahanya seorang wirausahawan perlu memiliki beberapa pengetahuan dasar yang memadai agar usahanya berhasil. Pengetahuan yang dimiliki seseorang akan berkembang seiring dengan majunya zaman, sebagai pelaku usaha maka pengetahuan yang terkini harus didapat dan diikuti agar usahanya maju.

Douglas dalam Pambudy (1999) menjelaskan ciri-ciri dari wirausaha yang berhasil antara lain: (a) memiliki tujuan yang berkelanjutan, (b) pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar tentang bagaimana suatu bisnis dapat bertahan dan berhasil, (c) memiliki kemampuan memecahkan masalah secara efektif dengan banyak akal, (d) percaya diri terhadap kemampuan untuk mencapai tujuan bisnis, (e) inovasi untuk menemukan hal-hal yang baru, (f) memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan (g) memiliki kemampuan menjual terhadap produk barang. Sikap mental yang diperlukan seorang wirausahawan adalah unsur mencirikan respon, tanggapan atau situasi mental/psikologis jika dihadapkan pada situasi, sikap mental ini bersifat dinamis. Gagasan, karsa, inisiatif, kreatifitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja keras dan sebagainya dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan diri seseorang yang secara langsung atau tidak mempengaruhi sikap mental seseorang, sikap mental berbeda dengan kepribadian. Kepribadian menunjukkan watak seseorang atau sikap mental yang relatif mantap dan tetap (Wijandi, 1988). Selanjutnya Pambudy (1999) menjelaskan sikap dasar seorang wirausahawan adalah kemauan, kemampuan dan memiliki kesempatan untuk selalu memperhatikan usahanya. Keterampilan adalah suatu kemauan dan kemampuan serta kesempatan yang ada pada diri seseorang untuk selalu menggunakan semua organ fisiknya dalam mengembangkan usahanya tersebut, unsur ini berhubungan dengan kerja fisik anggota badan terutama tangan, kaki dan mulut (suara) untuk bekerja (Pambudy, 1999).

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kewirausahaan Mc Clelland (1987) mengemukakan bahwa motif berprestasi atau need for achievement akan mendorong timbulnya perilaku kewirausahaan, dan motif berprestasi dapat dipelajari dan dikembangkan. Penting diadakan pendidikan dan latihan yang dapat menumbuh dan mengembangkan motif berprestasi sejak dini. Pembentukan wiraswasta yang tangguh akan lebih dimudahkan apabila sistem pendidikan yang berlaku dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan wiraswasta, disamping tentunya juga diperlukan adanya sistem yang baik pada bidang-bidang yang lain, seperti sistem perbankan, sistem perdagangan, sistem kerjasama, dan lain sebaginya (Suparman, 1980). Rogers (1980) menyatakan seseorang dalam merubah perilakunya dipengaruhi oleh: (1) kemampuan membaca dan menulis, (2) sifat kosmopolit, (3) tingkat pendidikan, (4) status sosial ekonomi, dan (5) umur. Dari beberapa konsep tentang karakteristik pedagang kakilima dan karakteristik lainnya, hanya beberapa karakteristik tertentu saja yang akan diteliti, yaitu: (1) umur, (2) pendidikan formal, (3) pendidikan non formal, (4) pengalaman berusaha, (4) motivasi (5) modal, (6) keluarga, (7) lingkungan tempat kerja, (8) peluang pembinaan usaha dan (9) ketersediaan bahan Umur Menurut Anggraini (1995), usia berhubungan nyata dengan tumbuh kembangnya perilaku kewirausahaan pengusaha kecil. Dahama dan Bhatnagar (1980) berpendapat bahwa, umur seseorang berkaitan dengan kapasitas belajarnya terus naik sejak anak mengenal lingkungannya, dan pada awal dewasa yaitu usia 25 28 tahun, kemudian menurun. Kemudian penurunan itu dengan drastis dimulai sejak

seseorang itu berusia 50 tahun. Napitupulu (1975) mengemukakan bahwa umur 15 40 tahun memiliki produktivitas tinggi. Pendidikan Menurut Suparman (1980), kewiraswastaan hanya dapat dipelajari dari seorang wiraswasta, dengan demikian jelas bahwa kewiraswastaan dapat diajarkan, wiraswasta dapat dibentuk, dan ditempa, asal pada alamat dan wadah yang tepat. Pendidikan minimum sebagai perlindungan minimum bagi setiap orang perlu digali dan disajikan. Tulisan ini berkeyakinan bahwa pendidikan minimum itu adalah pendi dikan wiraswasta. Selanjutnya rendahnya produktifitas tenaga kerja disebabkan faktor rendahnya pendidikan formal yang dimiliki, yang berkendala dalam menyerap informasi baru, khususnya yang berkaitan dengan proses difusi-inovasi teknologi baru sehingga upah yang diterima tenaga kerja, inilah yang menjadi salah satu sumber kemiskinan yang ada dewasa ini. Masalah kualitas tenaga kerja tersebut diatasi dengan berbagai pendidikan lanjutan seperti pelatihan, kursus-kursus, penyuluhan, magang kerja, studi lapangan, dan sebagainya (Sukartawi, 1996). Pengalaman Pengalaman belajar sebagai interaksi, antara yang belajar dengan lingkungannya, dimana yang belajar tersebut dapat memberi reaksi terhadap stimuli yang diterimanya (Soekanto, 1986). Dahama dan Bhatnagar (1980) mengatakan bahwa pengalaman seseorang akan memberikan kontsribusi terhadap minat dan harapannya untuk belajar lebih banyak. Mustofa (1996) mengatakan bahwa pengalaman masa kecil, serta pola asuh keluarga, tuntutan keluarga, kemungkinan besar ikut berpengaruh terhadap pemilihan pekerjaan meskipun hal ini kadangkadang tidak disadari oleh individu yang bersangkutan.

Motivasi Motivasi adalah kemauan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan, keinginan, dorongan atau impuls. Motivasi seseorang tergantung kepada kekuatan motifnya. Motif dengan kekuatan yang sangat besarlah yang akan menentukan perilaku seseorang. Motif yang kuat ini seringkali berkurang apabila telah mencapai kepuasan ataupun karena menemui kegagalan. Fasilitas (Modal) Probosutedjo (1977) menjelaskan bahwa pemerintah menyediakan fasilitas terhadap pemodal besar dapat menghasilkan pengusaha-pengusaha raksasa. Pemerintah memberikan Kredit Candak Kulak kepada usaha ekonomi lemah telah dapat dirasakan oleh masyarakat walaupun masih kecil sekali. Sumarlin (1977) menyatakan bahwa pembinaan usaha golongan ekonomi lemah dengan bantuan kredit, penyuluhan, bantuan keahlian, peyederhanaan perijinan telah dapat mendorong berkembangnya segi kewirausahaan bagi pengusaha ekonomi lemah. Tawardi (1999) menegaskan bahwa pembentukan sikap kewirausahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, fasilitas, pembinaan dan pola asuh orang tua. Variabel ekonomi berupa perangsang pasar dan stok modal sebagai penyokong tumbuh kembangnya kewiraswastaan. Keluarga Keluarga akan memberikan motivasi bagi rumah tangga yang bersangkutan untuk lebih banyak menggali sumber pendapatan lainnya. Ayah sebagai kepala Rumah Tangga mempunyai kewajiban untu memberikan nafkah kepada anggota keluarganya.

Lingkungan Tempat Kerja Salah satu ciri utama pedagang kakilima adalah dalam melakukan usahanya selalu berada pada tempat keramaian, dimana calon pembeli hilir mudik, karena itu dalam kota-kota besar, Pedagang Kakilima biasanya diidentikkan dengan penyebab kesemrawutan dan kemacetan. Penertiban dan penggusuran Pedagang Kakilima sering menjadi pekerjaan berat bagi aparat pemerintahan setempat. Peluang Pembinaan Usaha Pembinaan usaha pada Pedagang kakilima dapat dilakukan pada aspek usaha Pedagang kakilima dan Pedagang Kakilima itu sendiri. Tujuan dari pembinaan usaha ini agar terjadi pengembangan unit usaha dari informal menjadi usaha formal sedangkan pada Pedagang Kakilima itu sendiri agar terjadi peningkatan taraf hidup. Ketersediaan Bahan Ciri utama Pedagang kakilima adalah berlokasi pada daerah yang ramai, dekat pasar dimana calon pembeli hilir mudik pada daerah tersebut. Selain karena pertimbangan calon pembeli, dengan dekat pada pasar maka akan memudahkan Pedagang Kakilima khususnya yang berjualan usaha makanan untuk mendapatkan bahan baku.