FORMULASI TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCl DENGAN MATRIKS METOLOSE 90SH : STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN METIL SELULOSA SEBAGAI MATRIKS TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCL: STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA SKRIPSI

PENGGUNAAN ETIL SELULOSA SEBAGAI MATRIKS TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCL : STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

zat alc.if dari tablet dapat diatur mtuk tujuan tertentu (Banker &

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebanyakan bentuk lepas lambat (sustained release) dirancang supaya

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI NOVA YAUNAR SARI K Oleh :

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

(AIS) dan golongan antiinflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis dan manfaat penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dapat digunakan pada krisis hipertensi seperti kaptopril (Author, 2007). Kaptopril mempunyai waktu paruh biologis satu sampai tiga jam dengan dosis

anti-inflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak. Obat golongan ini mempunyai efek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagian besar produk obat konvensional seperti tablet dan kapsul diformulasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Effervescent system digunakan pada penelitian ini. Pada sistem ini formula tablet mengandung komponen polimer dengan kemampuan mengembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah

FORMULASI SEDIAAN LEPAS LAMBAT TABLET TEOFILIN DENGAN MATRIKS NATRIUM CARBOXYMETIL CELLULOSE DAN AVICEL PH 102 DENGAN METODE GRANULASI BASAH SKRIPSI

FORMULASI SEDIAAN LEPAS LAMBAT TABLET TEOFILIN DENGAN MATRIKS HIDROKSI PROPIL METIL SELULOSA DAN AVICEL PH 102 DENGAN METODE GRANULASI BASAH SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN A...Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 2 C. Tujuan Penelitian... 2 D. Manfaat Penelitian...

PENGARUH KONSENTRASI KOMBINASI HYDROXYPROPYL METHYLCELLULOSE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi farmasi, beberapa jenis obat

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Gambar. Daftar Lampiran. Intisari... BAB I. PENDAHULUAN..1. A. Latar Belakang.1. B. Perumusan Masalah.

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melepaskan obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap supaya

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

menyebabkan timbulnya faktor lupa meminum obat yang akhirnya dapat menyebabkan kegagalan dalam efektivitas pengobatan. Permasalahan ini dapat diatasi

BAB II SISTEM MENGAPUNG (FLOATING SYSTEM)

waktu tinggal sediaan dalam lambung dan memiliki densitas yang lebih kecil dari cairan lambung sehingga obat tetap mengapung di dalam lambung tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

Pemberian obat secara bukal adalah pemberian obat dengan cara meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa pipi. Pemberian sediaan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

enzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu,

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

BAB II. STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Granul merupakan sediaan multiunit berbentuk agglomerat dari

KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013

EVALUASI SIFAT FISIK DAN PELEPASAN NATRIUM DIKLOFENAK DALAM TABLET LEPAS LAMBAT DENGAN MATRIKS KOMBINASI HIDROKSIPROPIL METILSELULOSA DAN XANTHAN GUM

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka. yang disebutkan terakhir dikenal sebagai sustained-release (SR), sustainedaction

BAB I PENDAHULUAN. memiliki beberapa masalah fisiologis, termasuk waktu retensi lambung yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

Paradigma dalam pengembangan obat. Pertimbangan terapeutik Pertimbangan biofarmasetik Pendekatan fisikokimia 4/16/2013 1

ENDAH PRASETYANINGSIH

bioavailabilitasnya meningkat hingga mencapai F relsl = 63 ± 22 %

IKARUSLI ANGGRAINI K

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR.. vii. DAFTAR ISI.. viii. DAFTAR GAMBAR. xi. DAFTAR TABEL. xiii. DAFTAR LAMPIRAN. xiv. INTISARI.. xv. ABSTRAC.

BAB I PENDAHULUAN. polimer struktural pada ganggang laut sama seperti selulosa pada tanaman

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KONSENTRASI KOMBINASI CARBOMER 940 DAN NATRIUM CARBOXYMETHYLCELLULOSE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tinggal obat dalam saluran cerna merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMASI TABLET SUSTAINED RELEASE TEOFILIN DENGAN KOMBINASI MATRIK ETILSELULOSA 20 cp DAN METILSELULOSA SKRIPSI

PENGGUNAAN EUDRAGIT L 100 DALAM FORMULASI MIKROKAPSUL NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN TEKNIK EMULSIFIKASI PENGUAPAN PELARUT TESIS RAHMADEVI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketoprofen [(3-benzophenyl)-propionic acid] adalah turunan asam

Transkripsi:

FORMULASI TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL Cl DENGAN MATRIKS METOLOSE 90S : STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA SKRIPSI Oleh: INDA LUTFATUL AMALIYA K 100040058 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUAMMADIYA SURAKARTA SURAKARTA 2008

1 BAB I PENDAULUAN A. Latar Belakang Masalah Tramadol Cl merupakan salah satu jenis obat analgetik, yang digunakan untuk mengatasi nyeri hebat baik akut atau kronis dan nyeri setelah operasi. Tramadol Cl mempunyai beberapa karakteristik antara lain penggunaan dosis yang tidak terlalu besar yaitu 100 mg, waktu paruh 5,5 jam, diabsorbsi dengan baik di lambung, mempunyai harga pka 9,14, log P sebesar 1,35 pada p 7 dan mempunyai kestabilan yang baik dalam air dan etanol (Anonim, 2004). Salah satu alasan tramadol Cl dibuat dalam sediaan lepas lambat adalah keterkaitannya sebagai obat analgetik untuk penyakit kronis. Pasien dengan penyakit kronis cenderung untuk menggunakan obat secara teratur dengan frekuensi pemberian lebih dari 2 kali sehari dan dalam jangka waktu yang lama. Demi meningkatkan kenyamanan pasien, maka tramadol Cl dibuat dalam sediaan lepas lambat. Salah satu metode yang digunakan dalam pembuatan sediaan lepas lambat adalah sistem matriks dimana obat tercampur homogen dengan bahan matriks. Salah satu keuntungan sistem matriks adalah penggunaannya yang relatif sederhana dan tidak mahal dibandingkan dengan sistem lainnya. Penelitian ini dilakukan dengan penambahan matriks untuk memperlambat pelepasan zat aktifnya. Matriks yang digunakan pada penelitian ini adalah metolose 90S. Metolose 90S merupakan matriks hidrofilik yang dapat 1

2 membentuk lapisan hidrogel yang kental pada sekeliling sediaan lepas lambat setelah kontak dengan cairan saluran cerna. Lapisan hidrogel ini mampu menghalangi pelepasan zat aktif dalam sediaan sehingga kecepatan pelepasan obat dapat dikendalikan (Kavanagh dan Corrigan, 2004). Keuntungan dari matriks ini adalah sifatnya yang suka air (hidrofilik), stabil meskipun bersifat higroskopis setelah pengeringan, dan stabil dalam air dingin (arwood, 2005; uang, dkk., 2004). Dari hasil penelitian diharapkan kenaikan konsentrasi matriks yang digunakan dalam pembuatan tablet lepas lambat tramadol Cl akan memberikan pengaruh terhadap sifat fisik dan profil disolusinya. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana sifat fisik dan profil disolusi tramadol Cl dari tablet lepas lambat yang diformulasi dengan matriks metolose 90S? 2. Pada kadar berapa matriks metolose 90S dapat menghambat disolusi tramadol Cl yang sesuai dengan kinetika orde nol dari sediaan tablet lepas lambat? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui sifat fisik dan profil disolusi tramadol Cl dari tablet lepas lambat yang diformulasi dengan matriks metolose 90S. 2. Mengetahui formula yang yang sesuai dengan kinetika orde nol dari sediaan lepas lambat yang ditambahkan dengan matriks metolose 90S.

3 D. Tinjauan Pustaka 1. Sediaan Lepas Lambat Sediaan lepas lambat merupakan bentuk sediaan yang dirancang melepaskan obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap supaya pelepasannya lebih lama dan memperpanjang aksi obat. Tujuan utama dari sediaan lepas terkendali adalah untuk mencapai efek terapetik yang diperpanjang disamping memperkecil efek samping yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh fluktuasi kadar obat dalam plasma (Sulaiman, 2007). Keuntungan bentuk sediaan lepas lambat dibandingkan bentuk sediaan konvensional adalah sebagai berikut (Ansel, dkk., 1995): a. Mengurangi fluktuasi kadar obat dalam darah. b. Mengurangi frekuensi pemberian. c. Meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pasien. d. Mengurangi efek samping yang merugikan. e. Mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan. Kerugian bentuk sediaan lepas lambat adalah (Shargel, dkk., 2005; Lachman, dkk., 1994): a. Kemungkinan terjadinya kegagalan sistem lepas lambat sehingga kandungan bahan aktif yang relatif tinggi dilepas sekaligus (dose dumping). b. Lebih sulit penanganan penderita apabila terjadi kasus keracunan atau alergi obat, karena kandungan bahan aktif yang relatif tinggi. c. arga obat biasanya lebih mahal karena biaya pengembangan dan

4 produksi yang relatif lebih tinggi. Pada umumnya obat-obat yang paling cocok digunakan menjadi produk sustained-release ialah obat yang memiliki laju absorbsi dan ekskresi sedikit tinggi, obat yang dosisnya relatif kecil, obat yang tidak merata diabsorbsi dari saluran cerna dan obat yang digunakan untuk mengobati keadaan yang kronik daripada yang akut (Ansel, dkk., 1995). 2. Tipe Sediaan Lepas Lambat Sediaan lepas lambat yang digunakan secara peroral dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: a. Extended release drug products 1) Sustained release Sustained release dirancang untuk melepaskan suatu dosis terapi awal obat (loading dose) secara tepat yang diikuti pelepasan obat yang lebih lambat dan konstan Kecepatan pelepasan obat dirancang sedemikian rupa agar jumlah obat yang hilang dari tubuh karena eliminasi diganti secara konstan. Keunggulannya adalah dihasilkan kadar obat dalam darah yang merata tanpa perlu mengulangi pemberian dosis (Shargel, dkk., 2005). 2) Prolonged action Prolonged action dirancang untuk melepaskan obat secara lambat dan memberi suatu cadangan obat secara terus-menerus selama selang waktu yang panjang, mencegah absorbsi yang sangat cepat, yang dapat mengakibatkan konsentrasi puncak obat dalam plasma

5 yang sangat tinggi (Shargel, dkk., 2005). 3) Controlled Release Controlled release menunjukkan bahwa penglepasan obat dari bentuk sediaan terjadi sesuai dengan yang direncanakan, dapat diramalkan dan lebih lambat dari biasanya (Ansel, 1995). Kurva hubungan antara kadar obat dalam darah terhadap waktu dari berbagai bentuk sediaan obat dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 1. Kurva ubungan antara Kadar Obat dalam Darah/Aktivitas Obat terhadap Waktu dari Sediaan A: Conventional; B: Sustained release; C: Prolonged Action (Sulaiman, 2007) b. Delayed release drug products Bentuk sediaan yang termasuk delayed release drug product adalah repeat action. Repeat action adalah bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaskan suatu dosis obat pada permulaan dan dosis kedua pada waktu berikutnya, bahkan beberapa produk mempunyai bagian ketiga yaitu dosis yang baru dilepaskan setelah bagian kedua dilepaskan. Pelepasan yang berurutan ini diatur oleh suatu time barier atau enteric coating (Martodiharjo, 1996).

6 Beberapa sifat fisika kimia yang berpengaruh dalam pembuatan sediaan lepas lambat (Sulaiman, 2007): a. Dosis Produk oral yang digunakan peroral dengan dosis lebih besar dari 500 mg sangat sulit untuk dijadikan sediaan lepas lambat karena pada dosis yang besar akan dihasilkan volume sediaan yang terlalu besar yang tidak dapat diterima sebagai produk oral. b. Kelarutan Obat dengan kelarutan dalam air yang terlalu rendah atau terlalu tinggi tidak cocok untuk sediaan lepas lambat. Batas terendah untuk kelarutan pada sediaan lepas lambat adalah 0,1 mg/ml. Obat yang kelarutannya tergantung pda p fisiologis akan menimbulkan masalah yang lain karena variasi p pada saluran cerna dapat mempengaruhi kecepatan disolusinya. c. Koefisien Partisi Obat yang mudah larut dalam air memungkinkan tidak mampu menembus membran biologis sehingga obat tidak sampai ke tempat aksi. Sebaliknya, untuk obat yang sangat lipofil akan terikat pada jaringan lemak sehingga obat tidak mencapai sasaran. d. Stabilitas obat Bahan aktif yang tidak stabil terhadap lingkungan yang bervariasi di sepanjang saluran cerna (enzim, variasi p, flora usus) tidak dapat diformulasikan menjadi sediaan lepas lambat.

7 e. Ukuran molekul Molekul obat yang besar menunjukkan koefisien difusi yang kecil dan kemungkinan sulit dibuat sediaan lepas lambat. Beberapa sifat biologis yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan lepas lambat (Lee dan Robinson, 1978): a. Absorbsi Obat yang lambat diabsorbsi atau memiliki kecepatan absorbsi yang bervariasi sulit untuk dibuat sediaan lepas lambat. Batas terendah harga konstanta kecepatan absorbsi untuk sediaan oral adalah sekitar 0,25/jam dengan asumsi waktu transit gastrointestinal 10-12 jam. b. Volume Distribusi Obat dengan volume distribusi yang tinggi dapat mempengaruhi kecepatan eliminasinya sehingga obat tersebut tidak cocok untuk sediaan lepas lambat. c. Durasi Obat dengan waktu paro pendek dan dosis besar tidak cocok untuk sediaan lepas lambat. Obat dengan waktu paro yang panjang dengan sendirinya akan dapat mempertahankan kadar obat pada indeks terapetiknya sehingga tidak perlu dibuat sediaan lepas lambat. d. Indeks terapetik Obat dengan indeks terapetik yang sempit memerlukan kontrol yang teliti terhadap kadar obat yang dilepaskan dalam darah. Sediaan lepas

8 lambat berperan dalam mengontrol pelepasan obat agar tetap dalam indeks terapetiknya. 3. Metode Formulasi Sediaan Lepas Lambat Berbagai cara pembuatan dan mekanisme kerja sediaan lepas lambat yang dijumpai antara lain: a. Penyalutan Penyalutan ini berfungsi mengendalikan ketersediaan bahan aktif dalam bentuk larutan. Penyalutan serbuk bahan aktif dapat dilakukan dengan metode mikroenkapsulasi (Simon, 2001). Mikroenkapsulasi adalah suatu proses di mana bahan-bahan padat, cairan bahkan gas pun dapat dijadikan kapsul (encapsulated) dengan ukuran partikel mikroskopik, dengan membentuk salutan tipis wall (dinding) sekitar bahan yang akan dijadikan kapsul (Ansel, dkk., 1995). b. Sistem matriks Pencampuran dengan matriks adalah dengan mencampurkan bahan obat yang akan dibuat sediaan lepas lambat, digabungkan dengan bahan lemak atau bahan selulosa, kemudian diproses menjadi granul yang dapat dimasukkan dalam kapsul atau ditablet (Shargel, dkk., 2005). c. Pembentukan Kompleks Bahan obat tertentu jika dikombinasi secara kimia dengan zat kimia tertentu lainnya membentuk senyawa kompleks kimiawi, yang mungkin hanya larut secara perlahan-lahan dalam cairan tubuh, hal ini tergantung pada p sekitarnya (Lee dan Robinson, 1978).

9 d. Sistem Membran Terkontrol Dalam sistem ini membran berfungsi sebagai pengontrol kecepatan pelepasan obat dari bentuk sediaan. Berbeda dengan sistem matrik hidrofil, polimer membran tidak bersifat mengembang (Lee dan Robinson, 1978). 4. Matriks Matriks adalah zat pembawa padat yang di dalamnya obat tercampur secara merata (Shargel, dkk., 2005). Suatu matriks dapat dibentuk secara sederhana dengan mengempa atau menyatukan obat dan bahan matriks bersama-sama. Umumnya, obat ada dalam prosen yang lebih kecil agar matriks memberikan perlindungan yang lebih besar terhadap air dan obat berdifusi keluar secara lambat (Sulaiman, 2007). Terdapat 3 golongan bahan penahan yang digunakan untuk formulasi tablet dengan matriks (Lachman, dkk., 1976): a. Matriks tidak larut, inert Polimer inert yang tidak larut seperti polietilen, polivinil klorida, etil selulosa dan kopolimer akrilat telah banyak digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan tablet lepas lambat. Tablet yang dibuat dari bahan ini dirancang untuk tetap utuh dan tidak pecah dalam saluran cerna. b. Matriks tidak larut tetapi dapat terkikis Matriks jenis ini mengontrol pelepasan obat melalui difusi pori dan erosi. Bahan-bahan yang termasuk dalam golongan ini adalah asam stearat, stearil alkohol, malam carnauba, dan polietilen glikol.

10 c. Matriks hidrofilik Polimer hidrofilik selulosa biasanya digunakan sebagai bahan pengisi berdasarkan sistem matriks yang ditablet. Efektivitas dari sistem matriks hidrofilik ini didasarkan pada proses hidrasi dari polimer selulosa; pembentukan gel pada permukaan polimer; erosi tablet; dan pelepasan obat yang berkesinambungan. Keuntungan sistem matriks hidrofilik adalah sebagai berikut: sederhana, relatif murah dan aman, mampu memuat dosis dalam jumlah yang besar (Collett dan Moreton, 2002). 5. Pelepasan Obat dari Matriks Disolusi adalah suatu proses zat padat masuk ke dalam pelarut sehingga terlarut (Sulaiman, 2007). Proses ini dikendalikan oleh afinitas zat padat terhadap larutan. Kecepatan pelarutan atau laju pelarutan adalah kecepatan melarutnya zat padat di dalam pelarut (Wagner, 1971; Martin, dkk., 1993). Gambar mekanisme disintegrsi dan disolusi tablet dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini: Tablet Granul Partikel <<< < >> Disolusi Absorbsi Gambar 2. Mekanisme Disintegrasi dan Disolusi Tablet

11 Obat dalam bentuk serbuk yang didispersikan secara merata dalam matriks diasumsikan melarut dalam matriks dan berdifusi keluar dari permukaan matriks. Pada waktu obat dilepaskan jarak tempuh obat untuk difusi keluar dari permukaan tablet semakin lama semakin besar dan batas daerah penyusun dari matriks yang mengandung obat akan bergeser ke arah sentral tablet (Martin, dkk., 1993; Sinko, 2006). Gambar batas daerah penyusutan obat yang berdifusi dari sediaannya dapat dilihat pada gambar 3. Batas pemunduran Daerah yang dikosongkan Lapisan difusi statis Matrik C s Lapisan air sekitar sink sempurna A Gambar 3. Skema matriks padatan dan batas daerah penyusutan obat yang berdifusi dari sediaannya, Cs = kelarutan/ konsentrasi jenuh obat dalam matriks, A = Konsentrasi total obat dalam matriks, h = Jarak yang ditempuh oleh obat untuk berdifusi (Martin, dkk, 1993) iguchi (1963) mengusulkan suatu persamaan untuk menggambarkan kecepatan pelepasan obat yang terdispersi dalam suatu matriks yang padat dan inert. + dh h Q 1/2 = ( D(2A - Cs)(Cs)t)...(1) Biasanya A >> Cs, persamaan 1 menjadi: Q = (2ADC s t) ½....... (2)

12 Persamaan (2), untuk pelepasan suatu obat dari dari sistem pemberian tipe matriks polimer homogen, menunjukkan jumlah obat yang terlepas adalah sebanding dengan akar kuadrat A (jumlah total dalam satuan volume matriks); D, koefisien difusi obat dalam matriks; Cs, kelarutan obat dalam matriks polimer; dan t adalah waktu (Martin, dkk., 1993) Persamaan (2) dapat ditulis lebih sederhana sebagai persamaan (3) Q = k.t ½.......(3) Dengan k adalah konstanta. Jika suatu plot dibuat antar Q (jumlah total obat yang dilepaskan) versus akar waktu (t 1/2 ) maka hubungan yang linier akan diperoleh bila pelepasan obat dari matriks dikontrol oleh difusi dan mengikuti kinetika orde nol. Pengungkapan hasil disolusi dapat dilakukan dengan salah satu atau beberapa cara dibawah ini: a. Waktu yang diperlukan oleh sejumlah zat aktif yang terlarut dalam medium disolusi. Misalnya t 20, artinya waktu yang diperlukan agar 20% zat terlarut dalam medium. b. Jumlah zat aktif yang terlarut dalam medium pada waktu tertentu. Misalnya C 20 artinya, jumlah zat terlarut yang dalam medium pada waktu t = 20 menit. c. Dissolution efficiency (DE) Dissolution efficiency adalah luas dibawah kurva disolusi dibagi luas persegi empat yang menunjukkan 100% zat terlarut pada waktu tertentu. Penggunaan metode ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain

13 dapat menggambarkan semua titik pada kurva kecepatan disolusi. 6. Pemerian Bahan a. Tramadol Cl Tramadol Cl adalah opioid sintetik yang termasuk dalam kelompok aminosikloheksanol (Tiwari, dkk., 2003). Nama kimia tramadol Cl adalah (±)cis-2 [(dimethylamino) methyl]-1-(3-metoxyphenyl) cyclohexanol hydrocloride dengan bobot molekul 299,8. Tramadol Cl bersifat analgesik (untuk nyeri hebat baik akut atau kronis), dengan ciri-ciri berwarna putih, pahit, kristal dan tidak berbau (Moffat, dkk., 2004). Struktur senyawa tramadol Cl dapat dilihat pada gambar 4. OC 3 Cl O C 2 N C 3 C 3 Gambar 4. Struktur Senyawa Tramadol Cl (Moffat, dkk., 2004) Tramadol Cl mempunyai waktu paro eliminasi sekitar 5,5 jam. Tramadol Cl untuk sediaan lepas lambat diberikan dengan dosis 100 mg. Tramadol Cl stabil dalam air dan etanol, mempunyai harga pka 9,14 dan log koefisien partisi (log P) sebesar 1,35 pada p 7 (Moffat, dkk., 2004). b. Metolose 90S Metolose merupakan salah satu jenis idroksipropilmetilselulosa,

14 turunan selulosa (arwood, 2005). Matriks hidrofilik dapat membentuk lapisan hidrogel yang kental pada sekeliling sediaan cairan lepas lambat setelah kontak dengan cairan saluran cerna sehingga dapat menghambat pelepasan zat aktif dalam sediaan (Kavanagh dan Corrigan, 2004). Metolose 90S memiliki ciri-ciri berwarna putih, tidak berbau dan tidak berasa, berbentuk serbuk atau granul. Metolose 90S terdegradasi pada temperatur 280-300 0 C. Struktur metolose dapat dilihat di bawah ini: O O-R O-R C 2 -O -R O O O -R O C 2 -O -R O-R n O R C O R Gambar 5. Struktur kimia Metolose ( Anonim, 2007) Gugus R pada metolose 90S dapat berupa, C 3, atau [C 3 C(O-)C 2 ] m. Metolose 90S terdiri atas 22,0-24,0% gugus Methoxyl dan 8,0-12,0% gugus ydroxypropoxyl dan memiliki viskositas 4000 cp. Metolose 90S dapat digunakan sebagai suatu binder dalam pembuatan tablet. Selain itu, metolose juga dapat berfungsi sebagai pengental dan pelepasan berkelanjutan (Anonim, 2007). E. Landasan Teori Tramadol Cl adalah sintetik opioid dan termasuk dalam kelompok aminosikloheksan yang berkhasiat sebagai analgetik atau antinyeri. Tramadol Cl mempunyai karakteristik yang menunjang untuk dibuat sediaan lepas lambat

15 antara lain penggunaan dosis yang tidak terlalu besar yaitu 100 mg, diabsorbsi dengan baik di lambung, waktu paro 5,5 jam dan mempunyai kestabilan yang baik dalam air dan etanol (Anonim, 2004). Salah satu alasan tramadol Cl dibuat dalam sediaan lepas lambat adalah keterkaitannya sebagai obat analgetik untuk penyakit kronis. Pasien dengan penyakit kronis cenderung untuk menggunakan obat secara teratur dengan frekuensi pemberian lebih dari 2 kali sehari dan dalam jangka waktu yang lama. Demi meningkatkan kenyamanan pasien, maka tramadol Cl dibuat dalam sediaan lepas lambat. Salah satu metode yang paling sederhana dan sering digunakan dalam pembuatan sediaan lepas lambat adalah sistem matriks, dimana zat aktif tercampur secara homogen didalam matriks (zat pembawa padat). Metolose 90S (turunan selulosa) yang bersifat hidrofilik. Matriks yang membentuk gel hidrofilik secara luas digunakan untuk menghambat pelepasan obat yang diperpanjang karena sifatnya yang suka air (hidrofilik), stabil meskipun bersifat higroskopis setelah pengeringan, stabil dalam air dingin, dan mengurangi resiko terjadinya dose dumping (uang, dkk., 2004; arwood, 2005). asil penelitian Kurniawati (2005) membuktikan bahwa kenaikan konsentrasi matriks methocel K4M Premium EP yang digunakan berpengaruh terhadap sifat alir granul. Semakin banyak jumlah methocel K4M Premium EP yang digunakan menurunkan kecepatan alirnya. Penggunaan methocel K4M Premium EP dengan kadar 30% memiliki kemampuan untuk menghambat pelepasan obat yang paling baik.

16 F. ipotesis Kenaikan konsentrasi metolose 90S sebagai matriks dalam sediaan tablet lepas lambat tramadol Cl akan berpengaruh terhadap sifat fisik tablet yang dapat mempengaruhi pelepasan obatnya.