BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. landasan teori ini maka segala masalah yang timbul dalam skripsi ini akan

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah

STRUKTUR SASTRA DALAM LAGU DAERAH PANJALU PADA ALBUM PESONA WISATA SITU PANJALU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

MEDIA VIDEO EMOTIF SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PUISI

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012

P U I S I PENGERTIAN PUISI Pengertian Puisi Menurut Para Ahli

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab kelima ini akan disajikan dua hal, yaitu (1) simpulan, dan (2)

AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB 2 LANDASAN TEORETIS. menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII DENGAN MENERAPKAN METODE BELANJA KATA DI SMPN SATU ATAP PENGAMPON

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat mempertahankan hasil suatu karya ilmiah secara objektif digunakan sumbersumber

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

I. PENDAHULUAN. karya sastra penggunaan bahasa dihadapkan pada usaha sepenuhnya untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. Indonesia, yakni tidak memiliki aturan yang baku. Menurut Dresden (dalam

ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN GAYA BAHASA DALAM MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 LAMASI KABUPATEN LUWU

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS JAMBI

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. penelitian yang relevan. Penelitian-penelitian tersebut antara lain sebagai berikut.

Bab 2. Landasan Teori. Dalam bab dua ini penulis akan membahas tentang teori-teori yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Puisi merupakan karya sastra tertua (Waluyo, 1987: 1). Waluyo juga

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang Struktur Puisi Pesanku Karya Asmara Hadi dan Puisi

2015 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN (EXPERIENTIAL LEARNING)

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

NYANYIAN DALAM TRADISI MAANTA ANAK DARO DI KELURAHAN UJUANG BATUANG PARIAMAN TENGAH ANALISIS STRUKTURAL. Yunita Nopianti. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. sastra diciptakan oleh para sastrawan untuk dapat dinikmati, dipahami, dan

PENGARUH PENERAPAN MEDIA FILM DOKUMENTER PADA PEMBELAJARAN MENULIS PUISI PESERTA DIDIK

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia (Semi, bahasa sebagai mediumnya (Sugono, 2008:129).

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran

PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 5 PURWOREJO

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mengungkapkan Isi Puisi Berdasarkan KTSP

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAHASA INDONESIA XII IPA

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN

KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU PADA ALBUM KAMAR GELAP KARYA EFEK RUMAH KACA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB II KAJIAN TEORI. yaitu tentang hakikat menulis puisi, hakikat puisi, hakikat metode pembelajaran. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya bahasa. Gaya bahasa atau Stile (style) adalah cara pengucapan

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENGAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

TEKNIK MENULIS PUISI Panduan Menulis Puisi untuk Siswa, Mahasiswa, Guru dan Dosen

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita)

NILAI-NILAI NASIONALISME ENAM PUISI DALAM KUMPULAN PUISI POTRET PEMBANGUNAN DALAM PUISI KARYA W. S. RENDRA: TINJAUAN SEMIOTIK SKRIPSI

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA LAGU DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI SISWA KELAS IX1 SMPN 5 LUBUK BASUNG

STRUKTUR PUISI LIRIK LAGU ADA BAND ALBUM 2 DEKADE- TERBAIK DARI

BAB I PENDAHULIAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi pendidikan berfungsi membantu pengembangan seluruh potensi, kecakapan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan penelitian ini tidak terlepas dari buku-buku dan skripsi pendukung yang relevan dengan judul penelitian ini. Sesuai dengan judul penelitian Fungsi dan Makna Teks Dendang Lebah Masyarakat Melayu Tamiang, maka dari hasil penelusuran yang telah dilakukan ditemukan beberapa skripsi yang membahas tentang mantra. Adapun skripsi-skripsi tersebut adalah skripsi Tedy (2003) dengan judul Analisis Struktur dan Makna Mantra Dekut Dalam Masyarakat Melayu Serdang. Dalam penelitiannya, beliau menyebutkan bahwa mantra dapat digunakan sebagai sarana pengungkap tata nilai sosial budaya dan sekaligus juga disebut tata kehidupan daerah yang sedang berkembang. Mantra yang beliau kaji adalah mantra yang digunakan pada saat akan melakukan perburuan terhadap burung-burung. Penelitiannya dikaji dari struktur dan makna mantra itu saja. Kedua skripsi Maslinda (2000) dengan judul Analisis Struktur dan Nilainilai Psikologi Dalam Mantra Pekasih Masyarakat Melayu Aras. Mantra pekasih adalah mantra yang digunakan agar seseorang yang dikehendaki bisa merasa tertarik atau merasa suka bila melihatnya (si pengguna mantra). Beliau mengatakan bahwa mantra mempunyai kekuatan pada setiap baitnya, makna mantra itu sendiri, serta kekuatan penjiwaan si pengguna mantra. Selanjutnya lagi menurut beliau, dari faktor kejiwaanlah dapat diketahui apa-apa saja yang membuat mantra tersebut bisa 7

mempengaruhi seseorang. Beliau mengkaji mantra ditinjau dari teori strukturalismenya serta teori psikologi. Adapun penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah disebutkan di atas. Dalam hal ini, peneliti mengkaji mantra Dendang Lebah masyarakat Melayu Tamiang dari segi struktur, fungsi dan makna, yang membuat mantra Dendang Lebah ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah penulis mengkaji dari segi fungsi mantra itu sendiri bagi kehiduapan masyarakat Melayu Tamiang. 2.2 Teori yang Digunakan Teori merupakan landasan fundamental sebagai argumentasi dasar untuk menjelaskan atau memberi jawaban terhadap masalah yang digarap, dengan landasan teori ini maka segala masalah yang timbul dalam penelitian ini akan terjawab (Fakhri 2013:13). Berdasarkan judul penelitian ini, maka ada tiga teori yang penulis gunakan untuk mengkaji teks Dendang Lebah atau Mantra Lebah, yaitu teori Struktural, teori fungsi dan teori makna. Berikut akan dijelaskan mengenai ketiga teori tersebut. 2.2.1 Teori Struktural Struktur sering dipahami sebagai bentuk. Struktur merupakan susunan antar unsur-unsur yang masing-masing dari unsur itu memiliki keterkaitan. Kodrat struktur itu akan bermakna apabila dihubungkan dengan struktur lain. Struktur tersebut 8

memiliki bagian-bagian yang kompleks, sehingga pemaknaan harus diarahkan ke dalam hubungan antar unsur-unsur secara keseluruhan. Keseluruhan akan lebih berarti dibandingkan bagian atau fragmen struktur (Endraswara, 2008:49) Karya sastra merupakan struktur. Struktur disini dalam arti bahwa karya sastra merupakan susunan dari unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsurunsurnya terjadi hubungan tibal balik saling menentukan. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri, melainkan hal-hal itu saling terikat, saling berkaitan dan saling bergantung satu sama lain seperti sebuah ikat yang tidak dapat dipisahkan ( Pradopo, 1999:118) Teori struktur pada dasarnya merupakan cara berpikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur. Berdasarkan alur pikirannya maka teori ini lebih merupakan sususan suatu hubungan daripada susunan benda-benda. Oleh kerena itu kodrat tiap unsur dalam struktur itu tidak mempunyai makna dengan sendirinya, melainkan maknanya ditentukan oleh hubungannya dengan semua unsur lainnya yang terkandung dalam struktur itu (Pradopo, 1999:119) Berdasarkan penjelasan di atas puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, baik itu struktur fisik maupun struktur batinnya. Struktur fisik meliputi diksi, imajinasi, kata-kata kongkrit, gaya bahasa. Sedangkan struktur batin meliputi tema, nada, perasaan dan amanat. Kemudian mengingat bahwa puisi terdiri dari struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisannya. Puisi 9

yang paling tua adalah mantra (Waluyo, 1991:5) yang berisikan kekuatan magis sehingga nemimbulkan keyakinan diri bagi si pengguna dan pendengarnya. Struktur fisik puisi sebagai metode pengucapan puisi meliputi: 1. Diksi (pilihan kata) Diksi adalah pilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Pemilihan kata-kata dalam puisi berhubungan erat dengan makna, keselarasan bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekeatan atau daya magis dari kata-kata tersebut. Kata-kata diberi makna baru yang tidak bermakna diberi makna menurut kehendak penyair. Karena pemilihan kata-kata mempertimbangkan berbagai aspek estetis, maka kata-kata yang sudah dipilih oleh penyair untuk puisinya bersifat absolut dan tidak bisa diganti dengan padan katanya, sekalipun maknanya tidak berbeda. Bahkan sekalipun unsur bunyinya hampir mirip dan maknanya sama, kata yang sudah dipilih itu tidak dapat diganti. Kata-kata dalam puisi bersifat konotatif artinya memiliki kemungkinan maknanya lebih dari satu. Kata-katanya juga dipilih yang puitis artinya mempunyai efek keindahan dan berbeda dari kata-kata yang kita pakai dalam kehidupan seharihari. Dengan pemilihan kata-kata yang cermat ini, orang akan langsung tahu bahwa yang dihadapi itu puisi setelah membaca kata-kata yang dibacanya itu kata-kata yang tepat untuk puisi (Waluyo, 1991:72) 10

Dalam pemilihan kata-kata, penyair mempertimbangkan daya sugesti katakata itu. Sugesti itu ditimbulkan oleh makna kata yang yang dipandang dangat tepat mewakili perasaan penyair. Karena ketepatan pilihan dan ketepatan penempatannya, maka katakata itu seolah memancarkan daya gaib yang mampu memberikan sugesti kepada pembaca untuk ikut sedih, terharu, bersemangat, marah, dan sebagainya (Waluyo,1991:77) 2. Imajinasi Pengimajinasian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan (Waluyo,1991:78). Pengimajian dalam sajak dapat dijelaskan sebagai usaha penyair untuk menciptakan atau menggugah timbulnya imaji dalam diri pembacanya, sehingga pembaca tergugah untuk menggunakan mata hati untuk melihat bendabenda, warna, dengan telinga mendengar bunyi-bunyian, dan dengan perasaan hati kita menyentuh kesejukan dan keindahan benda dan warna Effendi (dalam Waluyo, 1991: 81). Imajinasi dapat diambil pengertiannya sebagai intuisi, angan, daya khayal. Sifatnya abstrak sehingga hanya dapat diketahui wujud kongkretnya oleh orangorang yang memahaminya. Ada delapan macam pencitraan yang terdapat dalam imajinasi, yaitu (dalam maslinda, 1991) 1. Imajinasi penglihatan (visual), yakni imajinasi yang menyebabkan pembaca seolah-olah seperti melihat sendiri apa yang dikemukakan atau diceritakan oleh penyair. 11

2. Imajinasi pendengaran (auditory), yakni imajinasi yang menyebabkan pembaca seperti mendengar sendiri apa yang dikemukakan penyair. 3. Imajinasi articulatory, yakni imajinasi yang menyebabkan pembaca seperti mendengar bunyi-bunyi dengan artikulasi-artikulasi tertentu pada bagian mulut waktu kita membaca sajak itu seakan-akan kita melihat gerakan-gerakan mulut membunyikannya, sehingga ikut bagian-bagian mulut kita dengan sendirinya. 4. Imajinasi penciuman (olfatory), dengan membaca atau mendengar kata-kata tertentu kita seperti mencium bau sesuatu. 5. Imajinasi pencicipan (gustatory), dengan membaca atau mendengar kata-kata atau kalimat-kalimat tertentu kita seperti mencicipi suatu benda yang menimbulkan rasa asin, pahit, asam dan sebagainya. 6. Imajinasi rasa kulit (tachtual),yang menyebabkan kita seperti merasakan di bagian kulit badan kita. 7. Imajinas gerakan tubuh (kinaestetik), dengan membaca atau mendengar katakata atau kalimat-kalimat dalam puisi melalui gerakan tubh atau otot menyebabkan kita merasakan atau melihat gerakan badan atau otot-otot tubuh itu. 8. Imajinasi organik, yakni imajinasi badan yang menyebabkan kita seperti melihat atau merasakan badan yang capai, lesu, loyo, ngantuk, lapar, lemas, mual, pusing dan sebagainya Sayuti dan Situmorang (dalam Maslinda, 2000: 15-16). 3. Kata Konkrit Kata konkrit digunakan untuk membangkitkan imajinasi (daya khayal) pembaca. Maksudnya ialah bahwa bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Kata yang diperkonkrit juga erat hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang. Jika seorang penyair mahir memperkonkrit katakata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan oleh penyair. Dengan demikian pembaca terlibat penuh secara batin kedalam puisinya. Dengan kata yang kongkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair (Waluyo, 1991:81) 12

4. Gaya Bahasa (bahasa kiasan) Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara langsung mengungkapkan makna. Kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang. Pengiasan disebut juga simile atau persamaan, karena membandingkan atau menyamakan sesuatu hal dengan hal lain. Dalam pelambangan sesuatu hal diganti atau dilambangkan dengan hal lain. Tujuan pengunaan kiasan ialah untuk menciptakan efek lebih kaya, lebih efektif, lebih sugesti dalam bahasa puisi. Gaya bahasa atau majas merupakan komponen yang sangat penting bagi seorang penyair untuk mewujudkan maksud dari puisinya, sehingga gaya bahasa mampu nenambah daya ungkap atau daya pikat dari puisi tersebut. Ada beberapa macam gaya bahasa (bahasa kiasan) 1. Metafora yaitu kiasa langsung dimana benda yang dikiaskan itu tidak disebutkan. Jadi ungakapan itu langsung berupa kiasan. 2. Perbandingan yaitu kiasan yang tidak langsung disebut perbandingan atau simile, karena benda yang dikiaskan kedua-duanya ada bersama pengiasannya dan digunakan kata-kata perbandingan yaitu membandingkan sesuatu dengan yang lain. 3. Personifikasi adalah keadaan atau peristiwa alam sering dikiaskan sebagai keadaan atau peristiwa yang dialami oleh manusia. Dalam hal ini benda mati dianggap dianggap sebagai manusia atau persona, atau di personofikasi kan. Hal ini digunakan untuk memperjelas pengga,baran peristiwa dalam keadaan itu. 4. Hiperbola adalah kiasan yang yang berlebih-lebihan. Penyair merasa perlu melebih-lebihkan hal yang dibandingkan itu agar mendapat perhatian yang lebih seksama dari pembaca. 5. Sinekdoce adalah menyebutkan sebagian untuk maksud keseluruhan, atau menyebutkan keseluruhan untuk maksud sebagian. Terbagi atas part pro toto (menyebutkan sebagian untuk keseluruhan) dan totem pro parte (menyebutkan keseluruhan untuk maksud sebagian). 13

6. Ironi adalah kata-kata yang bersifat berlawanan untuk memberikan sindiran. ironi dapat berubah menjadi sinisme dan sarkasme, yakni penggunakan katakata yang keras dan kasar untuk menyindir dan mengkritik. Jika ironi harus mengatakan kebalikan dari apa yang hendak dikatakan, maka sinisme dan sarkasme sebaliknya. Tetap ketiganya mempunyai maksud yang sama, yakni memberikan kritik atau sindiran (Waluyo, 1991: 84-86). Struktur batin puisi yang meliputi: 1. Tema Tema adalah gagasan pokok atau subject-metter yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat dan mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Dalam penulisan puisi, seorang penyair harus memiliki landasan pokok atau landasan utama dalam membuat puisi. Tema adalah ide dasar dari suatu puisi yang menjadi inti dari keseluruhan dalam suatu puisi (Aminuddin, 1987:151). Tema adalah gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatar belakangi ciptaannya. Karena sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan sangat beragam (Fananie, 2000:84). Tema bisa berupa persoalan moral, etika, agama, sosial budaya, teknologi, tradisi yang terkait erat dengan masalah kehidupan. Menarik tidaknya sebuah tema akhirnya memang bergantung kepada kepiawaian pengarang. Semakin pandai ia menyamarkan tema tersebut melalui ungkapan-ungkapan simbolik, maka semakin baik model tema yang diungkapkan. Karena pada dasarnya, menariknya sebuah tema bukan terletak kepada kebagusan jenis tema yang diungkapkan, melainkan bagaimana seorang pengarang mampu meramu tema tersebut dalam jalinan ungkapan-ungkapan yang menarik. 14

Dengan latar belakang pengetahuan yang sama, penafsir-penafsir puisi, akan memberikan tafsiran tema yang sama bagi sebuah puisi, karena tema puisi bersifat lugas, obyektif, dan khusus. Tema puisi harus dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsepnya yang terimajinasikan. Oleh sebab itu, tema bersifat khusus (penyair), tetapi objektif (bagi semua penafsir), dan lugas (tidak dibuat-buat). Namun mencari tema tidak semudah yang dibayangkan, karena puisi memiliki bagian-bagian kata yang terkadang tidak saling berhubungan dan kata-kata terpisah dibagian lain mempunyai makna lain lagi dalam kata-kata sebelumnya, sehingga sulit untuk mencari makna seluruhnya. 2. Nada dan Suasana Nada puisi adalah sikap penyair yang ingin diungkapkan kepada pembaca. Sikap tersebut seperti menggurui, manasehati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Suasana adalah keadaan kejiwaan pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling berhubungan kerena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya. 3. Perasaan Persaan adalah sikap penyair terhadap objeknya (puisi). Dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair harus di ekspresikan kedalam puisinya dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Perasaan yang ada di dalam puisi itu merupakan perasaan penyair. Persaan yang diungkapkan beraneka ragam, seperti persaan cinta, sedih, benci, rindu, terharu, kagum, kecewa dan lain-lain. Untuk tema puisi yang 15

sama dilukiskan dengan persaan yang berbeda akan menghasilkan puisi yang berbeda pula. 4. Amanat Amanat adalah maksud yang hendak disampaikan oleh penyair kepada pembaca di dalam puisinya. Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisi. Amanat dapat dipahami setelah pembaca memahai tema, rasa dan nada puisi. Amanat tersirat di samping kata-kata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang di ungkapkan. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara sadar berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang disampaikan. 2.2.2 Teori Fungsi Fungsi menurut Bascom (dalam Danandjaja, 1984: 19) ada empat yaitu: 1. Sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencerminan angan-angan suatu kolektif. 2. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga kebudayaan. 3. Sebagai alat pendidikan anak. 4. Sebagai alat pemaksa dan pengawasan agar norma-norma masyarakat agar selalu dipatuhi oleh anggota kolektifnya. Fungsi adalah suatu kegunaan atau faal yang dapat diambil dalam melakukan sesuatu. Demikian juga dengan puisi, memiliki fungsi dalam masyarakat, apakah itu fungsi langsung atau tidak langsung. Bagi masyarakat Melayu fungsi puisi itu 16

sebagai wadah pemeliharaan adat, pengajaran agama, pengajaran ilmu pengasih, pertahanan, hiburan, dan kepercayaan. 2.2.3 Teori Makna Makna mengacu pada arti teks dalam kaitannya dengan suatu konteks yang lebih besar. Konteks itu antara lain adalah pikiran lain, zaman lain, materi pokok yang lain,dan sistem nilai lain. Dengan kata lain makna adalah arti teks yang dihubungkan dengan suatu konteks (Sugihastuti, 2002: 24). Makna dalam pemakaian sehari-hari digunakan dalam berbagai bidang maupun konteks pemakaian, sehingga makna juga disejajarkan pengertiannya dengan arti, gagasan, konsep pernyataan, pesan, informasi, maksud, isi, dan pikiran. Dari sekian banyak pengertian yang diberikan itu, hanya arti yang paling dekat pengertiannya dengan makna. Namun bukan berarti keduanya sinonim mutlak, disebut demikian karena arti adalah kata yang telah mencakup makna dan pengertian (Kridalaksana dalam Tedy, 2003: 17) Dari pengertian fungsi di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa makna adalah arti atau maksud yang tekandung dalam suatu kata dimana makna itu akan terealisasikan sesuai dengan konteks dimana kata itu digunakan. Alasan penulis menggunakan makna dalam konteks pemakaiannya pada teks dendang lebah (mantra lebah) karena di dalam proses pelaksanaannya mengandung suatu makna yang simbolik atau lambang yang menggambarkan kekuatan, keinginan, dan keagungan Allah SWT terhadap segala ciptaannya, baik alam dunia maupun 17

alam gaib. Nilai-nilai makna ini tentunya teraplikasikan dalam tindakan manusia yang didapatkan dari pengalaman atasa hakekat hidupnya. Secara khusus, penggunaan teori makna merupakan suatu bidang tingkah laku ekspresif yang mengejawantahkan dasar makna lebih dalam dari hidup sehari-hari (Mulder dalam Tedy, 2003: 18). Dalam penelitian ini, kegiatan yang dilakukan lebih ditekankan pada pelukisan kebudayaan melalui tindak pengabstraksian proses-proses yang berupa aktivitas masyarakat. Nilai makna suatu budaya tercermin melelui prilaku manusia yang apabila disistematisasikan dapat dikelompokkan dalam lima kerangka hubungan, yaitu hubungan manusia dengan Allah SWT, manusia dengan alam, dengan masyarakat atau khalayak, dengan orang lain, dan dengan dirinya sendiri (Cassirer dalam Tedy, 2003:18). 18