BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP POLA KERJA NGEDOK DI DESA BRANGKAL KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PRAKTIK POLA KERJA NGEDOK BIDANG PERTANIAN DI DESA BRANGKAL KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Petani dan Buruh Tani. Petani adalah orang-orang yang bekerja di

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

BAB IX MUZARA AH. Bagian Pertama Rukun dan Syarat Muzara ah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PROLIMAN DALAM PENGAIRAN SAWAH DI DESA BEGED KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB V PENUTUP. 1. Di Desa Manunggal Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban mayoritas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris. Hal itu didasarkan pada luasnya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN OBJEK DARI PRAKTIK PARON HEWAN (SAPI) DI DESA GUNUNG SERENG KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. berbuat dan bertingkah laku yang baik agar dapat bermuamalah dan mencari

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya dan selalu bekerja sama. Allah berfirman tengan surat Al-Mai dah

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

SISTEM BAGI HASIL PETANI PENYAKAP DI DESA KRAI KECAMATAN YOSOWILANGUN KABUPATEN LUMAJANG

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PEMBAYARAN DALAM PENGGILINGAN GABAH di DADAPMULYO KECAMATAN SARANG KABUPATEN REMBANG

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BAGI HASIL AKAD MUZARA AH DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

BAB III TRANSAKSI SEWA JASA ANJING PEMBASMI HAMA TIKUS DI DESA BUDUGSIDOREJO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan akhirat yang kekal abadi. Namun demikian, nasib seseorang di akhirat nanti

Banyak orang-orang Islam dalam kehidupan sehari-harinya yang. mengerjakannya, mungkin karena sibuk dengan kegiatan lain atau memang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan petunjuk terhadap semua aktifitas manusia, termasuk ekonomi. Sejak

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN PERSENAN TANAH PERSILAN OLEH POLISI HUTAN DI DESA TENGGIRING KECAMATAN SAMBENG KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain agar mereka tolong-menolong dalam semua kepentingan hidup

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

BAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijawab dengan tuntas oleh ajaran Islam melalui al-qur an sebagai

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Dari segi model bagi hasil pada petani bawang merah di dusun

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.

BAB IV ANALISIS DATA

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERJANJIAN BAGI HASIL PENGOLAHAN TANAH DI DUSUN DARAH DESA SADENGREJO KEC. REJOSO KAB.

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV. dijadikan obyek dari penelitian ini adalah tanah ladang, dengan tujuan di ambil

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan terhadap orang lain oleh karena itu timbullah hubungan hak

Sebagaimana yang telah diriwayatkan Ibnu Umar ra :

pengetahuan yang kurang, oleh Karena itu untuk mendorong terciptanya

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. dilakukan.penelitian yang pernah dilakukan tersebut dapat digunakan untuk

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB IV ANALISIS SEWA MENYEWA TAMBAK YANG DIALIHKAN SEBELUM JATUH TEMPO MENURUT HUKUM ISLAM. A. Analisis Terhadap Akad Sewa Menyewa Tambak

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NO: PERLAWANAN TERHADAP PUTUSAN VERSTEK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV GADAI TANAH PERTANIAN SEBAGAI BARANG GADAI DAN PEMANFAATANNYA OLEH PENERIMA GADAI DI DESA GUNUNGANYAR KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

mukha>barah terhadap tradisi bagi hasil sistem bawon di Desa Krembangan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI DALAM JUAL BELI ANAK BURUNG

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA SAWAH NGGANTUNG PARI DI DESA BECIRONGENGOR KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO

V. HASIL DANPEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi. benih padi. Karakteristik petani penangkar benih padi untuk melihat sejauh mana

BAB IV. dan pemborong cat yang dilakukan masyarakat Tambak wedi. Musha>rakah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan akhirat yang kekal abadi. Namaun demikian, nasib seseorang di akhirat nanti

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dalam pembukaan Rakernas Asosiasi Petani cengkeh Indonesia

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. menjadi baik. Sistem perilaku tersebut dalam Islam disebut istilah muamalah. 1

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI LARANGAN PERKAWINAN NYANDUNG WATANG DI DESA NGUWOK KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN

NASKAH PUBLIKASI Dibuat Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (muamalah) (S.Sy) Program Studi Syariah (Muamalah)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA TENTANG PENAMBAHAN UANG SEWA TAMBAK DI DESA GISIK CEMANDI KEC. SEDATI KAB.

Musha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya

BAB IV AKAD SEWA SPEEDBOAT DALAM FIQH MUAMALAH

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN STUDI PEMAHAMAN MASYARAKAT TENTANG BAGI HASIL MENURUT PRINSIP EKONOMI SYARIAH DI KOTA MEDAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD IJARAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN BINA AGROBISNIS DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NOMOR 09/ DSN-MUI/ IV/ 2000

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BUKU III ZAKAT DAN HIBAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. besar penduduk, sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), kontribusi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. adalah hancurnya rasa kemanusiaan dan hilangnya semangat nilai-nilai etika religius

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PELAKSANAAN AKAD BAWON DI DESA GEMULUNG, KELURAHAN KWANGEN, KECAMATAN GEMOLONG, SRAGEN

BAB IV ANALISIS TRANSAKSI JUAL BELI BBM DENGAN NOTA PRINT BERBEDA SPBU PERTAMINA DI SURABAYA UTARA

MUZARA AH (PERJANJIAN BERCOCOK TANAM) LAHAN PERTANIAN MENURUT KAJIAN HUKUM ISLAM

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. 1. Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian. Kabupaten Kapuas merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

adalah suatu transaksi yang sering terjadi saat masyarakat membutuhkan adalah penjual mencari seorang pembeli melalui jasa makelar.

BAB III DESKRIPSI PENGUPAHAN PENGGARAPAN SAWAH DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WOANOAYU KABUPATEN SIDOARJO. 1. Keadaan Geografis Desa Sumberrejo

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

MUZA>RA AH BAB II. A. Pengertian Muza>ra ah. Secara etimologis muza>ra ah adalah kerjasama dibidang pertanian

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA

BAB IV. suatu transaksi. Pembiayaan yang terjadi yaitu pembiayaan mura>bah}ah bi alwaka>lah.

BAB III PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA DI DESA MERGOSARI KAB. TUBAN

dalam ibadah maupun muamalah. Namun nas-nas syarak tidak secara rinci memberikan solusi terhadap berbagai macam problematika kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil pembahasan penelitian bab sebelumnya, maka peneliti dapat. menyimpulkan :

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan sebagai berikut (1) Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah

BAB IV ANALISIS SADD AŻ-ŻARI< AH TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK KIMIA DI DESA DADAPAN KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP POLA KERJA NGEDOK DI DESA BRANGKAL KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO A. Analisis Deskripsi Praktik Pola Kerja Ngedok Bidang Pertanian di Desa Brangkal Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. Pada bab III sudah dikemukakan bahwa pola kerja ngedok adalah suatu pola kerjasama antara petani dan buruh tani di mana buruh tani mengambil tanggung jawab atas tiga jenis pekerjaan dari seluruh pekerjaan dalam pertanian. Tiga pekerjaan yang dimaksud ialah menanam padi, ndadak (membersihkan rumput-rumput di sela padi) dan memanen. Demikian juga telah dikemukakan dalam bab III data praktik pola kerja ngedok yang tercermin pada tiga kasus. Dari ketiga kasus yang sudah disajikan pola kerja ngedok di Desa Brangkal Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto dapat dianalisis secara deskriptif praktik sebagai berikut: 1. Pelaku Akad Pelaku akad pola kerja ngedok terdiri dari petani (pemilik lahan) dan buruh tani. Petani (pemilik lahan) pada umumnya terdiri dari perorangan, sedangkan buruh tani terdiri dari beberapa orang yang membentuk kelompok kerja. Pada kasus pertama buruh tani terdiri dari 4 orang, kasus kedua terdiri dari 5 orang, dan kasus ketiga terdiri dari 4 68

69 orang. Dalam kelompok kerja tersebut ada satu orang yang bertugas mewakili kelompok dalam pelaksanaan akad kerja ngedok. 2. Akad Akad ngedok antara petani dan buruh tani ini dilakukan secara tidak tertulis. Dalam kesepakatan tersebut tidak disebutkan secara tersurat hak dan kewajiban petani dan buruh tani. Mereka memahami hak dan kewajiban masing-masing karena kerja ngedok sudah dilakukan secara berulang-ulang. Buruh tani berkewajiban menanam, ndadak, dan memanen yang meliputi ngerit (memotong tanaman padi), kemudian memikulnya ke tempat perontokkan, hasil padi yang sudah dirontokkan dimasukkan ke dalam karung lalu ditimbang. Sedangkan petani berkewajiban menyiapkan lahan yang sudah dibajak, menyediakan benih, mengairi tanaman, merawat (memupuk dan memberi obat anti hama), serta menanggung beban biaya yang dikeluarkan. Bagi hasil yang mereka sepakati yakni 1:4, untuk buruh tani 1 bagian dan petani 4 bagian. Sehingga buruh tani berhak mendapatkan atas bagi hasil sebesar 1/5 bagian. Sedangkan petani berhak mendapatkan atas bagi hasil sebesar 4/5 bagian. 3. Implementasi Akad Sebagaimana yang terlihat dalam ketiga kasus yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa akad yang terjalin antara petani dan buruh tani sudah sesuai dengan pelaksaaannya yaitu petani (pemilik lahan) sudah melakukan kewajibannya menyiapkan lahan yang sudah

70 dibajak, menyediakan benih, mengairi tanaman, merawat (memupuk dan memberi obat anti hama), serta menanggung beban biaya yang dikeluarkan. Sedangkan buruh tani sudah melakukan kewajibannya menanam, ndadak, memanen meliputi ngerit (memotong tanaman padi), kemudian memikulnya ke tempat perontokkan, hasil padi yang sudah dirontokkan dimasukkan ke dalam karung lalu ditimbang. 4. Hasil dan Bagi Hasil Pelaksanaan bagi hasil dengan pola kerja ngedok di Desa Brangkal Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto sudah sesuai dengan akad yang mereka sepakati yakni 1: 4. Dalam ketiga kasus yang sudah dideskripsikan dalam bab sebelumnya hasil yang didapat buruh tani adalah 1 bagian, sedangkan yang didapat petani adalah 4 bagian. B. Analisis Hukum Islam Terahap Pola Kerja Ngedok Bidang Pertanian di Desa Brangkal Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. Analisis hukum Islam terhadap pola kerja ngedok bidang pertanian di Desa Brangkal Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto diarahkan untuk mengetahui dua hal. Petama, akad-akad fikih manakah yang relevan untuk menyebut kerjasama bidang pertanian dalam bentuk kerja ngedok. Apakah musa<qah, muza<ra ah, ataukah mukha<barah. Kedua. Mengenai kebolehan pola kerja ngedok menurut hukum Islam.

71 1. Analisis tentang akad-akad fikih yang relevan dengan pola kerja ngedok di Desa Brangkal Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. a. Musa<qah Antara konsep musa<qah dalam fikih dan pola kerja ngedok di Desa Brangkal Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya terdapat pada rukun yang merupakan unsur-unsur pokok dari akad musa<qah maupun ngedok. Dalam musa<qah unsur pokok atau rukunnya terdiri dari pemilik tanah, penggarap, objek, dan ijab kabul. Sedangkan dalam pola kerja ngedok unsur pokok atau rukunnya terdiri dari petani, buruh tani, objek, dan ijab kabul. Perbedaan antara musa<qah dan pola kerja ngedok terdapat pada objek yang ditransaksikan oleh kedua belah pihak. Dalam musa<qah yang ditransaksikan petani (pemilik tanah) dengan buruh tani (penggarap) adalah bahwa petani menyiapkan tanah, menyediakan benih, dan menanam. Sedangkan yang ditransaksikan buruh tani (penggarap) dengan Petani (pemilik tanah) ialah merawat dan mengairinya. Adapun dalam pola kerja ngedok objek yang ditransaksikan petani (pemilik tanah) dengan buruh tani (penggarap) adalah bahwa petani menyiapkan tanah, menyediakan benih, dan pekerjaan-pekerjaan tertentu yang meliputi membajak, mengairi, dan memupuk. Sedangkan yang ditransaksikan buruh tani dengan petani (pemilik tanah) ialah menanam, ndadak, dan memanen.

72 b. Muza<ra ah Antara konsep muza<ra ah dalam fikih dengan pola kerja ngedok di Desa Brangkal Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya terletak pada rukun yang merupakan unsur-unsur pokok dari akad muza<ra ah maupun ngedok. Dalam muza<ra ah unsur pokok atau rukunnya terdiri dari pemilik tanah, penggarap, objek, dan ijab kabul. Sedangkan dalam pola kerja ngedok unsur pokok atau rukunya terdiri dari petani, buruh tani, objek, dan ijab kabul. Perbedaan antara muza<ra ah dan pola kerja ngedok terdapat pada objek yang ditransaksikan oleh kedua belah pihak. Dalam muza<ra ah yang ditransaksikan petani (pemilik tanah) dengan buruh tani (penggarap) adalah bahwa petani menyiapkan tanah dan menyediakan benih. Sedangkan untuk penggarapan lahan pertanian seluruhnya dikerjakan oleh buruh tani (penggarap). Adapun dalam pola kerja ngedok objek yang ditransaksikan petani (pemilik tanah) dengan buruh tani (penggarap) adalah bahwa petani menyiapkan tanah, menyediakan benih, dan pekerjaan-pekerjaan tertentu yang meliputi membajak, mengairi, dan memupuk. Sedangkan yang ditransaksikan buruh tani (penggarap) dengan petani (pemilik tanah) ialah menanam, ndadak, dan memanen. c. Mukha<barah Sebagaimana halnya dengan musa<qah dan muza<ra ah dalam akad mukha<barah juga terdapat perbedaan dan persamaan dengan pola

73 kerja ngedok di Desa Brangkal Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. Persamaannya terletak pada rukun yang merupakan unsur-unsur pokok dari akad mukha<barah dan pola kerja ngedok. Dalam mukha<barah unsur pokok atau rukunnya terdiri dari pemilik tanah, penggarap, objek, dan ijab kabul. Sedangkan dalam pola kerja ngedok unsur pokok atau rukunya terdiri dari petani, buruh tani, objek, dan ijab kabul. Perbedaan antara mukha<barah dan pola kerja ngedok terdapat pada objek yang ditransaksikan oleh kedua belah pihak. Dalam mukha<barah yang ditransaksikan petani (pemilik tanah) dengan buruh tani (penggarap) adalah bahwa petani menyiapkan tanah. Sedangkan yang ditransaksikan buruh tani (penggarap) dengan petani ialah menyediakan benih dan seluruh pekerjaan penggarapan lahan. Adapun dalam pola kerja ngedok yang ditransaksikan petani (pemilik tanah) dengan buruh tani (penggarap) adalah bahwa petani menyiapkan tanah, menyediakan benih, dan pekerjaan-pekerjaan tertentu yang meliputi membajak, mengairi, dan memupuk. Sedangkan yang ditransaksikan buruh tani (penggarap) dengan petani (pemilik tanah) ialah menanam, ndadak, dan memanen. Berdasarkan analisis di atas dapat dikatakan bahwa akad dalam pola kerja ngedok di Desa Brangkal Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto lebih relevan untuk disebut dengan akad Musa<qah. Meskipun rincian pekerjaannya tidak sama persis, tetapi pola pembagian peran antara para pihak-pihak yang berakad sama dengan musa<qah sebagaimana terlihat dalam tabel berikut:

74 Tabel 4.1 Perbandingan Pola Pembagian Peran Antara Para Pihak Dalam Kerjasama Bidang Pertanian Musa<qah Muza<ra ah Mukha<barah Ngedok Petani 1. Tanah 1. Tanah 1. Tanah (pemilik 2. Benih 2. Benih Tanah 2. Benih tanah) 3. Pekerjaan 3. Pekerjaan Buruh tani (penggarap) Pekerjaan Pekerjaan 1. Benih 2. Pekerjaan Pekerjaan 2. Analisis tentang kebolehan pola kerja ngedok di Desa Brangkal Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. Untuk mengetahui tentang kebolehannya, pola kerja ngedok tersebut secara garis besar dapat dianalisis dari dua segi, yakni akad dan bagi hasil. a. Segi Akad Pelaksanaan akad dalam pola kerja ngedok antara petani dan buruh tani di Desa Brangkal Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto dilakukan secara tidak tertulis. Dalam kesepakatan tersebut tidak dijelaskan secara eksplisit tentang hak dan kewajiban petani dan buruh tani. Namun, mereka sudah memahami hak dan kewajiban

75 masing-masing karena pola kerja ngedok sudah menjadi adat kebiasaan masyarakat setempat. Dalam kaidah hukum Islam, sesuatu yang sudah menjadi adat dalam arti, berlaku demikian secara berulang-ulang dihukumi mengikat secara hukum sepanjang para pihak tidak membuat kesepakatan lain yang berbeda dengan apa yang sudah menjadi adat tersebut. Kaidah hukum Islam (fikih) yang dimaksud berbunyi: ا ل ع اد ة مح كم ة Adat kebiasaan dapat ditetapkan sebagai hukum 1 b. Bagi Hasil Bagi hasil antara petani dan buruh tani dalam pola kerja ngedok di Desa Brangkal Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto, seperti yang sudah dipaparkan pada bab III, adalah 1:4. Buruh tani berhak atas 1 bagian, sedangkan petani berhak atas 4 bagian. Pelaksanaan bagi hasil tersebut dalam tiga kasus pola kerja ngedok yang menjadi perhatian kajian ini adalah sebagaimana tergambar dalam tabel berikut ini: 1 Maulis Usman, Kaidah-Kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah, ( Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1997), 159.

76 Tabel 4.2 Pelaksanaan Bagi Hasil Dalam Pola Keja Ngedok Pelaksanaan Bagi Hasil No Kasus Hasil Bagian Buruh Bagian Perbandingan Tani Petani 1 Kasus I 600 Kg 120 Kg 480 Kg 1:4 2 Kasus II 1000 Kg 200 Kg 800 Kg 1:4 3 Kasus III 1640 Kg 328 Kg 1312 Kg 1:4 Pelaksanaan Bagi Hasil seperti tercermin dalam tabel 4.2 menunjukkan bahwa antara yang disepakati dengan yang dilaksanakan ada kesesuaian. Dengan demikian dari sudut hukum Islam praktik pembagian hasil ini dibolehkan karena tidak ada pelanggaran terhadap akad.