PERAN ASPEK KELEMBAGAAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH KOMPREHENSIF MENUJU ZERO WASTE (Studi Kasus di Kecamatan Lamongan)

dokumen-dokumen yang mirip
PERANAN IBU-IBU DALAM PENGELOLAAN KOMPREHENSIF SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN SUKOMULYO KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Permukiman Sehat Yang Bersih Dari Sampah

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

Pengelolaan Sampah Terpadu. Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH KOMPREHENSIF MENUJU ZERO WASTE

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

1. Pendahuluan ABSTRAK:

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP L/O/G/O

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LOMBA KEBERSIHAN ANTAR RUKUN TETANGGA SE- BOGOR

KONSEP PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI OLEH RUKUN WARGA DIKOTA YOGYAKARTA. Program Magister Ilmu Lingkungan UNDIP,

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU ZERO WASTE YANG BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG ABSTRAK

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS PEMBERDAYAN MASYARAKAT MELALUI KOMBINASI BANK SAMPAH DAN TPS 3R

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

KAJIAN PENGADAAN DAN PENERAPAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) DI TPA km.14 KOTA PALANGKA RAYA

PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MAGELANG

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1. Pendahuluan PENDAMPINGAN MASYARAKAT DALAM PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM URBAN FARMING

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Winardi Dwi Nugraha *), Endro Sutrisno *), Ratna Ayu Sylvia Resty. Abstract

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR... TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2012

BUPATI POLEWALI MANDAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampah yaitu dari paradigma kumpul angkut buang menjadi pengolahan yang

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MURUNG RAYA.

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

PENDAHULUAN Latar Belakang

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

ASPEK MANAJEMEN (INSTITUSI, PERATURAN DAN PEMBIAYAAN)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 7 SERI E

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN

PENDAMPINGAN PEMBUATAN RUMAH PUPUK KOMPOS DI KAMPUNG BELAKANG KAMAL JAKARTA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Sub Sektor : Air Limbah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

BAB I P E N D A H U L U A N

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 15 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

PERAN ASPEK KELEMBAGAAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH KOMPREHENSIF MENUJU ZERO WASTE (Studi Kasus di Kecamatan Lamongan) Nur Azizah Affandy 1 1 Dosen dpk, Jurusan Teknik Sipil, Universitas islam lamongan, Telp. 08113407073, email: nurazizah_5@yahoo.com ABSTRAK Upaya strategis yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Lamongan dalam mengatasi persoalan sampah adalah dengan mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan melakukan reduksi sampah di sumbernya (rumah tangga). Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan tersebut, pemerintah Kota Lamongan membentuk pilot project pengelolaan sampah berbasis masyarakat melalui Program LGC I-V. Aspek kelembagaan merupakan lima aspek penting dalam system proses pengelolaan sampah. Sehingga kajian tentang peran aspek kelembagaan sangat penting dilakukan karena berperan sebagai operator dan regulator. Penelitian tentang Peran Aspek Kelembagaan Dalam Pengelolaan Sampah Komprehensif Menuju Zero Waste (Studi Kasus Di KecamatanKota Lamongan) menurut tingkat eksplanasi dan jenis data serta analisisnya termasuk penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud mendeskripsikan fenomena yang terjadi berdasarkan hasil ekplorasi aspek kelembagaan dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Kota Lamongan. Pembentukan KLH di RT 04 RW 01 Rangge Kelurahan Sukomulyo dan Beringin Jaya RT 03 RW V Kelurahan Tumenggungan tidak terlepas dari peran dan koordinasi yang terbentuk di antara forum warga, terutama yang berbasis administratif, seperti RW, RT dan PKK. Oranganisasi KLH ini merupakan tempat masyarakat RT 04 RW 01 Kelurahan Sukomulyo menjalankan koordinasi operasional kegiatan pengelolaan sampah, proses pengkaderan terkait dengan pembinaan kemampuan teknis, pembinaan dan mobilisasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan sampah, serta menjadi tempat untuk menetapkan mekanisme kerja dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang menerapkan konsep 3R. Kata Kunci : Kelembagaan, pengelolaan sampah, komprehensif, zerowaste PENDAHULUAN Secara umum kebijakan pengelolaan sampah di Kecamatan Lamongan masih mengikuti paradigma lama, dimana sampah dikumpulkan, kemudian diangkut dan akhirnya dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) Tambak Rigadung. Pada sistem tersebut, semakin banyak sampah yang harus dikelola maka biaya yang harus dikeluarkan juga semakin besar. Secara teoritik, untuk mengatasi persoalan sampah mengharuskan dilakukannya pergeseran pendekatan dari pendekatan ujungpipa (end-pipe of solution) ke pendekatan sumber. Dengan pendekatan sumber, maka sampah ditangani pada hulu sebelum sampah itu sampai ke tempat pengolahan akhir (hilir) (Syafrudin, 2004:1 dalam Faizah 2008). Upaya strategis yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Lamongan dalam mengatasi persoalan sampah adalah dengan mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan melakukan reduksi sampah di sumbernya (rumah tangga). Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan tersebut, pemerintah Kota Lamongan membentuk pilot project pengelolaan sampah berbasis masyarakat melalui Program LGC I-V. Aspek kelembagaan merupakan lima aspek penting dalam system proses pengelolaan sampah. Sehingga kajian tentang peran aspek kelembagaan sangat penting dilakukan karena berperan sebagai operator dan regulator. Menurut Joy Irman (www.nawasis.com), Ada beberapa permasalahan aspek kelembagaan dalam proses pengelolaan sampah. Sebagian Besar Institusi Pengelola Adalah Berbentuk Dinas, Suku Dinas, Seksi, Sub Seksi Dimana Belum Ada Pemisahan Antara Operator Dan Regulator. Struktur organisasi yang ada belum ditunjang dengan kapasitas (jumlah dan kualitas SDM) yang memadai sesuai dengan kewenangannya. Tata laksana kerja belum jelas antara bagian administrasi dan pelaksana teknis lapangan, termasuk kewenangan penarikan retribusi serta pengalokasian anggaran untuk pendanaan 745 P a g e

investasi; dan Kurangnya koordinasi dan kerjasama antara instansi terkait yang ada di lapangan. Sehingga kajian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran Aspek kelembagaan dalam pengelolaan sampah secara komprehensif menuju Zero Waste yang timbul dari sampah rumah tangga di kecamatan Kota Lamongan. Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang di atas, timbul pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut : 1. Bagaimana peran Aspek Kelembagaan dalam pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang ada di Kecamatan Kota Lamongan? TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pengelolaan Sampah Sistem pengelolaan sampah adalah proses pengelolaan sampah yang meliputi 5 (lima) aspek/komponen yang saling mendukung dimana antara satu dengan yang lainnya saling berinteraksi untuk mencapai tujuan (Dept. Pekerjaan Umum, SNI 19-2454-2002). Kelima aspek tersebut meliputi: aspek teknis operasional, aspek organisasi dan manajemen, aspek hukum dan peraturan, aspek bembiayaan, aspek peran serta masyarakat. Kelima aspek tersebut di atas ditunjukkan pada gambar 1 berikut ini. Dari gambar tersebut terlihat bahwa dalam sistem pengelolaan sampah antara aspek teknis operasional, organisasi, hukum, pembiayaan dan peran serta masyarakat saling terkait, tidak dapat berdiri sendiri. Gambar 1. Skema Manajemen Pengelolaan Sampah (Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, (SNI 19-2454-2002) 746 P a g e Aspek Kelembagaan Organisasi dan manajemen mempunyai peran pokok dalam menggerakkan, mengaktifkan dan mengarahkan sistem pengelolaan sampah dengan ruang lingkup bentuk institusi, pola organisasi personalia serta manajemen. Institusi dalam sistem pengelolaan sampah memegang peranan yang sangat penting meliputi: struktur organisasi, fungsi, tanggung jawab dan wewenang serta koordinasi baik vertikal maupun horizontal dari badan pengelola (Widyatmoko dan Sintorini Moerdjoko, 2002:29 dalam Faizah 2008). Jumlah personil pengelola persampahan harus cukup memadai sesuai dengan lingkup tugasnya. Untuk sistem pengumpulan jumlah personil minimal 1 orang per 1.000 penduduk yang dilayani sedangkan sistem pengangkutan, system pembuangan akhir dan staf minimal 1 orang per 1.000 penduduk (SNI 19-2454-2002). Bentuk kelembagaan yang dianjurkan untuk berbagai kategori kota di Indonesia disajikan dalam tabel 1. sebagai berikut : Tabel 1.Bentuk Kelembaggaan Pengelolaan Persampahan Bentuk Jumlah No Kategori Kelembaga Penduduk. Kota an (jiwa) 1. Kota Raya >1.000.000 (metropolitan) 500.000- Kota Besar 1.000.000 2. Kota 250.000- Sedang 500.000 3. Kota 100.000- Sedang II 250.000 Perusahaa n Daerah, Dinas tersendiri Dinas tersendiri Dinas / Suku Dinas, UPTD/ PU, Seksi/ PU 4. Kota Kecil 20.000-100.000 UPTD/ PU, - Seksi/ PU Sumber : SNI T-13-1990 Paradigma Baru Pengelolaan Sampah M Gempur Adnan, Deputi II Bidang Pengendalian Pencemaran Kementerian Negara Lingkungan Hidup, mengatakan sebagai pengganti system penumpukan sampah di tempat pembuangan akhir yang banyak diprotes masyarakat, pemerintah kini mendorong penerapan pengelolaan sampah dengan sistem

3R (reuse, reduce, dan recycle) pada skala kota. Program pengelolaan sampah terpadu dengan prinsip pengunaan kembali, daur ulang dan pengurangan (reuse, recycle, reduce/3r) ini bermanfaat untuk menjaga kelestarian lingkungan. Dalam pengelolaan menuju zero waste, proses pemilahan dan pengolahan harus dilaksanakan di sumber sampah, baik bersamaan maupun secara berurutan dengan pewadahan sampah. Pengelolaan sampah diawali dari lokasi timbulan sampah atau produsen sampah. Sampah dipisah antara sampah oranganik dan sampah anoranganik, dan ditempatkan pada wadah sampah yang berbeda. Sampah oranganik untuk diproses menjadi kompos, sedangkan sampah anoranganik biasanya dimanfaatkan untuk didaur ulang maupun dimanfaatkan kembali. Proses selanjutnya baik pengumpulan, pemindahan maupun pengangkutan sampah yang telah terpilah diusahakan jangan tercampur kembali. Upaya ini untuk meningkatkan efisiensi pengolahan sampah. Diagram pengelolaan sampah dapat dilihat pada gambar 2. Gambar2. Diagram Pengelolaan Sampah (SNI 19-2454-2002) METODOLOGI PENELITIAN Penelitian tentang Peran Aspek Kelembagaan Dalam Pengelolaan Sampah Komprehensif Menuju Zero Waste (Studi Kasus Di KecamatanKota Lamongan) menurut metodenya termasuk penelitian evaluasi (Sugiyono, 1999:6 dalam Ni Komang 2008). Menurut Sugiyono, 1999:9, penelitian evaluasi bermaksud membandingkan suatu kejadian atau kegiatan dengan standar yang telah ditetapkan. Evaluasi sebagai penelitian berarti akan berfungsi untuk menjelaskan fenomena. Penelitian tentang Peran Aspek Kelembagaan Dalam Pengelolaan Sampah Komprehensif Menuju Zero Waste (Studi Kasus Di KecamatanKota Lamongan) menurut tingkat eksplanasi dan jenis data serta analisisnya termasuk penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud mendeskripsikan fenomena yang terjadi berdasarkan hasil ekplorasi aspek kelembagaan dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Kota Lamongan. Dalam penelitian ini kami mengambil 2 lokasi di kecamatan Lamongan yaitu di RT 04 RW 01 Rangge Kelurahan Sukomulyo dan Beringin Jaya RT 03 RW V Kelurahan Tumenggungan PEMBAHASAN Implementasi Program Pengelolaan Sampah Berbasis 3R Untuk mengimplementasikan Program Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat, sudah ada aturan yang dapat dipakai sebagai rujukan, yaitu Revisi SNI 03-3242-1994 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman. Perubahan mendasar dari revisi ini adalah pada penerapan 3R mulai dari kegiatan di sumber timbulan sampah sampai dengan TPS. Kelembagaan Dan Organisasi Kelembagaan yang diharapkan dalam pengelolaan sampah adalah kelembagaan yang sesuai dengan amanat - PP 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, - PP 41/2007 tentang Pemerintahan Daerah, - PP 23/2004 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, - Permendagri 61/2009 tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Menurut Revisi SNI 03-3242-1994 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman, penanggung jawab pengelolaan persampahan dilaksanakan oleh: Swasta /developer dan atau Organisasi kemasyarakatan. Sedangkan tanggung jawab lembaga pengelola sampah permukiman adalah : - Pengelolaan sampah di lingkungan permukiman dari mulai sumber sampah sampai dengan TPS dilaksanakan oleh 747 P a g e

lembaga yang dibentuk / ditunjuk oleh organisasi masyarakat permukiman setempat. - Pengelolaan sampah dari TPS sampai dengan TPA dikelola oleh lembaga pengelola sampah kota yang dibentuk atau dibentuk oleh Pemerintah Kota. - Mengevaluasi kinerja pengelolaan sampah atau mencari bantuan teknis evaluasi kinerja pengelolaan sampah - Mencari bantuan teknik perkuatan struktur organisasi Menyusun mekanisme kerjasama pengelolaan sampah dengan pemerintah daerah atau dengan swasta - Menggiatkan forum koordinasi asosiasi pengelola persampahan - Meningkatkan kualitas SDM berupa mencari bantuan pelatihan teknis dan manajemen persampahan ke tingkat daerah. Aspek Kelembagaan dilokasi Penelitian Pada tiap-tiap RT/RW biasanya dibentuk oranganisasi informal yang bertanggung jawab mengurusi masalah lingkungan hidup. Kelompok ini biasanya disebut sebagai Kader Lingkungan Hidup (KLH). Salah satu contoh adalah Kader Lingkungan Hidup di wilayah Rangge RT 04 RW 01 Kelurahan Sukomulyo. Fungsi dari oranganisasi ini adalah menjalankan pengelolaan sampah di wilayah Lingkungan (KLH) RT 04 RW 01 Rangge, Kelurahan Sukomulyo. Oranganisasi ini memiliki sejumlah kader yang bertugas memberikan penyuluhan, pendampingan, maupun pengawasan dalam menerapkan konsep pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Struktur Oranganisasi A. RT 04 RW 01 Rangge Kelurahan Sukomulyo Pembentukan KLH di RT 04 RW 01 Rangge Kelurahan Sukomulyo tidak terlepas dari peran dan koordinasi yang terbentuk di antara forum warga, terutama yang berbasis administratif, seperti RW, RT dan PKK. Oranganisasi KLH ini merupakan tempat masyarakat RT 04 RW 01 Kelurahan Sukomulyo menjalankan koordinasi operasional kegiatan pengelolaan sampah, proses pengkaderan terkait dengan pembinaan kemampuan teknis, pembinaan dan mobilisasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan sampah, serta menjadi tempat untuk menetapkan mekanisme kerja dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang menerapkan konsep 3R. Sebagian besar besar pengurusnya adalah mereka yang juga menjabat sebagai pengurus RT dan PKK. Tatanan kerja kelembagaan dari KLH ini tercermin dari struktur oranganisasi yang dimilikinya (Gambar 5.3). Oranganisasi dalam bentuk KLH menggambarkan bahwa komunitas ini berusaha untuk menjalankan tindakan bersama-sama secara tersistemasi dan teroranganisir. Dengan oranganisasi diharapkan pengelolaan sampah yang berlangsung dapat terselenggara dengan teratur. Oranganisasi ini secara kelembagaan akan lebih menjamin pengelolaan yang tertib, teratur dan terukur. Melalui KLH dan kegiatan pemilahan sampah, masyarakat Kelurahan Sukomulyo dapat memberikan sejumlah kontribusi, baik bagi lingkungannya sendiri maupun pengelolaan sampah perkotaan secara umum. Hasil wawancara dan dokumentasi dari para pengurus, diketahui bahwa tugas dan peran Kader Lingkungan di RT 04 RW 01 Rangge Kelurahan Sukomulyo, di antaranya adalah: 1. Mengawasi kebersihan dan penghijauan sepanjang wilayah kampung 2. Menegur, memberikan penjelasan dan membina warga akan pentingnya kebersihan, kesehatan dan pengelolaan sampah. 3. Mengontrol sampah basah, sampah kering, sampah B-3 dan komposter aerob 4. Menciptakan lingkungan yang bersih (bersih-sehat-indah-hijau) Gambar 3. Struktur oranganisasi KLH RT 04 RW 01 Rangge Kelurahan Sukomulyo Sumber: Nur Azizah, 2012 748 P a g e

B. Beringin Jaya RT 03 RW V Kelurahan Tumenggungan Gambar 4. Struktur oranganisasi KLH RT 03 RW V Beringin Jaya Kelurahan Tumenggungan Program Kerja Sedangkan program kerja Kelompok Lingkungan Hidup (KLH) RT 04 RW 01 Rangge Kelurahan Sukomulyo secara umum adalah sebagai berikut: 1. Bidang Penghijauan: Konsisten merawat, menjaga dan menambah: a. Tanaman hias b. Tanaman toga c. Tanaman sayuran d. Peneduh dan produktif e. Memanfaatkan lahan kosong untuk dijadikan kebun f. Mengoptimalkan tabulapot dimasing-masing rumah tangga 2. Kebersihan a. Mengadakan kerja bakti 1 minggu sekali (minggu bersih) b. Pengerukan saluran air (drainase) 3 bulan sekali c. Pemilahan sampah : - Sampah basah - Sampah kering - Sampah residu d. Pengomposan - Keranjang sakti (takakura home methode) - Komposter aerob - Inovasi lainnya. 3. Kepengurusan - Kelompok kerja green and clean jilid 2 - Kader lingkungan - Pengurus bank sampah Secara umum, pengurus aktif melakukan tugas sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Sebagai indikator, selama berlangsungnya program, proses pengelolaan sampah dapat dijalankan sesuai rencana. Dari sisi peningkatan jumlah peserta, diketahui terus meningkat. Dari 58 KK di RT 04 RW 01 semuanya mengikuti program pemilahan sampah berbasis rumah tangga. Sehingga secara umum, program pengelolaan sampah di RT 04 RW 01 Rangge Kelurahan Sukomulyo dapat dikatakan berhasil. Dengan kata lain program pengelolaan sampah bukan saja program pemerintah melainkan sebuah program yang juga ingin diimplementasikan oleh warga msyarakat. Hal ini tentu saja menunjang serta mendorong warga untuk lebih berkomitmen dan konsisten terhadap keputusan yang telah mereka buat dan tetapkan bersama dengan para pengurus masyarakat di lingkungannya. Tabel 2. Evaluasi Aspek Kelembagaan dan Organisasi No Aspek Kelembagaan Temuan di Lapangan 1 Penanggung jawab pengelolaan 1.Penanggung jawab pengelolaan sampah persampahan dilaksanakan oleh: rumah tangga dilaksanakan oleh swasta organisasi kemasyarakatan yang bernama /developer dan atau Organisasi Kelompok Lingkungan Hidup kemasyarakatan 2 Tanggung jawab lembaga pengelola sampah permukiman adalah : 1. Pengelolaan sampah di lingkungan permukiman dari mulai sumber sampah sampai dengan TPS dilaksanakan oleh lembaga yang dibentuk oleh masyarakat setempat. 2. Pengelolaan sampah dari TPS sampai dengan TPA dikelola oleh lembagayang dibentuk oleh 2.Kader Lingkungan dan anggotanya bertanggung jawab mengelola sampah rumah tangga dari sumber sampah sampai dengan Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPSS) 2.Pengelolaan sampah dari TPSS sampai dengan TPSA menjadi tanggung jawab pemerintah Kota Lamongan. Dibawah PU Cipta Karya. 3.Evaluasi dilakukan baru sebatas ketika 749 P a g e

Pemerintah Kota Lamongan. 3. Mengevaluasi kinerja pengelolaan sampah. 4. Mencari bantuan teknik perkuatan struktur organisasi timbul masalah dalam melaksanakan program. Dan pengurus juga membuat laporan kegiatan ke pemerintah. 4.Pengurus membuat proposal untuk mengajukan bantuan ke pemerintah, sawasta dan LSM Sumber: Data penelitian, diolah, 2015 Sistem Rekruitmen Dan Penggantian Pengurus Rekruitmen dan pergantian pengurus dalam daur organisasi selalu akan terjadi untuk menjaga kesinambungan kegiatan organisasi....secara umum, tidak ada mekanisme khusus yang mengatur sistem rekruitmen dan pergantian Pengurus. Pengisian jabatan struktural dilakukan melalui proses musyawarah diantara pengurus organisasi masyarakat...setiap ketua RT otomatis menjadi pengurus Kader lingkungan kalau sudah tidak menjabat ketua RT lagi maka otomatis akan diganti oleh ketua RT yang baru. (Bpk. Arif Suparni, ketua RT 03RW V Beringin Jaya) Dalam prakteknya, dari hasil wawancara diketahui rekruitmen dan pergantian kader penggerak dilakukan oleh pihak RT dan bukan Ketua Kader Lingkungan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan fungsi dan tugas kader penggerak yang memiliki area kerja yang terbagi menurut wilayah RT. Mekanisme ini telah menjadi kesepakatan yang telah dimengerti oleh tokoh masyarakat dan warga masyarakat. Setiap warga RT terbuka untuk mengajukan diri sebagai kader penggerak bagi RTnya. Pergantian pengurus dilakukan jika ada pihak yang tidak mampu untuk terlibat lebih jauh dalam pengurusan atau mengajukan permohonan pengunduran diri. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Pembentukan KLH di RT 04 RW 01 Rangge Kelurahan Sukomulyo dan Beringin Jaya RT 03 RW V Kelurahan Tumenggungan tidak terlepas dari peran dan koordinasi yang terbentuk di antara forum warga, terutama yang berbasis administratif, seperti RW, RT dan PKK. 2. Oranganisasi KLH ini merupakan tempat masyarakat RT 04 RW 01 Kelurahan Sukomulyo menjalankan koordinasi operasional kegiatan pengelolaan sampah, proses pengkaderan terkait dengan pembinaan kemampuan teknis, pembinaan dan mobilisasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan sampah, serta menjadi tempat untuk menetapkan mekanisme kerja dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang menerapkan konsep 3R. DAFTAR PUSTAKA DPUCK Kabupaten Lamongan, 2012, DED TPA Tambakrigadung Kabupaten Lamongan, Lamongan Faizah,2008,Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Di Kota Yogyakarta), Thesis, Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang Ni Komang Ayu Artiningsih,2008, Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus Di Sampangan Dan Jomblang, Kota Semarang), Thesis, Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang Nur Azizah Affandy, 2013, Peranan Ibu-Ibu Dalam Pengelolaan Komprehensif Sampah Berbasis Masyarakat Di Kelurahan Sukomulyo Kabupaten Lamongan (Pengaruhnya Terhadap Kelestarian Lingkungan Hidup), Lamongan, Proseeding SEMNAS IX, 2013, Halaman VII 108 http://www.slideshare.net/metrosanita/aspekkelembagaan-pembiayaan-peraturan-dan-peranmasyarakat-dalam-pengelolaan-sampah 750 P a g e

751 P a g e