ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING PADA PROSES QUENCHING TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA AISI 4140

PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PISAU HAMMER MILL PADA MESIN PENGGILING JAGUNG PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA CABANG SEMARANG

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

STUDI KOMPARASI HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS MATERIAL RING PISTON BARU DAN BEKAS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

PROSES NORMALIZING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahan logam dalam pembuatan alat alat dan sarana. Untuk memenuhi kebutuhan ini, diperlukan upaya pengembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISA PROSES SPRAY QUENCHING PADA PLAT BAJA KARBON SEDANG

PENGARUH TEMPERATUR CARBURIZING PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP SIFAT SIFAT MEKANIS BAJA S 21 C

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI SUHU PADA PROSES SELF TEMPERING DAN VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA AISI 4140

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

ANALISIS PENGARUH TEMPERING

ANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BESI COR NODULAR (FCD 60)

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

PRAKTIKUM JOMINY HARDENABILITY TEST

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Penambahan Barium Karbonat Pada Media Karburasi Terhadap Karakteristik Kekerasan Lapisan Karburasi Baja Karbon Rendah

Karakterisasi Material Sprocket

PERLAKUAN PANAS MATERIAL AISI 4340 UNTUK MENGHASILKAN DUAL PHASE STEEL FERRIT- BAINIT

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN MINYAK PELUMAS SAE 40 PADA PROSES QUENCHING DAN TEMPERING TERHADAP KETANGGUHAN BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH

PEMILIHAN PARAMETER PERLAKUAN PANAS UNTUK MENINGKATKAN KEKERASAN BAJA PEGAS 55 Si 7 YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PENAMBAT REL KERETA API

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

PENGARUH MEDIA KAPUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK POROS S45C

STUDI PENINGKATAN SIFAT MEKANIS SPROKET IMITASI SUPRA 125 DENGAN SISTIM PACK KARBURISING

PENGARUH JENIS BAHAN DAN PROSES PENGERASAN TERHADAP KEKERASAN DAN KEAUSAN PISAU TEMPA MANUAL

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADA BAJA AAR-M201 GRADE E

I. TINJAUAN PUSTAKA. unsur paduan terhadap baja, proses pemanasan baja, tempering, martensit, pembentukan

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

ANALISA PENGGUNAAN TEMPURUNG KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KEKERASAN BAHAN PISAU TIMBANGAN MEJA DENGAN PROSES PACK CARBURIZING

PENGARUH PERBEDAAN KONDISI TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN DARI BAJA AISI 4140

PENGARUH TEMPERATUR DAN HOLDING TIME DENGAN PENDINGIN YAMACOOLANT TERHADAP BAJA ASSAB 760

Pengaruh Temperatur Pemanasan dan Holding Time pada Proses Tempering terhadap Sifat Mekanik dan Laju Korosi Baja Pegas SUP 9A

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

PENGARUH PERBEDAAN KEDALAMAN POTONG PADA PROSES BUBUT DAN PERLAKUAN PANAS NORMALIZING TERHADAP PERUBAHAN SIFAT MEKANIK BAJA KARBON MENENGAH (HQ 760)

STUDI KEKUATAN IMPAK DAN STRUKTUR MIKRO BALL MILL DENGAN PERLAKUAN PANAS QUENCHING

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

KARAKTERISASI BAJA CHASIS MOBlL SMK (SANG SURYA) SEBELUM DAN SESUDAH PROSES QUENCHING

ANALISA KEKERASA DAN STRUKTUR MIKRO TERHADAP VARIASI TEMPERATUR TEMPERING PADA BAJA AISI 4140

PENGARUH PERLAKUAN PANAS DOUBLE TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL AISI 4340

Pengaruh Heat Treatment denganvariasi Media Quenching Oli dan Solar terhadap StrukturMikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Baja karbon AISI 1045 adalah jenis baja yang tergolong dalam baja paduan

Pengaruh Variasi Media Quenching Air, Oli, dan Angin Kompresor Terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Pada Baja AISI 1045

KARAKTERISASI BAJA ARMOUR HASIL PROSES QUENCHING DAN TEMPERING

ANALISA PERUBAHAN DIMENSI BAJA AISI 1045 SETELAH PROSES PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya. pembangunan di bidang industri ini adalah untuk mengurangi

Analisa Struktur Mikro Dan Kekerasan Baja S45C ANALISA STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN BAJA S45C PADA PROSES QUENCH-TEMPER DENGAN MEDIA PENDINGIN AIR

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

I. PENDAHULUAN. Baja adalah sebuah senyawa antara besi (Fe) dan karbon (C), dimana sering

Penelitian Sifat Fisis dan Mekanis Roda Gigi Transduser merk CE.A Sebelum dan Sesudah Di-Treatment

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

Penelitian Optimasi Temperatur yang Mempengaruhi Kekerasan pada Pembuatan Grinding Ball dengan Cara Hot Rolling

Baja adalah sebuah paduan dari besi karbon dan unsur lainnya dimana kadar karbonnya jarang melebihi 2%(menurut euronom)

DECIDING THE OPTIMUM SPOKE ANGLE OF MOTORCYCLE CAST WHEEL USING FINITE ELEMENT APLICATION AND PUGH S CONCEPT SELECTION METHOD

Analisa Kegagalan dan Pengaruh Proses Hardening-Tempering AISI 1050 Terhadap Strukturmikro dan Kekuatan Welded Chain Bucket Elevator.

PROSES PENGERASAN (HARDENNING)

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

PENGARUH PROSES HEAT TREATMENT PADA KEKERASAN MATERIAL SPECIAL K (K100)

PENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

yang tinggi, dengan pencelupan sedang dan di bagian tengah baja dapat dicapai kekerasan yang tinggi meskipun laju pendinginan lebih lambat.

PENGARUH PROSES LAKU PANAS QUENCHING AND PARTITIONING TERHADAP UMUR LELAH BAJA PEGAS DAUN JIS SUP 9A DENGAN METODE REVERSED BENDING

STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA

PENGARUH BAHAN ENERGIZER PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP KEKERASAN CANGKUL PRODUKSI PENGRAJIN PANDE BESI

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA JIS S45C

I. PENDAHULUAN. Logam merupakan material kebutuhan manusia yang banyak penggunaannya

Transkripsi:

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045 Willyanto Anggono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra, Product Innovation and Development Centre Petra Christian University J1. Siwalankerto 121-131, Surabaya 60236 E-mail : willy@petra.ac.id Abstrak Baja merupakan salah satu jenis logam yang banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan komponen mesin industri. Baja AISI 1045 adalah salah satu jenis baja yang digunakan sebagai poros pompa air untuk keperluan industri yang mempunyai kelemahan sifat mekanis yang diperlukan pada poros pompa air industri. Tempering dan hardening adalah proses yang digunakan untuk merubah sifat mekanis baja. Pada proses ini baja dipanaskan sampai temperatur austenisasi kemudian didinginkan cepat dengan media pendingin air (hardening). Proses ini menghasilkan baja yang sangat keras dan getas. Untuk mengetahui pengaruh manipulasi proses tempering terhadap peningkatan sifat mekanis poros pompa air baja AISI 1045, baja AISI 1045 kemudian dipanaskan kembali dengan menggunakan temperatur tertentu dan ditahan selama waktu tertentu. Dengan memanaskan kembali baja AISI 1045 maka akan didapatkan baja AISI 1045 yang kekerasan dan kekuatan tariknya lebih rendah tetapi keuletannya lebih tinggi. Dari Penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa semakin tinggi temperatur tempering yang digunakan maka kekerasan dan kekuatan tariknya akan menjadi semakin rendah tetapi keuletannya menjadi lebih tinggi. Proses perlakuan panas dengan memanipulasi proses tempering dari bahan poros pompa air AISI 1045 terbukti dapat digunakan sebagai solusi dalam mengatasi masalah sifat mekanis yang dihadapi poros pompa air AISI 1045. Kata kunci: Poros pompa air AISI 1045; Sifat mekanis; Tempering. Pendahuluan Baja merupakan salah satu jenis logam yang banyak digunakan oleh manusia untuk berbagai keperluan. Salah satu kegunaannya adalah digunakan pada poros pompa air untuk keperluan industri. Pada gambar 1 terlihat gambar pompa air yang digunakan untuk keperluan industri dan gambar 2 terlihat poros pompa air baja AISI 1045 yang telah mengalami kerusakan. Pada poros pompa air baja AISI 1045 yang telah mengalami kerusakan poros, kerusakan poros ini disebabkan oleh pengikisan atau keausan poros pompa air oleh gesekan yang terjadi dengan sealing sehingga poros pompa air tidak berfungsi sebagaimana fungsinya. Pengikisan atau keausan poros pompa air baja AISI 1045 ini adalah merupakan suatu kelemahan sifat mekanik yang berpengaruh negatif pada poros pompa air. Gambar 1. Pompa Air Industri

Gambar 2. Poros Pompa Air Setelah Rusak Dari gambar 2 diatas, terlihat bahwa poros pompa air baja AISI 1045 tersebut terjadi pengikisan atau aus yang disebabkan karena baja yang digunakan tidak mempunyai kekerasan yang cukup. Oleh karena itu, baja AISI 1045 tersebut perlu dilakukan proses lagi yaitu proses hardening. Dengan melakukan hardening maka akan didapatkan sifat kekerasan yang lebih tinggi. Semakin tinggi angka kekerasan maka sifat keuletan akan menjadi rendah dan baja akan menjadi getas. Baja yang demikian tidak cukup baik untuk berbagai pemakaian. Oleh karena itu dilakukan proses pengerasan kemudian segera diikuti dengan tempering sehingga sifat getas dari baja AISI 1045 tersebut dapat dihilangkan menjadi baja AISI 1045 yang bersifat ulet. a e b d c Gambar 3. TTT Diagram Baja Hypoeutectoid (Sumber: Pollack, 1988) Tempering adalah proses dimana baja yang sudah dikeraskan dipanaskan kembali pada temperatur tertentu dan ditahan selama waktu tertentu untuk menghilangkan atau mengurangi tegangan sisa dan mengembalikan sebagian keuletan dan ketangguhannya. Kembalinya sebagian keuletan atau ketangguhan ini didapat dengan mengorbankan sebagian kekuatan dan kekerasan yang telah dicapai pada proses pengerasan. Temperatur temper pada tempering mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam memperoleh kembali keuletan dari baja. Pada proses tempering sebenarnya adalah proses pemberian energi panas kepada martensit, tentunya banyaknya energi yang disalurkan akan tergantung tidak hanya pada temperatur saja tetapi juga waktu. Dengan tempering diharapkan baja akan menjadi lebih ulet atau tangguh disamping memiliki kekerasan atau kekuatan yang cukup tinggi. Bahan dan Metode Penelitian Material yang digunakan pada penelitian ini adalah baja AISI 1045 yang merupakan bahan dari poros pompa industri. Baja AISI 1045 terdiri dari : 0,44 % C; 0,69 % Mn ; 0,05 % Ni; 0,03 % Cr; 0,02 % Si. Material yang digunakan berbentuk batang silindrik dengan diameter 14 mm. Dalam melakukan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan spesimen uji sesuai dengan standart pengujiannya (JIS Standart). Proses hardening yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan pada spesimen uji dengan tujuan untuk menaikkan kekerasan logam. Pada proses hardening ini spesimen mengalami dua kali proses yaitu proses pemanasan dan setelah itu dilakukan proses quenching dengan menggunakan media air. Pada Proses ini

spesimen dipanaskan sampai suhu 850 C dan ditahan selama 30 menit kemudian dilakukan proses quenching dengan menggunakan media air. Proses Tempering yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan melakukan pemanasan kembali spesimen uji yang sudah diproses hardening. Hal ini bertujuan untuk menurunkan kekerasan dan menaikkan keuletan spesimen. Pada proses ini spesimen dipanaskan dengan variasi temperatur, yaitu : 200 C, 400 C dan 600 C, kemudian ditahan selama 60 menit. Dalam melakukan penelitian akan digunakan metodologi sebagai berikut : Gambar 4. Metode Penelitian Hasil dan Pembahasan Setelah dilakukan pengujian kekerasan untuk masing-masing kondisi menggunakan tiga buah spesimen (A,B,C). Setiap spesimen diuji kekerasannya pada empat titik indentasi yaitu titik indentasi 1 dipusat lingkaran spesimen, titik indentasi 2 di 2 mm dari pusat lingkaran spesimen, titik indentasi 3 di 4 mm dari pusat lingkaran spesimen dan titik indentasi 4 di 6 mm dari pusat lingkaran spesimen dapat dilihat pada gambar 5. Setelah dilakukan pengujian kekerasan, distribusi hasil pengujian kekerasan disetiap titik yang dilakukan pengujian menunjukan hasil yang cukup homogen pada masing-masing spesimen yang diuji. Ratarata hasil pengujian kekerasan pada setiap titik yang dilakukan indentasi dan pada masing-masing spesimen yang diuji didapatkan hasil sepert yang terlihat pada gambar 6.

Gambar 5. Titik-Titik Indentasi Pada Pengujian Kekerasan Gambar 6. Grafik Nilai Kekerasan Rata-rata Baja AISI 1045 Pada Semua Kondisi Setelah dilakukan pengujian kekerasan pada spesimen yang diteliti, dilakukan pengujian tarik. Pengujian tarik juga dilakukan untuk semua kondisi spesimen uji. baik spesimen induk, spesimen yang sudah dihardening serta spesimen hasil tempering dengan tiga variasi temperatur. Hasil dari pengujian tarik ini adalah diketahuinya kekuatan tarik ( Ultimate Tensile Strength UTS ) dan keuletan (elongation) serta data diagram gaya tarik (P) sebagai fungsi dari pertambahan panjang yang terjadi (ΔL). Data dari hasil pengujian tarik dapat dilihat pada tabel 1. Gambar diagram P-ΔL hasil uji tarik baja AISI 1045 untuk spesimen induk, spesimen hasil proses hardening, spesimen hasil proses tempering dengan temperatur 200 C, 400 C serta 600 C dapat dilihat pada gambar 7 sampai dengan gambar 11. Tabel 1. Data Hasil Pengujian Tarik Baja AISI 1045

Gambar 7. Diagram Gaya Sebagai Fungsi Pertambahan Panjang Spesimen Logam Induk Baja AISI 1045 Gambar 8. Diagram Gaya Sebagai Fungsi Pertambahan Panjang Spesimen Baja AISI 1045 Setelah Proses Hardening Gambar 9. Diagram Gaya Sebagai Fungsi Pertambahan Panjang Spesimen Baja AISI 1045 Setelah Proses Tempering 200 C

Gambar 10. Diagram Gaya Sebagai Fungsi Pertambahan Panjang Spesimen Baja AISI 1045 Setelah Proses Tempering 400 C Gambar 11. Diagram Gaya Sebagai Fungsi Pertambahan Panjang Spesimen Baja AISI 1045 Setelah Proses Tempering 600 C Setelah dilakukan proses pengujian kekerasan dan pengujian tarik, dilakukan juga pengambilan gambar struktur mikro spesimen untuk mengetahui perubahan struktur mikro yang terjadi setelah proses hardening dan tempering yang dilakukan pada spesien uji. Hasil pengambilan gambar struktur mikro baja AISI 1045 dengan perbesaran 1000X untuk masing-masing spesimen yaitu spesimen induk, spesimen hasil proses hardening, serta spesimen hasil proses tempering dengan temperatur 200 C, temperatur 400 C dan temperatur 600 C dapat dilihat pada gambar 12 sampai dengan gambar 16. Gambar 12. Struktur Mikro Baja AISI 1045 Spesimen Logam Induk Pembesaran 1000X

Gambar 13. Struktur Mikro Baja AISI 1045 Setelah Proses Hardening Pembesaran 1000X Gambar14. Struktur Mikro Baja AISI 1045 Setelah Proses Tempering 200 C Pembesaran 1000X Gambar 15. Struktur Mikro Baja AISI 1045 Setelah Proses Tempering 400 C pembesaran 1000X Gambar 16. Struktur Mikro Baja AISI 1045 Setelah Proses Tempering 600 C Pembesaran 1000X

Pada logam induk baja AISI 1045, besarnya kekerasan rata-ratanya sebesar 14,36 HRC, besarnya kekuatan tarik adalah 41,04 kgf/mm 2 dan prosentase pertambahan panjang sebesar 26,30%. Pada gambar (foto) struktur mikro logam induk baja AISI 1045 dengan pembesaran 1000X, terlihat bahwa struktur mikro logam induk baja AISI 1045 terdiri dari ferrit dan perlit. Proses hardening menyebabkan angka kekerasan meningkat menjadi 52,45 HRC. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan angka kekerasan yang cukup besar yaitu sekitar 265,25 %. Setelah dilakukan proses hardening, kekuatan tarik menjadi 91 kgf/mm 2 atau naik sebesar 121,73%. Sedangkan prosentase pertambahan panjang menjadi 1,52% atau terjadi penurunan sebesar 94,2%. Baja AISI 1045 setelah proses hardening terjadi perubahan pada struktur mikronya. Struktur mikro yang awalnya terdiri dari ferrit dan perlit, setelah proses hardening berubah menjadi martensit. Perubahan struktur ini disebabkan karena proses pemanasan dengan temperatur yang cukup tinggi kemudian didinginkan dengan proses pendinginan cepat. Pada proses tempering dengan temperatur 200 C dan waktu penahanan (holding time) 60 menit, dihasilkan angka kekerasan sebesar 48,16 HRC. Hal ini apabila dibandingkan dengan kondisi awal logam induk baja AISI 1045 maka terjadi peningkatan angka kekerasan sebesar 235,37 %. Sedangkan apabila dibandingkan dengan angka kekerasan hasil proses hardening maka terjadi penurunan sebesar 8,18 %. Penurunan ini tidak terlalu besar karena temperatur tempering yang digunakan tidak terlalu tinggi. Proses tempering dengan menggunakan temperatur 200 C, menghasilkan kekuatan tarik sebesar 73,14 kgf/mm 2 serta menghasilkan prosentase pertambahan panjang sebesar 8,67%. Hal ini apabila dibandingkan dengan kondisi logam induk maka terjadi peningkatan kekuatan tarik sebesar 78,22% dan terjadi peningkatan keuletan sebesar 470,39% jika dibandingkan dengan spesimen hasil proses hardening. Proses tempering dengan temperatur 200 C yang dilakukan pada baja AISI 1045 merubah struktur mikro yang sebelumnya adalah martensit, berubah menjadi black martensit. Martensit masih terlihat tetapi mulai berkurang tetragonalnya dan mulai terbentuk presipitat karbida besi yang sangat halus. Pada kondisi ini baja masih mempunyai kekerasan yang cukup tinggi dan keuletan yang cukup baik. Proses tempering dengan temperatur 400 C menunjukkan angka kekerasan sebesar 38 HRC. Hal ini apabila dibandingkan dengan angka kekerasan logam induk maka terjadi peningkatan sebesar 164,62 %. Kenaikan angka kekerasannya masih cukup tinggi. Apabila dibandingkan dengan angka kekerasan pada proses hardening maka terjadi penurunan angka kekerasan sebesar 27,57 % dan apabila dibandingkan dengan angka kekerasan pada proses tempering dengan temperatur 200 C maka terjadi penurunan angka kekerasan sebesar 21 %. Proses tempering dengan temperatur 400 C menghasilkan kekuatan tarik sebesar 57,72 kgf/mm 2 dan prosentase pertambahan panjang yang didapatkan adalah sebesar 16,25%. Kondisi ini apabila dibandingkan dengan logam induk maka terjadi kenaikan kekuatan tarik sebesar 40,64% dan prosentase pertambahan panjang mengalami penurunan sebesar 38,21%. Apabila dibandingkan dengan kondisi pada proses hardening maka kekuatan tarik mengalami penurunan sebesar 36,57% sedangkan keuletannya mengalami kenaikan sebesar 969,1%. Jika dibandingkan dengan kondisi pada spesimen hasil tempering dengan temperatur 200 C maka kekuatan tarik mengalami penurunan sebesar 21,08% sedangkan keuletannya mengalami peningkatan sebesar 87,43%. Tempering dengan temperatur 400 C pada baja AISI 1045 menyebabkan epsilon carbide bertransformasi menjadi sementit, low-carbon martensit menjadi ferrit, sedangkan austenit sisa menjadi bainit. Sementit yang terbentuk masih sangat halus. Pada kondisi ini spesimen mengalami penurunan kekerasan tetapi keuletan mengalami kenaikan. Pada Proses Tempering Dengan Temperatur 600 C, angka kekerasan pada spesimen yang mengalami proses tempering dengan temperatur 600 C adalah sebesar 28,9 HRC. Angka kekerasan ini apabila dibandingkan dengan angka kekerasan logam induk, terjadi kenaikan sebesar 101,25 %. Kenaikan kekerasan ini masih cukup besar. Apabila dibandingkan dengan angka kekerasan pada proses hardening maka terjadi penurunan sebesar 44,9 %. Penurunan ini paling besar dibandingkan dengan proses tempering yang lain. Hal ini dikarenakan temperatur tempering yang digunakan adalah yang paling tinggi pada penelitian ini yaitu 600 C. Angka kekerasan pada proses ini apabila dibandingkan dengan angka kekerasan pada proses tempering dengan temperatur 200 C maka terjadi penurunan sebesar 39,9 %. Sedangkan apabila dibandingkan dengan angka kekerasan pada proses tempering dengan temperatur 400 C maka terjadi penurunan angka kekerasan sebesar 23,95 %. Tempering dengan menggunakan temperatur 600 C menghasilkan kekuatan tarik sebesar 45,26 kgf/mm 2 dan prosentase pertambahan panjang sebesar 19,33%. Hal ini apabila dibandingkan dengan kondisi awal logam induk maka kekuatan tarik terjadi kenaikan sebesar 10,28% dan prosentase pertambahan panjang mengalami penurunan sebesar 26,5%. Jika dibandingkan dengan spesimen yang mengalami proses hardening maka kekuatan tarik mengalami penurunan sebesar 50,26% dan keuletan mengalami peningkatan sebesar 1171,71%. Sedangkan apabila dibandingkan dengan spesimen hasil tempering dengan temperatur 200 C maka kekuatan tarik mengalami penurunan sebesar 38,12% dan keuletan mengalami peningkatan

sebesar 122,95%. Apabila dibandingkan dengan spesimen hasil proses tempering dengan temperatur 400 C maka kekuatan tarik mengalami penurunan sebesar 21,59% dan keuletan mengalami peningkatan sebesar 18,95%. Proses tempering dengan temperatur yang paling tinggi pada penelitian ini yaitu 600 C menyebabkan partikel sementit tumbuh lebih besar dan ferrit. Struktur yang demikian juga sering disebut dengan sorbite. Untuk mengatasi permasalahan kerusakan poros pompa air untuk keperluan industri yang dialami oleh baja AISI 1045 yang disebabkan oleh gesekan yang terjadi antara poros pompa dengan sealing sehingga poros pompa air tidak berfungsi sebagaimana fungsinya, perlu dilakukan manipulasi proses tempering dengan temperatur tempering 200 C dan holding time 60 menit pada baja AISI 1045 setelah dilakukan proses hardening sehingga sifat kekerasan sebagai sifat mekanis dalam mengatasi masalah keausan dapat meningkat sebesar 235,37% dibandingkan dengan kondisi awal logam induk baja AISI 1045 dan baja AISI 1045 tetap memiliki sifat keuletan yang baik. Kesimpulan Dengan memanaskan kembali baja AISI 1045 sebagai bahan dari poros pompa air industri maka didapatkan baja AISI 1045 yang kekerasan dan kekuatan tariknya lebih rendah tetapi keuletannya lebih tinggi. Semakin tinggi temperatur tempering yang digunakan maka kekerasan dan kekuatan tariknya akan menjadi semakin rendah tetapi keuletannya menjadi lebih tinggi. Untuk mengatasi permasalahan kerusakan poros pompa air untuk keperluan industri yang dialami oleh baja AISI 1045 yang disebabkan oleh gesekan yang terjadi antara poros pompa dengan sealing sehingga poros pompa air tidak berfungsi sebagaimana fungsinya, perlu dilakukan manipulasi proses tempering dengan temperatur tempering 200 C dan holding time 60 menit pada baja AISI 1045 setelah dilakukan proses hardening, sehingga sifat kekerasan sebagai sifat mekanis dalam mengatasi masalah keausan dapat meningkat sebesar 235,37% dibandingkan dengan kondisi awal logam induk baja AISI 1045 dan baja AISI 1045 masih memiliki sifat keuletan yang baik. Proses perlakuan panas dengan memanipulasi proses tempering dari bahan poros pompa air AISI 1045 terbukti dapat digunakan sebagai solusi dalam mengatasi masalah sifat mekanis yang dihadapi poros pompa air AISI 1045. Daftar Pustaka 1. Callister, W.D, 1997, Materials Science and Engineering An Introduction, 4 th, Canada, John Wiley & Sons, Inc. 2. Kartikasari, R, Studi Pengaruh Proses Flame Hardening Terhadap Sifat Mekanik dan Ketahanan Korosi Baja S45C dalam media Asam Klorida, Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi Di Bidang Material dan Proses ke 2 Perkembangan Riset dan Teknologi Di Bidang Industri Ke 12, Gadjah Mada University, Indonesia, 27 Juni 2006, Universitas Gadjah Mada, Indonesia. 3. Keyser, C.A, 1986. Materials Science in Engineering, 4 th, Ohio, Charles E. Merril Publishing Co. 4. Masrukan, 2006, Pengaruh Temperatur dan Waktu Pemanasan Bahan Baku Kelongsong AlMgSil Terhadap Kekerasan dan Struktur Mikronya, Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi Di Bidang Material dan Proses ke 2 Perkembangan Riset dan Teknologi Di Bidang Industri Ke 12, Gadjah Mada University, Indonesia, 27 Juni 2006, Universitas Gadjah Mada, Indonesia. 5. Pollack, H.W, 1988 Materials Science and Metallurgy, 4 th, New Jersey, Prentice Hall. 6. Smith, W.F,1990, Principles of Materials Science and Engineering, 2 nd, Singapore, McGraw-Hill. 7. Shackelford., J.F, 1992, Introduction to Materials Science for Engineers, 3 rd, USA, Macmillan Publishing Company. 8. Van Vlack, L.H, 1982, Material For Engineering, USA, Addison-Wesley Publishing Company, Inc.