INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1970 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERDJA BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENTJANA NASIONAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI SERTA TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN URUSAN LOGISTIK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1970 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERBEKALAN DAN PERHUBUNGAN PADA LEMBAGA PEMILIHAN UMUM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1970 TENTANG PEMBENTUKAN STAF PELAKSANA PEMILIHAN UMUM DI IRIAN BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1972 TENTANG ORGANISASI LEMBAGA SANDI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 16 TAHUN KAMI, PEDJABAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1967 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN - NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO 129 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA No. 95 TAHUN KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Presiden Republik Indonesia,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1972 TENTANG DJENIS - DJENIS PAKAIAN SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA No. 237 TAHUN 1960 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Pemerintah 1950 No. 37

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. 159 TAHUN KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INTI PENGETAHUAN REPELITA I-:'. : \ ' ft >»7 <-S. v\*' *v vt _<o-v. oleh: Drs C.S.T. Kansil S.H. fa k* hukj...

UNDANG-UNDANG 1950 No. 4 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

PERATURAN MENTERI MUDA AGRARIA NOMOR 15 TAHUN 1959 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI )

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 5

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun TENTANG PEMADAM API

Presiden Republik Indonesia,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI

BAB I OBJEK, DJUMLAH DAN TERUTANGNJA PADJAK. Pasal 1

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

KEPUTUSAN-KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL LEKRA I

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKJAT 16 AGUSTUS 1972

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA No. 86 TAHUN KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2000 TANGGAL 21 DESEMBER 2000 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA No, 124, 1964.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-undang 1946, No. 22 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DI DEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1969 REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1953 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. No. 164 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 51 tahun Oktober 1969

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 52 tahun Oktober 1969

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REBPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 tahun 1971 TENTANG PERDJANDJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROPINSI DJAWA-TIMUR Seri A DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI DJAWA TIMUR

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PROMOSI PARIWISATA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SERI AMANAT 50 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1971 REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SERI AMANAT 39 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPRGR 16 AGUSTUS 1970 REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DALAM LINGKUNGAN PROPINSI DJAWA BARAT

RGS Mitra 1 of 10 PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS SABANG

Varia No. 406 Hal (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi

Kutipan Lembaran Kota Besar Ska. No. I th. Ke I tg PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. : 2/D.P.R./Ska./ 51.

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun Mei 1969

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DI DJAWA TIMUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1968 TENTANG PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA,

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2005 TENTANG HIBAH KEPADA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN DJEMBRANA

HUBUNGAN PELA DI MALUKU-TENGAH DAN DI NEDERLAND

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO.44 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2000 TANGGAL 21 DESEMBER 2000 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 1973 TENTANG PELAKSANAAN PENCABUTAN HAK-HAK ATAS TANAH DAN BENDA-BENDA YANG ADA DI ATASNYA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 59 tahun Desember 1969

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2005 TENTANG HIBAH KEPADA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG No. 16 TAHUN 1950 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

ET D'IRLANDE DU NORD, CANADA, AUSTRALffi,

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI NASIONAL LANJUT USIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1.

Transkripsi:

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar segala kegiatan jang akan menundjang pengembangan kepariwisataan jang merupakan faktor potensiil didalam usaha pembangunan ekonomi dan masjarakat Indonesia dapat diatur setjara menjeluruh, dipandang perlu adanja pertanggungan djawab pembinaan jang lebih terkoordinir ; b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a, dipandang perlu untuk segera menentukan garis-garis kebidjaksanaan sebagai pedoman pembinaan pengembangan kepariwisataan nasional ; Mengingat : 1. Pasal 4 ajat (1) Undang-undang Dasar 1945 ; 2. Keputusan Presiden Nomor 183 Tahun 1968 ; 3. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1969 ; 4. Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 1969 ; Memperhatikan : Pendapat Dewan Pertimbangan Kepariwisataan Nasional ; Kepada : MENTERI PERHUBUNGAN. M E N G I N S T R U K S I K A N Untuk : Menggunakan ketentuan-ketentuan dalam Instruksi ini sebagai pedoman dalam melaksanakan kebidjaksanaan Pemerintah dalam membina pengembangan kepariwisataan nasional. BAB I. U M U M Pasal 1. Pengertian-pengertian. (1). Wisatawan (tourist) adalah setiap orang jang bepergian dari tempat tinggalnja untuk berkundjung ketempat lain dengan menikmati perdjalanan dan

kundjungan itu. (2). Ruang lingkup kegiatan kepariwisataan adalah semua kegiatan jang berhubungan dengan promosi, perdjalanan dengan segala fasilitas-fasilitas jang diperlukan, akomodasi, rekreasi, pelajanan-pelajanan dan fasilitas-fasilitas lainnja jang diperlukan oleh para wisatawan. BAB II. PENGEMBANGAN PARIWISATA Pasal 2 T u d j u a n Pengembangan pariwisata bertudjuan untuk : a. Meningkatkan pendapatan devisa pada chususnja dan pendapatan Negara dan masjarakat pada umumnja, perluasan kesempatan serta lapangan kerdja dan mendorong kegiatan-kegiatan industri-industri penundjang dan industri-industri sampingan lainnja ; b. Memperkenalkan dan mendaja-gunakan keindahan alam dan kebudajaan Indonesia ; c. Meningkatkan persaudaraan/persahabatan nasional dan internasional. Pasal 3. S i f a t Usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pembangunan dan pengembangan serta kesedjahteraan masjarakat dan Negara. Pasal 4. Usaha-usaha Pengembangan pariwisata dilandaskan atas usaha-usaha sebagai berikut : a. Memelihara/membina keindahan dan kekajaan alam serta kebudajaan masjarakat Indonesia sebagai daja tarik kepariwisataan ; b. Menjediakan/membina fasilitas-fasilitas transport, akomodasi, entertainment dan pelajanan pariwisata lainnja jang diperlukan, termasuk pendidikan kader ; c. Menjelenggarakan promosi kepariwisataan setjara aktip dan effektip didalam maupun diluar negeri ; d. Mengusahakan kelantjaran formalitas-formalitas perdjalanan dan lalulintas para wisatawan dan dengan demikian menghilangkan unsur-unsur jang menghambatnja ; e. Mengarahkan kebidjaksanaan dan kegiatan perhubungan, chususnja

perhubungan udara, sebagai sarana utama guna memperbesar djumlah dan melantjarkan arus wisatawan. Pasal 5. Bentuk dan Sistim (1). Bentuk pariwisata jang dikembangkan adalah Pariwisata Internasional, Pariwisata Dalam Negeri dan Pariwisata chusus. (2). Pengembangan Pariwisata mengikuti suatu sistimatik jang menempatkan kesatuan-kesatuan pariwisata dalam urutan-urutan dari jang paling ketjil sampai jang paling luas sebagai tersebut dibawah ini : a. Projek Pariwisata ; b. Beberapa Projek Pariwisata merupakan Unit Pariwisata ; c. Beberapa Unit Pariwisata bersama dengan daerah sekitarnja merupakan Lingkungan Pariwisata ; d. Beberapa Lingkungan Pariwisata merupakan Wilajah Pariwisata ; e. Beberapa daerah pariwisata merupakan Wilajah Pariwisata. (3). Untuk mengembangkan Pariwisata Internasional perlu ditetapkan beberapa Pusat Pariwisata Internasional di Indonesia jang akan merupakan pintu gerbang lalu-lintas kedalam dan keluar negeri serta pangkalan distribusi para Wisatawan Internasional kewilajah-wilajah dan daerah-daerah Indonesia lainnja. (4). Agar pengembangan pariwisata dapat dilakukan setjara teratur dan integral, perentjanaan pengembangannja dilakukan dengan suatu masterplan". BAB III. RUANG LINGKUP TUGAS PEMERINTAH PUSAT, PEMERINTAH DAERAH DAN PERANAN PIHAK SWASTA. Pasal 6 Tugas Pemerintah Pusat. Tugas pokok Pemerintah Pusat dalam rangka usaha pengembangan pariwisata adalah mengadakan peraturan-peraturan, mentjiptakan iklim dan kondisi jang sehat serta mengadakan prasarana-prasarana jang dapat memperlantjar perkembangan pariwisata pada umumnja dan Pariwisata Internasional pada chususnja. Pasal 7 Tugas Pemerintah Daerah.

Tugas pokok Pemerintah Daerah dalam rangka usaha pengembangan pariwisata adalah membantu dalam pelaksanaan peraturan-peraturan jang dibuat oleh Pemerintah Pusat, mengadakan peraturan-peraturan jang tidak bertentangan dengan peraturan-peraturan jang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, mentjiptakan iklim dan kondisi jang sehat didaerahnja serta mengadakan prasarana-prasarana jang termasuk kewadjibannja, jang kesemuanja dapat memperlantjar perkembangan pariwisata pada umumnja dan Pariwisata Dalam Negeri pada chususnja. Pasal 8 Peranan Swasta. Ruang lingkup peranan swasta ditudjukan kepada usaha-usaha dan kegiatankegiatan perusahaan dalam bidang kepariwisataan seperti usaha-usaha transport, akomodasi, entertainment dan pelajanan pada para wisatawan. Pasal 9. Peranan Pemerintah dalam Hubungan dengan Swasta. (1). Peranan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, dalam bidang kegiatan tersebut pada pasal 8 Instruksi ini terbatas pada pembinaan dan pengarahannja, dengan tjara menjediakan fasilitas-fasilitas setjara langsung maupun tidak langsung. (2). Dalam hal fihak swasta tidak atau belum mampu untuk melakukan kegiatan tersebut pada pasal 8 Instruksi ini, Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah sesuai dengan bidangnja masing-masing, mengadakan usaha-usaha jang dianggap perlu untuk memungkinkan pelaksanaan kegiatan tersebut. Pasal 10 Permodalan dan Peridzinan Kegiatan-kegiatan dibidang pariwisata dimungkinkan sepenuhnja bagi penanaman modal dalam negeri dan modal asing sesuai dengan peraturanperaturan perundang-undangan jang berlaku dengan prioritas-prioritas sebagai berikut : a. Prioritas pertama diberikan kepada usaha Indonesia jang menggunakan modal dalam negeri dan tenaga Indonesia sepenuhnja. Usaha Indonesia dapat berupa usaha swasta seluruhnja, usaha Pemerintah seluruhnja, atau usaha bersama antara Pemerintah dan swasta ; b. Prioritas kedua diberikan kepada usaha bersama antara usaha Indonesia dan asing jang menggunakan modal tjampuran dalam negeri dan asing menurut ketentuan-ketentuan Undang-undang Nomor 1 tahun 1967 dan

peraturan-peraturan pelaksanaannja ; c. Prioritas ketiga diberikan kepada usaha asing jang menggunakan modal asing sepenuhnja menurut ketentuan-ketentuan Undang-undang Nomor 1 tahun 1967 dan peraturan-peraturan pelaksanaannja. Pasal 11 Koordinasi Pembinaan Pengembangan Pariwisata (1). Untuk mendjamin pembinaan pengembangan jang effektip dan kontinu ditingkat pelaksanaan, baik jang diusahakan oleh Pemerintah maupun swasta, maka disamping aparatur fungsionil pemerintahan jang ada, dibentuk suatu BADAN PENGEMBANGAN PARIWISATA NASIONAL (NATIONAL TOURIST DEVELOPMENT BOARD). (2). BADAN PENGEMBANGAN PARIWISATA NASIONAL merupakan alat pembantu Menteri Perhubungan dengan susunan keanggotaan jang terdiri dari kalangan Pemerintah dan swasta jang diangkat oleh Menteri Perhubungan. (3). BADAN PENGEMBANGAN PARIWISATA NASIONAL didalam melaksanakan tugasnja mengadakan hubungan kerdjasama jang sebaik-baiknja dengan Direktorat Djenderal Pariwisata. (4). Dalam hal dianggap perlu oleh Gubernur Kepala Daerah, untuk daerah Propinsi jang bersangkutan dapat dibentuk BADAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH. (5). BADAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH merupakan alat pembantu Gubernur Kepala Daerah dengan susunan keanggotaan jang terdiri dari kalangan Pemerintah Daerah dan swasta jang diangkat oleh Gubernur Kepala Daerah jang bersangkutan. BAB IV. L A I N - L A I N Pasal 12. Hubungan dan Kerdjasama Luar Negeri Dalam hubungan internasional dan kerdjasama luar negeri agar dilakukan usaha-usaha sebagai berikut : a. Ikut serta dalam keanggotaan dan meningkatkan kegiatan-kegiatan organisasi-organisasi internasional jang bergerak dalam bidang kepariwisataan (seperti P.A.T.A, dan lain-lain) baik jang bersifat resmi, setengah resmi maupun swasta ; b. Meningkatkan kerdjasama antar-negara setjara bilateral maupun

multilateral untuk setjara bersama memperbesar djumlah dan melantjarkan arus wisatawan. Pasal 13. Pengamanan Kebudajaan dan Benda-benda Peninggalan Sedjarah. Dalam rangka usaha pengembangan kepariwisataan agar diperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : a. Tidak merugikan kebudajaan masjarakat Indonesia serta perkembangannja ; b. Dilakukan usaha-usaha pengamanan benda-benda peninggalan sedjarah serta binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan jang dilindungi didalam margasatwa terhadap bahaja rusak atau hilang dengan antara lain memperkeras pelaksanaan peraturan-peraturan jang sudah ada ; c. Dilakukan usaha-usaha pengamanan terhadap usaha-usaha jang chas Indonesia (nasional maupun daerah) jang mungkin terdesak oleh perkembangan pariwisata. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 14. Dalam melaksanakan Instruksi ini supaja diusahakan kerdjasama dan saling pengertian jang sebaik-baiknja dengan Menteri-menteri, Pedjabat-pedjabat lain terutama jang membawahi bidang-bidang jang termasuk kegiatan kepariwisataan, dan pihak swasta. Pasal 15. Kepada para Menteri dan para Pimpinan Instansi-instansi lainnja jang bersangkutan dengan bidang kepariwisataan diinstruksikan agar memberikan bantuan sepenuhnja kepada Menteri Perhubungan sesuai dengan tugas dan wewenangnja masing-masing, sehingga pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam Instruksi ini dapat dilakukan dengan sebaik-baiknja. Pasal 16. Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkannja. Ditetapkan di Djakarta Pada tanggal, 6 Agustus 1969. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd. S O E H A R T O. DJENDERAL TNI.