BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
DISUSUN OLEH : RAGIL FITRI NURCAHYO NIM :

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. juga dapat digunakan untuk pemanas. menghasilkan uap. Dimana bahan bakar yang digunakan berupa

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 4500 Kg/JAM TEKANAN KERJA 9 kg/cm 2 BAHAN BAKAR AMPAS TEBU

RATIH VOL.1 Edisi 1 ISSN

1. Bagian Utama Boiler

LISTRIK GENERATOR AC GENERATOR DAN MOTOR

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Gambar 3.1 Peta Administratif Provinsi Jawa Tengah Sumber : diunduh pada tanggal 4 September 2016

BAB IV PENGERTIAN - PENGERTIAN

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Modul Praktikum Penentuan Karakterisasi Rangkaian Pompa BAB II LANDASAN TEORI

MENAIKKAN EFISIENSI BOILER DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG UNTUK PEMANAS EKONOMISER

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTRAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 129/MPP/Kep/4/2000

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU)

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

NILAI PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT KERETA API INDONESIA

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

ANALISIS KELAYAKAN KONSTRUKSI BAGIAN ATAS JALAN REL DALAM KEGIATAN REVITALISASI JALUR KERETA API LUBUK ALUNG-KAYU TANAM (KM 39,699-KM 60,038)

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc. mesin uji yang digunakan adalah sebagai berikut. : 4 langkah, SOHC, 4 klep

BAB I PENDAHULUAN. Divisi Regional II Sumatera Barat. Daerah Operasi IX. Divisi Regional III Sumatera Selatan

PLTU (PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP)

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING PADA KERETA API SANCAKA SERTA STASIUN SURABAYA (GUBENG SEMUT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia untuk membawa barang melewati jalan setapak. Seiring dengan

Analisis Tekno-Ekonomi Operasi Co-combustion Boiler Biomassa Kapasitas 10 kg/jam

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya persaingan khususnya

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA KUNJUNGAN KERJA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melibatkan penggunaan software-software komputer yang canggih. Softwaresoftware

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

- Menghantar/memindahkan zat dan ampas - Memisahkan/mengambil zatdengan dicampur untuk mendapatkan pemisahan (reaksi kimia)

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

LAPORAN PERISTIWA KECELAKAAN KERETA API

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di

Pemuaian adalah bertambahnya volume suatu zat akibat meningkatnya suhu zat. Semua zat umumnya akan memuai jika dipanaskan.

: Suzuki Satria F 150 cc. : 150 cc, 4 langkah, DOHC pendingin udara. : Cakram depan belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pendirian Pabrik Sejarah Perkembangan Pabrik

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

Adapun spesifikasi traktor yang digunakan dalam penelitian:

Program Studi DIII Teknik Otomotif JPTM FPTK UPI BAB I PENDAHULUAN

ANALISA RESISTANCE, TRACTIVE EFFORT DAN GAYA SENTRIFUGAL PADA KERETA API TAKSAKA DI TIKUNGAN KARANGGANDUL

LAPORAN PERISTIWA KECELAKAAN KERETA API

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT PG CANDI BARU SIDOARJO. Diajukan oleh : Elizabeth Silvia Veronika NRP: Lovitna Novia Puspitasari NRP:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK

ANALISIS EFISIENSI TERMAL PADA KETEL UAP DI PABRIK GULA KEBONAGUNG MALANG. Heni Hendaryati

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, industri di Indonesia berkembang pesat. Di antara subsektor

PERENCANAAN POWER PACK MESIN PRESS HIDROLIK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. penelitian konservasi. Dengan evaluasi tersebut akan dapat ditemukan metode yang

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha.

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I MOTOR PEMBAKARAN

Sumber: Susanto, Lampiran 1 General arrangement Kapal PSP Tangki bahan bakar 10. Rumah ABK dan ruang kemudi

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN ELECTRIC ENERGY RECOVERY SYSTEM PADA SEPEDA LISTRIK

ALAT DAN MESIN PANEN PADI

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT

BAB III PROSES PEMBAKARAN

REKOMENDASI SEGERA. Nomor : KNKT/ 001/7/XII/REK.KJ/13

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rencana Jaringan Kereta Api di Pulau Sumatera Tahun 2030 (sumber: RIPNAS, Kemenhub, 2011)

BAB I KOMPONEN UTAMA SEPEDA MOTOR

I. PENDAHULUAN. menghasilkan energi listrik. Beberapa pembangkit listrik bertenaga panas

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

APPENDIX A NERACA MASSA DAN NERACA PANAS. A.1. Neraca Massa Kapasitas bahan baku = 500Kg/hari Tahap Pencampuran Adonan Opak Wafer Stick.

METODE PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN CLEVE LAND OPEN CUP

BAB I PENDAHULUAN. maksimum termanfaatkan bila tanpa disertai dengan pola operasi yang sesuai.

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGOLAHAN BATU BARA MENJADI TENAGA LISTIRK

BAB I PENDAHULUAN I.1

METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 1 menunjukkan komponen-komponen yang menjalankan mobil kriogenik (cryocar) ini. Nitrogen cair yang sangat dingin disimpan dalam tangki

REKAYASA JALAN REL. MODUL 11 : Stasiun dan operasional KA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR PADA KETEL UAP

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

berupa fibre dan sheel yang di gunakan untuk membakar tabung boiler yang berisi air

SOAL PSIKOTEST KEMAMPUAN TEKNIKAL

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Kereta Api Uap Di Indonesia Kereta Api Pertama di Indonesia tahun 1867di kota Semarang, dibangun di Indonesia. Pada saat itu, rute kereta api yang dibangun adalah NIS-Tanggung dengan jarak 26 km. Pembangunan kereta api ini atas permintaan dari Raja Willem untuk keperluan transportasi militer di Semarang dan sebagai alat angkut hasil bumi ke Gudang Semarang. Sejak saat itu, Pemerintah Kolonial Belanda terus mengadakan pembangunan di bidang transposrtasi kereta api. Hal ini dimaksudkan untuk melayani kebutuhan akan angkutan pengiriman hasil bumi dari Indonesia. Ini terbukti sejak tahun 1876 telah membangun berbagai sarana dan prasarana kereta api, dengan muara dua buah pelabuhan, yaitu Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Berbagai Kereta Api Lokomotif Uap di Indonesia pernah ada, diantaranya yaitu: Kereta Api Lokomotif Uap Tahun 1871: Seri B Gordon, Manchester Kereta Api Lokomotif Uap Tahun 1880: Seri C Manchester Kereta Api Lokomotif Uap Tahun 1899: Seri BB Hartmann Kereta Api Lokomotif Uap Tahun 1904: Seri CC Hartmann Kereta Api Lokomotif Uap Tahun 1916: Seri DD ALCO (yang terbesar di Indonesia, kelas 2-8-8-0) Kereta Api Lokomotif Uap Tahun 1951: Seri D 52 Krupp. 4

Tidak seperti di Amerika Serikat, di Indonesia tidak ada lokomotif yang ukuran dan tenaganya super besar seperti BigBoy, Challenger ataupun Northern, tetapi Indonesia juga mempunyai lokomotif terbesar seperti seri DD 50, DD 51 dan DD 52. Salah satu lokomotif mallet yang terdapat di Indonesia yaitu Lokomotif DD 52. Perusahaan kereta api di Indonesia yaitu Staatsspoorwegen (SS) membutuhkan suatu lokomotif uap dengan daya yang lebih besar dari lokomotif uap yang sudah ada saat itu, serta mampu berbelok dengan mulus pada rel yang mempunyai tikungan tajam di jalur-jalur pegunungan di Jawa Barat. Untuk mengatasi hal itu, SS telah memesan lokomotif uap besar, walaupun tidak super besar seperti BigBoy yang ada di Amerika Serikat. Staatsspoorwegen memesan kepada produsen lokomotif uap ALCO di Amerika Serikat pada tahun 1916 hingga tahun 1923. Lokomotif yang dipesan berupa lokomotif uap tipe mallet generasi ketiga (DD 50), generasi keempat (DD 51) dan generasi kelima (DD 52) yang akan beroperasi di Indonesia. Ketiga seri lokomotif uap tersebut, memiliki susunan konfigurasi roda 2-8-8-0. Lokomotif uap seri DD50 mempunyai berat 133 ton, panjang 20,737 m dan mampu melaju hingga kecepatan 40 km/jam. Lokomotif uap seri DD51 mempunyai berat 137 ton, panjang 20,737 m dan mampu melaju hingga kecepatan 40 km/jam (Seri DD 50 atau DD 51 mirip Lokomotif Uap Northern). Lokomotif Uap seri DD52 mempunyai daya 1850 HP (horse power), memiliki berat 136 ton, panjang 20,792 m dan mampu melaju hingga kecepatan 50 km/jam. Dengan spesifikasi teknis yang seperti itu, maka lokomotif DD50, DD51 dan DD52 merupakan lokomotif uap terbesar yang pernah beroperasi di Indonesia. Pada tahun 1916, Staatsspoorwegen memesan 8 unit lokomotif uap seri DD50 pabrik ALCO (American Locomotive Company, Amerika Serikat). Selanjutnya pada tahun 1919, SS kembali memesan 12 unit lokomotif uap seri DD51 ke pabrik ALCO dengan konstruksi yang sama dengan lokomotif DD50 namun dengan design teknis yang lebih baik. 5

Lokomotif uap seri DD50 dan DD51 mampu melaju hingga kecepatan 40 km/jam. Pada tahun 1923, SS kembali memesan lagi 10 unit lokomotif DD52 dengan konstruksi yang sama dengan lokomotif DD50/DD51 namun dengan kecepatan maksimum yang lebih tinggi yaitu 50 km/jam. Namun pemesanan lokomotif DD52 ini dilayangkan kepada 3 (tiga) pabrik lokomotif di Eropa (Hanomag/Jerman, Hartmann/Jerman and Werkspoor/Belanda). a. Kereta Api Pada Rel Bergigi di Sumatera Barat dan Ambarawa Di Indonesia pernah beroperasi kereta api pada rel bergigi di Sumatera Barat dan Ambarawa, yaitu kereta api yang beroperasi di daerah pegunungan dengan kemiringan lintas rel sebesar 6% (lintas kereta umumnya hanya sampai 1% saja). Kini kereta api tersebut masih dioperasikan untuk kepentingan pariwisata di Sumatera Barat dan Ambarawa. b. Bengkel Lokomotif Uap di Madiun Pada mulanya depo lokomotif uap ada di seluruh stasiun di Indonesia, seperti Tanahabang Jakarta, Bandung, Purwokerto, Kutoharjo, Pengok bengkel lokomotif di pulau Jawa Yogyakarta, Madiun, dan Gubeng (Surabaya), namun sejak pemerintah mengimpor lokomotif diesel, maka Madiun telah ditetapkan menjadi bengkel pusat lokomotif uap menggantikan bengkel Pengok. Sekarang lokasi di Madiun dipakai untuk PT. Industri Kereta Api (PT. INKA). c. Lokomotif Uap terakhir di Indonesia Pada tahun 1950, Pemerintah RI melalui DKA (Djawatan Kereta Api) mengimpor lokomotif uap yang terakhir yaitu seri D 52 dari pabrik Fried Krupp di Essen, Jerman sebanyak 100 buah dengan sistem kopel 2-8-2. Lokomotif ini sangat kuat (bertenaga 1600 HP) dan dipakai di berbagai kebutuhan untuk penumpang, barang maupun angkutan batu bara. Setelah beroperasi sekitar 30 tahun (D 52), maka pengoperasian lokomotif uap berakhir seiring dengan adanya era peralihan traksi uap 6

menjadi traksi diesel. Lokomotif uap yang masih tersisa berada di Ambarawa. d. Museum Kereta Api Pada masa peralihan traksi uap menjadi traksi diesel, beberapa lokomotif uap telah dibawa ke Ambarawa dan Taman Mini untuk dilestarikan dalam bentuk museum kereta api. Bagi para penggemar kereta api uap dapat melihat di museum kereta api di seluruh dunia, dan di Indonesia dapat dilihat di Taman Mini (DKI Jakarta), Museum Kereta Api Ambarawa (Jawa Tengah), atau Museum Kereta Api Sawahlunto (Sumatera Barat). 2.2 Bagian dari Lokomotif Uap a. Tungku pembakaran batu bara atau kayu b. Ketel uap air adalah tangki penampung air pada lokomotif. c. Roda penggerak adalah untuk menggerakkan lokomotif baik maju maupun mundur. d. Piston adalah sebagai penekan udara masuk dan penerima tekanan hasil pembakaran pada ruang bakar. e. Ruang masinis adalah tempat masinis untuk mengoperasikan dan mengendalikan laju lokomotif. f. Cerobong adalah tempat keluarnya asap pada lokomotif. g. Manometer untuk mengukur tekanan pada loko. 7

Gambar 2.1 Tungku Tempat Pembakaran Batu Bara Atau Kayu Sumber PG Porwodadi Magetan Gambar 2.2 Ketel Uap Air Sumber PG Pagotan Madiun 8

Gambar 2.3 Roda Penggerak Loko Sumber :http://gambar-transportasi.blogspot.co.id/2015/08/kereta-api-lokomotifuap.html Gambar 2.4 Piston Penggerak Roda Sumber PG.Pagotan Madiun 9

Gambar 2.5 Ruang Masinis Lokomotif Uap Sumber PG. Porwodadi Magetan Gambar 2.6 Cerobong Asap Loko Uap Sumber PG. Pagotan Madiun 10

Gambar 2.7 Manometer Sumber PG Pagotan Madiun 2.3 Sejarah Lokomotif Susu Loko susu adalah lokomotif yang berbahan bakar mengambil dari uap produksi ketel yang di modifikasi pada tahun 2010, oleh PG. Pagotan Madiun. Dinamakan Loko susu karena uap berwarna putih seperti susu, sehingga PG Pagotan memberi nama Lokomotif susu. Loko susu memanfaatkan bahan bakar uap produksi dari boiler Ketel Osro. Cara pengisian bahan bakarnya menyalurkan uap produksi boiler Ketel Osro dengan menghubungkan Steam Charger kedalam tangki loko susu selama 10 menit, bisa untuk operasional selama 3-4 jam dengan tekanan 12 Kg/cm 2. 11

2.4 Bagian dari Lokomotif Uap Maupun Lokomotif Susu Gambar 2.8 Sumber PG Pagotan Madiun Keterangan : Generator adalah untuk membangkitkan arus listrik pada lokomotif. Sand adalah tempat untuk keluar uap (uap buang). Safety valve adalah untuk pengaman tekanan cerobong. Throttle adalah sebagai pengatur buka tutupnya uap yang mau masuk ke piston penggerak roda. Steam Dome adalah tempat keluar uap (cerobong). Reservoir adalah tempat penampung air. Dry Steam To Cylinders adalah pipa untuk mengalirkan uap ke silinder. Exhaust Steam adalah sisa uap dari pembakaran pada lokomotif. Heavy Insulation adalah sebagai peredam panas pada body lokomotif. Charging connection adalah tempat untuk mengisi air pada lokomotif. Cylinder adalah untuk menggerakan roda pada lokomotif. Diameter roda loko susu 50 cm r = 25 cm Keliling lingkaran π r 2 3,14 x 25 2 = 1.962,5 cm atau kurang lebih 2M Jadi, sekali roda berputar maju atau mundur menempuh jarak 2 Meter 12

2.5 Bagian-bagian yang terdapat didalam lokomotif susu a. Piston uap air adalah untuk menggerakkan roda pada lokomotif b. Tangki penampung uap c. Steam Charging digunakan untuk mengisi bahan bakar uap produksi dari boiler. d. Roda penggerak adalah untuk menggerakkan lokomotif baik maju maupun mundur. e. Ruang masinis adalah tempat masinis untuk mengoperasikan dan mengendalikan laju lokomotif. f. Cerobong adalah tempat keluarnya asap pada lokomotif. g. Gelas ukur adalah untuk mengukur tekanan air didalam loko. h. Termometer adalah untuk mengukur suhu didalam boiler loko. i. Krancis digunakan untuk membuang air yang ada di silinder piston. Gambar 2.9 Silinder Mesin Lokomotif Susu Sumber PG Pagotan Madiun 13

Gambar 2.10 Tangki Penampung Uap Sumber PG Pagotan Madiun Gambar 2.11 Sistem Charging Sumber PG Pagotan Madiun 14

Gambar 2.12 Roda Penggerak Loko susu Sumber PG.Pagotan Madiun Gambar 2.13 Ruang Masinis Lokomotif Susu Sumber PG. Pagotan Madiun 15

Gambar 2.14 Cerobong Asap Lokomotif Susu Sumber PG. Pagotan Madiun Gambar 2.15 Gelas Ukur Lokomotif Susu Sumber PG. Pagotan Madiun 16

Gambar 2.16 Termometer Loko Susu Sumber PG. Pagotan Madiun Gambar 2.17 Krancis Loko Susu Sumber PG. Pagotan Madiun 17

2.6 Perhitungan yang digunakan Bahan bakar untuk ketel-ketel uap itu adalah tebu yang dihasilkan dari sisa pemerahan di gilingan atau duffuser. Ampas dari gilingan akhir dianalisa, sehingga diketahui nilai polarisasi dan kadar zat keringnya. Hasil analisa, selain digunakan untuk perhitungan neraca bahan, juga digunakan untuk menghitung nilai bakar bersih (NBB atau NCV = nett caloric value) dari ampas tersebut dengan menggunakan rumusnya von Pritzelwich van der Horst: NBB = 4.250-10 pa-48 ka (Sumber buku pengantar Injiniring pabrik gula Bab 8.1 Ketel Uap oleh : Toat Soemohandojo) dimana: NBB = nilai bakar bersih, dalam kcal pa = pol ampas gilingan akhir, dalam % ka = kadar zat cair dalam ampas gilingan akhir, dalam % Kadar zat cair = 100% - kadar zat kering (kzk), dimana kzk diperoleh dari analisa, sehingga:ka = 100 kzk Pada pabrik gula yang didesain secara modern,pemakaian uap hanya diperuntukkan terutama bagi turbin uap penggerak generator saja, karena penggerak gilingan dan peralatan pengerjaan pendahuluan, seperti pisau tebu, unigerator sudah menggunakan motor listrik. Dengan demikian pabriknya akan kelihatan berdih dan necis, tidak terdapat pipa uap yang biasanya malam melintang diatas gilingan dan lain-lainnya. Tromp menerangkan bahwa nilai 66% adalah nilai tertinggi yang sudah/pernah ditemukan. Hal ini sesuai/dengan nilai koefisien sekitar 0.99. Pada perang dunia 2, hal ini telah dipertimbangkan di kubabahwa efisiensi keseluruhan tidak pernah melebihi 61.3%dan mencapai nilai tersebut. Hanya diinstalasi terbaik tungku modern spreader-stoker memberikan efisiensi 83-88% (mengunakan ampas) dincv(nett caloric value)ketika dioperasikan pada ampas tebu dan 92-94% pada bahan bakar minyak (mengunakan residu). 18

Di queensland, tes dilansir oleh Behne memberi angka yang ditampilkan dalam Tabel 2.1 Tabel 2.1 Efisiensi boiler Type of boiler kg Steam/kg bagasse Overall efficiency Thompson 2.3 53.1 B. & W. 2.4 56.2 Semi-tubular 1.8 42.2 (Handbook of Cane Sugar; 938) 19

2.7 Perhitungan Volume Tangki Loko Susu Untuk menghitung volume tanki silinder dengan head tipe elipsoidal, maka digunakan rumus [Daniel K. Jones, Ph.D., P.E., 2002, Calculating Tank Volume, New York]: 2.8 Perhitungan Berat Uap Didalam Tangki Loko Susu Berat uap didalam tangki = massa jenis uap x Vf (Schaum s Outline of Theory and Problems of Applied Physics : 269) 20