2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P

dokumen-dokumen yang mirip
2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Te

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL. BAB

2012, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penang

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lemba

2016, No Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012); 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang

2017, No Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasi

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG TEKNIS PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FASILITASI PENANGANAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

2016, No Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementeria

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2012, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penang

IMPLEMENTASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG

Bercumbu Dengan Konflik RUU Penanganan Konflik Sosial Sebagai Solusi Penanggulangan Konflik di Indonesia

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENGGUNAAN BERAS REGULER DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN WALIKOTA TEGAL

2018, No Menteri Dalam Negeri tentang Kewaspadaan Dini di Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (

WALIKOTA TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 1 TAHUN22014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

Bercumbu Dengan Konflik RUU Penanganan Konflik Sosial Sebagai Solusi Penanggulangan Konflik di Indonesia

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

2016, No Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2012 tentang Veteran Republik Ind

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KOORDINASI PIMPINAN DI DAERAH DAN DI KECAMATAN

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2010 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH

BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

Transkripsi:

No.379, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Penanganan Konflik Sosial. Penggunaan dan Pengerahan. Kekuatan TNI. Bantuan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG BANTUAN PENGGUNAAN DAN PENGERAHAN KEKUATAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DALAM PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 52 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertahanan tentang Bantuan Penggunaan dan Pengerahan Kekuatan Tentara Nasional Indonesia dalam Penanganan Konflik Sosial; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik

2016, No.379-2- Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5315); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5658); Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI PERTAHANAN TENTANG BANTUAN PENGGUNAAN DAN PENGERAHAN KEKUATAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DALAM PENANGANAN KONFLIK SOSIAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Konflik Sosial yang selanjutnya disebut Konflik adalah perseteruan dan/atau benturan fisik dengan kekerasan antara dua kelompok masyarakat atau lebih yang berlangsung dalam waktu tertentu dan berdampak luas yang mengakibatkan ketidakamanan dan disintegrasi sosial sehingga mengganggu stabilitas nasional dan menghambat pembangunan nasional. 2. Penanganan Konflik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam situasi dan peristiwa baik sebelum, pada saat, maupun sesudah terjadi konflik yang mencakup pencegahan konflik, penghentian konflik, dan pemulihan pasca konflik.

-3-2016, No.379 3. Pencegahan Konflik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya konflik dengan peningkatan kapasitas TNI dan Satuan Komando Wilayah dan sistem peringatan dini. 4. Penghentian Konflik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri kekerasan, menyelamatkan korban, membatasi perluasan dan eskalasi konflik, serta mencegah bertambahnya jumlah korban dan kerugian harta benda. 5. Pemulihan Pascakonflik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengembalikan keadaan dan memperbaiki hubungan yang tidak harmonis dalam masyarakat akibat konflik melalui kegiatan berupa rekonsiliasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi. 6. Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat TNI, terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara adalah alat Negara yang bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara. 7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan. 8. Panglima Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disebut Panglima adalah perwira tinggi militer yang memimpin Tentara Nasional Indonesia. 9. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah. 10. Alat Peralatan adalah segala peralatan yang dioperasikan oleh Satuan Tugas TNI dalam penanganan konflik sosial. 11. Bantuan TNI adalah dukungan kekuatan TNI membantu pelaksanaan fungsi pemerintah dalam Penanganan Konflik Sosial pada kondisi dan situasi yang memerlukan sarana, alat, dan kemampuan TNI. 12. Penggunaan Kekuatan TNI adalah segala upaya, pekerjaan dan kegiatan untuk menggunakan kekuatan TNI dalam penyelenggaraan Penanganan Konflik Sosial yang dilaksanakan oleh Panglima TNI.

2016, No.379-4- 13. Pengerahan Kekuatan TNI adalah segala upaya, pekerjaan dan kegiatan untuk mengerahkan dan/atau memobilisasi kekuatan TNI dalam penyelenggaraan Penanganan Konflik Sosial secara nasional berdasarkan Keputusan Presiden. 14. Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah yang selanjutnya disebut Forkopimda adalah forum yang digunakan untuk membahas penyelenggaraan urusan pemerintahan umum. Pasal 2 Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI dan Pengerahan Kekuatan TNI berpedoman pada asas: a. tujuan, bahwa penyelenggaraan tugas Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI dan Pengerahan Kekuatan TNI memiliki rumusan tujuan/sasaran yang jelas, sehingga tidak menimbulkan keraguan dalam pencapaian tugas pokok; b. kesatuan komando dan pengendalian, bahwa pelaksanaan tugas bantuan Penggunaan Kekuatan TNI dan Pengerahan Kekuatan TNI kepada pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah berada dalam satu komando dan pengendalian; c. proporsional, bahwa kekuatan personel dan alat perlengkapan TNI yang dikerahkan dalam pelaksanaan tugas dilakukan secara sepadan, tidak berlebihan, memiliki standar tugas yang jelas, terhindar dari tindakan di luar batas kewajaran; d. keamanan, bahwa pelaksanaan tugas Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI dan Pengerahan Kekuatan TNI mulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan sampai dengan pengakhiran melakukan prosedur pengamanan; e. legitimasi, bahwa pelaksanaan tugas Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI dan Pengerahan Kekuatan TNI kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah di laksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

-5-2016, No.379 f. keterpaduan, bahwa tugas Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI dan Pengerahan Kekuatan TNI kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah diperlukan adanya persamaan persepsi yang tepat dan kesamaan pola tindak serta saling melengkapi; g. koordinasi, bahwa tugas Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI dan Pengerahan Kekuatan TNI kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah diperlukan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait secara terus menerus; h. tidak berpihak, bahwa pelaksanaan tugas Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI dan Pengerahan Kekuatan TNI memperlakukan masyarakat secara adil tanpa adanya keberpihakan suku, agama, ras, dan antargolongan; dan i. kemanusiaan, bahwa pelaksanaan tugas Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI dan Pengerahan Kekuatan TNI selalu mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional. Pasal 3 Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI dan Pengerahan Kekuatan TNI berpegang pada prinsip: a. atas perintah, bahwa pelaksanaan Pengerahan Kekuatan TNI dilakukan setelah adanya perintah dari Presiden; b. atas permintaan, bahwa pelaksanaan Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI dilakukan setelah adanya permintaan dari Pemerintah Daerah; c. antisipatif, bahwa Satuan TNI tanggap terhadap perkembangan situasi konflik di daerah; d. kecepatan dan ketepatan bertindak, bahwa pemberian bantuan Penggunaan Kekuatan TNI dan Pengerahan Kekuatan TNI dilaksanakan dengan cepat dan tepat untuk menghindari terjadinya konflik yang lebih luas; e. kekenyalan, bahwa pelaksanaan bantuan Penggunaan Kekuatan TNI dan Pengerahan Kekuatan TNI

2016, No.379-6- menyesuaikan dengan tugas terhadap dinamika situasi di lapangan; f. kesatuan komunikasi, bahwa komunikasi yang terintegrasi dan terpadu yang dilakukan bersama dengan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah; g. minimalisasi resiko, bahwa menggunakan cara bertindak dengan resiko paling minimal; dan h. pembelaan diri, bahwa penggunaan senjata atau tindakan kekerasan lainnya hanya sebagai jalan terakhir untuk mempertahankan/menyelamatkan diri dan nyawa orang lain. BAB II BANTUAN PENGGUNAAN DAN PENGERAHAN KEKUATAN TNI Bagian kesatu Umum Pasal 4 (1) Peran TNI dalam penanganan konflik sosial pada tahap: a. pencegahan konflik; b. penghentian konflik; dan c. pemulihan pasca konflik. (2) Peran TNI dalam pencegahan konflik dan pemulihan pascakonflik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf c dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsinya. (3) Peran TNI dalam penghentian konflik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan setelah adanya penetapan status keadaan konflik oleh Pemerintah Daerah atau Pemerintah. Pasal 5 (1) Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI dan Pengerahan Kekuatan TNI pada status keadaan konflik skala kabupaten/kota/provinsi/nasional dalam bentuk Satuan Tugas TNI.

-7-2016, No.379 (2) Satuan Tugas TNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diberi tugas lain sampai dengan berakhir masa tugasnya. (3) Satuan Tugas TNI dalam melaksanakan tugas tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI Paragraf 1 Pencegahan Konflik Pasal 6 (1) Peran TNI dalam pencegahan konflik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, dilaksanakan oleh Satuan Komando Kewilayahan TNI yang dikoordinasikan dengan Pimpinan Daerah. (2) Pencegahan konflik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disinergikan dengan program Pemerintah Daerah. (3) Dikoordinasikan dengan Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui upaya: a. memelihara kondisi damai dalam masyarakat; b. mengembangkan sistem penyelesaian perselisihan secara damai; c. meredam potensi konflik; dan d. membangun sistem peringatan dini. Pasal 7 Memelihara kondisi damai dalam masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf a dilaksanakan dengan kegiatan antara lain: a. penguatan kerukunan umat beragama; b. peningkatan forum kerukunan masyarakat; c. pembinaan kewilayahan; d. pendidikan dan pelatihan perdamaian; dan e. pendidikan bela negara dan wawasan kebangsaan;

2016, No.379-8- Pasal 8 Mengembangkan sistem penyelesaian perselisihan secara damai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf b dengan kegiatan antara lain: a. meningkatkan kesadaran hukum; b. sosialisasi peraturan perundang-undangan; c. penguatan lembaga dalam rangka sistem peringatan dini; dan d. penguatan akses kearifan lokal dan keserasian sosial. Pasal 9 Meredam potensi konflik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf c dilaksanakan dengan kegiatan antara lain: a. pendidikan agama dan penanaman nilai integrasi kebangsaan; dan b. bentuk kegiatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 10 (1) Membangun sistem peringatan dini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf d meliputi deteksi dini dan cegah dini. (2) Deteksi dini dan cegah dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan kegiatan: a. penelitian dan pemetaan wilayah potensi konflik dan/atau daerah konflik; b. penyampaian data dan informasi mengenai konflik secara cepat dan akurat; dan c. penguatan dan pemanfaatan fungsi intelijen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

-9-2016, No.379 Paragraf 2 Penghentian Konflik Pasal 11 Peran TNI dalam penghentian konflik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b dilaksanakan melalui: a. bantuan penggunaan kekuatan TNI; dan b. pengerahan kekuatan TNI. Pasal 12 (1) Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a dilaksanakan setelah adanya penetapan status keadaan konflik oleh pemerintah daerah. (2) Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan Standar Operasional Prosedur. (3) Standar Operasional Prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk: a. menghentikan kekerasan fisik; b. melaksanakan pembatasan dan penutupan kawasan konflik untuk sementara waktu; c. melaksanakan upaya pembatasan orang di luar rumah untuk sementara waktu; d. melaksanakan upaya pelarangan orang untuk memasuki kawasan konflik atau keluar dari kawasan konflik untuk sementara waktu; e. mengamankan objek vital nasional dan daerah serta sarana dan prasarana vital yang dimungkinkan menjadi sasaran massa; f. penyelamatan, evakuasi, dan identifikasi korban konflik; g. perlindungan terhadap kelompok rentan; h. upaya sterilisasi tempat yang rawan konflik; dan i. penyelamatan jiwa raga dan harta benda korban konflik.

2016, No.379-10- (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Standar Operasional Prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Panglima. Pasal 13 (1) Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI kepada Pemerintah Daerah dikoordinasikan dengan Kepolisian Republik Indonesia. (2) Dikoordinasikan dengan Kepolisian Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. tugas bantuan; b. wilayah tugas bantuan; c. kekuatan pasukan; d. lamanya waktu perbantuan; e. waktu pelaksanaan; f. administrasi dan logistik; dan g. komando dan pengendali. (3) Bantuan penggunaan kekuatan TNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam bentuk Satuan Tugas dengan alat peralatan organik satuan. (4) Pelaksanaan koordinasi bantuan TNI sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara teknis ditetapkan oleh Panglima TNI. Pasal 14 (1) Mekanisme permintaan Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI: a. bupati/walikota/gubernur dalam status keadaan konflik skala kabupaten/kota/provinsi meminta Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI secara lisan dan/atau tertulis kepada Presiden; b. permintaan Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI secara lisan dapat dilakukan melalui telepon; dan c. apabila permintaan Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI dilakukan secara lisan, dalam waktu paling lambat 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam harus ditindaklanjuti dengan permintaan secara tertulis.

-11-2016, No.379 (2) Permintaan Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI harus memuat: a. alasan permintaan bantuan; b. wilayah perbantuan; c. lamanya waktu pemberian bantuan; dan d. kesiapan dukungan logistik oleh pemerintah daerah yang meminta bantuan. Paragraf 3 Pemulihan Pascakonflik Pasal 15 (1) Peran TNI dalam pemulihan pascakonflik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c dilaksanakan atas permintaan Pemerintah Daerah untuk: a. membantu rehabilitasi pemulihan dan perbaikan kondisi sosial, psikologis trauma konflik, perbaikan kondisi lingkungan dan memberikan pelayanan kesehatan; dan b. membantu rekonstruksi membangun kembali sarana dan prasarana umum dan tempat tinggal masyarakat yang rusak akibat konflik. (2) Pemulihan pascakonflik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Satuan TNI sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Bagian Ketiga Pengerahan Kekuatan TNI Pasal 16 (1) Pengerahan Kekuatan TNI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b dilaksanakan untuk menghentikan konflik dalam status keadaan konflik skala nasional. (2) Pengerahan Kekuatan TNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan wewenang Presiden setelah berkonsultasi dengan Pimpinan DPR.

2016, No.379-12- (3) Berkonsultasi dengan Pimpinan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Menteri memberikan dukungan administrasi dan saran pertimbangan kepada Presiden. (4) Menteri memberikan dukungan administrasi dan saran pertimbangan kepada Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibantu oleh satuan kerja terkait di lingkungan Kementerian Pertahanan yang dikoordinasikan oleh Direktur Jenderal Strategi Pertahanan dalam hal ini Direktur Pengerahan. Pasal 17 Tugas bantuan penggunaan dan pengerahan kekuatan TNI berakhir apabila: a. telah dilakukan pencabutan penetapan status keadaan Konflik; atau b. berakhirnya jangka waktu status keadaan Konflik. Pasal 18 Mekanisme Pengerahan Kekuatan TNI: a. Menteri menerima perintah dari Presiden setelah berkonsultasi dengan Pimpinan DPR untuk mengerahkan kekuatan TNI dalam Penanganan Konflik Sosial; b. Menteri menyampaikan perintah Presiden kepada Panglima untuk menyiapkan satuan TNI yang digunakan dalam Penanganan Konflik Sosial; dan c. Menteri menyusun kebutuhan dukungan logistik dan administrasi pelaksanaan tugas. BAB III KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB Pasal 19 (1) Dalam hal pemberian Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI dan Pengerahan Kekuatan TNI Menteri berwenang: a. merumuskan kebijakan umum Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI dan Pengerahan Kekuatan TNI dalam Penanganan Konflik Sosial;

-13-2016, No.379 b. menetapkan kebijakan anggaran untuk Kementerian Pertahanan dan TNI; dan c. koordinasi dengan kementerian/lembaga terkait tentang penyusunan kebijakan Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI dan Pengerahan Kekuatan TNI. (2) Dalam hal pemberian Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI dan Pengerahan Kekuatan TNI Panglima berwenang: a. merumuskan dan menetapkan kebijakan teknis Penggunaan Kekuatan TNI untuk melaksanakan tugas Penanganan Konflik Sosial; b. menetapkan susunan organisasi, kekuatan, sarana prasarana yang dibawa dan dukungan Satuan TNI dalam Penanganan Konflik Sosial; c. mengkoordinasikan teknis pelaksanaan kekuatan TNI dalam Penanganan Konflik Sosial dengan instansi terkait dan Pemerintah Daerah; dan d. mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI atau Pengerahan Kekuatan TNI dalam Penanganan Konflik Sosial. (3) Menteri dan Panglima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dalam melaksanakan kewenangan bertanggungjawab kepada Presiden. BAB IV PENDANAAN Pasal 20 (1) Pendanaan Bantuan Penggunaan Kekuatan TNI dan Pengerahan Kekuatan TNI bersumber dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; dan b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. (2) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disediakan untuk pencegahan konflik, penghentian konflik dan pemulihan pasca konflik.

2016, No.379-14- (3) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. BAB V MONITORING DAN EVALUASI Pasal 21 (1) Kementerian Pertahanan dan TNI sesuai kewenangannya melakukan monitoring dan evaluasi secara sinergis, terkoordinasi, terus menerus, berkala, dan terukur terhadap pelaksanaan Penanganan Konflik Sosial. (2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Pada saat berlakunya Peraturan Menteri ini, teknis pelaksanaan yang diperlukan diatur lebih lanjut oleh masingmasing pejabat dilingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI baik secara bersama maupun sendiri menurut bidang tugasnya. Pasal 23 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

-15-2016, No.379 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Maret 2016 MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd RYAMIZARD RYACUDU Diundangkan di Jakarta pada tanggal 8 Maret 2016 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd WIDODO EKATJAHJANA