I. PENDAHULUAN. Belanda yang ingin menjadikan Papua Barat sebagai Boneka atau pergolakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PEMBENTUKAN PROPINSI IRIAN BARAT BENTUK BARU (Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1962 Tanggal 1 Januari 1962)

BAB 11 PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MEREBUT IRIAN BARAT. Kata Kunci

BAB VII PENYERAHAN ADMINISTRASI PAPUA BARAT

BAB II OTONOMI KHUSUS DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA MENURUT UUD A. Pemerintah Daerah di Indonesia Berdasarkan UUD 1945

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

IRIAN JAYA ATAU PAPUA ADALAH INDONESIA..

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 KONSEP DESAIN Profil Target Komunikasi Laki-laki dan perempuan tahun Semua status ekonomi

MASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

Pendahuluan BAB I. 1. Latar Belakang

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA. A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1993 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II JAYAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II HALMAHERA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 173, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 45 TAHUN (45/1999) Tanggal: 4 OKTOBER 1999 (JAKARTA)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1956 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM PROPINSI IRIAN BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015 OPERASI MANDALA DALAM RANGKA PEMBEBASAN IRIAN BARAT : PASANG SURUT HUBUNGAN INDONESIA - BELANDA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Materi Sejarah Kelas XII IPS

BAB I PENDAHULUAN. banyak suku dan bahasa dan juga memiliki kebiasaan dan kebudayaan yang berbeda-beda. Di

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SD kelas 5 - ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB 9. KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIALATIHAN SOAL BAB 9. Dwi tunggal. Tri Tunggal. Catur Tunggal.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1961 TENTANG PERSETUJUAN ATAS TIGA KONVENSI JENEWA TAHUN 1958 MENGENAI HUKUM LAUT

MENGAPA TAPOL DI PAPUA TOLAK RENCANA PEMBERIAN GRASI?

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB XIII KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

the period established by the present Agreement.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL RAJA AMPAT TAHUN 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang

BERBAGAI ANCAMAN TEHADAP KEUTUHAN NKRI (6 X 40 Menit)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANJUNG PINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

(1) PENCERMATAN DAN PERNYATAAN

Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB 1. PERKEMBANGAN SISTEM ADMINISTRASI WiLAYAH INDONESIALatihan Soal 1.1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

Denhaag - Belanda 23 Agustus - 2 Nopember 1949

TERBENTUKNYA GAM DAN RMS SEBAGAI BUKTI LEMAHNYA PENERAPAN PANCASILA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANJUNG PINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG DAN PERANG DUNIA II

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 7: SEJARAH PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA. PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SEJARAH DAN PENGARUH MILITER DALAM KEPEMIMPINAN DI INDONESIA

Dari pernyataan di atas, pernyataan yang merupakan hasil dari siding PPKI adalah.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Marjinalisasi dan Afirmasi

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 5. A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan evolusi batas maritim nasional di Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dunant. Bemula dari perjalanan bisnis yang Ia lakukan, namun pada. Kota kecil di Italia Utara bernama Solferino pada tahun 1859.

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEADILAN UNTUK MASYARAKAT PAPUA

PEMERINTAHAN AWAL KOLONI AUSTRALIA

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian New York 1962, merupakan upaya pemerintah Indonesia untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan kedaulatan NKRI. Usaha ini mendapatkan banyak sekali tantangan, baik itu dari pengklaiman Kerajaan Belanda yang ingin menjadikan Papua Barat sebagai Boneka atau pergolakan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi yang berada di wilayah Papua Barat itu sendiri yang hendak memisahkan Papua Barat dari NKRI. Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, 17 Agustus 1945, Indonesia mengklaim seluruh wilayah Hindia Belanda, termasuk wilayah barat Pulau Papua. Namun demikian, pihak Belanda menganggap wilayah itu masih menjadi salah satu propinsi Kerajaan Belanda, sama dengan daerah-daerah lainnya 1. Pemerintah Belanda kemudian memulai persiapan untuk menjadikan Papua negara merdeka selambat-lambatnya pada tahun 1970-an. Namun pemerintah Indonesia menentang hal ini dan Papua menjadi daerah yang diperebutkan antara Indonesia dan Belanda. Hal ini kemudian dibicarakan dalam beberapa pertemuan dan dalam berbagai forum internasional. Dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949, Belanda dan Indonesia tidak berhasil mencapai 1 Neles Tebay. Human Rights in Papua: An overview (Conference Autonomy for Papua Opportunity or Illusion?, 04-05.06.2003. Diakses pada 12 Maret 2008.

2 keputusan mengenai Papua Barat, namun setuju bahwa hal ini akan dibicarakan kembali dalam jangka waktu satu tahun. Pada bulan Desember 1950, PBB memutuskan bahwa Papua Barat memiliki hak merdeka sesuai dengan pasal 73e Piagam PBB. 2 Karena Indonesia mengklaim Papua Barat sebagai daerahnya, maka Belanda mengundang Indonesia ke Mahkamah Internasional untuk menyelesaikan masalah ini. Sebagai kelanjutannya, pada tahun 1956 Indonesia membentuk Provinsi Irian Barat dengan ibukota di Soasiu yang berada di Pulau Halmahera, dengan gubernur pertamanya, Zainal Abidin Syah. 3 Selain itu juga diadakan berbagai pemilihan umum untuk memilih perwakilan rakyat Papua dalam pemerintahan, mulai dari tanggal 9 Januari 1961 di 15 distrik. Hasilnya adalah 26 orang wakil yang terbagi atas: 16 laki-laki dipilih, 23 orang Papua asli laki-laki, dan 1 wanita. Dewan Papua ini dilantik oleh gubernur Pieter J. Platteel 4 pada tanggal 1 April 1961, dan mulai menjabat pada 5 April 1961. Pelantikan ini dihadiri oleh wakil-wakil dari 2 Chapter xi: Declaration Regarding non-self-governing Territories Article 73e: to transmit regularly to the Secretary-General for information purposes, subject to such limitation as security and constitutional considerations may require, statistical and other information of a technical nature relating to economic, social, and educational conditions in the territories for which they are respectively responsible other than those territories to which Chapters XII and XIII apply. 3 Zainal Abidin Syah adalah Gubernur pertama Papua yang berkuasa dari tahun 1956 sampai tahun 1961. Saat panasnya hubungan antara Belanda dan Indonesia yang mempermasalahkan Irian Barat, ia diangkat menjadi gubernur provinsi Irian Jaya dengan ibukota di Soasiu, Halmahera. Dikutip dari: http://id.wikipedia.org/wiki/zainal_abidin_syah, diakses pada tangga, 13 Maret 2009. 4 Menurut Besluit tersebut, Gubernur menyelenggarakan pemerintah umum atas nama Ratu Belanda di Nieuw Guinea (Title I Pasal I). Gubernur menyelenggarakan pemerintahanpemerintahan umum di Nieuw Guinea atas nama dan sebagai wakil Ratu Belanda sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ketatanegaraan itu, dan dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk Ratu (Pasal 29) Gubernur diangkat dan diberhentikan oleh Ratu Belanda (Pasal 11). Selama masa pemerintahan Nederland Nieuw Guinea, jabatan Gubernur berturut-turut dipegang oleh S. L. J. van Waardenburg (awal 1950 - Maret 1953), J. van Baal (April 1953 - April 1958) dan terakhir Pieter J. Platteel (Mei 1958 dan September 1962). Dikutip dari: http://www.geocities.com/opmirja/main21.htm, diakses 13 Maret 2009. 2

3 Australia, Britania Raya, Perancis, Belanda, dan Selandia Baru. Amerika Serikat diundang tapi menolak untuk hadir. Kemudian, Dewan Papua mengadakan pertemuan pada tanggal 19 Oktober 1961 untuk memilih sebuah komisi nasional untuk kemerdekaan, bendera Papua, lambang negara, lagu kebangsaan ("Hai Tanahkoe Papua") 5, dan nama Papua. Pada tanggal 31 Oktober 1961, bendera Papua dikibarkan untuk pertama kali dan manifesto kemerdekaan diserahkan kepada gubernur Pieter J. Platteel. Belanda mengakui bendera dan lagu kebangsaan Papua pada tanggal 18 November 1961, dan peraturan-peraturan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Desember 1961. Pada 19 Desember 1961, Soekarno menanggapi pembentukan Dewan Papua ini dengan menyatakan Trikora di Yogyakarta 6, yang isinya adalah: 1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan kolonial Belanda. 2. Kibarkan Sang Saka Merah Putih di seluruh Irian Barat 3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum, mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air bangsa. Sejalan dengan ketegasan pemerintah Indonesia untuk merebut wilayah Irian Barat dari penjajah Belanda, unsur- unsur kekuatan militer Belanda di Irian Barat bertambah dengan pesat. 5 Kutipan dari situs: http://belajarprestasi.blogspot.com/2009/01/peristiwa-trikora.html, diakses 7 April 2009. 6 Situs Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia. Konflik Papua Barat: http://id.wikipedia.org/wiki/konflik_papua_barat, diakses 19 Januari 2009. 3

4 Karena kekhawatiran bahwa pihak komunis akan mengambil keuntungan dalam konflik ini, Amerika Serikat mendesak Belanda untuk berunding dengan Indonesia. Karena usaha ini, tercapailah persetujuan New York pada tanggal 15 Agustus 1962. Pemerintah Australia yang awalnya mendukung kemerdekaan Papua juga mengubah pendiriannya dan mendukung penggabungan dengan Indonesia atas desakan AS. Tanggal 15 Agustus 1962, perundingan antara Indonesia dan Belanda dilaksanakan di Markas Besar PBB di New York. Perundingan yang diprakarsai oleh PBB itu, Indonesia diwakili oleh Soebandrio dan Belanda diwakili oleh Jan Herman van Roijen dan C.W.A. Schurmann. Hasil dari perundingan tersebut menghasilkan poin-poin sebagai berikut (selengkapnya terlampir): 1. Belanda akan menyerahkan pemerintahan Papua bagian barat kepada UNTEA 7, yang didirikan oleh Sekretaris Jenderal PBB. UNTEA kemudian akan menyerahkan pemerintahan kepada Indonesia. 2. Bendera PBB akan dikibarkan selama masa peralihan. 3. Pengibaran bendera Indonesia dan Belanda akan diatur oleh perjanjian antara Sekretaris Jenderal PBB dan masing-masing pemerintah. 4. UNTEA akan membantu polisi Papua dalam menangani keamanan. Tentara Belanda dan Indonesia berada di bawah Sekjen PBB dalam masa peralihan. 7 UNTEA, atau singkatan dari United Nations Temporary Executive Authority, adalah sebuah badan pelaksana sementara PBB yang berada dibawah kekuasaan sekretaris jendral PBB. UNTEA dikepalai oleh seorang yang diangkat oleh sekjen PBB dengan persetujuan antara Indonesia dan Belanda dan bertugas menjalankan pemerintahan Irian Barat dalam waktu satu tahun. UNTEA dibentuk karena terjadinya konflik antara Indonesia dan Belanda dalam permasalahan status Irian Barat, sehingga badan ini merupakan pengawas di Irian Barat setelah persetujuan New York. Tugas-tugas pokok UNTEA: (1) Menerima penyerahan pemerintahan atau wilayah Irian Barat dari pihak Belanda, (2) Menyelenggarakan pemerintahan yang stabil di Irian Barat selama suatu masa tertentu, (3) Menyerahkan pemerintahan atas Irian Barat kepada pihak Republik Indonesia. 4

5 5. Indonesia, dengan bantuan PBB, akan memberikan kesempatan bagi penduduk Papua bagian barat untuk mengambil keputusan secara bebas melalui: a. Musyawarah dengan perwakilan penduduk Papua bagian barat b. Penetapan tanggal penentuan pendapat c. Perumusan pertanyaan dalam penentuan pendapat mengenai kehendak penduduk Papua untuk i. Tetap bergabung dengan Indonesia; atau ii. Memisahkan diri dari Indonesia d. Hak semua penduduk dewasa, laki-laki dan perempuan, untuk ikut serta dalam penentuan pendapat yang akan diadakan sesuai dengan standar internasional 6. Penentuan pendapat akan diadakan sebelum akhir tahun 1969. Pada tanggal 1 Mei 1963, UNTEA menyerahkan pemerintahan Papua Barat kepada Indonesia. Ibukota Hollandia dinamai Kota Baru dan pada 5 September 1963, Papua Barat dinyatakan sebagai "daerah karantina". Pemerintah Indonesia membubarkan Dewan Papua dan melarang bendera Papua dan lagu kebangsaan Papua. Keputusan ini ditentang oleh banyak pihak di Papua, dan melahirkan Organisasi Papua Merdeka atau OPM pada 1965. Untuk meredam gerakan ini, dilaporkan bahwa pemerintah Indonesia melakukan berbagai tindakan pembunuhan, penahanan, penyiksaan, dan pemboman udara. Menurut Amnesty International, lebih dari 100.000 orang Papua telah tewas dalam kekerasan ini. OPM sendiri juga memiliki tentara dan telah melakukan berbagai tindakan 5

6 kekerasan. Pada tahun 1969, diselenggarakan Pepera yang diatur oleh Jenderal Sarwo Edhi Wibowo. 8 Menurut anggota OPM Moses Werror 9, beberapa minggu sebelum Pepera, Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ABRI menangkap para pemimpin rakyat Papua Barat dan mencoba membujuk mereka dengan cara sogokan dan ancaman untuk memilih penggabungan dengan Indonesia. Pepera ini disaksikan oleh dua utusan PBB, namun mereka meninggalkan Papua Barat setelah 200 suara (dari 1054 10 ) untuk integrasi. Hasil pelaksanaan Pepera adalah, Papua Barat bergabung dengan Indonesia dengan menjadi provinsi ke-26 Indonesia dengan nama, Irian Jaya. Setelah Papua Barat digabungkan dengan Indonesia, maka Pemerintah Indonesia mengambil posisi sebagai berikut: 1. Papua Barat telah menjadi daerah Republik Indonesia sejak 17 Agustus 1945 namun masih dipegang oleh Belanda. 2. Belanda berjanji menyerahkan Papua Barat kepada Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar. 8 Dikutip dari: http://wapedia.mobi/id/operasi_trikora?t=5., diakses 20 Maret 2009. 9 He was born on June 7, 1936 in Moor Island in western New Guinea now Irian Jaya. He had imagined of himself being a sailor, sailing around the world and visiting many new places. (dia dilahirkan pada tanggal 7 Juni 1936 di Pulau Moor di sebelah barat New Guinea yang sekarang di sebut Irian Barat/Irian Jaya. Dia memiliki pembayangan untuk dirinya sendiri menjadi seorang pelaut, berlayar berkeliling dunia dan mengunjungi tempat-tempat baru. (http://www.irja.org/history/moses.htm) 10 Dengan Perincian sebagai berikut: Kabupaten Merauke (175 orang), Kabupaten Fak-Fak (75 orang), Kabupaten Sorong (110 orang), Kabupaten Manokwari (75 orang), Kabupaten Paniai (175 orang), Kabupaten Teluk Cenderawasih (130 orang), Kabupaten Jayawijaya (175 orang), Kabupaten Jayapura (110 orang). Totalnya adalah : 1025 Orang. Data ini bersumber dari: Dikutip dari tulisan, G.K.T.Ninati, Sep 18, 2005, mengenai Jalannya Pepera 1969 (Act Of Free Choice) Di Papua Barat dari situs: http://www.melanesianews.org/spm/publish/printer_1195.shtml, diakses pada tanggal, 5 September 2009, pukul 11.00 pm WIB. 6

7 3. Penggabungan Papua Barat dengan Indonesia adalah tindakan merebut kembali daerah Indonesia yang dikuasai Belanda. 4. Penggabungan Papua Barat dengan Indonesia adalah kehendak rakyat Papua. Pada tahun 1980-an, Indonesia memulai gerakan transmigrasi, di mana puluhan ribu orang dari pulau Jawa dan Sumatera dipindahkan ke Provinsi Papua Barat dalam jangka waktu 10 tahun. Penentang program ini mencurigai usaha Indonesia untuk mendominasi Provinsi PapuaBarat dengan cara memasukkan pengaruh pemerintah pusat. Pada tahun 2000, presiden Abdurrahman Wahid memberi otonomi khusus kepada Provinsi Papua Barat untuk meredam usaha separatis. Provinsi ini kemudian dibagi dua menjadi Provinsi Papua Barat dan Irian Jaya Barat melalui instruksi Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2001 11. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka yang menjadi pokok permasalahan yang akan dianalisis adalah: 1. Apakah perjanjian New York ( New York Agreement) Tahun 1962 memiliki kekuatan mengikat berdasarkan ketentuan yang ada dalam Hukum Perjanjian Internasional, dan bagaimana akibat hukum dari perjanjian tersebut? 2. Apakah Pepera yang dilaksanakan pada tahun 1969, dapat digunakan sebagai dasar integrasi wilayah bagi rakyat Papua Barat ke dalam wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia? 11 Dikutip dari: http://forumbebas.com/thread-19840.html, diakses 20 Maret 2009. 7

8 C. Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai kekuatan mengikat Perjanjian New York ( New York Agreement) 1962 dalam penyelesaian masalah Papua Barat. 2. Menjelaskan kekuatan Pepera yang dilaksanakan pada tahun 1969 apakah dapat digunakan sebagai dasar integrasi wilayah bagi rakyat Papua Barat ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia? D. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan hukum khususnya Hukum Perjanjian Internasional, sehingga dapat dijadikan bahan bacaan bagi umum dan sumber bacaan. 2. Kegunaan Praktis (1) Memberikan informasi mengenai keabsahan sebuah perjanjian internasional dan seberapa kuat perjanjian tersebut mengikat Negara yang berjanji serta keberlangsungannya selama ini di Papua Barat. (2) Sebagai bahan dan wacana untuk pengembangan hukum terutama mengenai Perjanjian Internasional. E. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam memahami penulisan skripsi ini, maka secara keseluruhan sistematikanya sebagai berikut: 8

9 BAB I PENDAHULUAN Memuat latar belakang penulisan dan memuat sejarah dalam latar belakang tersebut, penulis menarik pokok permalahan serta menyebutkan kegunaan dan tujuan penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini merupakan pengantar terhadap pengertian-pengertian judul dari skripsi yang juga memuat pengertian perjanjian Internasional secara umum maupun secara detail serta memuat mengenai Hukum Perjanjian Internasional secara jelas dan padat dan juga menampilkan gambaran umum mengenai sejarah perjanjian New York 1962 yang diberlakukan di Irian Barat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang metode yang digunakan dalam penelitian, meliputi pendekatan masalah, sumber dan jenis data, teknik pengumpulan dan pengolahan dan serta analisis data. BAB IV PEMBAHASAN Bab ini berisi pembahasan yang mengemukakan hasil penelitian yaitu mengenai Keberlakuan Perjanjian New York Tahun1962 bagi Rakyat Irian Barat terhadap kekuatan Perjanjian Internasional BAB V KESIMPULAN Pada bab ini adalah penutup dari hasil penelitian yang berisikan kesimpulan dan saran-saran dari penulis mengenai permasalahan yang dibahas. BAB VI DAFTAR PUSTAKA Memuat segala referensi sumber yang berkaitan dengan tulisan. 9