BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

Kualitas Hidup Lansia di Graha Residen Senior Karya Kasih Medan, Sumatera Utara Ismu Raudhah

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentuk-bentuk dukungan keluarga terhadap lansia (

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

BAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. gerakan gerakan shalat yang meliputi berdiri, ruku, sujud, dan duduk adalah

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. membuatnya depresi. Depresi menjadi masalah kesehatan jiwa yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. mendorong pemerintah dalam merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerang penduduk di dunia. Saat ini prevalensi DM di dunia diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. pengobatan dan peralatan (Busse, Blumel, Krensen & Zentner, 2010).Robertson

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tingkat depresi terhadap kualitas hidup lanjut usia. Penelitian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jaringan lunak secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri maupun

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

Hubungan antara Fungsi Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia di Kelurahan Wirobrajan Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan jumlah lanjut usia akan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

BAB I PENDAHULUAN. cepat dibandingkan kelompok umur lainya. 1 Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Menurut Renwick dan Brown (1995), seseorang dikatakan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2020 Indonesia diperkirakan merupakan negara urutan ke-4

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia adalah seseorang yang mengalami usia lanjut. Para ahli membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia biologis (Nawawi, 2009). Pada lansia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fungsi tubuh atau proses degeneratif (Depkes, 2008). Penyakit degeneratif tersebut salah satunya adalah hipertensi. Hipertensi merupakan terjadinya peningkatan secara abnormal dan terus menerus tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal (Levine & Fodor, 2003). Perubahan fisik yang cenderung mengalami penurunan tersebut akan menyebabkan berbagai gangguan secara fisik sehingga mempengaruhi kesehatan, serta akan berdampak pada kualitas hidup. Perubahan yang paling menonjol adalah depresi, kesedihan, dan kecemasan sehingga tidak mampu menikmati sisa hidup (Nawawi, 2009). WHO mencatat bahwa dari tahun 2000 sampai tahun 2050, populasi penduduk di dunia yang berusia 60 tahun ke atas lansia akan menjadi lebih dari tiga kali lipat. Dan diperkirakan, pada tahun 2050, sekitar 80% orang tua akan hidup di negara-negara berkembang. 1

Prevalensi hipertensi di seluruh dunia diperkirakan sekitar 15-20%, di Asia diperkirakan sekitar 8-18% dan di Indonesia diperkirakan sekitar 95 per 1000 penduduk pada tahun 1995 dan meningkat pada tahun 2001 menjadi 110 per 2000 penduduk (Riyadi dkk, 2007). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, hipertensi pada usia >18 tahun di Indonesia sebesar 31,7 %, dan hanya 0,4 % kasus yang sudah minum obat anti hipertensi. Sehingga 76% kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan oleh peneliti di Panti Sosial diperoleh data mengenai jumlah lansia sebanyak 88 orang lansia, dengan permasalahan hipertensi sebanyak 24 lansia dengan persentase 27,3 % sedangkan di p sebanyak 108 lansia dengan hipertensi sebesar 24 lansia dengan persentase 22,2 %.. Peneliti juga mendapat data subjektif dari para lansia yang berada di panti wreda mengatakan bahwa lebih nyaman tinggal di dalam panti wreda karena lebih banyak teman, waktu makan dan kontrol kesehatan kesehatan teratur. Namun sering merasa kesepian dan mengingat keluarga. Lansia di luar panti wreda juga mengatakan bahwa lebih nyaman tinggal bersama keluarga karena bisa berkumpul, namun jarang melakukan kontrol kesehatan selain setiap bulan di posyandu. Perubahan yang yang terjadi terkadang menimbulkan stres pada lansia. Perubahan yang paling menonjol adalah depresi, kesedihan, dan 2

kecemasan sehingga tidak mampu menikmati sisa hidup (Nawawi, 2009). Stres merupakan suatu ancaman nyata atau yang dirasakan yang tertuju pada kondisi fisik, emosi dan sosial seseorang. Stres yang berlangsung secara berkepanjangan bisa berakibat serius, termasuk kemungkinan penyakit jantung, hipertensi, stroke, dan kanker (Tamher & Noorkasiani, 2012). Berdasarkan munculnya masalah kesehatan pada lansia terdapat pelayanan kesehatan pada usia lanjut terdiri di dalam panti seperti panti jompo (panti wreda) dan luar panti seperti posyandu lansia. Pelayanan kesehatan usia lanjut di masyarakat (Community Based Geriatri service), pelayanan usia lanjut di masyarakat Berbasis Rumah Sakit (Hospital Based Community Geriatric Service) dan Layanan Kesehatan Usia Lanjut Berbasis Rumah Sakit (Hospital Based Geriatric Service) (Setiati, 2007). Menurut Tamher & Noorkasiani (2012), salah satu usaha sosial dari pemerintah untuk tetap melakukan pembinaan terhadap kesejahteraan lansia adalah melalui didirikannya panti wreda. Pelayanan lansia meliputi pelayanan yang berbasiskan pada keluarga, masyarakat dan lembaga. Pelayanan berbasis keluarga dan masyarakat cenderung sulit dipisahkan, sehingga terdapat pengelompokan secara umum terhadap lansia, yaitu lansia dengan pelayanan komunitas (non panti) dan lansia dengan pelayanan panti. Pelayanan komunitas (non panti) misalnya posyandu lansia, yang memberikan pelayanan seperti pengecekan kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Demartoto, 2007). 3

Pelayanan berbasis lembaga yang umum dikenal masyarakat adalah panti sosial bagi lansia atau yang biasa disebut panti wreda (Tira, 2009). Pelayanan ini dapat diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Pada umunya panti wreda memberikan akomodasi dan pelayanan jangka panjang bagi lansia yang tidak mempunyai keluarga dan tidak mampu menyewa rumah sendiri serta lansia yang mengalami masalah hubungan dengan keluarga atau tidak ingin membebani keluarganya (Dermatoto, 2007). Pelayanan berbasis lembaga dan masyarakat tersebut mempunyai kegiatan. Kegiatan yang dilakukan lansia di panti tidak jauh berbeda dengan kegiatan lansia di komunitas dan memberikan manfaat bagi lansia itu sendiri, kegiatan tersebut misalnya: pemeriksaan kesehatan, pengajian, pelatihan keterampilan, rekreasi bersama terhadap pertolongan medis, kegiatan spritual serta kesempatan berekreasi serta mendapat ketrampilan baru sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia (WHO, 1996).Lansia dengan pelayanan panti lebih merasa senang tinggal di panti karena banyak mendapat teman (Nawawi, 2009), karena mereka memiliki teman-teman sebaya sebagai pemberi dukungan sosial. Selain itu, mereka juga mendapat dukungan dari keluarganya, sehingga masing-masing tempat tinggal memberikan dukungan yang cukup bagi lansia (Ermawati., at al, 2010). Kedua pelayanan tersebut akan memberikan pengaruh yang berbeda pada lansia ditinjau dari aspek biologis, psikologis, sosial dan lingkungannya (WHO, 1996). Kesehatan biologis lansia dipanti cenderung 4

lebih terjamin, sedangkan di komunitas sangat dipengaruhi oleh dukungan sosial di sekitarnya serta akses terhadap pelayanan kesehatan. Ditinjau dari aspek psikologis, lansia di keluarga cenderung mendapatkan kebutuhan psikologis yang lebih baik dari pada lansia yang berada di panti. terhadap pelayanan kesehatan. Ditinjau dari aspek psikologis, lansia di keluarga cenderung mendapatkan kebutuhan psikologis yang lebih baik dari pada lansia yang berada di panti. Menurut Desmita (2009), menyatakan bahwa sesuai teori psikososial Erikson, lansia berada pada tahap perkembangan yang terakhir yaitu integritas. Integritas merupakan suatu keadaan dimana seseorang telah penyesuaian diri terhadap berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam hidupnya. Lawan dari integritas adalah keputusan tertentu dalam menghadapi perubahan dalam berbagai siklus kehidupan individu. Persamaan kelompok usia yang mendominasi antara lansia dipanti dan komunitas mengindikasikan bahwa tahap perkembangan psikososial antara kedua kelompok responden juga sama. Dengan adanya penyesuaian diri terhadap berbagai perubahan dalam aspek hidupnya, lansia akan cenderung melakukan penerimaan terhadap keadaan dirinya (Crain, 2007). Penelitian Tanner et.al., dalam Journal of Housing for the Elderly, Vol 22 (3), 2008 menyatakan bahwa ketersediaan tempat tinggal khusus yang sudah dimodifikasi sesuai dengan keadaan fisik lansia yang bersangkutan dapat meningkatkan kualitas hidup. Perawatan lansia bukanlah hal baru di Indonesia, saat ini dapat ditemui beberapa fasilitas panti jompo yang dikelola oleh Departemen Sosial dan swasta. Kualitas pelayanan, jenis 5

pelayanan dan jangkauan oleh lansia adalah hal penting yang harus ditingkatkan, agar tujuan meningkatnya kualitas hidup lansia. Lanjut usia yang tinggal bersama keluarga memiliki kualitas hidup yang lebih baik daripada lanjut usia yang tinggal dipanti wreda. Hal ini dikarenakan lanjut usia yang tinggal bersama keluarga di rumah tidak hanya mendapatkan perawatan fisik, namun juga mendapatkan kasih sayang, kebersamaan, interaksi atau komunikasi yang baik, dan menerima bantuan dari keluarga yang semuanya itu merupakan fungsi dari keluarga, (Mahareza, 2008). Menurut Elizabeth et al., (2006), lansia yang pindah ke tempat tinggal yang baru seperti panti wreda, terdapat kemungkinan munculnya kesulitan beradaptasi sehingga mereka merasa stres, kehilangan kontrol atas hidupnya, dan kehilangan identitas diri yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap Quality of Life (QoL). Peneliti juga melakukan wawancara untuk mendapatkan data subjektif dari para lansia yang berada di panti wreda mengatakan bahwa lebih nyaman tinggal di dalam panti wreda karena lebih banyak teman, waktu makan dan kontrol kesehatan kesehatan teratur, namun sering merasa kesepian dan mengingat keluarga. Sedangkan, lansia yang berada di luar panti wreda juga mengatakan bahwa lebih nyaman tinggal bersama keluarga karena bisa berkumpul, namun jarang melakukan kontrol kesehatan selain setiap bulan di posyandu. 6

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup lansia hipertensi di dalam dan luar panti wreda. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, dapat dirumusan masalah dalam penelitian ini yaitu adakah perbedaan kualitas hidup lansia hipertensi di dalam dan luar panti wreda? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan kualitas hidup lansia hipertensi di dalam dan luar panti wreda. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui perbedaan kualitas hidup lansia hipertensi secara fisik di dalam dan luar panti wreda. b. Mengetahui perbedaan kualitas hidup lansia hipertensi secara psikologis di dalam dan luar panti wreda. c. Mengetahui perbedaan kualitas hidup lansia hipertensi berdasarkan lingkungan di dalam dan luar panti wreda. 7

d. Mengetahui perbedaan kualitas hidup lansia hipertensi berdasarkan sosial di dalam panti dan luar panti wreda. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Keperawatan Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan perawat tentang perbedaan kualitas hidup lansia hipertensi di dalam dan luar panti wreda. 2. Bagi Lansia Sebagai tambahan informasi terhadap perbedaan kualitas hidup lansia hipertensi di dalam dan di luar panti wreda. 3. Bagi Peneliti Berikutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan dan masukan bagi peneliti lain untuk dapat melanjutkan penelitian yang berhubungan dengan kualitas hidup. E. Penelitian Terkait Sebatas pengetahuan peneliti, belum ada yang meneliti tentang dalam dan luar panti wreda Akan tetapi, ada beberapa penelitian yang memiliki kesamaan variable antara lain penelitian yang dilakukan oleh : 8

1. Ismu Raudhah (2012) Kualitas Hidup Lansia di Graha Residen jumlah sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Uji reliabilitas dilakukan pada 20 orang sampel di Jalan Mustafa Kamal Hamparan Perak yang memiliki kriteria yang sama dengan sampel penelitian. Hasil uji reliabilitas kuesioner World Health Organization Quality of Life. Menggunakan uji Cronbach Alfa dengan hasil 0,8. Karakteristik responden adalah usia responden berada pada kelompok umur 71-80 tahun sebanyak 49,9%. Responden yang berjenis kelamin yang mayoritas adalah perempuan sebanyak 63,3%. Berdasarkan masalah kesehatan yang di alami responden, Hipertensi adalah masalah kesehatan yang paling banyak sekitar 40 orang (44,4%). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan skore kualitas hidup yang tertinggi 92 dan terendah 70, hal ini didukung oleh usia responden, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah teman sekamar, dan masalah kesehatan yang dialami lansia. Sedangkan berdasarkan persepsi lansia sendiri terhadap kualitas hidupnya adalah buruk (10%), biasa-biasa saja (60%), dan baik (30%). Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini perlu kajian yang lebih mendalam terhadap empat domain yang mempengaruhi kualitas hidup dan penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan dengan metode korelasi. 9

2. Wilanisa Amilia Rosmita Putri (2007) dengan Kualitas angka harapan hidup sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu negara. Meningkatnya angka harapan hidup tersebut menimbulkan salah satu konsekuensi yaitu meningkatnya jumlah lanjut usia. Pada umumnya lanjut usia menghadapi kelemahan, keterbatasan dan ketidakmampuan, sehingga kualitas hidup pada lanjut usia menurun. Karena keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lanjut usia dalam meningkatkan kualitas hidup lanjut usia, sehingga hubungan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia perlu diketahui. Desain penelitian adalah penelitian non eksperimental dengan rancangan observasional analitik menggunakan metode cross sectional, yang menghubungkan antara fungsi keluarga dengan kualias hidup pada 84 orang lanjut usia yang tinggal di Kelurahan Wirobrajan Yogyakarta. Data diperoleh dengan cara pemberian kuisoner. Hasil analisis uji Chi Square test dan Fisher Exacat test menunjukkan nilai signifikansi hubungan antara pendidikan dengan fungsi keluarga, pekerjaan pencari nafkah utama dengan fungsi keluarga, dan hubungan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup 10

lanjut usia di Kelurahan Wirobrajan Yogyakarta secara berturut-turut sebesar 0,00 ; 0,00 ; (P < 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pendidikan dengan fungsi keluarga, terdapat hubungan antara pencari nafkah utama dengan fungsi keluarga, dan hubungan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup lanjut usia di Kelurahan Wirobrajan Yogyakarta. 3. Fela Ermawati et al., (2010) teknologi serta perbaikan sosio-ekonomi berdampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan usia harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Jumlah dan usia harapan hidup pada wanita lansia yang lebih tinggi, ternyata memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dari pada pria lansia. Upaya peningkatan kualitas hidup lansia di Indonesia melalui pelayanan komunitas dan panti. Kedua pelayanan ini memiliki perbedaan setting dan fasilitas yang berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan tingkat kualitas hidup pada wanita lansia di komunitas dan di panti, ditinjau dari kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Desain penelitian deskriptif analitik komparatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian 44 responden untuk komunitas dan 36 responden untuk kelompok panti 11

yang diambil dengan cara purposive sampling. Hasil uji Mann kualitas hidup pada wanita lansia di komunitas dan panti (p = 0,477). Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan untuk terus meningkatkan aspek lingkungan yang berupa peningkatan produktivitas wanita, akses terhadap pelayanan kesehatan dan informasi pada wanita lansia, terutama pada wanita lansia di panti. berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan tingkat kualitas hidup pada wanita lansia di komunitas dan di panti, ditinjau dari kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Desain penelitian deskriptif analitik komparatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian 44 responden untuk komunitas dan 36 responden untuk kelompok panti yang diambil dengan cara purposive sampling. Hasil uji Mann Whitney ada perbedaan tingkat kualitas hidup pada wanita lansia di komunitas dan panti (p = 0,477). Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan untuk terus meningkatkan aspek lingkungan yang berupa peningkatan produktivitas wanita, akses terhadap pelayanan kesehatan dan informasi pada wanita lansia, terutama pada wanita lansia di panti. 4. Yeniar Indriana dan Ika Febrian (2006) 12

hal penting untukditeliti karena dengan kebahagiaan mereka. Agama dapat memenuhi beberapa kebutuhan psikologis yang penting bagi lansia, membantu menghadapi kematian, memperoleh dan memelihara rassa berarti dalam hidupnya, serta menerima terhadap berbagai kehilangan yang tidak bias dihindarkan pada masa usia lanjut. Asumsi yang menyatakan semakin tua usia seseorang semakin religious. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan secara empirik religiositas lansia yang tinggal dipanti dan di rumah sendiri. Subjek penelitian berjumlah 64 orang yang terdiri dari 32 lansia yang tinggal di panti wreda Pucung Geding dan 32 lansia yang tinggal di rumah sendiri di Kota Semarang, yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Alat pengumpul data yang digunakan berupa sekala religiositas yang terdiri dari 50 item. Hasil analisi data dengan menggunakan metode t-test menghasilkan nilai t = 1,336 (p=0,252) atau p>0,05 sehingga hipotesis ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan yang segnifikan antara religiositas lansia yang tinggal dip anti dan di rumah sendiri. Masa religiositas lansia yang tinggal dip anti 37,91 sedangkanyang tinggal dirumah sendiri 37,91 sedangkan yang tinggal di rumah 39,36. Hal tersebut menunjukkan religiositas lansia yang tinggal di rumah sendiri, meskipun tidak signifikan. 13