Keywords: Frequency of Diarrhea, Exclusive Breast Feeding, Formula Feeding Infant, Infants Aged 2-4 Months

dokumen-dokumen yang mirip
Diajukan Oleh : PUTRI RAHMITASARI J

PERBEDAAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN YANG ASI EKSLUSIF DAN NON EKSLUSIF

PERBEDAAN PERTUMBUHAN BAYI USIA 0-6 BULAN YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DENGAN YANG DIBERI SUSU FORMULA DI KECAMATAN NGAWI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENYUSUI DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN BAYI USIA 0-6 BULAN DI KELURAHAN JOYOSURAN SURAKARTA

PERBEDAAN. NASKAH an. Diajukan oleh : J FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN

Citra Puspitaningrum * Yuni Sapto Edhy Rahayu** Rusana** Abstract

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

ANDRIANA, SST SYAFNIAR

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

PERBEDAAN PERTUMBUHAN BAYI USIA 0-6 BULAN YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DENGAN YANG DIBERI SUSU FORMULA DI KECAMATAN NGAWI NASKAH PUBLIKASI

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

ABSTRAK. Ika Dewi Wiyanti, 2016; Pembimbing I : dr. Dani, M.kes Pembimbing II : dr.frecillia Regina,Sp.A

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

Reni Halimah Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Lampung

HUBUNGAN DURASI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP TINGKAT IMUNITAS BAYI DI KELURAHAN TANGERANG TENGAH KECAMATAN MARPOYAN DAMAI PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

Novianti Damanik 1, Erna Mutiara 2, Maya Fitria 2 ABSTRACT

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANGSARI KOTA SEMARANG

HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 0 6 BULAN

PERBEDAAN STATUS GIZI ANTARA BAYI YANG DIBERI ASI DENGAN BAYI YANG DIBERI PASI PADA BAYI KURANG DARI 6 BULAN DI DESA KATEGUHAN KECAMATAN SAWIT

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

HUBUNGAN FAKTOR BUDAYA DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA ANAK USIA 7-36 BULAN DI POSYANDU BINA PUTRA TIRTO TRIHARJO PANDAK BANTUL

MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 1 No.74 Januari 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEGAGALAN IBU DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008).

Daniel 1, Murniati Manik 2. Pengetahuan Wanita tentang ASI Eksklusif

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN ASI NON EKSKLUSIF DENGAN PERTUMBUHAN BERAT BADAN BAYI 0-6 BULAN DI DESA GIRIPURWO, WONOGIRI

Hubungan Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan Berat Badan Anak Usia di Bawah Dua Tahun

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-9 BULAN DI DESA PODOSOKO KECAMATAN SAWANGAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013

ABSTRACT. Keyword : Pemberian ASI ekslusif, Asupan energi, Produksi ASI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN MP-ASI DINI ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN ASI DAN SUSU FORMULA TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0 6 BULAN

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kemaraya Kota Kendari

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

ABSTRAK. Diah Arumsari Sanrisa Putri, Pembimbing I : Frecillia Regina, dr., Sp.A., IBCLC Pembimbing II : Djaja Rusmana, dr., M.

Idea Nursing Journal Vol. IV No ISSN :

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi Ekslusif Di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu

PERBEDAAN TINGKAT KEMATANGAN SOSIAL PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DENGAN ASI EKSKLUSIF DAN NON-EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN SKRIPSI

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BERDASARKAN STATUS BEKERJA IBU YANG MEMILIKI BAYI USIA 6-11 BULAN DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS KARANGAWEN 1 KABUPATEN DEMAK

Eva Silviana Rahmawati STIKES NU TUBAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Program Millenium Development Goals (MDG s) yang terdiri dari delapan

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

: INDAH NURHAYATI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

ABSTRACT

HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA IBU BEKERJA DI KELURAHAN WIROGUNAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

KNOWLEDGE RELATIONSHIP WITH MOTHER OF CONDUCT GIVING FOOD COACH ASI (MP-ASI) IN THE VILLAGE KEMUNING, NGARGOYOSO, KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

ARTIKEL ILMIAH. Oleh Ulfa Syahriah Nim a020

BAB 1 PENDAHULUAN. bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

PERBEDAAN BERAT BADAN PADA BAYI USIA 6 BULAN YANG DIBERIKAN ASI DENGAN YANG DIBERIKAN MP-ASI DI KECAMATAN GUNUNGPATI

The Correlation of Knowledge Level About Exclusive Mother s Milk with Mother s Milk Deliverance To The Baby

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI SERTA STATUS GIZI BAYI USIA 4-12 BULAN DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN MP-ASI DINI ABSTRACT

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU BERSALIN TERHADAP METODE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK KOTA BANDUNG

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan ERLIAN AWAL SETIANI R

EFEKTIFITAS PERAN KELOMPOK PENDUKUNG IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DI PUSKESMAS PANDAK I BANTUL YOGYAKARTA 2011

PERBEDAAN TINGKAT KONSUMSI DAN STATUS GIZI ANTARA BAYI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN NON ASI EKSKLUSIF

HUBUNGAN ANTARA POLA PEMBERIAN MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE BAYI USIA 0-6 BULAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

STUDI KOMPARATIF PENAMBAHAN BERAT BADAN BAYI UMUR 0-6 BULAN YANG DIBERI MP-ASI DAN TANPA DIBERI MP-ASI

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PRIMIPARA DI KOTA SURAKARTA

Hubungan Pendidikan dan Pekerjaan Ibu Terhadap Pemberian Mp-Asi Dini Pada Balita Usia 6-24 Bulan

Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Status Gizi pada Anak Usia Bawah Dua Tahun yang Diberi Susu Formula Di Daerah Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

Hubungan Waktu Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-12 Bulan di Desa Jaddih Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X. Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bnadung 2

Septiani, Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Asi Dini Dengan Status Gizi Bayi 0-11 Bulan Di Puskesmas Bangko Rokan Hilir

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

225 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.7 No.2, November 2014,

Transkripsi:

PERBEDAAN FREKUENSI DIARE ANTARA BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DENGAN BAYI YANG DIBERI SUSU FORMULA PADA RENTANG USIA 2-4 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLATEN TENGAH Putri Rahmitasari, Burhannudin Ichsan, Sahilah Ermawati Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Correspondence to : Burhannudin Ichsan Email : Burhannudin.Ichsan@ums.ac.id ABSTRACT The main indicator of public healths degree is infant mortility rate (IMR). One of the main things that cause infant mortility is diarrhea. The existence of diarrheas incidence in infants can be caused due to errors in the form of food other than breast milk feeding at the age of 4 months or the practise of infant feeding with formula milk (replacement feeding). This research was an observational analytic research with cross sectional approach. Samples obtained amounted to 80 respondents who are infants aged 2-4 months in various posyandu in the area of Central Klaten. This sample had ful illed the predetermined criteria. The research instrument used a questionnaire. for the result, there were 21 respondents of 80 respondents obtained who had diarrhea. Respondents of exclusive breastfeeding who had frequency of diarrhea is rarely as many as 5 babies, whereas 1 baby for often category. Respondents of infant formula who had frequency of diarrhea is rarely as many as 12 babies, whereas 3 babies for often category. There were signi cant differences between infants who were breastfed exclusively with formula-fed infants againts diarrhea frequency indicated by the value of p = 0,032. Keywords: Frequency of Diarrhea, Exclusive Breast Feeding, Formula Feeding Infant, Infants Aged 2-4 Months PENDAHULUAN Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortility Rate (IMR) (Notoatmodjo, 2007). AKB di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan AKB di negara-negara anggota ASEAN lainnya, yaitu 4,6 lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 lebih tinggi dari Filipina dan 1,8 lebih tinggi dari Thailand. Terdapat tiga penyebab utama kematian bayi yang masih menjadi tantangan besar untuk diatasi. Ketiga hal tersebut adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), komplikasi perinatal dan diare. Gabungan tiga penyebab ini memberikan peran sebesar 75% terhadap kematian bayi (UNDP, 2007). Menurut Sunoto (2008) dalam Ariningrum, Sundari & Riyadina (2009), penyakit diare di Indonesia sampai saat ini masih merupakan salah satu penyakit endemis dan masih sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Aryani di Departemen Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo selama 1996-1997, menunjukkan bahwa diare akut terjadi pada 85 pasien berusia 2-24 bulan dengan insidensi tertinggi (42,4%) pada usia 0-11 bulan (Roesli, 2005). Adanya kejadian diare pada balita dapat disebabkan karena kesalahan pemberian makanan. Kesalahan ini dapat berupa bayi yang diberi makanan selain ASI pada usianya yang baru 4 bulan atau adanya praktek pemberian makan bayi dengan susu formula atau replacement feeding (WHO, 2009). Di seluruh dunia, bayi yang diberikan ASI eksklusif selama 4 bulan pertama kehidupan hanya sekitar kurang dari 35% (Gibney, 2009). Berdasarkan data yang diperoleh dari pro l kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah 26 Biomedika, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2012

tahun 2008, cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 28,96%. Angka ini dirasakan masih sangat rendah bila dibandingkan dengan target pencapaian ASI eksklusif tahun 2010 sebesar 80% (WHO, 2002). ASI bukan sekedar sebagai makanan, tetapi juga sebagai suatu cairan yang terdiri dari sel hidup seperti sel darah putih dan mengandung antibodi, hormon, faktor-faktor pertumbuhan, enzim, serta zat yang dapat membunuh bakteri dan virus, sedangkan susu formula adalah cairan yang berisi zat mati, yang di dalamnya tidak ada sel hidup seperti pada ASI (Hendrawati et al, 2005). Susu bubuk formula atau Powdered Infant Formula (PIF) biasanya dibuat dari bahan susu sapi atau produk kedelai dengan proses industri. Selama proses pembuatan, sejumlah nutrisi ditambahkan kedalamnya agar lebih mirip dengan ASI tetapi, kualitasnya tetap berbeda, terutama pada lemak, protein dan ketiadaan faktor antiinfeksi (Depkes, 2008) Berdasarkan data di atas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan frekuensi diare antara bayi yang diberi ASI eksklusif dan bayi yang diberi susu formula pada rentang usia 2-4 bulan di wilayah kerja puskesmas Klaten Tengah. Rumusan penelitian ini adalah Adakah perbedaan frekuensi diare antara bayi yang diberi ASI eksklusif dengan bayi yang diberi susu formula pada rentang usia 2-4 bulan? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan frekuensi diare antara bayi yang diberi ASI eksklusif dengan bayi yang diberi susu formula pada rentang usia 2-4 bulan di wilayah kerja puskesmas Klaten Tengah. Manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu kedokteran khususnya di bidang kesehatan masyarakat. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka upaya-upaya pencegahan diare pada balita khususnya di wilayah Klaten Tengah. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk kampanye ASI eksklusif khususnya ditujukan kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi dan balita. METODE PENELITIAN Metode yang dipakai adalah survei analitik dengan rancangan penelitian cross sectional, di mana korelasi antara variabel bebas dan terikat di observasi pada saat yang sama. Penelitian ini dilakukan di berbagai posyandu di wilayah kerja Puskesmas Klaten Tengah mulai bulan September 2011 sampai bulan Oktober 2011 dengan populasi penelitian meliputi semua bayi usia 2-4 bulan yang bertempat tinggal di Kecamatan Klaten Tengah. De nisi operasional variabel, diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkatan volume, keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lendir dan darah lebih dari 3 kali/hari untuk bayi dan anak serta lebih dari 4 kali/hari untuk neonatus. Alat ukur dengan kuesioner. Hasil ukur frekuensi diare : tidak pernah, jarang (riwayat diare sebanyak 1 kali) dan sering (riwayat diare sebanyak lebih dari 1 kali) dengan skala ordinal. Jenis makanan yang diberikan pada bayi usia 2-4 bulan dalam penelitian ini berupa ASI eksklusif dan susu formula. ASI eksklusif yaitu pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim selama 4 bulan atau 6 bulan. Pemberian susu formula yaitu bayi diberi makanan berupa ASI tidak eksklusif. Alat ukur : kuesioner, hasil ukur : ASI eksklusif dan susu formula dengan skala nominal. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berupa kuesioner. Penggunaan kuesioner dalam penelitian ini dengan cara: 1. Wawancara, yaitu peneliti mewawancarai responden secara langsung dengan berpedoman pada kuesioner. 2. Terbimbing, yaitu peneliti mendampingi dan memberikan penjelasan tiap-tiap pertanyaan kepada responden ketika mengisi kuesioner. 3. Pengisian kuesioner tanpa pendampingan, yaitu peneliti memberikan kuesioner kepada responden lewat bidan desa selanjutnya diisi dan dikumpulkan dalam hari yang sama. Analisis data meliputi pengolahan data penelitian dengan cara editing (penyuntingan), Biomedika, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2012 27

coding (pemberian kode), data entry (memasukkan data) dan data cleaning (pembersihan data atau pemeriksaan data) yang selanjutnya akan dianalisis menggunakan program SPSS (Social Package for Social Sciences) 17.0 for windows dengan uji Kolmogorov-Smirnov. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin. Mayoritas dari 80 responden yang diperoleh, terdiri atas perempuan yaitu sebanyak 45 bayi atau 56,25%, sedangkan laki-laki sebanyak 35 bayi atau 43,75%. Karakteristik responden berdasarkan usia bayi. Mayoritas responden berusia 4 bulan yaitu sebanyak 33 bayi atau 41,25%. Kemudian disusul responden berusia 2 bulan sebanyak 31 bayi atau 38,75% dan sisanya responden berusia 3 bulan yaitu sebanyak 16 bayi atau 20%. Karakteristik responden berdasarkan pemberian makanan. Mayoritas responden diberikan ASI eksklusif, yaitu sebanyak 47 bayi Tabel 1. Hasil analisis dengan Kolmogorov-Smirnov Test atau 58,75% dan sisanya yaitu 33 responden atau 41,25% diberikan susu formula (ASI tidak eksklusif). Karakteristik responden berdasarkan kejadian diare. Dari 80 sample yang diperoleh, 21 diantaranya atau 26,25% pernah mengalami diare dan 59 sisanya yaitu sebesar 73,75% tidak pernah mengalami diare, sedangkan 21 responden yang pernah mengalami diare tersebut, 6 responden diantaranya adalah bayi ASI eksklusif dan sisanya yaitu 15 responden merupakan bayi susu formula (ASI tidak eksklusif). Hasil perhitungan statistik perbedaan frekuensi diare antara bayi yang diberi ASI eksklusif dengan bayi yang diberi susu formula. Berdasarkan hasil uji statistik dengan Kolmogorov-Smirnov Test, menunjukkan bahwa nilai p = 0.032 (p < 0,05) sehingga bisa disimpulkan bahwa terdapat perbedaan frekuensi diare yang bermakna antara bayi yang diberi ASI eksklusif dengan bayi yang diberi susu formula. Most Extreme Difference Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp.Sig. (2-tailed) Frekuensi Diare.327.327.000 1.439.032 Tabel 2. Perbedaan frekuensi diare antara bayi yang diberi ASI eksklusif dengan bayi yang diberi susu formula Makanan Bayi Frekuensi Diare Tidak pernah Jarang Sering (n) (%) (n) (%) (n) (%) Jml Total ASI eksklusif 41 69,5 5 29,4 1 25,0 47 Susu formula 18 30,5 12 70,6 3 75,0 33 Total 59 100 17 100 4 100 80 Sumber : data primer Berdasarkan tabel diatas, dari jumlah total 80 responden yang diperoleh, terdapat 17 responden atau 21,25% yang masuk frekuensi diare berkategori jarang dan 4 responden atau 5% yang masuk frekuensi diare berkategori sering, sedangkan 59 responden lainnya atau 73,75% tidak pernah mengalami diare. Bayi yang diberi ASI eksklusif memiliki frekuensi diare dengan kategori jarang sebanyak 5 bayi dan berkategori sering sebanyak 1 bayi sedangkan bayi yang diberi susu formula memiliki frekuensi diare berkategori jarang sebanyak 12 bayi dan berkategori sering sebanyak 3 bayi. p z.032 1.439 Salah satu hal yang dapat menyebabkan perbedaan kejadian diare dan frekuensi diare tersebut adalah asupan zat gizi yang diberikan ibu kepada bayinya, berbeda satu sama lain. Menurut Roesli (2005), bayi ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif karena di dalam ASI terdapat kolostrum yang berfungsi sebagai zat kekebalan. Kolostrum ini akan melindungi bayi dari penyakit diare. Sejalan dengan Roesli, Budiyanto (2002) mengatakan bahwa ASI mengandung faktor-faktor posistif, yaitu kekebalan dalam bentuk seluler dan humoral 28 Biomedika, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2012

(cair). Kandungan seluler ASI hampir sama tingginya dalam seluler darah. Daya kekebalan pada umumnya ditujukan terhadap kuman patogen pada bayi yang usianya masih muda, kuman tersebut seperti E.coli dan Enterovirus. Kedua kuman tersebut dapat menyebabkan diare. Keuntungan lain yang terdapat dalam ASI antara lain steril, tersedia dengan suhu optimal, produksi disesuaikan kebutuhan bayi, mengandung antibodi dan tidak menyebabkan alergi (38). Bagi bayi, ASI memberikan zat gizi yang lengkap dan mudah dicerna, melindungi bayi dari infeksi karena banyak mengandung antibodi dan sel darah putih dan memiliki faktor-faktor pertumbuhan dan hormon sehingga dapat menstimulasi pertumbuhan dan maturasi sistem pencernaan bayi, sedangkan pemberian susu formula memiliki banyak kerugian baik bagi bayi maupun ibu, yaitu bayi lebih mudah terkena infeksi saluran cerna dan pernafasan (Matondang et al, 2007). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Herawati (2009) yang mengungkapkan bahwa pola pemberian makanan (feeding) pada bayi memang berpengaruh terhadap terjadinya diare. Hasil ini diperkuat juga oleh Nagib (1998) yang mengungkapkan bahwa kejadian diare pada kelompok bayi 0-4 bulan non eksklusif lebih besar kemungkinan menderita diare dibandingkan pada kelompok bayi 0-4 bulan yang mendapat ASI eksklusif. Penelitian lain yang dilakukan oleh Suyatno (2000) menunjukkan bahwa praktek pemberian MP-ASI pada 4 bulan pertama kehidupan bayi secara nyata dapat menyebabkan meningkatnya episode diare. Fawzi et al (1997) dalam Tifauziah (2003) juga mengatakan bahwa dampak dari pemberian ASI menunjukkan hubungan dengan berat ringannya (severity) diare dan infeksi lain pada bayi. Penelitian ini juga memiliki keterbatasan. Keterbatasan penelitian ini berupa tidak terpenuhinya jumlah sample responden yang masuk dalam kriteria pemberian susu formula karena pemberian ASI eksklusif oleh ibu kepada bayinya di berbagai posyandu wilayah kerja Puskesmas Klaten Tengah lebih dominan daripada pemberian ASI tidak eksklusif. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan frekuensi diare yang bermakna antara bayi yang diberi ASI eksklusif dengan bayi yang diberi susu formula pada rentang usia 2-4 bulan dengan nilai p=0,032 (p<0,05). Untuk saran, bagi para ibu yang mempunyai bayi dan balita diharapkan selalu menjaga kebersihan dan higienitas terutama saat menyusui dan menyiapkan susu formula bagi bayi agar terhindar dari diare dan penyakit-penyakit infeksi lainnya. penelitian masih mempunyai banyak kekurangan, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui keberhasilan pemberian ASI eksklusif terhadap diare dengan jumlah sample lebih besar dari jumlah sample pada penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Ariningrum R., Sundari S & Riyadina W., 2009. Determinan Penyakit Diare pada Anak Balita di Provinsi Nanggro Aceh Darussalam, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, dan Papua. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 12 : 144 Budiyanto M., 2002. Gizi dan Kesehatan. Malang : Bayu Media dan UMM Press pp. 180. Depkes, 2008. Pro l Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. http://www.depkes.go.id 16 Maret 2011 Dowshen S., Izenberg N & Bass E., 2002. Panduan Kesehatan Balita Petunjuk Lengkap untuk Orang tua dari Masa Kehamilan Sampai Usia Anak 5 Tahun Buku Kesatu. Jakarta : Rajawali Sport pp. 175-7. Gibney M.J., 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC pp. 325-31. Hendrawati L., Firmansyah A & Darwis D., 2005. Macronutrient malabsorption in acute diarrhea : Prevalence and affecting factors. Paediatrica Indonesiana. 45: 9-10 Herawati T., 2009. Pengaruh Pola Pemberian Makanan Bayi Terhadap Kejadian Diare Sampai dengan Usia 6 Bulan di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat. Universitas Gajah Mada. Tesis. Matondang C., Munasir Z & Sumadiono., 2007. Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak Edisi Kedua. Jakarta : Balai Penerbit IDAI pp. 158-198. Nagib M., 1998. Pemberian ASI Eksklusif Ditinjau dari Karakteristik Perilaku Ibu dan Sosial Budaya dengan Kejadian diare Bayi di Kecamatan Masbagik Lombok Timur (NTB). Universitas Gajah Mada. Tesis. Notoatmodjo S., 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta pp. 249-252. Biomedika, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2012 29

Roesli U., 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya pp. 3, 6-15, 24-6 & 34. Suyatno, 2000. Pengaruh Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Tradisional terhadap Kejadian ISPA, Diare dan Status Gizi Bayi pada 4 (Empat) Bulan Pertama Kehidupannya. Universitas Gajah Mada. Tesis. Tifauziah N., 2003. Perbedaan Status Gizi, Durasi ISPA dan Diare Bayi Usia 4-6 Bulan Antara Bayi dengan Penyusuan ASI Eksklusif dan ASI tidak Eksklusif di Kabupaten Bantul Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. Tesis. UNDP, 2007. Laporan Perkembangan Pencapaian Millenium Development Goals Indonesia. Jakarta : Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional WHO, 2002. Nutrient Adequacy of Exclusive Breastfeeding for The Term Infant During The First Six Months of Life. http:// w w w. w h o. i n t / n u t r i t i o n / d a t a b a s e s / infantfeeding/countries/idn.pdf 2 Maret 2011 WHO, 2009. Infant and Young Child Feeding.http:// www. who. int/ nutrition/ publications/ infantfeeding/infantformulatradeissueseng. pdf 2 Maret 2011 30 Biomedika, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2012