INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ED ISAK No. Oktober 00 Exposure Draft Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan Penerapan Pendekatan Penyajian Kembali dalam PSAK : Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi Exposure draft ini dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Tanggapan atas exposure draft ini diharapkan dapat diterima paling lambat tanggal November 00 oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan IKATAN AKUNTAN INDONESIA
ED ISAK No. INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI keuangan PENERAPAN PENDEKATAN PENYAJIAN KEMBALI DALAM PSAK : PELAPORAN K E U A N G A N D A L A M E K O N O M I HIPERINFLASI Hak cipta 00, Ikatan Akuntan Indonesia Dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Jalan Sindanglaya No. Menteng Jakarta 0 Telp: (0) 0- Fax : (0) -0 email: dsak@iaiglobal.or.id; iai-info@iaiglobal.or.id, Oktober 00
Exposure draft ini diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan hanya untuk ditanggapi dan dikomentari. Saran - saran dan masukan untuk menyempurnakan draft ini masih dimungkinkan sebelum diterbitkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Tanggapan tertulis atas draft ini paling lambat diterima pada November 00. Tanggapan dikirimkan ke: Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Jl. Sindanglaya No., Menteng, Jakarta 0 Fax: 0-0 E-mail: iai-info@iaiglobal.or.id, dsak@iaiglobal.or.id Exposure Draft (ED) ini dibuat dengan tujuan untuk penyiapan tanggapan dan komentar yang akan dikirimkan ke Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Penggandaan ED ini oleh individu/organisasi/lembaga dianjurkan dan diizinkan untuk penggunaan di atas dan tidak untuk diperjualbelikan. iii
PENGANTAR Dengan diadopsinya IAS Financial Reporting in Hyperinflationary Economies menjadi ED PSAK : Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi maka IFRIC dan SIC terkait perlu diadopsi untuk melengkapi adopsi IAS. Untuk itu, Dewan Standar Akuntansi Keuangan memutuskan untuk mengadopsi IFRIC Applying the Restatement Approach under IAS Financial Reporting in Hyperinflationary Economies menjadi ED ISAK tentang Penerapan Pendekatan Penyajian Kembali dalam PSAK : Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi. Jakarta, Oktober 00 Dewan Standar Akuntansi Keuangan Rosita Uli Sinaga Roy Iman Wirahardja Etty Retno Wulandari Merliyana Syamsul Meidyah Indreswari Setiyono Miharjo Saptoto Agustomo Jumadi Ferdinand D. Purba Irsan Gunawan Budi Susanto Ludovicus Sensi Wondabio Eddy R. Rasyid Liauw She Jin Sylvia Veronica Siregar Fadilah Kartikasasi G.A. Indira Teguh Supangkat Ketua iv
IKHTISAR RINGKAS Secara umum ED ISAK : Penerapan Pendekatan Penyajian Kembali dalam PSAK : Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi yang merupakan adopsi dari IFRIC Applying the Restatement Approach under IAS Financial Reporting in Hyperinflationary Economies bertujuan untuk:. memberikan panduan dalam menentukan penyajian kembali sesuai PSAK yang ditetapkan secara retrospektif.. memberikan panduan dalam menentukan pajak tangguhan atau laporan keuangan yang disajikan kembali tersebut.
PERBEDAAN DENGAN IFRSs ED ISAK Penerapan Pendekatan Penyajian Kembali dalam PSAK : Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi mengadopsi seluruh pernyataan dalam IFRIC Applying the Restatement Approach under IAS Financial Reporting in Hyperinflationary Economies kecuali IFRIC paragraf yang menjadi ED ISAK paragraf 0 tentang tanggal efektif. vi
Daftar isi Paragraf PENDAHULUAN... 0-0 Referensi Latar belakang... 0 Permasalahan... 0 INTERPRETASI... 0-0 Tanggal Efektif... 0 CONTOH ILUSTRASI vii
0 0 INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. PENERAPAN PENDEKATAN PENYAJIAN KEMBALI DALAM PSAK : PELAPORAN KEUANGAN DALAM EKONOMI HIPERINFLASI PENDAHULUAN Referensi PSAK (revisi 00): Pajak Penghasilan PSAK : Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi Latar Belakang 0. Interpretasi ini memberikan panduan bagaimana menerapkan persyaratan PSAK : Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi dalam suatu periode pelaporan saat entitas mengidentifikasi keberadaan hiperinflasi dalam ekonomi mata uang fungsionalnya, ketika ekonomi bukan hiperinflasi dalam periode sebelumnya, dan entitas menyajikan kembali laporan keuangannya sesuai dengan PSAK. Permasalahan 0. Pertanyaan yang ditujukan dalam Interpretasi ini adalah: (a) Bagaimanakah persyaratan disajikan dengan persyaratan unit pengukuran kini pada akhir periode pelaporan di PSAK : Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi paragraf 0 diinterpretasikan ketika entitas menerapkan PSAK? (b) Bagaimanakah entitas mencatat pos pajak tangguhan awal dalam laporan keuangan yang disajikan kembali? Pengidentifikasian hiperinflasi berdasarkan pertimbangan entitas atas kriteria di PSAK : Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi paragraf 0..
0 0 INTERPRETASI 0. Dalam periode pelaporan ketika entitas mengidentifikasikan keberadaan hiperinflasi dalam ekonomi mata uang fungsionalnya dan belum terjadi hiperinflasi pada periode sebelumnya, entitas menerapkan persyaratan PSAK : Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi seolah-olah perekonomian selalu mengalami hiperinflasi. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pos-pos nonmoneter yang diukur pada biaya historis, laporan posisi keuangan awal pada awal periode terkini dalam laporan keuangan, disajikan kembali untuk mencerminkan pengaruh inflasi sejak tanggal aset (diperoleh dan liabilitas terjadi atau diambil-alih) sampai akhir periode pelaporan. Untuk pos-pos nonmoneter yang dicatat pada jumlah kini (pada tanggal selain tanggal perolehan atau kejadian) dalam laporan posisi keuangan awal, maka penyajian kembali mencerminkan pengaruh inflasi sejak tanggal jumlah tercatat tersebut ditentukan sampai akhir periode pelaporan. 0. Pada akhir periode pelaporan, pos pajak tangguhan diakui dan diukur sesuai dengan PSAK (revisi 00): Pajak Penghasilan. Namun, angka pajak tangguhan dalam laporan posisi keuangan awal selama periode pelaporan ditentukan sebagai berikut: (a) entitas mengukur kembali pos pajak tangguhan sesuai dengan PSAK (revisi 00) setelah entitas telah menyajikan kembali jumlah tercatat nominal pos nonmoneter pada tanggal laporan posisi keuangan awal periode pelaporan dengan menggunakan unit pengukuran pada tanggal tersebut. (b) pos pajak tangguhan diukur kembali sesuai dengan huruf (a) disajikan kembali atas perubahan unit pengukuran sejak tanggal laporan posisi keuangan awal periode pelaporan hingga akhir periode pelaporan. Entitas menerapkan pendekatan (a) dan (b) dalam menyajikan kembali pos pajak tangguhan dalam laporan posisi keuangan awal periode sajian komparatif dalam laporan keuangan yang.
0 0 disajikan kembali selama periode pelaporan ketika entitas menerapkan PSAK : Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi. 0. Setelah entitas menyajikan kembali laporan keuangannya, seluruh angka dalam laporan keuangan periode pelaporan selanjutnya (termasuk pos pajak tangguhan) disajikan kembali dengan menerapkan perubahan dalam unit pengukuran untuk periode pelaporan selanjutnya tersebut hanya terhadap laporan keuangan yang disajikan kembali untuk periode pelaporan sebelumnya. TANGGAL EFEKTIF 0. Entitas menerapkan Interpretasi ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah Januari 0..
0 0 CONTOH ILUSTRASI Contoh ini melengkapi, namun bukan bagian dari ISAK. CI0. Contoh ini mengilustrasikan penyajian kembali pos pajak tangguhan ketika entitas menyajikan kembali pengaruh inflasi dalam PSAK : Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi. Contoh ini tidak mengilustrasikan laporan keuangan lengkap sesuai SAK, karena hanya ditujukan untuk mengilustrasikan mekanisme pendekatan penyajian kembali dalam PSAK untuk pos pajak tangguhan. Fakta CI0. Laporan posisi keuangan pada tanggal Desember 0X (sebelum penyajian kembali) adalah sebagai berikut: LAPORAN POSISI KEUANGAN Cat 0X Rp Miliyar 0X Rp Miliyar ASET Aset tetap 0 00 Aset lain xxx xxx Total aset xxx xxx LIABILITAS DAN EKUITAS Liabilitas Liabilitas pajak tangguhan 0 Liabilitas lain xxx xxx Total liabilitas xxx xxx Ekuitas Total ekuitas xxx xxx Total liabilitas dan ekuitas xxx xxx.
0 0... lanjutan CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Aset Tetap Semua aset tetap diperoleh pada Desember 0X. Aset tetap disusutkan selama umur manfaatnya, yakni lima tahun. Liabilitas Pajak Tangguhan Liabilitas pajak tangguhan per Desember 0X Rp milyar diukur sebagai perbedaan temporer kena pajak antara jumlah tercatat aset tetap Rp0 milyar dengan dasar pengenaan pajak Rp00 milyar. Liabilitas pajak tangguhan per Desember 0X Rp0 milyar diukur sebagai perbedaan temporer kena pajak antara jumlah tercatat aset tetap Rp00 milyar dengan dasar pengenaan pajak Rp milyar. Tarif pajak yang digunakan adalah %. CI0. Asumsikan bahwa entitas mengidentifikasi keberadaan hiperinflasi, misalnya, pada April 0X dan kemudian menerapkan PSAK : Pelaporan dalam Ekonomi Hiperinflasi dari awal 0X. Entitas menyajikan kembali laporan keuangannya berdasarkan indeks harga umum dan faktor konversi sebagai berikut: Indeks harga umum Faktor konversi pada Desember 0X Desember 0X (a), Desember 0X, Desember 0X,000 (a) Dalam contoh ini, faktor konversi untuk Desember 0X adalah, = /.
0 0 Penyajian Kembali CI0. Penyajian kembali laporan keuangan 0X berdasarkan pada persyaratan berikut: Aset tetap disajikan kembali dengan menggunakan perubahan indeks harga umum dari tanggal perolehan hingga akhir periode pelaporan terhadap biaya historis dan akumulasi penyusutannya. Pajak tangguhan harus dicatat sesuai dengan PSAK (revisi 00): Pajak Penghasilan. Angka komparatif untuk aset tetap selama periode pelaporan sebelumnya disajikan dalam unit pengukuran kini pada akhir periode pelaporan. Angka pajak tangguhan komparatif diukur sesuai dengan ISAK paragraf 0. CI0. Oleh karena itu entitas menyajikan kembali laporan posisi keuangan per Desember 0X sebagai berikut: LAPORAN POSISI KEUANGAN (disajikan kembali) Cat 0X Rp Miliyar 0X Rp Miliyar ASET Aset tetap 0 0 Aset lain xxx xxx Total aset xxx xxx LIABILITAS DAN EKUITAS Liabilitas Liabilitas pajak tangguhan Liabilitas lain xxx xxx Total liabilitas xxx xxx Ekuitas Total ekuitas xxx xxx Total liabilitas dan ekuitas xxx xxx.
0 0... lanjutan CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Aset Tetap Semua aset tetap diperoleh pada Desember 0X dan disusutkan selama lima tahun. Biaya perolehan aset tetap disajikan kembali untuk mencerminkan perubahan tingkat harga umum sejak perolehan, dengan faktor konversi, (/). Biaya Disajikan historis kembali Rp milyar Rp milyar Biaya perolehan aset tetap 00. Penyusutan 0X (00) () Jumlah tercatat Desember 0X 00 Penyusutan 0X (00) () Jumlah tercatat Desember 0X 0 0 Liabilitas Pajak Tangguhan Liabilitas pajak tangguhan per Desember 0X Rp milyar diukur sebagai perbedaan temporer kena pajak antara jumlah tercatat aset tetap Rp0 milyar dengan dasar pengenaan pajak Rp00 milyar. Liabilitas pajak tangguhan per Desember 0X Rp0 milyar diukur sebagai perbedaan temporer kena pajak antara jumlah tercatat aset tetap Rp00 milyar dengan dasar pengenaan pajak Rp milyar. Tarif pajak yang digunakan adalah %..
0 0... lanjutan Dalam laporan keuangan yang disajikan kembali, pada akhir periode pelaporan entitas mengukur kembali pos pajak tangguhan sesuai dengan PSAK sebagai dasar laporan keuangan yang disajikan kembali. Tetapi, disebabkan pos pajak penghasilan merupakan fungsi dari jumlah tercatat aset atau liabilitas dan dasar pengenaan pajaknya, entitas tidak dapat menyajikan kembali pos pajak penghasilan komparatif dengan menggunakan indeks harga umum. Sebagai penggantinya, dalam periode pelaporan yang mana entitas menerapkan pendekatan penyajian kembali berdasarkan PSAK, entitas (a) mengukur kembali pos pajak tangguhan komparatif sesuai dengan PSAK setelah entitas menyajikan kembali jumlah tercatat nominal pos nonmoneter pada tanggal awal laporan posisi keuangan dari periode berjalan dengan menggunakan unit pengukuran tanggal tersebut, dan (b) menyajikan kembali pos pajak penghasilan yang telah diukur kembali tersebut atas perubahan unit pengukuran sejak tanggal awal laporan posisi keuangan periode berjalan sampai dengan periode pelaporan. Dalam contoh, liabilitas pajak tangguhan yang disajikan kembali dihitung sebagai berikut: Rp milyar Pada akhir periode pelaporan: Jumlah tercatat aset tetap yang disajikan kembali 0 Dasar pajak (00) Perbedaan temporer 0 Liabilitas pajak tangguhan per Desember 0X, tarif pajak %.
0 0... lanjutan Angka pajak tangguhan komparatif terkait: Jumlah tercatat aset tetap yang disajikan kembali [00 x, (faktor konversi, = /) atau :, (faktor konversi, = /)] Dasar pajak () Perbedaan temporer Liabilitas pajak tangguhan per Desember 0X dengan tingkat harga umum pada akhir 0X, tarif pajak % Liabilitas pajak tangguhan per Desember 0X dengan tingkat harga umum pada akhir 0X, faktor konversi, (, = : ), tarif pajak % CI0. Dalam contoh ini, liabilitas pajak tangguhan yang disajikan kembali meningkat dari Rp menjadi Rp dari Desember 0X hingga Desember 0X. Peningkatan ini, yang termasuk dalam laporan laba rugi 0X, mencerminkan (a) pengaruh perubahan dalam perbedaan temporer kena pajak dari aset tetap, dan (b) penurunan daya beli atas dasar pengenaan pajak aset tetap. Dua komponen tersebut dapat dianalisis sebagai berikut: Pengaruh atas liabilitas pajak tangguhan akibat penurunan perbedaan temporer kena pajak dari aset tetap (-Rp + Rp) x % Kerugian atas dasar pajak akibat inflasi pada 0X (Rp x, Rp) x % () Kenaikan neto liabilitas pajak tangguhan () Debet ke laba rugi pada 0X.
0 0 Kerugian atas dasar pengenaan pajak merupakan kerugian moneter. PSAK paragraf menjelaskannya sebagai berikut: Keuntungan atau kerugian posisi moneter neto termasuk dalam laporan laba rugi. Penyesuaian terhadap aset dan liabilitas yang terkait (berdasarkan perjanjian) dengan perubahan harga sesuai dengan paragraf, saling hapus dengan keuntungan atau kerugian posisi moneter neto. Pos pendapatan dan beban lain, seperti pendapatan dan beban bunga serta selisih kurs terkait investasi atau pinjaman dana, juga terkait dengan posisi moneter neto. Meskipun pos tersebut diungkapkan secara terpisah, hal yang dapat membantu jika pos tersebut disajikan bersamaan dengan keuntungan atau kerugian posisi moneter neto dalam laporan laba rugi komprehensif..0