BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Profil merupakan suatu gambaran secara umum atau secara terperinci tentang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang mencerminkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kemampuan afektif yang dianalisis dalam penelitian ini adalah perilaku siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian yang diambil yaitu ex post facto, dimana penelitian ini hanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini, maka diperlukan penjelaskan tentang istilah yang digunakan, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Mind map dalam penelitian ini merupakan teknik mencatat yang dikembangkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Kemampuan memecahkan masalah merupakan cara atau tahapan yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode Pre-eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan berarti proses mengembangkan dari yang sederhana menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Kemampuan merencanakan percobaan merupakan salah satu keterampilan

BAB III METODE PENELITIAN. Terdapat beberapa definisi operasional dalam Penelitian Tindakan Kelas. (PTK) ini. Berikut ini merupakan penjabarannya:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Berpikir kreatif siswa adalah kemampuan siswa untuk menghasilkan gagasan atau

BAB III METODE PENELITIAN. Kemampuan komunikasi siswa yang diukur adalah kemampuan berkomunikasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menyamakan persepsi terhadap variabel-variabel yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. siswa, kesulitan belajar, dan Keterampilan Proses Sains (KPS). Secara

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan variabel-variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki definisi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan:

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif analisis. Metode penelitian ini diambil karena berkesesuaian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengumpulan data, dan teknik analisis data. Penjelasan dari masing-masing

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan, menyusun, menganalisis serta menginterpretasikan data,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menyamakan persepsi terhadap variabel-variabel yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang memberikan gambaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan peneliti adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Mind Map dalam penelitian ini digunakan sebagai tugas yang harus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional dibuat untuk menghindari berbagai penafsiran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN

BAB III METODE PENELITIAN. penulis memberikan batasan tentang: tingkat penguasaan siswa dalam menguasai topik bahasan tentang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini hanya

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan penjelasan tentang istilah-istilah, berikut di bawah ini:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya, Best

BAB III METODE PENELITIAN. salah pengertian, berikut diberikan definisi beberapa istilah tersebut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dapat terjadi, untuk menghindari hal tersebut maka diberikan penjelasan beberapa

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bentuk persentase. Penelitian deskriptif menggambarkan kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan, maka

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek Penelitian adalah siswa SMA Korpri Karawang kelas X.4 semester

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang ditujukkan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena alamiah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Eksperimen, dan desain eksperimen yang digunakan adalah One Group Pretes- adalah pretes.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan sebagai penelitian lebih lanjut dari penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. yang sudah terdaftar dengan kelasnya masing-masing, sehingga tidak

BAB III METODE PENELITIAN. pada penaksiran kovariasi di antara variabel yang muncul secara alami. yang didasarkan pada hubungan tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu dan metode deskriptif. Untuk mendapatkan gambaran peningkatan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari perbedaan penafsiran dan memudahkan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Kesulitan belajar siswa yang dimaksud adalah profil kemampuan siswa dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (2006), penelitian deskriptif diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penguasaan konsep dan keterampilan proses sains antara siswa yang mendapatkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Profil merupakan suatu gambaran secara umum atau secara terperinci tentang keadaan siswa berkaitan dengan potensi yang terdapat di dalam setiap individu. Profil berpikir kreatif siswa dilihat dari persentase tes uraian kemampuan berpikir kreatif dan prilaku siswa yang dimunculkan pada saat proses pembelajaran. 2. Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penelitian ini diartikan sebagai kemampuan berpikir yang mencerminkan berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (fleksibility), berpikir asli (originality), dan berpikir merinci (elaboration) mengenai suatu gagasan. Diberikan dalam bentuk tes tertulis berupa tes uraian berdasarkan indikator yang telah ditentukan menurut Williams (Munandar, 1999: 88). 3. Creative Problem Solving merupakan suatu model pembelajaran yang dapat mengolah keterangan dan pendapat, sehingga masalah dapat dipahami dan dipecahkan secara kreatif. Dalam proses pembelajarannya dilakukan dengan diskusi kelompok.

33 B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Furchan (2004: 39) penelitian deskriptif adalah suatu model penelitian yang melukiskan dan menafsirkan keadaan sekarang. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan gambaran mengenai kemampuan berpikir kreatif siswa SMA apa adanya, yang berlangsung pada saat penelitian. Hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk persentase dan dikategorikan ke dalam kategori kemampuan, Arikunto (2007). C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 4 Cimahi, yang beralamat di Jl. Kihapit Barat No. 323, Leuwigajah, Cimahi Selatan. D. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas X semester 2 tahun ajaran 2008/2009 di SMA Negeri 4 Cimahi. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian sebanyak 30 orang, subjek penelitian diambil dari satu kelas yaitu siswa-siswi kelas X-5 dengan karakter siswa yang memiliki nilai akademik lebih tinggi dibandingkan kelas lainnya.

34 E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tes tertulis berupa tes uraian sebagai alat pengumpul data utama untuk menjaring kemampuan berpikir kreatif siswa. Kemampuan berpikir kreatif yang diukur meliputi berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (fleksibility), berpikir asli (originality), dan berpikir merinci (elaboration). Indikatornya dapat dilihat pada tabel 1.1. 2. Lembar observasi sebagai alat pengumpul data digunakan sebagai pendukung dalam penelitian dalam menjaring kemampuan berpikir kreatif yang dimunculkan oleh siswa. Kemampuan berpikir kreatif diamati setiap rentang 15 menit. Kegiatan mengobservasi dibantu oleh enam orang observer, disamping itu hal-hal yang tidak teramati oleh observer dapat dibantu dengan menggunakan video rekaman selama pembelajaran. 3. Angket sebagai alat pengumpul data penunjang yang berisi pertanyaan yang berhubungan dengan tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan model Creative problem Solving. F. Langkah-Langkah Penelitian Secara umum penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada gambar 3.1. pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

35 Persiapan Identifikasi masalah Studi pustaka Penyusunan proposal dan perizinan Persiapan instrument Judgement Instrumen Uji Coba Instrumen Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan Pembelajaran I Pelaksanaan Pembelajaran 2 Observasi prilaku siswa yang mencerminkan berpikir kreatif Angket Tes tertulis Pengumpulan Data Analisis Hasil Pengolahan Data Kesimpulan Gambar 3.1 Alur Penelitian

36 Ketiga tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tahap persiapan a. Studi kepustakaan. b. Penyusunan proposal penelitian. c. Penyusunan instrumen penelitian, berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif dan kesesuaian materi. d. Penyusunan desain model Creative Problem Solving. e. Judgment instrumen penelitian dilakukan oleh dosen yang ahli dibidangnya. f. Mengurus surat ijin penelitian. g. Menentukan uji coba instrumen untuk kelayakan instrumen yang dibuat dengan harapan yang diinginkan. h. Revisi instrumen berdasarkan ketidakterbacaan instrumen yang diujicobakan. 2. Tahap pelaksanaan a. Pembelajaran dengan model Creative Problem Solving Pada awal pembelajaran, guru memperlihatkan video tentang permasalahan sampah di Indonesia untuk menumbuhkan rasa keingintahuan siswa. Setelah itu, guru memberikan acuan materi yang akan dipelajari yaitu tentang pencemaran tanah melalui pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan video gambar tersebut. Kemudian dari pertanyaan yang telah diberikan guru, siswa dapat menjawab dan mamahami bahwa pencemaran tanah dapat diakibatkan oleh permasalahan penumpukan sampah di lingkungan. Pada saat ini siswa memperlihatkan kemampuan berpikir lancar (fluency) dengan menjawab

37 pertanyaan yang diberikan oleh guru serta mengajukan gagasan-gagasan berdasarkan pengetahuan yang mereka dapatkan sewaktu siswa menonton video. Kelas dibagi menjadi enam kelompok, setiap kelompok terdiri atas lima orang. Guru memberikan sekantong keresek yang berisi macam-macam sampah organik (nasi basi, dedaunan, kulit telur, sayuran, kulit pisang) dan anorganik (kain bekas, kertas bekas, kardus, plastik, sedotan, botol plastik, steyrofoam) serta LKS berisi permasalahan untuk diidentifikasi secara berkelompok oleh setiap kelompok. Dalam pelaksanaan pembelajaran, setiap kelompok didampingi oleh satu orang observer yang terdiri dari rekanan PLP. Observer ini betugas untuk melihat kemampuan berpikir kreatif yang dimunculkan siswa dalam tahap CPS ini. Kemunculan berpikir kreatif siswa dilihat setiap rentang waktu 15 menit. Pada tahap pertama klarifikasi masalah, guru mengklarifikasi masalah yang terdapat dalam lembar kerja siswa sehingga siswa mengerti solusi apa yang diharapkan. Setelah siswa mengerti apa yang telah dijelaskan oleh guru, Siswa mengidentifikasi macam-macam sampah secara berkelompok. Pada saat ini siswa memperlihatkan kemampuan berpikir luwes (fleksibility) dengan mengelompokkan sampah sesuai dengan jenisnya. Pada tahap kedua yaitu pengungkapan pendapat. Dalam tahap kedua ini siswa mengungkapkan pendapatnya dalam memecahkan permasalahan pencemaran tanah akibat sampah. Siswa mengungkapkan pendapat dalam kelompoknya untuk mencari solusi dari permasalahan akibat sampah. Salah satunya adalah dengan membuat rancangan produk sebagai solusi untuk mengatasi permasalah tumpukan sampah. Sedangkan, guru memberikan bantuan

38 pada kelompok yang merasa kesulitan dalam memberikan solusi untuk membuat rancangan produk. Dalam hal ini bantuan yang diberikan guru hanya berupa petunjuk yang mengarahkan siswa saja, selanjutnya siswa sendiri yang mengembangkan rancangan produk mereka sendiri. Di sini siswa memperlihatkan kemampuan berpikir asli (originality) dan berpikir merinci (elaboration) dengan mengungkapkan dan mengembangkan gagasan-gagasan, serta membuat langkah kerja membuat rancangan produk dari bahan dasar sampah. Pada tahap ketiga evaluasi dan pemilihan. Setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan permasalahan sampah. Setiap kelompok memilih solusi apa yang diharapkan untuk mengurangi tumpukan sampah yakni dengan memilih desain produk yang telah mereka rancang sendiri dalam kelompoknya masing-masing. Setelah siswa memilih rancangan produk, siswa diharapakan dapat mengevaluasi kegiatan yang telah mereka lakukan dalam hal ini siswa dapat mengungkapkan kelebihan dan kekurangan dari hasil rancangan yang dibuat oleh setiap kelompok. Pada saat ini siswa dirangsang untuk memperlihatkan kemampuan berpikir luwes (fleksibility) dan berpikir asli (originality) siswa. Pada kegiatan ini guru memberi kesempatan pada perwakilan beberapa kelompok siswa untuk mempersentasikan rancangan hasil karya mereka. Berdasarkan persentasi yang dilakukan diharapkan siswa dapat mengevaluasi rancangan hasil karya mereka dengan mengungkapkan kelebihan, kekurangan, serta manfaat rancangan hasil karya produk mereka yang terbuat dari bahan dasar sampah.

39 Pada tahap keempat implementasi. Siswa menerapkan rancangan hasil karya dengan membuat produk bermanfaat dari bahan dasar sampah untuk mengurangi permasalahan sampah. Di sini siswa dirangsang untuk memperlihatkan kemampuan berpikir merinci (elaboration) dengan membuat produk dari bahan dasar sampah, membuat produk menjadi hasil karya yang memperhatikan keindahan. Setelah membuat produk hasil karya dari sampah, siswa diberikan permasalahn baru agar dapat memperkuat pengetahuan yang telah diperolehnya. Permasalahan yang diberikan adalah permasalahan pencemaran sampah yang diakibatkan oleh limbah cair. Pada saat ini siswa dirangsang untuk memperlihatkan kemampuan berpikir lancar (fluency) dan berpikir asli (originality) dengan mengajukan gagasan-gagasan tentang permasalahan baru yang diberikan oleh guru. Adapun tahapan CPS yang dilaksanakan dalam penelitian ini (Pepkin, 2000) sebagai berikut: Tabel 3.1. Tahapan Model Creative Problem Solving No Tahapan Kegiatan 1. Klarifikasi Masalah Guru mengklarifikasi masalah yang terdapat dalam Lembar kerja siswa, sehingga siswa mengerti solusi seperti apa yang diharapkan. 2. Pengungkapan Pendapat Guru membimbing siswa dalam berdiskusi mengungkapkan pendapat mereka untuk memecahkan permasalahan pencemaran tanah akibat sampah. 3. Evaluasi dan Pemilihan Setelah berdiskusi siswa memilih solusi apa yang diharapkan untuk mengurangi tumpukan sampah yaitu dengan memilih desain produk yang telah mereka rancang sendiri dalam kelompoknya masing-masing. Selain itu, setelah melakukan kegiatan siswa diharapakan dapat mengevaluasi kegiatan yang telah mereka lakukan.

40 No Tahapan Kegiatan 4. Implementasi (penguatan) Setelah siswa menerapkan atau membuat rancangan desain produk untuk mengurangi masalah sampah, siswa diberikan permasalahn baru agar dapat memperkuat pengetahuan yang telah diperolehnya. b. Pengumpulan data Data kemampuan berpikir kreatif siswa dijaring melalui soal tes uraian. Tes kemampuan berpikir kreatif ini dilakukan setelah siswa melakukan kegiatan pembelajaran selesai pada hari kedua. Di samping soal tes uraian, digunakan juga lembar observasi untuk mengetahui kemunculan kemampuan berpikir siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini digunakan sebagai penunjang dalam penelitian untuk mengungkap kemampuan berpikir kreatif siswa pada setiap perilaku yang dimunculkan siswa. Pengumpulan data berupa angket respon siswa dilakukan setelah siswa mengerjakan soal tes kemampuan berpikir kreatif. 3. Tahap akhir a. Mengolah data dengan teknik persentase kemudian hasilnya ditafsirkan ke dalam bentuk kalimat yang bersifat kualitatif. b. Melakukan interpretasi hasil pengolahan data. Data yang diperoleh, selanjutnya dianalisis dan dibahas serta dihubungkan dengan sumber-sumber yang relevan. c. Menarik kesimpulan berdasarkan pembahasan penelitian.

41 G. Analisis Uji Coba Instrumen Dalam menganalisis butir soal yang diujicobakan digunakan rumus-rumus sebagai berikut: 1. Validitas Tes Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Untuk memperoleh data valid, maka instrumen atau alat evaluasi yang digunakan harus valid (Arikunto, 2002:64). Adapun rumus yang digunakan untuk menguji validitas instrumen adalah menggunakan Korelasi Pearson Product Moment, sebagai berikut: r xy = {N. ΣX N (ΣXY) (ΣX).(ΣY) 2 ( ΣX) 2 }{N. ΣY 2 - ( ΣY) 2 } (Arikunto, 2002:72) Keterangan: r xy = validitas butir soal X = nilai suatu butir soal Y = nilai total N = jumlah peserta tes Adapun kriteria acuan untuk validitas dapat dilihat pada Tabel 3.2. berikut: Tabel 3.2. Derajat Validitas Soal Rentang Keterangan 0.80 1.00 Sangat tinggi 0.60 0.79 Tinggi 0.40 0.59 Sedang 0.20 0.39 Kurang 0.00 0.19 Sangat kurang (Arikunto, 2002:75)

42 Dari perhitungan validitas delapan soal yang diujicobakan diperoleh hasil seperti disajikan pada Tabel 3.3.. Tabel 3.3. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Interpretasi Jumlah No soal Keterangan validitas soal Tinggi 4 1, 2, 6, 7 Dipakai Cukup 4 3, 4, 5, 8 Dipakai 2. Reliabilitas Tes Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006:178). Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen soal memecahkan masalah adalah rumus alpha. Adapun rumus alpha yaitu sebagai berikut: r 11 = n n - 1 1 - Σσ 2 b 2 σ t (Arikunto, 2006:196) Keterangan : r 11 = reliabilitas σ b2 = jumlah varians skor tiap-tiap item 2 Σσ t = varians total K = jumlah butir soal uraian Adapun kriteria acuan untuk reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini, sedangkan untuk hasil perhitungan reliabilitas soal kemampuan berpikir kreatif yaitu sebesar 0,62 merupakan kategori tinggi

43 Tabel 3.4 Derajat Rekapitulasi Reliabilitas Soal Rentang Nilai r Interpretasi 0,81 < r < 1,00 Sangat tinggi 0,61< r < 0,80 Tinggi 0,41 < r < 0,60 Cukup 0,21 < r < 0,40 Rendah 0,00 < r < 0,20 Sangat rendah (Karno To, 1996) 3. Daya Pembeda Soal yang baik adalah soal yang dapat membedakan antara siswa yang menguasai konsep dengan siswa yang tidak menguasai konsep, dapat diukur dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2002:213). D = B A B B J A J B Keterangan: D = daya pembeda J A = jumlah peserta kelompok atas J B = jumlah peserta kelompok bawah B A = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar B B = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar Kriteria acuan untuk daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut. Tabel 3.5. Derajat Daya Pembeda Soal Rentang Keterangan 0,70 1,00 Baik sekali (excellent) 0,40 0,70 Baik (good) 0,20 0,40 Cukup (satisfication) 0,00 0,20 Jelek (poor) (Arikunto, 2002:218)

44 Dari perhitungan daya pembeda butir soal yang diujicobakan, maka hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut. Tabel 3.6. Rekapitulasi Hasil Daya Pembeda Soal Interpretasi Jumlah Daya Pembeda soal No soal Keterangan Baik 4 2, 6, 7, 8 Dipakai Cukup 4 1, 3, 4, 5 Dipakai 4. Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran suatu butir soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2002:208). P = B JS Keterangan: P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes Kriteria acuan untuk tingkat kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.7. berikut ini. Tabel 3.7. Tingkat Kesukaran Soal Rentang (Arikunto, 2002:210) Dari perhitungan tingkat kesukaran butir soal yang diujicobakan, diperoleh hasil seperti disajikan pada Tabel 3.8. Keterangan 0,10 0,30 Sukar 0,30 0,70 Sedang 0,70 1,00 Mudah

45 Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Interpretasi Jumlah Tingkat Kesukaran soal No soal Mudah 2 1,2 Sedang 6 3, 4, 5, 6,8 H. Teknik Pengolahan Data Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data merupakan data mentah. Agar data tersebut dapat memberikan jawaban dan kesimpulan yang diharapkan, maka dilakukan pengolahan data. Adapun tahappengolajan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif a. Menghitung jumlah skor benar setiap butir soal yang telah diperoleh siswa. b. Mengkonversikan skor mentah yang diperoleh siswa menjadi nilai dalam bentuk persentase. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut: NP = R x 100 % Sm Keterangan : NP : nilai persentase yang diharapkan R : skor mentah yang diperoleh siswa Sm : skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 : bilangan genap (Purwanto, 2006 : 102) c. Untuk melihat kategori kemampuan berpikir kreatif digunakan kategori kemampuan menurut Arikunto (2007). Skala kategori kemampuan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut.

46 Tabel 3.9. Skala Kategori Kemampuan Kategori Nilai (%) Sangat baik 80 100 Baik 61 80 Cukup 41 60 Kurang 21 40 Kurang sekali 0 20 2. Lembar Observasi a. Data diolah untuk mengetahui persentase jumlah siswa memunculkan prilaku yang mencerminkan setiap aspek berpikir kreatif. % (X) = jumlah siswa yang memunculkan prilaku tertentu X 100% Jumlah seluruh siswa b. Menentukan rata-rata persentase siswa yang mengembangkan setiap aspek berpikir kreatif siswa. c. Data ditafsirkan sesuai nilai rata-rata persentase siswa yang mengembangkan setiap aspek perilaku yang diharapkan dengan mengacu pada Koentjaraningrat (1997). Skala kategori kemunculan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut. Tabel 3.10. Skala Kategori Kemunculan Berpikir Kreatif Skor (%) Kategori 0 Tidak ada 1 25 Sebagian kecil 26 49 Hampir separuhnya 50 Separuhnya 51 75 Sebagian besar 76 99 Hampir seluruhnya 100 Seluruhnya

47 3. Angket Angket yang digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa tentang pembelajaran dengan Creative Problem Solving. Data angket diolah dalam bentuk persentase dengan rumus: % x = Jumlah siswa yang menjawab x 100% Jumlah seluruh siswa