EFEK PENGGUNAAN TEPUNG JANGKRIK (Gryllus mitratus burm) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING RINGKASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

EFEK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

BAB III MATERI DAN METODE

Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang Indonesia ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN CAMPURAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN ONGGOK TERFERMENTASI OLEH

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

EFEK LAMA WAKTU PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING FINISHER

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

PENGARUH PENGGUNAAN KOMBINASI ASAM SITRAT DAN ASAM LAKTAT CAIR DAN TERENKAPSULASI SEBAGAI ADITIF PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

MATERI DAN METODE. Materi

PEMANFAATAN STARBIO TERHADAP KINERJA PRODUKSI PADA AYAM PEDAGING FASE STARTER

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hari (DOC) sebanyak 38 ekor. Ayam dipelihara secara semiorganik sampai umur

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

PENGARUH JENIS BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) DENGAN PEMBERIAN PAKAN KOMERSIAL YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI PERIODE BERTELUR

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

PENGARUH PENUNDAAN PENANGANAN DAN PEMBERIAN PAKAN SESAAT SETELAH MENETAS TERHADAP PERFORMANS AYAM RAS PEDAGING ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Gathot (Ketela

MATERI DAN METODE. Materi

PENGARUH PENUNDAAN PENANGANAN DAN PEMBERIAN PAKAN SESAAT SETELAH MENETAS TERHADAP PERFORMANS AYAM RAS PEDAGING ABSTRACT

PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

EFFECT OF ADDITION PROBIOTICS Lactobacillus sp. POWDER IN FEED ON THE LAYING HENS PERFORMANCES.

BAB III MATERI DAN METODE. November 2015 di Kandang Ayam Fakultas Peternakan dan Pertanian,

MATERI DAN METODE. Materi

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

SUBTITUSI DEDAK HALUS PADA PAKAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus)

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN TEPUNG IKAN RUCAH NILA (Oreochromis niloticus) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BURAS

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

PENGARUH IMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT KARKAS DAN BOBOT LEMAK ABDOMINAL AYAM BROILER UMUR 3-5 MINGGU

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari pada 16 Maret sampai 15 April 2014,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

THE EFFECTS FEED ADDITIVE OF GRYLLUS MITRATUS BURM MEAL MIXTURE ON BROILER CARCASS QUALITY

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

EFFECT OF FRESHWATER CRAB MEAL (Parathelphusa maculata) IN FEED ON BROILER PERFORMANCES

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari-Maret 2015 di Kandang

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

PEMBERIAN PAKAN TERBATAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERFORMA AYAM PETELUR TIPE MEDIUM PADA FASE PRODUKSI KEDUA

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok perlakuan dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian Pengaruh Frekuensi dan Periode Pemberian Pakan yang Berbeda

PENGARUH PRODUKSI KARKAS AYAM BROLILER YANG DIBERI PAKAN SUPLEMENTASI LIMBAH RESTO MASAKAN PADANG DENGAN KANDUNGAN PROTEIN YANG BERBEDA

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kabupaten Bogor. Pada umur 0-14 hari ayam diberi ransum yang sama yaitu

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

PENGGUNAAN PRODUK FERMENTASI DAN KUNYIT DALAM PAKAN TERHADAP PERFORMAN AYAM PEDAGING DAN INCOME OVER FEED AND CHICK COST

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

NILAI ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER PERIODE FINISHER YANG DISUPLEMENTASI DENGAN DL-METIONIN SKRIPSI JULIAN ADITYA PRATAMA

MATERI. Lokasi dan Waktu

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

Transkripsi:

EFEK PENGGUNAAN TEPUNG JANGKRIK (Gryllus mitratus burm) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING Bayu Giescha BK 1), Osfar Sjofjan 2) and Irfan H Djunaidi 2) 1) Mahasiswa bagian Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang 2) Dosen bagian Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang Email: bayugiescha@yahoo.com ABSTRACT The research was aimed to evaluate effect of cricket meal in feed on broiler performance. The materials used to 100 lohmann strain broiler chicks with average weight 46.37±4.07 g. Treatment levels of gryllus mitratus burm in feed were 0% (P0), 0,5% (P1), 1% (P2), 1,5% (P3) and 2% (P4). The observed variables were fe ed consumption, body weight gain, feed conversion, mortality, production index and income over feed cost (IOFC). Data in this research were analysed by ANOVA of the completely randomized design consisting 5 treatments and 4 replications. If there was difference between the treatments, tested by Duncan s multiple range test. The result of this research showed that effect of the use 2% cricket meal give the best of broiler performance on body weight gain, feed conversion, production index (P<0,01) and income over feed cost (P<0,05). The conclusion of this research was the used of cricket meal in feed until 2% was not given horrible effects on broiler performance and was recommended this research should be improved for increasing broiler performance in the future. Keywords: cricket, feed, performance, broiler. RINGKASAN Tepung jangkrik merupakan hasil olahan dari jangkrik segar yang dikeringkan dan dihaluskan menjadi tepung untuk campuran pakan ayam pedaging selama penelitian. Penggunaan tepung jangkrik dalam pakan merupakan upaya untuk meningkatkan penampilan produksi ternak. Penggunaan tepung jangkrik yang relatif lebih murah diharapkan mampu menjadi substitusi dari bahan pakan seperti tepung ikan dan tepung udang. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 35 hari di peternakan milik Bapak Wariyanto yang beralamatkan di Desa Punden Sari, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung mulai bulan November 2013 sampai Januari 2014. Analisis proksimat pakan dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek penggunaan tepung jangkrik dalam pakan terhadap penampilan produksi ayam pedaging. Penelitian ini menggunakan 100 ekor DOC ayam pedaging strain lohmann grade Platinum yang tidak dibedakan jenis kelamin dan dipelihara selama 35 hari. Rata-rata bobot badan DOC 46,37±4,07 g dengan koefisien keragaman 8,77%. Perlakuan yang diberikan adalah 5 perlakuan dengan 4 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan pada penelitian adalah P0 : Pakan komersil 100%, P1 : pakan komersil 99,5% + tepung jangkrik 0,5%, P2 : pakan komersil 99% + tepung jangkrik 1%, P3 : pakan komersil 98,5% + tepung jangkrik 1,5%, P4 : pakan komersil 98% + tepung jangkrik 2%. Variabel yang diamati dalam penelitian adalah penampilan produksi ayam pedaging yang meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, mortalitas, indeks produksi dan income feed over cost (IOFC). Data hasil penelitian dicatat dan ditabulasi menggunakan program Excel selanjutnya data dianalisis dengan ANOVA dari Rancangan Acak Lengkap (RAL). Apabila terdapat perbedaan

pengaruh diantara perlakuan maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan s. Hasil penelitian ini menunjukkan data rata-rata konsumsi pakan selama penelitian dari yang terendah hingga tertinggi adalah perlakuan P2 (2744,04±112,51), P1 (2815,09±68,43), P0 (2978,68±130,95), P4 (3000,19±114,29) dan P3 (3000,74±68,44), pertambahan bobot badan mulai dari yang terendah hingga tertinggi adalah perlakuan P0 (1751,35±82,47), P1 (1866,90±57,03), P2 (1921,55±50,95), P3 (2093,15±94,64) dan P4 (2234,65±140,57), konversi pakan mulai dari yang tertinggi hingga terendah adalah perlakuan P0 (1,70±0,06), P1 ( 1,51±0,08), P3 ( 1,44±0,07), P2 (1,43±0,08) dan P4 (1,35±0,13), mortalitas 0%, indeks produksi mulai dari yang terendah hingga tertinggi adalah perlakuan P0 (302,22±20,75), P1 (363,13±28,40), P2 ( 394,93±32,16), P3 (427,16±39,85) dan P4 (488,97±79,63) dan IOFC mulai dari yang terendah hingga tertinggi adalah perlakuan P0 (14064,80±1066,92), P1 (16415,93±1396,09), P2 ( 17175,98±1435,08), P3 (17706,90±1757,82) dan P4 (19477,59±3272,37). Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa penggunaan tepung jangkrik dalam pakan memberikan perbedaan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan indeks produksi serta memberikan perbedaan pengaruh nyata terhadap income feed over cost (IOFC). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan tepung jangkrik dalam pakan dapat meningkatkan konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, indeks produksi dan IOFC dan menurunkan konversi pakan. Penggunaan tepung jangkrik hingga taraf 2% dalam pakan memberikan penampilan produksi terbaik dan tidak memberikan pengaruh negatif terhadap angka mortalitas. Perlu dikaji lebih dalam mengenai metode pembuatan tepung jangkrik mulai dari mempertimbangkan umur jangkrik, pemisahan kaki dan kepala yang berkaitan dengan zat kitin dan suhu pengeringan dalam oven agar tidak menurunkan nilai nutrisi tepung jangkrik serta perlu ditingkatkan penggunaan tepung jangkrik dalam pakan untuk lebih meningkatkan penampilan produksi ayam pedaging di masa yang akan datang. I. PENDAHULUAN Produk peternakan seperti daging, susu dan telur merupakan bahan pangan sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan manusia untuk tumbuh dan berkembang. Daging yang banyak dikonsumsi masyarakat sampai saat ini adalah daging ayam. Konsumsi daging ayam di Indonesia senantiasa meningkat setiap tahun, pada tahun 1970-an daging ayam berkontribusi hanya 20% dalam memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia, pada tahun 2012 daging ayam berkontribusi sebesar 66,8% dan 84,4% berasal dari daging ayam pedaging (Anonymous, 2013 a ). Angka tersebut tentu saja ditunjang dengan pemeliharaan yang baik, salah satu yang terpenting adalah pemberian pakan yang layak secara kualitas dan kuantitas. Banyak penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan produk pakan yang memiliki palatabilitas yang baik, lengkap kandungan nutrisinya dan murah. Pakan memegang peranan yang sangat penting baik ditinjau dari segi produksi maupun dari segi ekonomi, lebih kurang 70% biaya produksi dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak (Widodo, 2009). Kekurangan salah satu nutrisi dalam pakan dapat menurunkan produksi ternak (Samadi dan Liebert, 2008). Pemberian pakan tambahan atau feed additive merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas ternak. Penggunaan tepung jangkrik dalam pakan merupakan upaya untuk meningkatkan penampilan produksi ternak. Jangkrik ( Gryllus mitratus burm) merupakan salah satu serangga yang mudah dibudidayakan dan cukup potensial

untuk dikembangkan di Indonesia. Sujono (2012) menjelaskan bahwa masa panen yang cepat serta selalu habis terserap pasar, membuat jangkrik sangat potensial untuk dibudidayakan, setiap 3 ons telur jangkrik mampu menghasilkan 30 kg jangkrik tiap satu kali periode panen dengan lama pemeliharaan 29-33 hari. Kendala yang sering dihadapi oleh para peternak jangkrik adalah naik turunnya harga jangkrik yang sering terjadi karena stok jangkrik yang berlebihan pada tiap daerah seperti Tulungagung, Surakarta dan Purwodadi yang merupakan pusat peternakan jangkrik terbesar di pulau Jawa. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka diperlukan solusi untuk mengatasi permasalahan tidak stabilnya harga jangkrik yang dapat membuat peternak jangkrik merugi, salah satunya adalah mengolah jangkrik menjadi tepung jangkrik yang mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi serta masih sangat jarang ditemui penjual tepung jangkrik dipasar (Siswoyo, 2010). Tepung jangkrik merupakan hasil olahan dari jangkrik segar yang dikeringkan dan dihaluskan menjadi tepung untuk campuran pakan. Udjianto (1999) menjelaskan bahwa jangkrik dapat diolah menjadi tepung seperti halnya udang, namun harga tepung jangkrik relatif lebih murah jika dibandingkan dengan tepung udang. Saefullah (2006) menjelaskan bahwa tepung jangkrik memiliki kandungan BK, PK, LK dan SK berturut-turut sebesar 86%; 55,96%; 12,45%; dan 7,94%. Penggunaan tepung jangkrik yang relatif lebih murah diharapkan mampu menjadi substitusi dari bahan pakan seperti tepung ikan dan tepung udang. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi efek penggunaan tepung jangkrik dalam pakan terhadap penampilan produksi ayam pedaging yang meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, mortalitas, indeks produksi dan income over feed cost. II. MATERI DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan selama 35 hari di peternakan milik Bapak Wariyanto yang beralamatkan di Desa Punden Sari, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung mulai bulan November 2013 sampai Januari 2014. Analisis proksimat pakan dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang. Materi Penelitian 100 ekor DOC ayam pedaging yang tidak dibedakan jenis kelamin dan dipelihara selama 35 hari. Rata-rata bobot badan DOC 46,37±4,07 g dan Koefisien Keragaman 8,77%, sehingga DOC dikatakan seragam karena memiliki KK<10%. Kandang sistem litter berjumlah 20 petak dengan ukuran tiap petak panjang x lebar x tinggi adalah 100 x 100 x 70 cm, setiap petak ditempati 5 ekor ayam pedaging yang dilengkapi dengan tempat pakan, tempat minum, lampu listrik dengan daya 25 watt dan alas menggunakan campuran sekam 50%, pasir 33%, kapur 17% serta di sekeliling kandang ditutup dengan plastik pada saat periode starter agar panas didalam kandang tetap terjaga (Muharlien, 2011). Pakan ayam pedaging periode starter dan finisher menggunakan pakan komersil dan tepung jangkrik yang dicampur dengan level berbeda tiap perlakuan. Kandungan zat makanan pakan tiap perlakuan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Zat Makanan Tepung Jangkrik dan Pakan Perlakuan Zat Makanan Pakan komersil 1 Tepung Jangkrik 1 P0 2 P1 2 P2 2 P3 2 P4 2 BK (%) 86,58 75,79 86,58 86,53 86,47 86,42 86,36 ABU(%) 7,25 7,52 7,25 7,25 7,24 7,24 7,24 PK(%) 25,43 59,72 25,43 25,56 25,7 25,83 25,97 SK(%) 3,43 10,19 3,43 3,46 3,5 3,5 3,54 LK(%) 6,11 20,86 6,11 6,17 6,23 6,3 6,35 EM(Kkal/kg) 3100* 4870** 3100 3590,73 3600,95 3611,17 3621,39 Keterangan: 1 Hasil Analisis Proksimat di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang. 2 Hasil hitung manual sesuai dengan proporsi penggunaan tiap pakan perlakuan. *Label pakan komersil PT Wonokoyo Jaya Corporindo Unit Surabaya. **Hasil penelitian Saefullah (2006) Jangkrik yang digunakan dalam penelitian diolah terlebih dahulu menjadi tepung jangkrik kemudian dicampurkan dalam pakan. Jangkrik dibeli dari peternak di daerah Tulungagung dengan harga Rp 19300,-/kg bobot hidup, tiap 1 kg jangkrik segar dapat menghasilkan 280 g tepung jangkrik. Jangkrik yang digunakan adalah jangkrik kliring ( Gryllus mitratus burm) berumur 30 hari yang masih dalam fase instar atau belum tumbuh sayap-sayapnya tanpa dipisahkan kaki-kaki dan kepala. Rata-rata bobot badan jangkrik umur 30 hari fase instar per ekor 0,8-1 g, jangkrik dewasa 1,3-1,4 g. Proses pembuatan tepung jangkrik disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Tepung Jangkrik Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode percobaan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diberikan adalah 5 perlakuan dengan 4 kali ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 5 ekor ayam. Perlakuan yang diberikan: P0 : Pakan Komersil 100% P1 : Pakan Komersil 99,5% + tepung jangkrik 0,5% P2 : Pakan Komersil 99% + tepung jangkrik 1% P3 : Pakan Komersil 98,5% + tepung jangkrik 1,5% P4 : Pakan Komersil 98% + tepung jangkrik 2% Prosedur Penelitian Tepung jangkrik dicampur sedikit demi sedikit dengan tetap memperhatikan tekstur pakan. Pencampuran dilakukan setiap 10 kg pakan untuk menghindari kekurangan pakan. Pakan perlakuan diberikan pada ayam mulai umur 15 hari. Pakan diberikan secara ad libitum pada ayam dan dipelihara selama 35 hari kemudian diamati penampilan produksi ayam pedaging yang meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, mortalitas, indeks produksi dan IOFC. Analisis Data Data hasil penelitian dicatat dan ditabulasi menggunakan program Excel. Data dianalisis dengan ANOVA dari Rancangan Acak Lengkap (RAL), apabila terdapat perbedaan pengaruh diantara perlakuan maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan s. Variabel yang diamati dalam penelitian adalah penampilan produksi ayam pedaging yang meliputi, konsumsi pakan adalah banyaknya pakan yang diberikan dikurangi sisa pakan, pertambahan bobot badan adalah selisih

bobot badan pada saat akhir tertentu dengan bobot badan semula dengan rumus PBB = BB akhir minggu - BB awal minggu, konversi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi pada saat tertentu dibagi dengan pertambahan bobot badan pada saat itu juga dengan rumus konversi pakan=konsumsi pakan (g) / PBB (g). Mortalitas adalah persentase perbandingan antara banyaknya ayam yang mati dengan yang hidup. Indeks produksi merupakan parameter untuk melihat efisiensi produksi ayam pedaging, dengan rumus IP= ((BB hidup (kg) x % hidup) / (konversi pakan x lama pemeliharaan)) x 100 %. Income Over Feed Cost (IOFC) merupakan pendapatan kotor yang dihitung dengan cara mengurangi pendapatan dari penjualan ayam hidup dengan biaya yang dikeluarkan untuk pakan dengan rumus IOFC = (BB x harga ayam/kg hidup) (Σ konsumsi pakan x biaya pakan/kg). III. HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian efek penggunaan tepung jangkrik (Gryllus mitratus burm) dalam pakan terhadap penampilan produksi ayam pedaging disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata Konsumsi Pakan, PBB, Konversi, Indeks Produksi dan IOFC Selama Periode Penelitian Variabel P0 P1 P2 P3 P4 Konsumsi 2978,68 2815,09 2744,04 3000,74 3000,19 (g/ekor) ±130,95 A ±68,43 A ±112,51 B ±68,44 A ±114,29 A PBB (g/ekor) Konversi Pakan Indeks Produksi 1751,35 1866,90 1921,55 2093,15 2234,65 ±82,47 B ±57,03 B ±50,95 B ±94,64 A ±140,57 A 1,70 1,51 1,43 1,44 1,35 ±0,06 B ±0,08 A ±0,08 A ±0,07 A ±0,13 A 302,22 363,13 394,93 427,16 488,97 ±20,75 B ±28,40 B ±32,16 A ±39,85 A ±79,63 A IOFC (Rp/ekor) 14064,80 ±1066,92 b 16415,93 ±1396,09 a 17175,98 ±1435,08 a 17706,90 ±1757,82 a 19477,59 ±3272,37 a Keterangan: Superskrip huruf besar (A -B) yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh sangat nyata (P<0,01) dan superskrip huruf kecil(a-b) yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh nyata (P<0,05) pada masing - masing perlakuan. Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Pakan Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penggunaan Tepung Jangkrik hingga taraf 2% (P4) memberikan perbedaan pengaruh sangat nyata (P< 0,01) terhadap konsumsi pakan. Penggunaan Tepung Jangkrik pada taraf 1,5% (P3) adalah yang tertinggi untuk konsumsi pakan selama penelitian yang mempunyai kandungan energi metabolis dan protein sebesar 3611,17 Kkal/kg dan 25,83% (Tabel 1). Tepung jangkrik yang digunakan pada penelitian mengandung energi metabolis 4870 Kkal/Kg (Tabel 1) dan protein 59,72% (Tabel 1) serta rataan suhu lingkungan selama penelitian 29,66 ± 1,36 o C sehingga mampu meningkatkan rataan konsumsi pakan selama penelitian. Hal tersebut sesuai dengan pendapat North dan Bell (1990) yang menyatakan bahwa konsumsi ransum harian dipengaruhi oleh tiga faktor penting yaitu kandungan energi metabolis, kandungan protein ransum dan temperatur lingkungan. Wahju (2004) menambahkan bahwa rasa makanan pada manusia atau hewan dan mamalia lainnya menentukan banyaknya pakan yang dikonsumsi. Sesuai dengan pernyataan tersebut penggunaan tepung jangkrik

dalam pakan menunjukkan perbedaan pengaruh sangat nyata antar perlakuan yang disebabkan oleh aroma tepung jangkrik menyerupai aroma udang goreng serta rasa yang gurih dan warna gelap yang merupakan unsur palatabilitas tinggi yang disukai ayam sehingga memberikan efek meningkatnya konsumsi pakan. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Bobot Badan Penggunaan Tepung Jangkrik pada taraf 2% (P4) adalah yang tertinggi untuk pertambahan bobot badan selama penelitian. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penggunaan Tepung Jangkrik hingga taraf 2% (P4) memberikan perbedaan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pertambahan bobot badan. Muhammad (2011) menjelaskan bahwa ayam pedaging diharapkan sudah dijual pada umur lima atau enam minggu dengan bobot antara 1,30 sampai 1,40 kg walaupun laju pertumbuhan ayam pedaging tersebut belum mencapai maksimal. Mengacu pada penjelasan tersebut perlakuan P4 penggunaan tepung jangkrik 2% membuktikan bahwa pada umur lima minggu ayam pedaging mampu mencapai pertambahan bobot badan 2234,65±140,57 g/ekor. Kandungan protein dan energi metabolis pakan perlakuan P4 sebesar 25,97% dan 3621,39 Kkal/kg (Tabel 1) mampu menghasilkan pertambahan bobot badan tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gultom (2014) bahwa ransum dengan kandungan EM 3000 Kkal/kg dan Protein 20% (P4) mampu menghasilkan bobot karkas yang tinggi dan bobot lemak abdominal yang rendah pada ayam broiler umur 3-5 minggu. Pengaruh Perlakuan Terhadap Konversi Pakan Penggunaan Tepung Jangkrik pada taraf 2% (P4) adalah yang terendah untuk konversi pakan selama penelitian. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penggunaan Tepung Jangkrik hingga taraf 2% (P4) memberikan perbedaan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konversi pakan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Martawidjaja (1997) yang menyatakan bahwa kualitas pakan menentukan konversi pakan. Penggunaan pakan akan semakin efisien bila jumlah yang dikonsumsi minimal namun menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi. Pada perlakuan P4 menunjukkan bahwa konsumsi pakan tidak sebesar P3 yang memiliki konsumsi pakan tertinggi namun P4 menunjukkan nilai konversi paling rendah diantara perlakuan P0, P1, P2 dan P3. Angka konversi yang baik adalah dibawah 2 (NRC, 1994). Pengaruh Perlakuan Terhadap Mortalitas Angka mortalitas selama penelitian ini menunjukkan angka sebesar 0%. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Blakely dan Blade (1998) angka mortalitas yang baik untuk ayam pedaging adalah kurang dari 5%. Setiap tingkat kematian lebih dari 6% dianggap sebagai suatu kondisi yang serius dan harus mendapat perhatian segera dari peternak. Menurut Lacy dan Vest (2000) mortalitas yang normal pada ayam pedaging adalah sekitar 4%, maka perlu dilakukan tindakan pencegahan untuk menekan tingkat kematian seperti pemberian vaksin dan obat-obatan serta memperhatikan sanitasi sekitar kandang. Hal ini berarti penggunaan tepung jangkrik hingga taraf 2% tidak menyebabkan dampak negatif terhadap angka mortalitas ayam pedaging. Pengaruh Perlakuan Terhadap Indeks Produksi Penggunaan Tepung Jangkrik pada taraf 2% (P4) adalah yang tertinggi u ntuk indeks produksi selama penelitian. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penggunaan Tepung Jangkrik hingga taraf 2% (P4) memberikan perbedaan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap indeks produksi. Menurut Arifien (1997) tingkat

keberhasilan usaha ternak tidak hanya dipengaruhi oleh rendahnya nilai konversi ransum akan tetapi perlu juga dilhat indeks produksinya. Indeks produksi dipengaruhi oleh bobot badan akhir, persentase ayam yang hidup, lama pemeliharan dan konversi ransum. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan tepung jangkrik hingga taraf 2% memberikan dampak positif terhadap peningkatan indeks produksi. Nilai indeks produksi kurang dari 300 dinyatakan kurang, 301-325 dinyatakan cukup, 326-350 dinyatakan baik, 351-400 dinyatakan sangat baik lebih dari 400 dinyatakan istimewa (Santoso dan Sudaryani, 2009). Pengaruh Perlakuan Terhadap Income Feed Over Cost (IOFC) Harga pakan semakin meningkat seiring penggunaan tepung jangkrik dalam pakan ditinjau dari segi harga. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penggunaan Tepung Jangkrik hingga taraf 2% (P4) memberikan perbedaan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap IOFC. Penggunaan Tepung Jangkrik pada taraf 2% (P4) adalah yang tertinggi untuk IOFC selama penelitian. Secara ekonomis hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat nilai IOFC maka semakin meningkatkan nilai pendapatan kotor. Wahju (2004) menjelaskan bahwa semakin efisien ayam mengubah makanan menjadi daging (konversi pakan yang baik) maka semakin baik nilai IOFC nya. Hal ini membuktikan bahwa penggunan tepung jangkrik hingga taraf 2% memberikan dampak positif terhadap peningkatan IOFC. IV. KESIMPULAN Penggunaan tepung jangkrik dalam pakan dapat meningkatkan konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, indeks produksi dan IOFC dan menurunkan konversi pakan. Penggunaan tepung jangkrik hingga taraf 2% dalam pakan memberikan penampilan produksi terbaik dan tidak memberikan pengaruh negatif terhadap angka mortalitas. DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2013 a. Kebutuhan Daging Unggas Nasional. http://www.livestockreview.com/2 013/05/daging-broiler-sumbang- 844-kebutuhan-daging-unggasnasional/ diakses pada 18 September 2013. Arifien M. 1997. Kiat Menekan Konversi Pakan Pada Ayam Broiler. Poultry Indonesia. 203. Ed- Januari :1-12. Blakely, J dan D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Cetakan Keempat. Gadjah Mada Press: Yogyakarta. Gultom, S. M. 2014. Pengaruh Imbangan Energi Dan Protein Ransum Terhadap Bobot Karkas Dan Bobot Lemak Abdominal Ayam Broiler Umur 3-5 Minggu. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. http://www.jurnal.unpad.ac.id/ejo urnal/article/download/899/945 diakses pada 28 November 2014. Lacy and L.R. Vest. 2000. Improving Feed Conversion in Broiler : A Guide for Growers. http://www.ces.uga.edu/pubcd.c:7 93-w.html diakses 18 September 2013. Martawidjaja, M. 1997. Pengaruh Taraf Pemberian Konsentrat terhadap Keragaan Kambing Kacang Jantan Sapihan. http://www.pustaka.litbang.depta n.go.id/bptpi/lengkap/iptana/.../ pros34.pdf diakses pada 18 September 2013.

Muhammad, Z. 2011. Lama Pemeliharaan untuk Mencapai Bobot Badan Siap Pasar Ayam Broiler melalui Penambahan Tepung Kencur (Kaempferia galanga L). http://animalproduction.net/index. php/jap/article/download/267/25 6 diakses pada 18 September 2013. Muharlien. 2011. Meningkatkan Produksi Ayam Pedaging Melalui Pengaturan Proporsi Sekam, Pasir dan Kapur sebagai Litter. Jurusan Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya Malang. Jurnal Ternak Tropika Vol. 12, No. 1: 38-45, 2011. North, M. O and D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4 th Edition. Avi publishing Company Inc. Van Norstrand Reinhold. New York. NRC. 1994. Nutrient Requirement of Poultry: Ninth Revised Edition. Subcommittee on Poultry Nutrition Committee on Animal Nutrition Board on Agriculture National Research Council. National academy press. Washington. D. C. Saefullah, M. 2006. Suplementasi Tepung Jangkrik Dalam Ransum Komersial Terhadap Performa Ayam Petelur. Skripsi Teknologi Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Santoso. H dan T. Sudaryani. 2009. Pembesaran Ayam Pedaging Hari per Hari di Kandang Panggung Terbuka. Penebar Swadaya. Jakarta. Siswoyo. 2010. Kajian Pengembangan Usaha Budidaya Jangkrik Sebagai Bahan Baku Industri (Studi Kasus Di Daerah Istimewa Yogyakarta). Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. http://journal.ipb.ac.id/index.php/ jurnalmpi/article/.../3214 diakses pada 04 Desember 2014. Sujono. 2012. Budidaya Jangkrik. http://www.pusatagro.com/beritabudidaya-jangkrik-pergerakanharganya-seperti-bursa-saham diakses pada 04 Desember 2014. Udjianto, A. 1999. Ruang Lingkup Budidaya Pemeliharaan Jangkrik Kalung Kuning. Lokakarya Fungsional Non Peneliti. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Wahju. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Revisi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Widodo, I. 2009. Pengaruh Penambahan Mineral Supplement Biolife dalam Pakan terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging. Skripsi Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. Samadi dan F. Liebert. 2008. Modelling the Optimal Lysine to Threonine Ratio in Growing Chickens Depending on Age and Efficiency of Dietary Amino Acid Utilisation. Br. Poult. Sci. 49(1):45-54.