PENYETARAAN HASIL UJIAN SEKOLAH/MADRASAH PENDAHULUAN Pendidikan nasional diselenggarakan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia

dokumen-dokumen yang mirip
UJIAN SEKOLAH/MADRASAH 12/14/2016

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

RAKOR UN & UJIAN SEKOLAH 2017

Nomor : 0094/SDAR/BSNP/III/ Maret 2018 Lampiran : satu berkas Perihal : Revisi Kedua POS UN Tahun Pelajaran 2017/2018

No : 0067/SDAR/BSNP/I/ Januari 2016 Lampiran : satu berkas Perihal : Ujian Nasional bagi Peserta Didik pada Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK)

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

No : 0062/SDAR/BSNP/IX/ September 2015 Lampiran : satu berkas Perihal : Surat Edaran UN Perbaikan Tahun Pelajaran 2014/2015

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

ANALISIS HASIL UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN 2015

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

ANALISIS BUTIR SOAL DAN KEMAMPUAN BAHASA INDONESIA SISWA SMK DALAM UJIAN NASIONAL TAHUN 2011

No : 0045/SDAR/BSNP/I/ Januari 2014 Lampiran :... Perihal : Perbaikan POS UN Tahun Pelajaran 2013/2014

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

2

UJIAN SEKOLAH SEBAGAI UPAYA PEMETAAN MUTU SEKOLAH DASAR SCHOOL EXAM AS AN EFFORT FOR PRIMARY SCHOOL QUALITY MAPPING

Nomor : 0093/SDAR/BSNP/III/ Maret 2018 Lampiran : satu berkas Perihal : Revisi POS USBN Tahun Pelajaran 2017/2018

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

HASIL SELEKSI SNMPTN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 ten

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

PEMERINTAH PROVINSI BALI

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

C UN MURNI Tahun

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2013 TENTANG

Perbandingan Nilai Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Mata Pelajaran Matematika SMA Program IPA Tahun Pelajaran 2010/2011

BAHAN RAPAT KOORDINASI PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH (US/M) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

DIREKTORAT JENDERAL PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN

A. Latar Belakang. B. Tujuan

Hasil Ujian Nasional 2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PANDUAN PELAKSANAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH PADA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH DAN SEKOLAH LUAR BIASA KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Nomor : 7396/H/TU/ Juni 2014 Lampiran : 1 berkas Hal : Petunjuk Teknis Penulisan Ijazah Tahun Pelajaran 2013/2014

Nomor : 0091/SDAR/BSNP/II/ Februari 2018 Lampiran : satu berkas Perihal : POS USBN Tahun Pelajaran 2017/2018

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008

UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL 2007/2008

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMINDAIAN UJIAN NASIONAL TAHUN Jakarta, 21 Maret 2018

Lampiran: 2380/H/TU/ Mei 2015

Nomor : 0090/SDAR/BSNP/I/ Januari 2018 Lampiran : 7 lembar Perihal : Penambahan Mata Pelajaran dan Kisi-kisi USBN SMA Tahun Pelajaran 2017/2018

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

D I R E K TO R AT J E N D E R A L P E N D I D I K A N A N A K U S I A D I N I D A N P E N D I D I K A N M A S YA R A K AT, K E M D I K B U D R I

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Aliyah Negeri Tahun 2008

PANDUAN SISTEM PENERIMAAN SISWA BARU MADRASAH ALIYAH NEGERI INSAN CENDEKIA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 (PROGRAM BEASISWA )

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 74 TAHUN 2009 TENTANG

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

infografis GERAKAN SENIMAN MASUK SEKOLAH GERAKAN SENIMAN MASUK SEKOLAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

Perencanaan Pelaksanaan Akreditasi PAUD dan PNF Tahun 2018

UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN

KATA PENGANTAR. Surabaya, Februari 2017 KEPALA DINAS. Dr. IKHSAN,S.Psi, MM Pembina Utama Muda NIP

Nomor : 33 /B3.1/KM/ Januari 2016 Lampiran : 2 (dua) lampiran Perihal : Penyelenggaraan ON MIPA-PT Tahun 2016

Perbandingan Nilai Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Mata Pelajaran Matematika SMA Program IPA Tahun Pelajaran 2010/2011

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG

Pelatihan Sistem Informasi Manajemen Akreditasi dalam rangka sosialisasi aplikasi SISPENA PAUD dan PNF Tahun 2018

Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016

DALAM JABATAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2017

BERITA NEGARA. No.19, 2011 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL. Ujian Sekolah. Ujian Nasional. SD.Ibtidaiyah. SD Luar Biasa.

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017

Rapat Koordinasi Sosialisasi UN & USBN Tahun Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

BERITA RESMI STATISTIK

Kata Pengantar. Jakarta, Januari Tim Penyusun

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Nomor : 0304/E3.4/ Februari 2013 Lampiran : 2 (dua) lampiran Perihal : Penyelenggara ON MIPA-PT Tahun 2013

Nomor : 0457/E3.4/ Maret 2012 Lampiran : 2 (dua) lampiran Perihal : ON MIPA-PT

Nomor : 7396/H/TU/ Juni 2014 Lampiran : 1 berkas Hal : Petunjuk Teknis Penulisan Ijazah Tahun Pelajaran 2013/2014

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor),

Nomor : /H/TU/2016 Maret 2016 Lampiran : 1 berkas Hal : Petunjuk Teknis Pengisian Ijazah Tahun Pelajaran 2015/2016

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 220/MENKES/SK/VI/2013 TENTANG TIM BINAAN WILAYAH BIDANG KESEHATAN

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN PASCA OPTIMALISASI DAN PENGHENTIAN KEGIATAN DEKONSENTRASI URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DAN FORKOPIMDA TAHUN ANGGARAN 2016

2017, No Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo

Transkripsi:

PENYETARAAN HASIL UJIAN SEKOLAH/MADRASAH PENDAHULUAN Pendidikan nasional diselenggarakan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia untuk mendukung pembangunan nasional. Peningkatan kualitas pendidikan nasional merupakan syarat mutlak untuk menghadapi era globalisasi abad 21. Peranan pendidikan dalam menentukan kemajuan bangsa telah diakui seluruh umat manusia. Kemajuan bangsa sangat ditentukan oleh keberhasilan dalam pendidikan. Negara-negara maju umumnya memiliki sumber daya manusia terampil untuk mengolah sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Negara maju dengan kualitas pendidikan tinggi sebagai hasil pendidikan telah menghasilkan generasi inovatif dan kreatif yang dibutuhkan untuk mendukung atau meningkatkan hasil pembangunan. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas interaksi tiga komponen yaitu tujuan pendidikan, pembelajaran, dan penilaian (Muslich, 2011). Tujuan pendidikan dirumuskan dalam kurikulum yang dijabarkan dalam rencana program pembelajaran. Dalam rencana tersebut dijabarkan tujuan pendidikan ke dalam tujuan pembelajaran dengan konten mata pelajaran. Hal yang diprogramkan, itulah yang diajarkan atau dialihkan pendidik kepada peserta didik, yang disebut pembelajaran. Pembelajaran merupakan interaksi pendidik dengan peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Untuk mengetahui capaian peserta didik dalam pembelajaran dilakukan penilaian. Hasil penilaian menunjukkan capaian peserta didik pada tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Bila capaian penilaian memuaskan maka proses pembelajaran dapat dilanjutkan sedaangkan bila belum maka dilakukan proses pembelajaran ulang atau remedial. Hasil penilaian dikomunikasikan kepada peserta didik atau pihak lain yang berkepentingan. Dengan cara tersebut para pihak, mengetahui kemajuan belajar peserta didik dan dapat diambil tindakan untuk perbaikan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Ketiga komponen pendidikan tersebut saling berkait dan berkontribusi dalam peningkatan hasil pembelajaran di satuan pendidikan. Komponen tersebut dapat saling memberi informasi sehingga pembelajaran berhasil dengan baik. Untuk mengukur hasil pembelajaran dilakukan penilaian internal dan eksternal (Nitko dan Susan, 2011). Penilaian internal dilakukan oleh pendidik dalam bentuk ujian harian, ujian tengah semester; ujian akhir semester, dan ujian kenaikan kelas. Penilaian eksternal dilakukan oleh pihak luar atau pemerintah dalam bentuk ujian sekolah, ujian nasional, atau survei. Kedua bentuk penilaian saling melengkapi dan menguatkan hasil penilaian internal (Hadiana, 2012). Hasil penilaian yang dilakukan pendidik selama proses pembelajaran 1

kurang dipercayai oleh berbagai kalangan sehingga perlu penilaian ekternal. Dengan demikian hasil penilaian internal dikuatkan oleh penilaian pemerintah atau eksternal. Penilaian akhir yang dilakukan pemerintah khusus di sekolah dasar, dewasa ini disebut Ujian sekolah/madrasah (US/M), sebagai kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran dan muatan lokal sesuai dengan standar kompetensi lulusan. US/M diselenggarakan pada sekolah dasar, madrasah ibtidaiyah, sekolah dasar luar biasa, pusat kegiatan belajar masyarakat, sanggar kegiatan belajar, pondok pesantren salafiyah. Ujian sekolah dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi dan untuk menggambarkan pencapaian tujuan pembelajaran (Purwati, 2009). Tujuan ujian akhir yaitu untuk memeroleh gambaran perkembangan kompetensi peserta didik selama masa pendidikan dan digunakan sebagai dasar untuk penentuan kelulusan atau hasil belajar peserta didik (Putra, 2013). Ujian akhir khususnya di SD sudah ada sejak Indonesia merdeka sampai sekarang. Pada awalnya disebut Ujian Negara, Ujian Sekolah, Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas), Ujian Sekolah, Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN), Ujian Nasional, dan Ujian Sekolah/Madrasah (US/M). Setiap bentuk ujian tersebut memiliki perbedaan utama dalam proses penyusunan bahan ujian, penggandaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan hasil ujian (Pakpahan, 2015). US/M yang dilaksanakan sekarang merupakan kelanjutan UASBN menjadi Ujian Nasional dan US/M. UASBN dan Ujian Nasional mengujikan mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA sedang US/M mengujikan seluruh mata pelajaran termasuk Muatan Lokal. Berdasarkan uraian tersebut, yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah yaitu tentang prosedur penyiapan bahan US/M, dan nilai hasil US/M di sekor di setiap provinsi serta nilai tersebut disetarakan hingga diperoleh nilai nasional. Nilai yang dihasilkan provinsi belum dapat diperbandingkan hingga perlu dilakukan penyetaraan dan hasil tersebut dapat dijadikan sebagai patokan dalam pemetaan mutu sekolah dasar/madrasah melalui hasil US/M. Tujuan kajian yaitu untuk mengkaji prosedur penyiapan bahan US/M, mendeskripsikan skor US/M yang dilakukan setiap provinsi, dan mendeskripsikan nilai capaian peserta US/M. Pembahasan dalam makalah ini menyangkut pengukuran pencapaian seluruh kompetensi dari kelas empat hingga kelas enam pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). US/M ditinjau dari segi penyiapan bahan dan pelaksanaan US/M dapat dikategorikan sebagai ujian nasional SD. Pemerintah turut menyiapkan kisi-kisi, soal 25%, dan penyiapan naskah 75% dibantu oleh Kementerian melalui Puspendik serta proses-proses selanjutnya 2

dilaksanakan oleh dinas pendidikan provinsi atau kabupaten/kota. Kemeterian menetapkan aturan yang berkaitan dengan penyelenggaraan US/M. Hasil US/M digunakan untuk: 1) penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan; 2) pertimbangan seleksi masuk satuan pendidikan berikutnya; 3) pemetaan mutu satuan pendidikan; dan (4) pembinaan dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan (Kemdikbud, 2015). Hasil US/M digunakan satuan pendidikan penentuan kelulusan, dinas pendidikan kabupaten/kota sebagai alat seleksi masuk ke jenjang SMP, Kementerian sebagai bahan pemetaan mutu pendidikan khusu untuk SD/MI. Agar hal itu dapat dilakukan maka hasil US/M perlu dilakukan penyetaraan sehingga hasil US/M berada dalam satu skala nasional. METODOLOGI Metodologi dalam makalah ini dimaksudkan sebagai cara yang dilakukan untuk mengolah data dan menyetarakan hasil nilai tiga mata pelajaran dari seluruh Indonesia. Pengolahan data digunakan analisis diskriptif, digunakan untuk memeroleh perbandingan hasil nilai tiap provinsi dan analisis inferensial untuk melihat kaitan tingkat kesukaran soal antar wilayah dan penyetaraan antara wilayh. Data atau nilai tiga mata pelajaran yang sudah ditetapkan nilainya oleh dinas pendidikan provinsi diolah kembali dengan memasukkan data measure soal linking (25%). Proses penyetaraan nilai atau skor provinsi digunakan softwere WINSTEP sehingga hasilnya nilai atau skor nasional untuk tiap mata pelajaran. Melalui analisis ini nilai antar provinsi dapat diperbandingkan dan digunakan sebagai bahan pemetaan mutu sekolah dasar. HASIL DAN PEMBAHASAN Penyiapan bahan US/M meliputi penyusunan kisi-kisi, penulisan soal, perakitan soal, pencetakan tes, dan pendistribusian tes. Kisi-kisi dan soal 25% sebagai soal linking disiapkan oleh Kemdikbud dan soal 75% disusundinas pendidikan provinsi dengan melibatkan guru mata pelajaran dari setiap kabupaten/kota. Bentuk soal yang disusun yaitu soal pilihan ganda sejumlah tiga paket naskah (ujian utama, ujian susulan, dan ujian cadangan). Bahan ujian digandakan pemda provinsi dan bahan ujian didistribusikan langsung ke titik simpan akhir yang ditentukan oleh satuan pendidikan. Pola distribusi bahan ujian yaitu percetakan ke dinas pendidikan provinsi, ke kabupaten/kota dan titik simpan akhir (kecamatan). Pelaksanaan ujian dilaksanakan satu mata pelajaran setiap hari dan proses penyelenggaraan Ujian Sekolah mengikuti pelaksanaan ujian standar. Bahan ujian digandakan sejumlah peserta US/M dan menempuh satu paket tes dalam satu ruang ujian. Hal ini memungkinkan peserta ujian saling 3

kerja sama atau pihak lain mudah menyebarkan jawaban. Perlu dipikirkan agar dalam satu ruang ujian menggunakan dua atau lebih paket tes sehingga menyulitkan peserta untuk saling kerja sama maupun upaya penyebaran jawaban. Hasil pekerjaan siswa dikumpulkan tingkat kecamatan atau ada yang diantar langsung ke dinas pendidikan kabupaten/kota untuk dipindai. Proses pengiriman dilakukan sesuai dengan kesepakatan panitia kabupaten/kota dengan sekolah penyelenggara. Hasil pemindaian pekerjaan peserta US/M dikirimkan ke dinas provinsi untuk di skor. Hasil penskoran oleh provinsi dikirimkan ke dinas kabupaten/kota hingga ke satuan pendidikan. Hasil penskoran ini digunakan untuk menentukan nilai capaian peserta US/M dan belum diolah dengan data soal linking. Sesuai dengan fungsi soal linking, seharusnya soal linking harus diolah sehingga diperoleh skala soal US/M dalam skala nasional. Dengan skala tersebut, maka hasil US/M dapat diperbandingkan antar satuan pendidikan secara nasional. Perbandingan kemampuan peserta US/M dengan tampak pada Gambar 1, menunjukkan kemampuan peserta US/M dengan kemampuan atau tingkat kesukaran dari soal yang disusun oleh guru di setiap provinsi. Gambar tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesukaran soal yang diujikan di bawah kemampuan peserta US/M. Artinya secara keseluruhan materi US/M sudah dipelajari siswa peserta USM. Berikut gambaran kemampuan peserta US/M dibandingkan kemampuan atau tingkat kesukaran soal US/M. Person - MAP - Item 3 +.#. T.##.### 2.#### +.##### S.#######.#######.#######.############ M T I0020 1.########## + I0007 I0045.##### I0046 I0047.####### S I0003 I0006 I0014 I0019 I0048 I0049.##### S I0015 I0016 I0017.#### I0028 I0030 I0037.## I0008 I0023 I0033 I0043 0.# +M I0010 I0011 I0012 I0034 I0038 I0039. T I0009 0013 I0025 I0032 I0036 I0040 I0044 I0050. I0029 I0031 I0035. I0004 I0005 I0018 I0026 I0042. S I0022 I0027. I0021-1. + I0041. T I0024. I0001 I0002 4

Gambar 1. Perbandingan kemampuan US/M dengan Tingkat kesukaran soal Bahasa Indonesia Person - MAP - Item 4.# +.### 3.### T+.####.#### 2.##### S+.#####.#.######.######.#######.####### 1.####### M+T I0020.#######.############ I0013 I0023 I0027 I0031.####### I0005 I0015 I0024 I0030.####### S.##### I0021 I0022 I0025 I0026 I0028.######### I0002 I0004 I0008 I0019 0.#### +M I0009 I0018.###### S I0010 I0011 I0014 I0016 I0017 I0032.## I0012 I0029 I0036 I0039.## S.## I0003 I0037 I0038.### I0006 I0007.# I0035-1.# T I0001 I0034 Gambar 2. Perbandingan kemampuan US/M dengan Tingkat kesukaran soal Matematika Gambar 2 menunjukkan kemampuan peserta US/M secara rata-rata di atas kemampuan atau tingkat kesukaran dari soal yang disusun oleh guru di setiap provinsi. Artinya secara keseluruhan materi US/M sudah dipelajari siswa peserta US/M. Berikut gambaran kemampuan peserta US/M dibandingkan kemampuan atau tingkat kesukaran soal US/M IPA. Person - MAP - Item 4. +.#.## 3. +.###.#####.##### 2. S+.#######.#######.######## I0017.######## M T.######## 1.####### + I0027 I0037.############ I0003 I0018 I0020.###### I0019.##### S I0029.#### S I0009 I0011 I0021.#####.## I0006 I0008 I0016 I0033 0.# +M I0004 I0012 I0014 I0032 I0034 I0038.# I0001 I0010 I0030 I0035 I0040.# I0022 I0024 I0036. T I0002 I0015 I0026 I0028. S I0007. I0023-1. + I0025 I0031 5

. T I0013. I0005-2. + Gambar 3. Perbandingan kemampuan US/M dengan Tingkat kesukaran soal IPA Gambar 3 menunjukkan kemampuan peserta US/M secara rata-rata di atas kemampuan atau tingkat kesukaran dari soal yang disusun oleh guru di setiap provinsi. Artinya secara keseluruhan materi US/M sudah dipelajari siswa peserta USM. Hasil analisis soal yang ditemukan beberapa hal bermasalah tentang soal yang terlalu sukar dan mudah, dari indikator yang sama namun tingkat kesukaran tidak sama, indikator sama namun menghasilkan soal yang berbeda, dan tidak ditemukan kunci. Berikut contoh soal yang terlalu sukar dan mudah: Tingkat kesukaran soal tidak sama Measure : 3.19 6

Measure : -2.74 Perbedaan soal dengan indicator yang sama Measure : 4.88 7

Measure : -2.27 Perbedaan tingkat kesukaran dengan soal yang sama Measure: 1.973 Measure : -2.708 Indikator sama denga soal yang berbeda Measure : 4.018 8

Measure : -2.014 Soal yang kurang baik Alasan: tidak ada kunci jawaban Provinsi 02 Paket 02 No. 10 9

Alasan : Kunci jawaban ganda Provinsi 25 No. 27 Alasan : Soal tidak lengkap (tidak ada gambar) Hasil pekerjaan peserta ujian untuk tiga matpel dikumpulkan di dinas pendidikan kabupaten/kota untuk dipindai (scan) sedang hasil pekerjaan peserta ujian matpel lain ada di tingkat satuan pendidikan penyelenggara ujian untuk dikoreksi. Hasil pemindaian tiga matpel yang dilakukan dinas kabupaten/kota dikirimkan ke provinsi untuk di skor. Untuk itu, dinas pendidikan provinsi sebelum melakukan penskoran hasil ujian, lebih dulu mendapatkan kunci jawaban soal linking dari Kemdikbud. Hasil penskoran ujian sekolah yang dilakukan dinas pendidikan provinsi dikirimkan ke dinas pendidikan kabupaten/kota selanjutnya ke satuan pendidikan. Berikut hasil penskoran yang dilakukan oleh dinas pendidikan provinsi secara berturut-turut diuraikan dari mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA. 10

100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Gambar 1. Hasil Penskoran Bahasa Indonesia Oleh Dinas Provinsi Gambar 1 menunjukkan capaian nilai Bahasa Indonesia yang diolah provinsi. Berikut lima provinsi dengan nilai tertinggi yaitu di provinsi (4) DI Yogyakarta, (3) Jawa Tengah, (1) DKI Jakarta, (8) Sumatera Barat, dan (16) Kalimantan Timur. Sedangkan capaian lima provinsi terendah yaitu (13) Kalimantan Barat, (18) Sulawesi Tengah, (77) Sumatera Utara, (33) Papua Barat, dan (34) Kalimantan Utara. Utara Nilai olahan provinsi cenderung tinggi antar provinsi dan batas bawah sekitar 40. 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Gambar 2.. Hasil Penskoran Matematika Oleh Dinas Provinsi Pada Gambar 2 tampak capaian nilai Matematika yang diolah provinsi. Lima wilayah dengan nilai tertinggi di provinsi (32) ( Sulawesi Barat, (22) Bali, (3) Jawa Tengah, (1) DKI Jakarta, dan (8) Sumatera Barat. Barat Sedangkan capaian lima provinsi terendah yaitu (25) Papua, (13) Kalimantan Barat, (16 16) Kalimantan Timur, (15)) Kalimantan Selatan, dan (31) Kepulauan Riau. 11

Hasil olahan nilai provinsi tampak tinggi-tinggi tinggi tinggi di seluruh provinsi dan tampak mata pelajaran ini mudah bagi peserta sehingga capaian maksimal 100. 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Gambar 3.. Hasil Penskoran IPA Oleh Dinas Provinsi Gambar 3 menunjukkan nilai tertinggi IPA secara berturut-turu dicapai oleh provinsi (4) DI Yogyakarta, (5) Jawa Timur, (22) Bali, (16) Kalimantan Timur, (26) Bengkulu Bengkulu, (31) Kepulauan Riau. Sedangkan capaian lima provinsi terendah yaitu (25) Papua, (2 (27) Maluku Utara, (13) Kalimantan Barat,, (23) ( Nusa Tenggara Barat, (17) Sulawesi Utara Utara. Hasil olahan nilai disetarakan dengan data measure soal linking yang 25% dari pusat dan berikut measure soal linking antar provinsi. 7 6 5 4 3 2 1 0-1 -2-3 -4-5 -6 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 Gambar 4. Sebaran measure soal Bahasa Indonesia Gambar 4 menunjukkan sebaran measure soal Bahasa Indonesia secara nasional. Measure bergerak dari -5,23 5,23 (soal nomor 2) hingga 6,19 (soal (soal nomor 46). Soal dengan measure lima tertinggi nomor 46, 14, 17, 49, dan 30. Sedangkan lima soal dengan measure terendah yaitu nomor 2, 27, 25, 1, dan 50. Ada juga soal dengan measure di bawah 0,0 yaitu nomor 1, 2, 21, 22, 24, 41, dan 42. Pada gambar tersebut ada rentang measure soal yang terlalu besar seperti 46. 12

12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0-1 -2-3 -4-5 -6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 12131415161718192021222324252627282930313233 3334353637383940 Gambar 5. Sebaran measure soal Matematika Gambar 4 menunjukkan sebaran measure soal Matematika secara nasional. Measure bergerak dari -4,45 4,45 (soal nomor 34) hingga 11,12 (soal nomor 2). Soal dengan measure lima tertinggi nomor 2, 20, 30, 27, 27 dan 40. Sedangkan lima soal dengan measure terendah yaitu nomor 34, 1, 35, 36, dan 6.. Ada juga soal dengan measure di atas 0,0 yaitu nomor 13, 17, 20, 22, 23, 25, 26, 28, dan 31. Pada gambar tersebut ada rentang measure soal yang terlalu besar seperti 2. 5 4 3 2 1 0-1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 121314151617181920212223242526272829303132 323334353637383940-2 -3-4 Gambar 6. Sebaran measure soal IPA Gambar 6 menunjukkan sebaran measure soal IPA secara nasional. Measure bergerak dari -3,40 (soal nomor 30)) hingga 4,22 (soal nomor 24). Soal dengan measure lima tertinggi nomor 24, 26, 36, 10, dan 9.. Sedangkan lima soal dengan measure terendah yaitu nomor 30, 8, 35, 32, dan 2.. Ada juga soal dengan measure di atas 0,0 yaitu nomor 3,, 17, 27, sedangkan di bawah measure 0,0 yaitu nomor 5, 13, dan 31. Pada gambar tersebut ada rentang measure soal yang terlalu besar seperti 24 dan 35. 13

Berikut ini gambaran perbandingan antara nilai soal linking dengan non linking sebagai berikut: 95 85 75 65 55 45 4 5 8 3 22 1 9 2 28 31 7 30 19 29 16 10 20 26 21 11 15 12 24 14 18 34 6 17 13 32 33 23 27 25 Rata Anchor Rata non Anchor Gambar 7. Sebaran Nilai Soal Linking dan soal Non Linking Bahasa Indonesia. Gambar 7 menunjukkan sebaran nilai soal linking dan soal non linking tiap provinsi mata pelajaran Bahasa Indonesia. Nomor soal linking Bahasa Indonesia yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 41, 42, dan 45 sedangkan nomor lainnya disebut soal non linking. Capaian nilai linking tertinggi Bahasa Indonesia yaitu provinsi (4) DI Yogyakarta, (5) Jawa Timur, (8) Sumatera Barat, (3) Jawa Tengah, (22) Bali dan terendah di provinsi (25) Papua, (27) Maluku Utara, (23) Nusa Tenggara Barat, (33) Papua Barat, dan (32) Sulawesi Barat. Capaian nilai non linking tertinggi Bahasa Indonesia yaitu provinsi (4) DI. Yogyakarta, (5) Jawa Timur, (8) Sumatera Barat, (3) Jawa Tengah, dan (22) Bali dan terendah di provinsi (25) Papua, (27) Maluku Utara, (23) Nusa Tenggara Barat, (33) Papua Barat, dan (32) Sulawesi Barat. 85 75 65 55 45 35 22 7 2 19 30 5 4 29 20 8 3 10 6 9 21 32 17 1 24 26 23 14 18 16 11 33 31 28 12 27 15 25 34 13 Rata Anchor Rata Non Anchor Gambar 8. Sebaran Nilai Soal Linking dan soal Non Linking Untuk Matematika. Gambar 8 menunjukkan sebaran measure soal linking dan non linking tiap provinsi mata pelajaran Matematika. Nomor soal linking Matematika yaitu nomor 2, 4, 8, 13, 20, 22, 26, 31, 32, dan 37 sedangkan nomor lainnya disebut soal non linking. Capaian nilai linking tertinggi Matematika yaitu provinsi (22) Bali, (7) Sumatera Utara, (2) Jawa Barat, (19) 14

Sulawesi Selatan, (30) Banten, Banten dan terendah di provinsi (13) Kalimantan Barat Barat, (34) Kalimantan Utara, (25)) Papua, (15) ( Kalimantan Selatan, dan (27) Maluku Utara Utara. Capaian nilai soal non linking tertinggi Matematika yaitu provinsi (22) Bali, (7) Sumatera Utara, (2) Jawa Barat, (19) Sulawesi Selatan, (30) Banten,, dan terendah di provinsi ((13) Kalimantan Barat, (34) Kalimantan Utara,, (25) ( Papua, (15) Kalimantan Selatan, dan (27 27) Maluku Utara. 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 4 22 3 5 19 2 8 7 28 29 30 1 26 21 20 9 10 11 12 16 6 32 24 31 15 17 18 14 23 34 13 33 27 25 Rata Anchor Rata Non Anchor Gambar 9. Sebaran Measure Soal Linking Dan Non Linking Untuk IPA. Gambar 7 menunjukkan sebaran measure soal linking dan non linking tiap provinsi mata pelajaran IPA. Nomor soal linking IPA yaitu nomor 3, 5, 7, 13, 17,, 21, 25, 27, 31, dan 38 sedangkan nomor lainnya disebut soal non linking. Capaian nilai linking tertinggi IPA yaitu provinsi (4) DI Yogyakarta, (22) Bali, (3) Jawa Tengah, (5) Jawa Timur, (19) Sulawesi Selatan, dan terendah di provinsi (25) Papua, (27) Maluku Utara, (33) Papua Barat, ((13) Kalimantan Barat,, dan (34) Maluku Utara. Utara Capaian nilai non linking tertinggi IPA yaitu provinsi (4) DI Yogyakarta, (22) Jawa Barat, (5) Jawa Timur, (16) Kalimantan Timur Timur, dan (7) Sumatera Utara, dan terendah di provinsi (27) ( Maluku Utara, (25) Papua Papua, (17) Sulawesi Utara, (13) Kalimantan Barat,, dan (32) ( Sulawesi Barat. 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Gambar 10. Hasil Penyetaraan yetaraan Bahasa Indonesia 15

Gambar 11 menunjukkan nilai penyetaraan tertinggi Bahasa Indonesia secara berturutturut dicapai oleh provinsi (4) DI Yogyakarta, (1) DKI Jakarta, (3) Jawa Timur Timur, (8) Sumatera Barat, (16) Kalimantan Timur. Timur Sedangkan capaian lima ma provinsi terendah yaitu ((18) Sulawesi Tengah, (13) Kalimantan Barat, Barat (33) Papua Barat, (27) Maluku Utara. Dalam penyetaraan paket yang dijadikan titik nol adalah DI Yogyakarta, oleh karenanya tampak paling tinggi. 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Gambar 11. Hasil Penyetaraan yetaraan Matematika Gambar 11 menunjukkan nilai penyetaraan tertinggi Matemika dicapai oleh provinsi (11) Sumatera Selatan, (3) Jawa Timur, (1) DKI Jakarta, (21) Maluku Maluku, (5) Jawa Timur. Sedangkan capaian lima provinsi terendah yaitu (4) ( DI Yogyakarta, (11) Sumatera Selatan, (18) Sulawesi Tengah, (25)) Papua, (31) ( Kepulauan Riau. 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Gambar 12. Hasil Penyetaraan IPA Gambar 12 menunjukkan nilai penyetaraan tertinggi IPA dicapai oleh provinsi ((4) DI Yogyakarta, (28) Bangka Belitung, Belitung (34) Kalimantan Utara, (22) Bali, (16) Kalimantan Timur Timur. Sedangkan capaian lima provinsi terendah yaitu (25) ( Papua, (27) Maluku Utara Utara, (33) Papua Barat, (18) Sulawesi Tengah, dan (5) Jawa Timur. 16

100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0-10,0 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Gambar 13. Perbandingan rbandingan Nilai Provinsi dan Penyetaraan Bahasa Indonesia Gambar 13 menunjukkan perbandingan nilai provinsi dengan nilai hasil penyetaraan Bahasa Indonesia. Indonesia Secara keseluruhan nilai yang diskor oleh provinsi menurun dengan nilai setelah disetarakan dengan data soal linking. Pada awalnya (raw)) nilai tertinggi terdapat di provinsi (4) DI Yogyakarta, 94, setelah disetarakan (equated equated) menjadi 75,17, nilai ilai terendah terdapat di provinsi (27) Maluku Utara, 36, disetarakan menjadi 37,6. Sedangkan nilai tertinggi setelah diseterakan di provinsi (4) DI Yogyakarta 75,17 dan terendah di provinsi (18) Sulawes i Tengah 34,81. Data tersebut menunjukkan bahwa nilai tertinggi oleh provinsi dan disetara disetarakan an tetap terdapat di DI Yogyakarta sementara nilai terendah setelah disetarakan terjadi erjadi perubahan dari Maluku Utara ke Sulawesi Tengh. Konsekuensi dari perubahan ini maka nilai capaian harusnya 17

berubah setelah nilai provinsi ke nilai nasional. Untuk melihat gambaran perbedaan rata-rata nilai provinsi dengan nilai penyetaraan sebagai berikut. 81,1804 78,6929 77,8062 77,4005 75,3300 75,0509 74,8967 73,0267 71,9122 69,8952 69,3134 68,6276 77,6737 75,1434 74,9952 73,3453 72,4974 71,7324 71,0304 71,3126 71,0443 70,6120 70,5731 68,9824 67,8855 67,3053 67,3970 66,1152 65,9955 65,0011 63,9428 64,2660 63,1623 60,6570 61,0605 54,2336 52,6792 52,5978 52,2524 51,8018 50,5573 49,6419 49,0751 49,6042 49,4788 48,7128 48,0479 48,5612 47,3075 47,5578 46,6596 46,5238 46,2433 45,9791 45,9443 45,8594 46,3586 45,0430 45,0182 44,3644 43,7269 44,3302 44,0703 42,9673 40,5139 55,2773 53,4696 50,7389 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Gambar 14. Perbandingan Nilai Rata-rata Provinsi dan Nilai Rata-rata Penyetaraan Bahasa Indonesia Gambar 14 menunjukkan bahwa perbandingan nilai rata-rata provinsi dengan nilai rata-rata nilai equated Bahasa Indonesia. Provinsi yang mengalami perubahan rata-rata tertinggi di provinsi dan nilai rata-rata equated terdapat di provinsi (30) Banten 25,87 (awal 77,7 dan akhir 51,8), (awal 75,3 da akhir 50,6), (29) Gorontalo, 24,80 (awal 71 dan akhir 46,2), (11) Sumatera Selatan, 24,7 (awal 75,3 dan akhir 50,6), (10) Jambi, 24,47 (awal 73 dan akhir 48,6), dan (19) Sulawesi Selatan, 24,45 (awal 72,5 dan akhir 48). Sedangkan provinsi yang mengalami 18

penurunan rendah yaitu provinsi (13) Kalimantan Barat, 19,09 (awal 63,2 dan akhir 44,1), (4) DI Yogyakarta, 20,12, (awal 81, 2, da akhir 61,1), (23) Nusa Tenggara Barat, 20,14 (awal 66,1 dan akhir 46,5), dan (27) Maluku Utara, 20,22 (awal 63,9 dan akhir 43,7). 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0-10,0 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Gambar 15. Perbandingan Nilai Provinsi dan Penyetaraan Matematika Gambar 15 menunjukkan perbandingan nilai provinsi dengan nilai hasil penyetaraan Matematika Matematika.. Secara keseluruhan nilai yang diskor oleh provinsi menurun dengan nilai setelah disetarakan dengan data soal linking. Pada awalnya (raw)) nilai tertinggi terdapat di provinsi (22) ( Bali, 75,78, disetarakan (equated) menjadi 49,31 31 dan nilai terendah di provinsi (13) Kalimantan Barat, 52,67 disetarakan menjadi 46,80. Nilai hasil penyetaraan tertinggi di provinsi (4) DI Yogyakarta Yogyakarta, 96,21 dan nilai terendah di provinsi (20) Sulawesi Tenggara, Tenggara 45,44. Hasil penyetaraan 19

atau nilai rata-rata setelah disetarakan maka hasil U/SM mengelompok di nilai sekitar 50. Perbandingan nilai secara rata-rata lebih jelas tampak pada gambar 10. 72,57980 71,06539 65,13368 72,31281 70,44337 68,03393 67,95905 75,77873 71,70192 69,88206 67,70600 66,94692 70,57798 69,65459 64,37708 64,21610 63,65024 62,93880 61,95733 59,88610 59,34455 59,15187 58,99849 58,35520 57,83036 56,86864 56,43347 55,40655 54,16954 53,60480 53,45732 53,28284 52,66766 52,30359 51,02327 50,98978 50,41015 50,4000 50,31540 49,50245 49,30866 49,26503 48,74336 48,43377 48,39536 48,11035 47,79048 47,64228 47,56455 47,47572 47,22649 47,22681 47,23648 47,10201 46,92834 46,80802 46,80213 46,82192 46,74939 46,59370 45,85786 45,80444 45,59050 44,96174 44,91901 44,79207 63,52543 61,96419 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Gambar 16. Perbandingan Nilai Rata-rata Provinsi dan Nilai Rata-rata Penyetaraan Matematika Gambar 16 menunjukkan bahwa perbandingan nilai rata-rata provinsi dengan nilai rata-rata nilai equated Matematika. Provinsi yang mengalami perubahan rata-rata tertinggi di provinsi dan nilai rata-rata equated terdapat di provinsi (22) Bali, 26,47 (awal 75,78 dan akhir 49,31), (20) Sulawesi Tenggara, 25,09, (awal 69,88 dan akhir 44,79), (07) Sumatera Utara 24,67, (awal 72,31, dan akhir 47,64), (5) Jawa Timur, 20

24,04 (awal 70,44 dan akhir 50,40), dan (3) Jawa Barat Barat, 23,08 (awal 72,58 dan akhir 49,50). ). Sedangkan provinsi provi yang mengalami penurunan rendah yaitu provinsi (25) Papua, 5,49 (awal 50 50,41 dan akhir 44,92), (13) Kalimantan Barat, 5,87, (awal 52,67,, da akhir 46,80), (34) Kalimantan Utara, 7,01 (awal 53,60 dan akhir 46,59), (15) Kalimantan Selatan Selatan, 7,48 (awal 53,28 dan akhir 45,80), dan (11 11) Sumatera Selatan, 7,89 (awal 61,96 dan akhir 54,17). 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0-10,0 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Gambar 17. Perbandingan nilai rata provinsi dan Hasil Penyetaraan IPA 21 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34

Gambar 17 menunjukkan perbandingan nilai provinsi dengan nilai hasil penyetaraan IPA. Secara keseluruhan nilai yang diskor oleh provinsi menurun dengan nilai setelah disetarakan dengan data soal linking. Pada awalnya (raw) nilai tertinggi terdapat di provinsi (4) DI Yogyakarta, 86,48, dan setelah disetarakan (equated) menjadi 71,62 dan nilai tertinggi setelah disetarakan terdapat di provinsi DI Yogyakarta. Sedangkan nilai terendah terdapat di provinsi (25) Papua, 22,5, menjadi 38,49 terdapat di provinsi DI Yogyakarta. Nilai provinsi terendah Hasil penyetaraan atau nilai setelah disetarakan maka hasil U/SM mengelompok di nilai sekitar 50. Perbandingan nilai secara rata-rata lebih jelas tampak pada gambar 10. 86,47669 75,69173 75,37606 77,37807 75,76797 75,20198 74,66548 72,95880 74,55836 72,54959 72,42038 72,31480 71,64485 072 71,58807 69,87260 69,78632 69,57968 69,43601 69,46994 68,99573 68,52599 68,48011 68,45975 69,59021 69,43593 67,34083 66,70360 66,60056 66,51200 66,40699 64,85479 63,98413 062 060 059 058 58,08366 058 057 057 056 056 055 055 054 054 053 053 051 54,87643 053 053 052 051 050 050 050 050 050 049 048 048 047 045 044 043 042 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Gambar 18. Perbandingan Nilai Rata-rata Provinsi dan Nilai Rata-rata Penyetaraan IPA Gambar 18 menunjukkan bahwa perbandingan nilai rata-rata provinsi dengan nilai rata-rata nilai equated IPA. Provinsi yang mengalami perubahan rata-rata tertinggi di provinsi dan nilai rata-rata equated terdapat di provinsi (5) Jawa Timur, 25,54 (awal 77,38 dan akhir 49,89), (11) Sumatera Selatan, 25,15 (awal 72,42 dan akhir 47,27), (20) Sulawesi Tenggara, 24,83 (awal 72,96 dan akhir 48,13), (18) Sulawesi Tengah, 22

23,54 (awal 68,48 dan akhir 48,99), dan (29) Sulawesi Selatan, 23,66 (awal 71,64 dan akhir 47,93). Sedangkan provinsi yang mengalami penurunan rendah yaitu provinsi (28) Bangka Belitung, 7,69 (awal 69,47 dan akhir 61,78), (34) Kalimantan Utara, 8,34, (awal 66,41 dan akhir 58,06), (21) Maluku, 11,49 (awal 69,58 dan akhir 58,09), (25) Papua, 12,71 (awal 54,88 dan akhir 42,17), dan (11) Sumatera Selatan, 13,34 (awal 68,46 dan akhir 55,12). 23

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Simpulan Pelaksanaan US/M dilakukan selama tiga hari dengan jadwal satu mata pelajaran setiap hari ujian. Untuk mendukung pelaksanaan Pemerintah menyiapkan kisi-kisi dan soal linking 25% dan 75% soal disiapkan oleh provinsi. Penyiapan melibatkan guru dari kabupaten kota, guru senior, dan dosen perguruan tinggi setempat, serta Puspendik. Sebagian besar provinsi menyiapkan satu paket untuk pelaksanan US/M utama, US/M susulan, dan US/M susulan. Dalam pelaksanaan US/M, jumlah paket yang digunakan dalam satu ruang ujian satu paket sehingga memungkinkan peserta ujian saling mecontek atau perbuatan lain yang mengurangi kepercayaan pada hasil US/M. Soal tersebut belum memiliki karakteristik butir soal. Hasil US/M menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat kesukaran soal di bawah kemampuan peserta US/M. Hasil tersebut belum dapat digunakan sebagai bahan pemetaan kualitas sekolah dasar karena nilai antar provinsi berbeda. Untuk itu dilakukan penyetaraan hasil US/M dengan soal linking dari Pemerintah. Proses penyetaraan menggunakan data hasil US/M dengan Yogyakarta sebagai patokan atau standar dalam penyetaraan. Setelah dilkukan penyetaraan, hasil atau nilai dari setiap provinsi mengalami penurunan dan hasil tersebut sudah menunjukkan hasil nasional sehingga dapat digunakan dalam pemetaan mutu pendidikan berdasarkan hasil US/M. Rekomendasi Penyiapan bahan US/M dilakukan sebelum pelaksanaan US/M dan setiap butir soal sudah memiliki karakteristik butir yang dapat dikembangkan sebelum US/M. Jumlah paket soal dalam US/M digunakan ebih dari satu paket untuk mengurangi tingkat kepercayaan terhadap hasil US/M. Untuk pengembangan butir soal atau bahan US/M hendak melalui pengembangan bank soal daerah dan ini sudah dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendididikan dan dapat dilakukan secara online dalam pengembangan butir soalnya. 24

Pustaka Acuan Hadiana, D. 2012. Penilaian Hasil Belajar Untuk Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 21(1), hlm 15-25 Kemdikbud. 2015. Permendikbud nomor 5 Tahun 2015 tentang Ujian Sekolah dan Perkabadan Nomor 9 Tahun 2015 tentang POS Ujian Sekolah/Madrasah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Muslich, M. 2011. Autentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung: Refika Atif. Nitko, A.J., dan Susan M. B, 2011. Educational Assessment of Students (Sixth Edition). Boston, M.A: Pearson Education Inc., publishing as Allyn & Bacon. Pakpahan, R. 2015. Ujian SekolahSebagai Upaya Pemetaan Mutu Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 21(2). Hal 167-181. Purwati. 2009. UASBN Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan. Fasilitator Edisi 2 Tahun 2009 ISSN 1693-0290 Putra, S. R. 2013. Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Jogjakarta: DIVA Pers 25