PENGARUH VARIASI CELAH BUSI DAN JENIS BUSI TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA KENDARAAN RODA DUA 110CC

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TEORI DASAR Komponen sistem pengapian dan fungsinya

BAB IV PENGUJIAN ALAT

PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS PERBANDINGAN KADAR GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK (CDI) DAN PENGAPIAN KONVENSIONAL

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL ABSTRAK

Imam Mahir. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta Jalan Rawamangun Muka, Jakarta

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PENGARUH PEMASANGAN DUA CDI DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP OUTPUT DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR

K BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH CELAH KATUP TERHADAP DAYA DAN EFISIENSI PADA MOTOR MATIC ABSTRAK

Surya Didelhi, Toni Dwi Putra, Muhammad Agus Sahbana, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 23-28

PENGARUH PENGAPIAN CDI TERHADAP EMISI GAS BUANG DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN 1800 CC

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Edi Sarwono, Toni Dwi Putra, Agus Suyatno (2013), PROTON, Vol. 5 No. 1/Hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin

Sistem Pengapian CDI AC pada Sepeda Motor Honda Astrea Grand Tahun 1997 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Motor bakar merupakan salah satu jenis penggerak mula. Prinsip kerja

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

Jurnal Teknik Mesin UMY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

Upaya Peningkatan Unjuk Kerja Mesin dengan Menggunakan Sistem Pengapian Elektronis pada Kendaraan Bermotor

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas

Gambar 3.1. Diagram alir percikan bunga api pada busi

PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER

BAB II LANDASAN TEORI

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN


Faizur Al Muhajir, Toni Dwi Putra, Naif Fuhaid, (2014), PROTON, Vol. 6 No 1 / Hal 24-29

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

MAKALAH DASAR-DASAR mesin

PENGARUH VARIASI UNJUK DERAJAT PENGAPIAN TERHADAP KERJA MESIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pembakaran yang lebih cepat dan mengurangi emisi gas buang yang di

Jurnal Teknik Mesin UMY

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO

ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO 110cc

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI KAPASITANSI ELECTROSTATIC CAPACITOR PADA CAPACITOR DISCHARGE IGNITION

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi

PENGARUH VARIASI UKURAN MAIN JET KARBURATOR DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

BAB III METODE PENELITIAN

TROUBLE SHOOTING PADA SISTEM PENGAPIAN CDI - AC SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND TAHUN Abstrak

Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor

Spark Ignition Engine

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Bensin

USAHA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR DENGAN SISTEM PENGAPIAN CDI. Ireng Sigit A ) Abstrak

PENGARUH VARIASI BAHAN DAN JUMLAH LILITAN GROUNDSTRAP TERHADAP MEDAN MAGNET PADA KABEL BUSI SEPEDA MOTOR

SISTIM PENGAPIAN. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk campuran udara dan bensin di dalam ruang bakar pada.

PENGERTIAN KONVERSI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PERBEDAAN DAYA PADA MESIN PENGAPIAN STANDAR DAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER

BAB II LANDASAN TEORI

II. TEORI DASAR. kelompokaan menjadi dua jenis pembakaran yaitu pembakaran dalam (Internal

BAB 3 PROSES-PROSES MESIN KONVERSI ENERGI

DAMPAK KERENGGANGAN CELAH ELEKTRODE BUSI TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 4 TAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PERUBAHAN SUDUT PENYALAAN (IGNITION TIME) TERHADAP EMSISI GAS BUANG PADA MESIN SEPEDA MOTOR 4 (EMPAT) LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL MOTOR BAKAR GASOLINE EMPAT SILINDER 4 TAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PERUBAHAN NA DAN VOOR ONSTEKING TERHADAP KERJA MESIN

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. dipakai saat ini. Sedangkan mesin kalor adalah mesin yang menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

MOTOR BAKAR TORAK. 3. Langkah Usaha/kerja (power stroke)

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkaitan dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut: performa mesin menggunakan dynotest.pada camshaft standart

ANALISA PENGARUH CAMPURAN PREMIUM DENGAN KAPUR BARUS (NAPTHALEN) TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN SUPRA X 125 CC

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR HONDA BLADE 110 CC

PENGARUH PENGGUNAAN X- POWER TERHADAP PERFORMA PADA MESIN MOTOR 4 LANGKAH ABSTRAK

Transkripsi:

PENGARUH VARIASI CELAH BUSI DAN JENIS BUSI TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA KENDARAAN RODA DUA 110CC Oleh : Sabar Pasaribu Dosen Akademi Teknologi Industri Immanuel Medan ABSTRAK Bedasarkan rumusan masalah yang ingin di tujukan oleh penulis yaitu untuk mengetahui: pengaruh variasi celah busi 0,4 mm, dan jenis busi standart,terhadap CO dan HC,pengaruh variasi celah busi 0,5 mm, dan variasi jenis busi platinum terhadap emisi CO dan HC,pengaruh variasi celah busi 0,6mm, dan variasi jenis busi iridium terhadap emisi CO dan HCMetode yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk mendukung penulis yaitu metode penelitian dengan ekperimen,metode studi pustaka atau studi literaturhasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh celah busi 0,4 mm, dengan variasi jenis busi standart, platinum dan iridium terhadap emisi CO dan HC, dimana nilai terendah CO 0,27 % dan HC 98 ppm, celah busi 0,5 mm dimana nilai terendah CO 0,15 % dan HC 46 ppm, celah busi 0,6 mm nilai terendah CO 0,19 % dan HC 24 ppm. Kata Kunci : Kendaran Roda Dua, Pengapian Busi. 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di Indonesia, yaitu lebih dari 4 jutaan kendaran bermotor untuk daerah Propinsi Sumatera Utara khususnya, yang setiap harinya memacetkan jalan dan mengakibatkan polusi udara karena semakin meningkatnya emisi gas buang yang dikeluarkan dari hasil pembakaran pada mesin kendaraan bermotor, pembakaran tersebut dari kerja mesin yang diakibatkan oleh penyalaan pada ruang selinder oleh system pengapian, khususnya busi. Emisi gas buang adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar di dalam mesin pembakaran dalam, mesin pembakar luar, mesin jet yang di keluarkan melalui system pembuangan mesin. Jenis emisi gas buang adalah: CO (Carbonmonoksida), HC (Hydrocarbon), Nox (Oxides of nitrogen). Dampak emisi gas buang kepada manusia: 1. CO (carbon monoksida) akan bercampur dengan hemologen yang terdapat dalam darah menjadi carbon Oxida hemologen (CO-hb). 2. HC (Hidro Carbon), bila kepekatan HC-nya bertambah tinggi akan merusak system penafasan manusia (tenggorokan) terutama beracun adalah Benzenadan Toruene. 3. NOx (Oxida Nitrogen), NO2 akan membua tsakit 25

(merangsang) hidung dan tenggorokan. Dampak emisi gas buang terhadap lingkungan, emisi kendaraan yang mencemari udara dan lingkungan dapat mengganggu kesehatan manusia, terutama bagi manusia yang tinggal di kota besar, yang bermukim di daerah industri dan padat lalulintas kendaraan bermotor. Akibat polusi maka timbul asap dan uap yang berbau dan akan mempengaruhi, pernafasan, penciuman, penglihatan, badan menjadi lemas, IQ berkurang dan bila dibiarkan terus akan mengakibatkan kematian massal. Akibat itu tidak hanya berdampak pada manusia saja tetapi Bunga api dapat meloncat karena tingginya tegangan yang melewati, semakin besar tegangan pengapian maka semakin besar pula bunga api yang dihasilkan. Tetapi ingat bahwa itu juga dipengaruhi oleh besar celah pada busi, celah busi yang besar akan membutuhkan tegangan yang besar pula untuk memercikkan bunga api. Celah busi harus sesuai dengan yang direkomendasikan oleh pabrik, agar percikan api yang digunakan dalam proses pembakaran sempurna dan hasil pembakarannya pun juga sempurna, dan apabila pembakaran sempurna maka otomatis emisi gas buang akan semakin menurun. Tetapi dalam praktek dilapangan celah ini akan berubah seiring dengan waktu pemakaian dilapangan, hal ini secara otomatis akan menyebabkan kinerja mesin berkurang dan emisi juga meningkat. juga pada hewan dan tumbuhan. Ketika polusi timbul maka gas khususnya hydrocarbon (HC) dan Nox tertimbun di udara maka akan menahan sinar matahari dan terjadilah reaksi photochemical dan akan membentuk substansi kimia dan oksigen lain terutama O3(ozon) yang merupakan oksidan paling kuat sifatnya mengakibatkan fenomena smog. Photocemical smog akan menghalangi pandangan, iritasi mata dan menjadi penyebab kanker. Busi merupakan salah satu komponen didalam ignition system pada suatu kendaraan yang berbahan bakar bensin. Spark plug atau busi ini diperlukan untuk membakar campuran udara dan bahan bakar. 1.2 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Jenis busi ; standart, platinum, iridium dengan putaran mesin 2500Rpm b. Celah busi: 0,4mm, 0,5mm, 0,6mm, c. Emisi gas buang CO dan HC 1.3 Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah maka dapat di rumuskan Permasalahan yang akan teliti antara lain sebagai berikut : a. Seberapa besarkah pengaruh celah busi 0,4 mm, dengan variasi jenis busi standart, platinum dan iridium terhadap emisi CO dan HC? b. Seberapa besarkah pengaruh celah busi 0,5mm, dengan variasi jenis busi standart, 26

platinum dan platinum terhadap emisi CO dan HC? c. Seberapa besarkah pengaruh celah busi 0,6mm, dengan variasi jenis busi standart, platinum dan iradium terhadap emisi CO dan HC? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian harus senantiasa dibuat konsisten dengan rumusan masalah. Berdasarkan rumusan masalah yang ingin dicapai penulis dari penelitian. 2. DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Motor Bensin Pada motor bensin, bensin dibakar untuk memperoleh energi termal. Energi ini selanjutnya digunakan untuk melakukan gerakan mekanik. Prinsip kerja motor bensin, secara sederhana dapat dijelaskan sebagai beikut: Campuran udara dan bensin dari karburator di hisap masuk kedalam selinder, dimanpatkan oleh gerak naik turun torak piston, dibakar untuk memperoleh tenaga panas, yang mana dengan terbakarnya gas gas akan mempertinggi suhu dan tekanan. Bila torak bergerak turun naik didalam selinder dan menerima tekanan tinggi akibat pembakaran, maka suatu tenaga kerja pada torak memungkinkan torak terdorong kebawah. Bila torak dan poros engkol dilengkapi untuk merubah gerakan naik turun menjadi gerakan putar, torak akan menggerakkan batang torak sehingga memutarkan poros engkol. Dan juga diperlukan untuk membuang gas-gas sisa pembakaran dan penyediaan campuran udara dan bensin pada saat- saat yang tepat untuk menjaga agar torak dapat bekerja secara periodik dan melakukan kerja tetap. Kerja periodik didalam selinder dimulai dari pemasukan campuran udara dan bensin kedalam selinder sampai kompresi, pembakaran dan pengeluaran gas sisa pembakaran dari dalam selinder inilah yang disebut dengan siklus mesin. Pada motor bensin terdapat dua macam tipe yaitu : motor bakar 4 tac dan motor bakar 2 tac. Pada motor bakar 4 tak, untuk melakukan satu siklus memerlukan 4 gerakan torak atau dua kali putaran poros engkol, sedangkan pada motor 2 tak, untuk melakukan satu siklus hanya memerlukan 2 gerakan torak dan satu putaran poros engkol. 2.1.1. Prinsip Kerja Motor Bensin 4 Langkah Pada motor 4 langkah mempunyai 4 langkah dalam satu gerakan yaitu langkah pengisapan, langkah kompresi, langkah kerja dan langkah pembuangan. 1. Langkah Hisap Pada gerak hisap, campuran udara bensin dihisap ke dalam silinder. Bila jarum dilepas dari sebuah alat suntik dan plunyernya 27

ditarik sedikit sambil menutup bagian ujung yang terbuka dengan jari (alat suntik akan rusak bila plunyer ditarik dengan tiba-tiba), dengan membebaskan jari akan menyebabkan udara masuk ke alat suntik ini dan akan terdengar suara letupan. Hal ini terjadi sebab tekanan di dalam lebih rendah dari tekanan udara luar. Hal yang sama juga terjadi di mesin, torak dalam gerakan turun dari TMA ke TMB menyebabkan kehampaan di dalam silinder, dengan demikian campuran udara bensin dihisap ke dalam. Selama langkah torak ini, katup hisap membuka dan katup buang menutup. 2. Langkah kompresi Dalam gerakan ini campuran udara bensin yang di dalam silinder dimampatkan oleh torak yang bergerak ke atas dari TMB ke TMA. Kedua katup hisap dan katup buang akan menutup selama gerakan tekanan dan suhu campuran udara bensin menjadi naik. Bila tekanan campuran udara bensin ini ditambah lagi, tekanan serta ledakan yang lebih besar lagi dari tenaga yang kuat ini akan mendorong torak ke bawah. Sekarang torak sudah melakukan dua gerakan atau satu putaran, dan poros engkol berputar satu putaran. 2. Langkah Usaha Dalam gerakan ini, campuran udara bensin yang dihisap telah dibakar dan menyebabkan terbakar dan menghasilkan tenaga yang mendorong torak ke bawah meneruskan tenaga penggerak yang nyata. Selama gerak ini katup hisap dan katup buang masih tertutup. Torak telah melakukan tiga langkah dan poros engkol berputar satu setengah putaran. 3. Langkah Pembuangan Dalam gerak ini, torak terdorong ke bawah, ke TMB dan naik kembali ke TMA untuk mendorong gas-gas yang telah terbakar dari silinder. Selama gerak ini kerja katup buang saja yang terbuka. Bila torak mencapai TMA sesudah melakukan pekerjaan seperti di atas, torak akan kembali pada keadaan untuk memulai gerak hisap. Sekarang motor telah melakukan 4 gerakan penuh, hisap-kompresikerja-buang. Poros engkol berputar 2 putaran, dan telah menghasilkan satu tenaga. Di dalam mesin sebenarnya, membuka dan menutupnya katup tidak terjadi tepat pada TMA dan TMB, tetapi akan berlaku lebih cepat atau lambat, ini dimaksudkan untuk lebih efektif lagi untuk aliran gas. 2.2. Teori Syarat Pembakaran Mesin Bensin Pembakaran adalah proses persenyawaan kimia antara bahan bakar dan udara yang dibarengi dengan percikkan bunga api atau temperatur panas. Pada proses terjadinya pembakaran didalam selinder 28

(internal combustion) ada dikenal 2 istilah yaitu : A. Pembakaran sempurna. Mekanisme pembakaran normal pada mesin bensin dimulai pada saat terjadi loncatan api dibusi. Selanjutnya api membakar gas yang berada di sekelilingnya dan terus menjalar keseluruh bagian sampai semua partikel gas terbakar habis. Didalam pembakaran normal, pembagian nyala api pada waktu ignition delay terjadi secara merata pada seluruh bagian. Pada keadaan sebenarnya mekanisme kenderaan didalam mesin ini bersifat komplek dan berlangsung melalui beberapa fase. Mulai proses perambatan api dan adanya pembakaran (combustion). Pada saat gas baru dikompresikan, tekanan dan temperaturnya naik, sehingga terjadi reaksi kimia dimana molekul molekul hydro Carbon terurai dan bergabung dengan oksigen dan udara. Sebelum langkah kompresi berakhir terjadilah percikan api listrik pada busi yang kemudian membakar gas tersebut. Reaksi suatu zat dengan oksigen disebut reaksi pembakaran. Zat yang mudah terbakar adalah unsur Carbon, Hidrogen, Belerang, dan berbagai senyawa dari unsure tersebut. Pembakaran dikatakan sempurna apabila Carbon (C) terbakar menjadi CO 2, Hidrogen terbakar menjadi H 2 O, belerang ( S ) terbakar menjadi SO 2. Perubahan entalpi pada pembakaran sempurna 1 mol suatu zat yang diukur pada 298 K, 1 atm disebut entalpi pembakaran standar ( standard enthalpy of combustion), yang dinyatakan dengan. Entalpi pembakaran juga dinyatakan dalam kj mol -1 (literatur 1) B. Pembakaran Tidak Sempurna. Pembakaran tidak normal dapat menimbulkan knocking dan atau preignition yang memungkinkan timbulnya gangguan pada sepeda motor. Ada beberpa kerugiann yang di sebabkan oleh pembakaran tidak sempurna antara lain: 1. Kerugian panas dalam motor jadi besar, sehingga efisiensi motor menjadi turun. Usaha dari motor turun pula pada penggunaan bahan bakar yang tetap. 2. Sisa pembakaran terdapat pula pada lubang pembuangan antara katup dan dudukannya, terutama pada katup buang sehingga katup tidak dapat menutup dengan rapat. 3. Sisa pembakaran yang telah menjadi keras yang melekat antara torak dan dinding silinder menghalangi pelumasan, sehingga torak dan silinder mudah aus. a. Knocking Pada pembakaran normal api menyebar keseluruh bagian ruang bakar dengan kecepatan konstan dan busi berfungsi sebagai pusat penyebaran. Dalam hal ini campuran bahan bakar dan udara yang belum terbakar terdesak oleh gas yang sudah terbakar, sehingga tekanan dan suhunya naik sampai mencapai keadaan hampir terbakar. Jika pada saat ini gas tadi terbakar dengan sendirinya, maka akan timbul 29

ledakan ( detonasi) menghasilkan gelombang berupa suara ketukan ( noise). yang kejutan knocking b. Sebab-Sebab Terjadinya Knocking Lapisan yang telah terbakar akan berekspansi. Pada kondisi lapisan yang tidak homogen ekspansi lapisan gas tadi akan mendesak lapisan gas lain yang belum terbakar, sehingga tekanan dan suhunya naik. Bersamaan dengan adanya radiasi dari ujung lidah api, lapisan gas yang terdesak akan terbakar tiba-tiba. Peristiwa ini akan menimbulkan letupan ( detonasi), mengakibatkan terjadinya gelombangg tekanan yang kemudian menumbuk piston dan dinding silinder sehingga terdengarlah suara ketukan (knocking). 2.3. Sistem Pengapian Pengapian CDI (Capacitor Discharge Ignition) yang sering disebut sistem pengapian kondensator atau (kapasitor). Kondensator yaitu merupakan salah satu jenis sistem pengapian pada kendaraan bermotor yang memanfaatkan arus pengosongan muatan ( discharge current) dari kondensator, untuk mencatudaya kumparan pengapian (ignition coil). Pada saat magnet permanen (dalam flywheel magent) berputar, maka akan dihasilkan arus listrik AC dalam bentuk arus listrik dari source coil seperti terlihatt pada gambar dibawah Gambar 2.1. Cara Kerja Sistem Pengapian Arus listrik diterima oleh CDI unit sebesar 100 400 v sebagai tegangan induksi sendiri, akibat induksi sendiri dari kumparan primer tersebut, kemudian terjadi tegangan induksi dalam kumparan sekunder dengan tegangan sebasar 15 KV sampai 20 KV, tegangan tinggi tersebut selanjutnya mengalir ke busi dala bentuk loncatann bunga api yang akan membakar campuran udara dan bensin dalam ruang bakar. Terjadinya tegangan tinggi pada coil pengapian adalah saat koil pulsa dilewati oleh magnet, ini berarti waktu pengapian ( ignition timing) 30

ditentukan oleh penetapan posisi koil pulsa, sehingga sistem pengapian CDI tidak memerlukan penyetelan waktu pengapian seperti pada pengapian konvensional. Pemajuan saat pengapian terjadi secara otomatis yaitu saat pengapian dimajukan besama dengan bertambahnya tegangan koil pulsa akibat kecepatan putaran motor. Selain itu SCR pada system pengapian CDI bekerja lebih cepat dari contact breaker (platina) dan kapasitor melakukan pengosongan arus (discharge) sangat cepat, sehingga kumparan sekunder koil pengapian terinduksi dengan cepat dan menghasilkan tegangan yang cukup tinggi untuk memercikkan bunga api pada busi. 2.3.1. Busi Busi menghasilkan pijaran api diantara elektroda ( dari pusat elektoda ke ground ) untuk membakar campuran udara dan bahan bakar, pada saat busi menerima tegangan tinggi dari koil pengapian. Saat campuran bahan bakar dan udara terbakar, temperatur naik sekitar 2.500 0 c dan tekanan meningkat menjadi 50 kg/cm 2 didalam ruang bakar, sehingga busi harus tahan terhadap kondisi kerja yang berat tersebut. Syarat syarat busi 1. Ketahanan mekanis yang tinggi 2. Tahanterhadap panas yang tinggi 3. Tahan terhadap tekanan yang tinggi 4. Dapat menghasilkan pijaran yang baik, dalam temperatur dan tekanan yang tinggi 5. Mempunyai energi panas yang sesuai. Busi penyala dapat dibedakan menjadi dua yaitu:busi panas dan busi dingin, untuk menentukan busi panas dengan busi dingin yaitu: bila perambatan busi panas lambat maka disebut busi panas,sebaliknya bila perambatan panas cepat,disebut busi dingin adapun tujuan penggolongan busi tersebut untuk memenuhi dan menghasilkan tenaga semaksimal mungkin pada tingkat panasnya masing masing.dan cara pemeriksaan busi baik atau tidaknya,kita dapat coba dengan cara mencabut kabel busi pada mesin sepeda motor saat hidup, bila mesin speda motor itu tidak ada getaran yang tinggi atau mati maka busi tersebut tidak bagus lagi atau dapat dikatakan sudah mati. Bagian bagian yang terdapat pada busi dapat diperhatikan pada ga 31

Gambar 2.2. Busi 2.3.2.Type Busi Tipe Busi Denso yang banyak didapat dipasaran adalah : 1. Busi Standart Busi standart dipakai pada mesin bensin, kenderan roda 4 ( mobil ), maupun kenderan roda-2 ( sepeda motor) untuk pemakaian sehari hari. televisi dan radio akibat interfrensi gelombang. Gambar 2.3. Busi Standart 2. Busi Resistor Busi ini pada umumnya dipakai pada kenderan denga teknologi EFI karena Sistem Kelistrikan pada kendaraan dengan teknologi digital atau elektronik (EFI) dengan arus kecil bisa terganggu dengan pemakaian busi standard, gangguan tersebut juga bisa dirasakan pada Gambar 2.4. Busi resistor 3. Busi Platinum Busi platinum dirancang untuk pemakaian sehari-hari maupun untuk racing. Dengan daya hantar platinum yang lebih baik, menjamin unjuk kerja mesin lebih baik walaupun pada suhu tinggi dan beban berat.kebutuhan tegangan busi platinum juga lebih kecil dibanding busi standar sehingga memberikan kemudahan start. 32

Gambar 2.5. Busi platinum 4. Busi Iridium Busi Iridium adalah busi generasi baru dengan ujung elektroda positif berdiameter 0,7 mm untuk pemakaian standar dengan umur pemakaian lebih panjang.sedangkan diameter 0,4 mm merupakan yang terkecil didunia dipakai untuk kecepatan tinggi atau balapan.bahan ujung inti elektroda yang digunakan adalah campuran Iridium dan Rhodium (Iridium alloy ) hasil pengembangan teknologi Denso Jepang dengan titik lebur sangat tinggi. Keistimewaan Busi Iridium antara lain dapat menambah campuran bahan bakar udara yang miskin sehingga meningkatkan performa pembakaran baik pada kondisi idle maupun pengendaraan.kebutuhan tegangan juga lebih baik disetiap kondisi, demikian juga dengan daya akselerasinya Gambar 2.6. Busi Iridium 3.METODE PENELITIAN 3.2. Bahan dan Peralatan 3.2.1. Bahan Bahan yang digunakan untuk melaksanakan penelitian tersebut adalah 1 unit sepeda motor 110 cc, yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini : Pada penelitian ini media yang digunakan adalah jenis Sepeda Motor Revo 110 cc dengan spesifikasi sebagai berikut : Tabel 3.2. Data Spesifikasi Motor Honda Neo Revo 110 cc Bagian Mesin Tipe Mesin Jumlahselinder Volume selinder Diameter X Langkah Perbandingn Kompressi Daya maksimum Busi / Spark Plug Tipe Kerenggangan Spark plug/ gap Standart 4 langkah, 4 valve SOHC Cylinder Tunggal 109,17 cc 50 x 55,6 mm 9,3 : 1 6,56 KW (8,91 PS) / 7500 rpm NGK CPR 6EA 98 atau NDU 20 EPR 95 Lokal 0,4 0,7 mm 33

3.2.2. Metode Metode yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk mendukung penulisan dalam penyusunan 3.2.4 Diagram Alur Pemecahan Masalah Untuk memperoleh gambaran yang jelas, tentang langkah langkah penelitian ini adalah melaksanakan penelitian dengan metode eksperimen, metode studi pustaka atau studi literatur. pemecahan masalah, maka dibuatkan diagram alur pemecahan masalah, Mulai Persiapan Alat dan Bahan Pengaturan Mesin Eksperimen Faktor Dan Level Celah busi 0,4 mm, 0,5 mm, 0,6 mm dan merk busi stanadart, platinum, iridium Selesai Pengujian Tidak Ya Pengolahan Data Pembahasan Kesimpulan Selesai Gambar 3.2. Diagram Alur Penelitian 34

4.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data hasil pengujian secara langsung. Pada penelitian ini terdapat dua tahap pengujian,yaitu pengujian variasi celah busi terhadap emisi CO dan HC kemudian variasi jenis busi terhadap CO dan HC. Uji emisi dilakukan dengan memakai alat uji emisi.cara penggunaan alat dapat dilihat pada daftar lampiran. 4.1.2. Uji emisi CO Tabel 4.1 dan tabel 4.2 berikut menyajikan data hasil pengujian nilai CO dan HC secara berurutan, dengan beberapa variasi perlakuan sesuai dengan rancangan Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan data CO dan HC. 4.1.1. Uji emisi Uji emisi dilakukan dengan unit Engine Gas Analyzeruntuk mendapatkan data CO dan HC. Pengukuran dilakukan pada variasi celah busi standart, variasi celah busi platinum dan variasi celah busi iradium seseuai dengan batasan masalah. tabel pengujian. 4.1.Tabel Hasil Penelitian CO Celah Busi Tipe CO (%) No (mm ) Busi Batas 2,5% R 1 2 3 1 0.4 Standart 0,32 0,3 0,3 0,31 2 0.4 Platinum 0,22 0,24 0,23 0,23 3 0.4 Iradium 0,28 0,27 0,27 0,27 4 0.5 Standart 0,17 0,17 0,17 0,17 5 0.5 Platinum 0,23 0,12 0,13 0,16 6 0.5 Iradium 0,15 0,16 0,14 0,15 7 0.6 Standart 0,21 0,2 0,22 0,21 8 0.6 Platinum 0,18 0,2 0,2 0,19 9 0.6 Iradium 0,2 0,22 0,2 0,2 35

4.1.3. Uji Emisi HC Tabel 4.2. Hasil Pengujian HC Celah Busi Tipe HC (ppm) No (mm ) Busi Batas 300 ppm R 1 2 3 1 0.4 Standart 100 102 103 101,7 2 0.4 Platinum 99 99 97 98,3 3 0.4 Iradium 101 100 102 101 4 0.5 Standart 51 50 50 50,3 5 0.5 Platinum 46 47 46 46,3 6 0.5 Iradium 48 48 49 48,3 7 0.6 Standart 29 30 29 29,3 8 0.6 Platinum 24 25 25 24,7 9 0.6 Iradium 27 26 26 26,3 4.2. Pembahasan 4.2.1. Grafik respon rerata emisi gas buang CO Dari data tabel 4.1. hasil pengujian CO maka dapat dilihat grafik respon rerata emisi gas buang CO. Gambar 4.1. Grafik Pengaruh Celah Busi dan Jenis Busi terhadap CO 36

4.2.2. Grafik respon rerata emisi gas buang HC Dari data tabel 4.2. hasil pengujian HC maka dapat dilihat grafik respon rerata emisi gas buang HC. Gambar 4.2. Grafik Pengaruh Celah Busi dan Jenis Busi terhadap HC 4.2.3. Pembahasan emisi gas buang CO Dari gambar grafik pengaruh celah busi dan jenis busi terhadap emisi gas buang CO terlihat dengan jelas pengaruhnya adalah seebagai berikut : 1. Celah Busi 0,4 mm CO yang ditimbulkan oleh busi Jenis Standart : 0,31 % Jenis Platinum : 0,23 % Jenis Iridium : 0,27 % 2. Celah Busi 0,5 mm CO yang ditimbulkan oleh busi Jenis Standart : 0,17 % Jenis Platinum : 0,16 % Jenis Iridium : 0,15 % 3. Celah Busi 0,6 mm CO yang ditimbulkan oleh busi Jenis Standart : 0,21 % Jenis Platinum : 0,19 % Jenis Iridium : 0,2 % Ditinjau dari celah busi tersebut diatas CO yang paling rendah diantara ketiga celah tersebut adalah celah busi dengan 0,5 mm, Dari ketiga jenis busi tersebut yang paling rendah emisi CO adalah Busi jenis Iridium. 4.2.4. Pembahasan emisi gas buang HC Dari gambar grafik pengaruh celah busi dan jenis busi terhadap emisi gas buang CO terlihat dengan jelas pengaruhnya adalah seebagai berikut: 4. Celah Busi 0,4 mm HC yang ditimbulkan oleh busi Jenis Standart : 101 ppm Jenis Platinum : 98 ppm Jenis Iridium : 101 ppm 37

5. Celah Busi 0,5 mm HC yang ditimbulkan oleh busi Jenis Standart : 50 ppm Jenis Platinum : 46 ppm Jenis Iridium : 48 ppm 6. Celah Busi 0,6 mm HC yang ditimbulkan oleh busi Jenis Standart : 29 ppm Jenis Platinum : 24 ppm DAFTAR PUSTAKA 1. Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Motor Lama Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 5 witoelar R.2006 2. Design Motor Bakar Bensin Untuk Mencapai Persyaratan Standart Polusi:http:www.Crushlite.Petra Hc.AD 28 Desember 2005 3. Http://www.Academia.Edu/6664 748/cara kerjasistem Pengapian CDI 4. Honda.Petunjuk Service AHM 2010.Publication Service Defition Medan Jenis Iridium : 26 ppm Ditinjau dari celah busi tersebut diatas HC yang paling rendah diantara ketiga celah tersebut adalah celah busi dengan 0,6 mm, Dari ketiga jenis busi tersebut yang paling rendah emisi HC adalah Busi jenis Platinum. 5. Http://Wikipedia.org/wiki/pence maranudara Sumber Polusi Udara 6. Motor Bensin Modern Oleh: Wahyu Hidayat,ST Januari 2012 7. PT.Toyota Astra Motor Trening Center Astra mobil.www/hut.jakarta.1998,ste p 2 8. Pedoman Perawatan Perbaikan Engine Seri K 9. Toyota Astra Motor Materi Pelajaran/Engine Group Step 2 10. Wiranto Aris munandar 1988,Pengerak Motor Bakar Torak Edisi 3 Penerbit ITB Bandung 38