BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keyakinan pengarang. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Sebagai hasil imajinatif, sastra juga berfungsi sebagai hiburan yang

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah bentuk karya seni yang diungkapkan oleh pikiran

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. dan segala problematikanya yang begitu beragam. Fenomena-fenomena

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI

GAYA BAHASA METAFORIS YANG FAUNIS PADA PUISI EMPAT KUMPULAN SAJAK KARYA W.S. RENDRA NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Menurut Syamsuddin (2009:14), metode penelitian merupakan cara pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. Werren, 1993:14). Oleh karena itu Nurgiyantoro (2007:2), mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sehingga memberikan efek estetik di dalam karya sastra. berbahasa, demi pencapaian suatu efek estetika.

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN. sastra diciptakan oleh para sastrawan untuk dapat dinikmati, dipahami, dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

ANALISIS TUTURAN METAFORIS DALAM LIRIK LAGU-LAGU LETTO

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

VARIASI GAYA BAHASA REPETISI PADA WACANA KATA MUTIARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan ide,

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang bersifat estetik. Hasil ciptaan itu menjadi sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012

AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Wida Kartika Ayu, 2016

BAB II. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wanita adalah makhluk perasa, sosok yang sensitif dari segi perasaan, mudah

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia (Semi, bahasa sebagai mediumnya (Sugono, 2008:129).

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai peristiwa yang sarat dengan nilai-nilai moral yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk melukiskan bentuk suara atau bunyi. Dunia komik, onomatope. penting demi mengekspresikan aneka ragam bunyi.

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentuk karya sastra mempunyai bahasa yang khas salah satunya yaitu puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan oleh penulisnya. Menulis puisi berarti menciptakan, mengekspresikan seluruh ide atau gagasan dan pikiran, serta menggunakan pilihan kata (diksi) yang tepat sehingga indah dibaca dan dimaknai. Puisi sebagai media pengarang untuk mengemukakan atau mengekspresikan gagasan dan tujuan yang ada di dalam benak pengarang yang ingin disampaikan kepada pembaca. Pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan, akan memiliki gaya bahasa sendiri yang mencerminkan karakternya. Gaya bahasa dipakai pengarang sebenarnya untuk menciptakan efak tertentu dalam karya sastranya. Efek tertentu dapat menimbulkan nilai dan pengalaman estetik, serta dapat menimbulkan reaksi tertentu kepada pembaca. Menurut (Pradopo, 2000: 264) gaya bahasa termasuk salah satu aspek yang digunakan oleh pengarang dalam mendayagunakan bahasa. Pengarang mengggunakan gaya bahasa untuk menciptakan efek tertentu dalam karya sastranya. Efek sastra dalam karya tertentu ini adalah efek estetik yang turut menyebabkan karya sastra bernilai seni. Nilai seni karya sastra tidak sematamata disebabkan oleh gaya bahasa saja, melainkan juga disebabkan oleh gaya bercerita ataupun penyusunan alurnya. Gaya bahasa sangat besar 1

2 sumbangannya kepada pencapaian nilai seni karya sastra dan dalam menimbulkan reaksi tertentu bagi pembaca. Masalah puisi tidak dapat dilepaskan dari bahasa kias, pengimajinasian, dan perlambangan atau gaya bahasa. Gaya bahasa dalam sebuah puisi mempunyai pengaruh penting terutama sebagai sarana yang turut menyumbangkan nilai kepuitisan atau estetika karya sastra khususnya puisi. Gaya bahasa yang dipakai dalam sebuah puisi dapat menimbulkan kesan indah serta menimbulkan suatu maksud yang tersembunyi dalam katakatanya. Gaya bahasa termasuk salah satu unsur pembangun nilai kepuitisan dalam puisi, gaya bahasa juga ikut menentukan keindahan puisi dalam segi makna maupun segi keindahan bunyi. Gaya bahasa mengandung arti pembanding ibarat melebihkan dan sebagainya. Penggunaan bahasa dalam puisi EKS karya W.S. Rendra, dapat menimbulkan kesan indah dan sekaligus mengandung makna-makna yang tersimpan di dalamnya. Puisi EKS W.S. Rendra dapat dijumpai penggunaan gaya bahasa dan pengungkapan yang berbeda dengan penyair lainya. Gaya bahasa metafora menarik sekali untuk diteliti terutama dalam sebuah karya sastra. Sebuah puisi yang mengguanakan metafora bahasanya sulit dipahami. Metafora mebingungkan pembaca jika didapati ungkapan metaforis yang mengungkapkan suatu yang berbeda arti dengan hal

3 sebenarnya ingin diungkapkan penyair. Kenyataan itu menyebabkan seolaholah metafora terkesan sebagai penipu dan penuh kepalsuaan. Misalnya, ungkapan kambing hitam dalam sebuah puisi. Ungkapan tersebut tentu yang dimaksud bukan kambing yang hitam melainkan hanya bahasa kias yaitu seseorang yang dikambing hitamkan. W.S. Rendra dalam puisinya menyatakan Engkau adalah putri duyung yaitu, dalam Surat Cinta. Penyair dalam ungkapan tersebut tidak bermaksud untuk mengungkapkan bahwa engkau berupa putri duyung hewan yang hidup dia air, tetapi hanya menyamakan engkau (seorang kekasih) di samakan dengan putri duyung yang mempunyai sifat yang lembut dan selalu ingin dimanja. Bagi penyair, gaya bahasa khususnya metafora memudahkan bagi sastrawan ataupun pembaca karya sastra untuk menyentuh dimensi lain yang lebih dalam yang terungkap secara literal. Ungkapan literal yaitu asumsi yang mendasari berkembangnya teori tentang makna. Sebuah puisi dalam karyakarya W.S. Rendra dapat dijumpai penggunaan gaya bahasa metafora dan berbeda cara pengungkapannya dengan penyair lain, sehingga masalah ini perlu diteliti oleh ahli bahasa. W.S. Rendra salah satu sastrawan yang sangat piawai dalam membacakan sajak serta melakonkan seseorang tokoh dalam dramanya sehingga membuatnya menjadi seorang bintang panggung yang kemudian dijuluki sebagai Burung Merak. Julukan Burung Merak sebenarnya

4 bermula ketika Rendra dan sahabatnya dari Australia berlibur di Kebun Binatang Gembiraloka, Yogyakarta Rendra melihat seekor merak jantan berbuntut indah dikerubungi merak-merak betina di kandang merak. Tanpa segaja Rendra mengucapkan kata bahwa seperti itulah saya. Sampai sekarang Rendrapun di juluki sebagai Burung Merak. Rendra pernah menulis karya sastra yang menyuarakan kehidupan kelas bawah dan berbau protes seperti puisinya yang berjudul Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta dan Puisi Pesan Pencopet Kepada Pacarnya. Waluyo, (1987: 234) menyatakan bahwa puisi EKS ini terbagi menjadi empat bagian. Pertama berjudul Kakawin-kawin yang berisi kumpulan sajak pada saat berpacaran (Romansa), Perkawinan (ke Altar dan sesudahnya). Kumpulan keua berjudul Malam Stanza yang berisi duka dan derita yang dialami penyair setelah hidup berumah tangga dengan ditemui kata hitam. Bagian ketiga berjudul Nyanyian dari Jalanan yang meliputi kisah perjalanan Rendra, mulai dari Jakarta, Bunda, Lelaki, Nyanyian Murni, semuanya itu menceritakan kisah perjalanan Rendra menjumpai kota serta manusia yang berkesan dihatinya. Bagian terakhir kumpulan puisinya berjudul Sajak-sajak Dua Belas Perak berisi berbagai sajak yang dipersembahkan kepada sahabatnya. Dasar moralitas yang kontroversial dikemukakan dalam dua sajak bagian ini, yakni Pertemuan di Pinggir Kali dan Kami Oergi Malam-Malam.

5 Gaya bahasa metaforis yang faunis terdapat dalam puisi yang berjudul Surat Cinta, seperti penggalan bait berikut: Data 1 Surat Cinta, (1961: 13) Dan dua ekor belibis Bercintaan dalam kolam bagai dua anak nakal jenaka dan manis mengibaskan ekor serta mengetarkan bulu-bulunya Wahai, Dik Narti, Kupinang kau menjadi istriku. Ungkapan rasa bahagia dan rasa sedih serta grogi tercampur dalam suasana larik puisi di atas. Gaya bahasa metafora yang faunis tampak terkandung dalam penggalan larik dua ekor belibis. Beberapa gerak fauna dipakai untuk mengambarkan hubungan dan perasaan dua ekor belibis bercintaan dalam kolam. Dua ekor belibis diibaratkan sebagai sepasang kekasih yang sedang memadu kasih. Metafora semacam ini disebut metafora implisit. Puisi EKS karya W.S. Rendra mampu membawa pembaca masuk dalam suasana yang diceritakan dalam puisi tersebut. Pembaca seolah-olah merasakan kesedihan pada bagian pertama berjudul Kakawin-kawin yang

6 berisi kumpulan sajakpada saat berpacaran (Romansa). Pembaca juga merasakan kesedihan yang mendalam pada bagian kedua berjudul Malam Stanza yang berisi duka dan derita penyair setelah hidup berumah tangga. Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk menganalisis puisi EKS W.S. Rendra yaitu pertama, karena penelitian mengenai gaya bahasa merupakan salah satu sarana kesusastraan yang penting, namun masih sedikit yang meneliti. Kedua, peneliti ingin mengetahui larik gaya bahasa metaforis dan unsur yang faunis pada puisi W.S. Rendra. Peneliti memilih puisi Rendra karena dalam puisinya didominasi gaya bahasa terutama metaforis yang faunis. Pengacuan dan penelitian yang dilakukan hanya menitikberatkan pada gaya bahasanya saja. Oleh sebab itu, skripsi ini berjudul Gaya Bahasa Metaforis yang Faunis dalam Puisi Empat Kumpulan Sajak W.S. Rendra. B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah merupakan hal yang sangat penting agar tidak terlalu meluas dan menyimpang dari masalah yang telah ditentukan. Peneliti membatasi masalah yang diteliti pada objek yang telah ditentukan. Objek penelitian itu adalah gaya bahasa metaforis yang faunis pada puisi W.S. Rendra.

7 Supaya di dalam pembahasan masalah mendapat hasil yang mendalam, terarah, dan sistematis maka peneliti membuat suatu pembatasan tentang masalah dari penelitian ini. Penelitian ini membahas gaya bahasa metaforis yang faunis pada puisi Empat Kumpulan Sajak W.S. Rendra. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas ada dua masalah yang perlu dicari jawabanya. 1. Bagaimana larik pemakaian gaya bahasa metaforis yang faunis dalam kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak Karya W.S. Rendra? 2. Bagaimana unsur faunis pada kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak Karya W.S. Rendra? D. Tujuan Penelitian Tujuan merupakan titik pijak untuk merealisasi aktivitas yang akan dilaksanakan, sehingga perlu dirumuskan secara jelas. Penelitian ini perlu ada tujuan yang berfungsi sebagai acuan pokok terhadap masalah yang diteliti, sehingga penelitian akan dapat bekerja secara terarah dalam mencari data sampai langkah pemecahan masalahanya. Adapun tujuan yang ingin dicapai ada dua.

8 1. Mendeskripsikan larik gaya bahasa metaforis yang faunis pada puisi Empat Kumpulan Sajak Karya W.S. Rendra. 2. Mengkaji unsur faunis pada puisi Empat Kumpulan Sajak Karya W.S. Rendra. E. Manfaat Penelitian Suatu penelitian ilmiah harus memmberikan manfaat secara teoretis maupun praktis, agar teruji kualitas penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti. Adapun manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Sebagai sumber wawasan tentang gaya bahasa dalam sajak puisi khususnya gaya bahasa yang metaforis dan faunis. 2. Manfaat Praktis a. Bagi seniman khususnya penyair dapat memperoleh pengetahuan dalam menggunakan bahasa sebagai media dan ungkapan untuk mengeluarkan ide, pesan, dan kritikan dengan bahasa yang santun sesuai dengan kaidah dalam bahasa. b. Bagi peneliti lain, dapat bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan ketrampilan dan ketelitian dalam menelaah serta mengekspresikan puisi sebagai hasil seni budaya bangsa serta dapat

9 memberikan pengertian yang lebih benar tentang gaya bahasa terutama gaya bahasa metaforis yang faunis.