Pola Resistensi Bakteri Penyebab Sepsis Neonatorum di Instalasi Perawatan Neonatus RSUD Arifin Achmad Riau

dokumen-dokumen yang mirip
POLA RESISTENSI Staphylococcus

Pola Kuman dan Uji Kepekaan Antibiotik pada Pasien Unit Perawatan Intensif Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

POLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Sepsis neonatorum merupakan penyebab

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA SEPSIS BAYI DI RUANG PICU DAN NICU RUMAH SAKIT X PERIODE AGUSTUS 2013-AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sensitivitas Bakteri Penyebab Sepsis Neonatorum terhadap Meropenem di Neonatal Intensive Care Unit

Kata kunci : ICU, pola kepekaan, pola mikroba, pola kuman, antibiotik

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

: NATALIA RASTA MALEM

POLA KEPEKAAN ANTIBIOTIK BAKTERI EXTENDED SPECTRUM BETA LAKTAMASES-PRODUCING ESCHERICHIA COLI

IDENTIFIKASI INFEKSI MULTIDRUG-RESISTANT ORGANISMS (MDRO) PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI BANGSAL NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (NICU) RUMAH SAKIT

Uropathogen and Antibiotics Resistant Pattern of Bacteria Isolated from Urine of Uranary Tract Infection Patients in RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

MEDIA MEDIKA INDONESIANA

POLA KEPEKAAN KUMAN TERHADAP ANTIBIOTIKA DI RUANG RAWAT INAP ANAK RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA TAHUN 2014

ABSTRAK ANTIBIOGRAM INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI -DESEMBER 2008

POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA DI RSUP H.ADAM MALIK PERIODE JANUARI 2009-DESEMBER 2009.

POLA KUMAN PENYEBAB BAKTEREMIA PADA NEONATUS DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIK DI RSUP H

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

SENSITIVITAS ANTIBIOTIK PADA PASIEN SEPSIS DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola Mikroba Pasien yang Dirawat di Intensive Care Unit RSUP Sanglah Denpasar serta Kepekaannya Terhadap Antibiotik pada Agustus Oktober 2013 ABSTRAK

ABSTRAK. Lingkan Wullur, 2009; Pembimbing I : Penny S. M, dr., Sp.PK., M.Kes. Pembimbing II: Yanti Mulyana, Dra., Apt., DMM., MS.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah. kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pelayanan kesehatan umum seperti rumah sakit dan panti jompo. Multidrugs

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

DAFTAR RIWAYAT HIDUP : MUNGUNTHANII KRISHNAMOORTHY. Tempat / Tanggal lahir : SELANGOR/ 15 DISEMBER 1992

PROFIL BAKTERI, RESISTENSI ANTIBIOTIK DAN ANALISA GAS DARAH PADA PENDERITA PENYAKIT PARU DI RUANG RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang resisten terhadap minimal 3 kelas antibiotik. 1 Dari penelitian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

ALUR GYSSEN Analisa Kualitatif pada penggunaan Antibiotik

ABSTRAK POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN POLA SENSITIVITASNYA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JULI 2005-JUNI 2006

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

ANGKA KEJADIAN KLEBSIELLA PNEUMONIAE PENYANDI KLEBSIELLA PNEUMONIAE CARBAPENEMASE PADA PASIEN INFEKSI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG SKRIPSI

POLA KUMAN PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG RAWAT INTENSIF. RSUP Dr. KARIADI SEMARANG ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

Pola Kuman Terbanyak Sebagai Agen Penyebab Infeksi di Intensive Care Unit pada Beberapa Rumah Sakit di Indonesia

Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Jaka Kurniawan 1, Erly 2, Rima Semiarty 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Antibiotik merupakan pengobatan utama dalam. manajemen penyakit infeksi. Namun, akibat penggunaan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Enterobacter sp. merupakan bakteri gram negatif. berbentuk batang. Enterobacter sp.

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

KATA PENGANTAR Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas kurnia-nya, skripsi ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam morbiditas dan mortalitas pada anak diseluruh dunia. Data World

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut perkiraan World Health Oraganization (WHO) ada sekitar 5 juta

Tren Perubahan Pola Kuman dan Sensitivitas Antimikroba dari Isolat Darah di Unit Perawatan Intensif, RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

DISTRIBUSI DAN POLA KEPEKAANENTEROBACTERIACEAE DARI SPESIMEN URIN DI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA PERIODE JANUARI JUNI 2015

SKRIPSI SOFIA ADHITYA PRADANI K Oleh :

GAMBARAN BAKTERI YANG TERDAPAT DI TOILET UMUM DI DUA PUSAT PERBELANJAAN MODERN DI KOTA MEDAN DAN POLA KEPEKAAN TERHADAP ANTIBIOTIK OLEH:

Profil anak dengan sepsis dan syok sepsis yang dilakukan kultur darah periode Januari 2010 Juni 2015 di RSUP Prof. Dr. R. D.

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65

Sepsis pada neonatus merupakan suatu sindrom

POLA KUMAN DAN UJI SENSITIVITAS PASIEN INFEKSI LUKA OPERASI BEDAH DIGESTIF RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI-JUNI 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas

BAKTERI PENYEBAB SEPSIS NEONATORUM DAN POLA KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

POLA RESISTENSI BAKTERI STAPHYLOCOCUS AUREUS, ESCHERICHIA COLI, PSEUDOMONAS AERUGINOSA TERHADAP BERBAGAI ANTIBIOTIK

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi

POLA KUMAN DAN SENSITIVITAS ANTIMIKROBA PADA INFEKSI SALURAN KEMIH. SYAFADA, FENTY Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERBANDINGANN KEPEKAAN BAKTERI Pseudomonas aeruginosa TERHADAP ANTIBIOTIK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

POLA KUMAN DAN SENSITIVITAS ANTIBIOTIKA PADA ANAK DENGAN LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT YANG MENGALAMI DEMAM NEUTROPENIA

LAPORAN HASIL PENELITIAN. Oleh : VINISIA

Profil Anak Dengan Sepsis dan Syok Sepsis yang dilakukan Kultur Darah Periode Januari 2010-Juni 2015 DI RSUP Prof. Dr. R. D.

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

I. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan

BAB I. PENDAHULUAN. Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) merupakan bakteri penyebab tersering infeksi

POLA BAKTERI AEROB YANG BERPOTENSI MENYEBABKAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG ICU BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola bakteri aerob dan kepekaan antibiotik pada otitis media supuratif kronik yang dilakukan mastoidektomi

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif. yang normalnya hidup sebagai flora normal di sistem

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

Resistensi Kuman Terhadap Antibiotika pada Kasus Infeksi Anak

Beberapa Faktor Resiko pada Pasien dengan Infeksi oleh E. coli dan K. pneumoniae Penghasil ESBL di RSUP H. Adam Malik Medan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia. 1. merupakan pneumonia yang didapat di masyarakat. 1 Mortalitas pada penderita

INFEKSI OLEH BAKTERI PENGHASIL EXTENDED-SPECTRUM BETA-LACTAMASE (ESBL) DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG:

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

ABSTRAK PREVALENSI GEN OXA-24 PADA BAKTERI ACINETOBACTER BAUMANII RESISTEN ANTIBIOTIK GOLONGAN CARBAPENEM DI RSUP SANGLAH DENPASAR

Perinatologi. I Made Kardana Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, RSUP Sanglah, Denpasar.

Transkripsi:

Pola Resistensi Bakteri Penyebab Sepsis Neonatorum di Instalasi Perawatan Neonatus RSUD Arifin Achmad Riau Nazardi Oyong, Dewi Anggraini, Karina Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad, Pekanbaru Latar belakang. Sepsis neonatorum masih menjadi kendala utama di bidang pelayanan dan perawatan neonatus. Diperlukan pemberian antibiotik empirik yang tepat dapat menurunkan angka kematian. Namun, terapi empirik yang tepat harus berdasarkan pola resistensi di tempat tersebut Tujuan. Mengetahui pola resistensi bakteri dari kultur darah pasien sepsis neonatal. Metode. Desain penelitian deskriptif retrospektif. Semua data hasil kultur dan uji resistensi antibiotik dari spesimen darah neonatus tersangka sepsis yang dirawat di Instalasi Perawatan Neonatus RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau periode Januari sampai Desember 2014 dimasukkan dalam penelitian. Hasil. Didapatkan 568 pemeriksaan kultur darah neonatus yang diduga sepsis, dengan hasil kultur darah positif 196 (34,51%). Mikroorganisme terbanyak yang ditemukan yaitu Coagulase negative Staphylococci (CoNS) (29,08%), Candida sp (15,21%), B. cepacia (12,76%), A. baumanii (9,18%) dan K. pneumoniae (8,16%). Bakteri Gram positif paling sensitif dengan vancomycin dan linezolid, sedangkan bakteri Gram negatif paling sensitif dengan meropenem, amikacin dan tigecycline. Kesimpulan. Hasil kultur darah positif adalah 34,5%. Mikroorganisme yang paling banyak yaitu Coagulase negative Staphylococci, Candida sp, B. cepacia, A. baumanii dan K. pneumoniae. Bakteri Gram positif paling sensitif dengan vancomycin dan linezolid. Bakteri Gram negatif paling sensitif dengan meropenem, amikacin dan tigecycline. Sari Pediatri 2016;17(6):435-40. Kata kunci: sepsis neonatorum, pola resistensi Resistance Pattern of Bacteria Cause Neonatal Sepsis in Neonatal Care Installation of Arifin Achmad General Hospital Riau Nazardi Oyong, Dewi Anggraini, Karina Background. Neonatal sepsis remains a major constraint in neonatal care. Appropriate empiric antibiotics treatment can reduce mortality rate caused by neonatal sepsis,however is should be it should be based on the pattern of isolated bacterial resistance in each setting. Objective. To know the resistance pattern of bacteria isolated from blood culture of neonatal sepsis patients. Method. This was a descriptive retrospective study. All culture and antibiotic resistance testing result of bacteria isolated from blood specimens of suspected neonatal sepsis patients who were treated at the Neonatal Care Installation, were included in this study. The period of this study was from January until December 2014. Results. The positivity rate of blood culture from suspected neonatal sepsis was 34.5%. The most prevalence microorganism isolated were coagulase negative Staphylococci (CoNS) (29.08%), Candida sp (15.21%), B. cepacia (12.76%), A. baumannii (9.18%) and K. pneumoniae. Gram-positive bacterias were mostly sensitive to vancomycin and linezolid, while Gram negative bacterias were mostly sensitive to meropenem, amikacin and tigecycline. Conclusion. Positivity rate of blood culture was 34.5%. The most prevalence microorganism isolated was Coagulase negative staphylococci, Candida sp, B. cepacia, A. baumannii and K. pneumoniae. Gram-positive bacterias mostly were sensitive to vancomycin and linezolid, while Gram negative bacterias mostly susceptible to meropenem, amikacin and tigecycline. Sari Pediatri 2016;17(6):435-40. Keywords: neonatal sepsis, resistance patterns Alamat korespondensi: Dr. Dewi Anggraini, SpMK, Dr. Nazardi Oyong, Sp.A. RSUD Arifin Achmad. Jl. Diponegoro No.2, Pekanbaru, Riau. E-mail: nazardio@yahoo.com 435

Sepsis neonatorum masih menjadi kendala utama di bidang pelayanan dan perawatan neonatus. Menurut data World Health Organization (WHO), secara global terdapat 5 juta kematian neonatus setiap tahunnya dengan angka mortalitas mencapai 34 per 1000 kelahiran hidup, dan 98% di antaranya terjadi di negara berkembang. 1 Angka kejadian sepsis neonatus di negara maju 1-4 per 1000 kelahiran hidup dengan angka kematian 10,3%, lebih rendah dibandingkan negara berkembang yang mencapai 10-50 per 1000 kelahiran hidup dengan angka kematian 12%-68%. 2 Di Indonesia, angka kematian neonatus 34 per 1000 kelahiran hidup. 3 Menurut Mondal dkk, 4 hasil kultur darah terbanyak berasal dari Gram positif. Staphylococcus koagulase negatif menjadi yang paling banyak ditemukan, kemudian diikuti Klebsiella pneumoniae, Acinetobacter baumanii, Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Semua isolat sensitif terhadap gentamycin, tetapi 75% telah resisten terhadap ampicillin. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Juniatiningsih dkk 5 menemukan Acinetobacter colcoaceticus merupakan bakteri yang paling banyak ditemukan. Pada beberapa penelitian, golongan Enterobacteriaceae menjadi yang paling banyak ditemukan, seperti penelitian Putri dkk 6 di RSUP Dr. M. Djamil Padang yang menemukan Klebsiella sp 79,2%. Aletayeb dkk 7 mendapatkan K. pneumoniae 46,4%. Berdasarkan data hasil penelitian di RSUP H. Adam Malik, Medan, diperoleh bakteri yang paling sering menjadi penyebab infeksi, yaitu Staphylococcus sp, Pseudomonas sp dan Enterobacter sp. Bakteri tersebut masih sensitif terhadap vankomisin, amikasin, dan meropenem. 8 Sepsis pada neonatus memerlukan penanganan dan penegakan diagnosis yang tepat agar dapat menurunkan angka kematian. Pemeriksaan kultur darah merupakan baku emas diagnosis sepsis neonatus, tetapi hasil pemeriksaan baru dapat diketahui setelah 3-5 hari. 9 Kultur darah dilakukan untuk mengetahui bakteri penyebab sekaligus melakukan uji kepekaan antibiotik. 8 Sebelum hasil pemeriksaan kultur keluar, diberikan terapi antibiotik empirik. Pemberian antibiotik empirik yang tepat pada sepsis neonatorum dapat menurunkan angka kematian. Terapi empirik yang tepat harus berdasarkan pola resistensi di tempat tersebut. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional juga dapat memicu terjadinya resistensi bakteri. 10 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola bakteri dan pola resistensi terhadap antibiotik yang diisolasi dari kultur darah neonatus tersangka sepsis di Instalasi Perawatan Neonatus RSUD Arifin Achmad provinsi Riau. Metode Desain penelitian yang dilakukan adalah deskriptif retrospektif. Semua data hasil kultur dan uji resistensi antibiotik dari spesimen darah neonatus tersangka sepsis yang dirawat di Instalasi Perawatan Neonatus RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau periode 01 Januari-31 Desember 2014 dimasukkan dalam penelitian. Pemeriksaan kultur dan uji resistensi dilakukan di Bagian Mikrobiologi Laboratorium Patologi Klinik RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Pemeriksaan kultur darah dengan alat BacT/Alert Blood Culture System, sedangkan identifikasi dan uji resistensi digunakan Vitek 2 Compact. Data diolah dengan software WHONET 5.6 kemudian disajikan secara deskriptif dengan tabel distribusi frekuensi. Penelitian ini telah mendapat lolos kaji etik oleh Unit Etika Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Hasil Didapatkan 568 pemeriksaan kultur darah neonatus yang diduga sepsis, dengan hasil kultur darah positif 196 (34,51%). Mikroorganisme terbanyak yang ditemukan, yaitu Coagulase negative Staphylococci (CoNS) (29,08%), Candida sp (15,21%), B. cepacia (12,76%), A. baumanii (9,18%), K. pneumoniae (8,16%), E. coli (4,08%), E. aerogenes (3,57%), Serratia marcescens (3,06%), S. aureus (3,06%), Pseudomonas aeruginosa (2,04%) dan E. cloacae (2,04%) (Tabel 1). Coagulase negative Staphylococci paling sensitif terhadap vancomycin, linezolid, dan tigecycline masingmasing 100%, hanya 19,29% yang sensitif dengan cefoxitine, artinya hanya19,29% yang sensitif dengan semua antibiotik beta laktam. Burkholderia cepacia memiliki sensitivitas yang baik terhadap meropenem, ceftazidime dan trimetropim/ sulfamethoxazole masingmasing 100%. Acinetobacter baumanii paling sensitif terhadap amikacin sebesar 50%, sedangkan dengan meropenem hanya 33%. Klebsiella pneumoniae paling sensitif terhadap tigecycline (100%) dan amikacin (81,25%), sensitifitasnya dengan golongan sefalosporin 436

Tabel 1. Distribusi mikroorganisme penyebab sepsis (n=196) No. Mikoorganisme Jumlah isolat (%) 1. Coagulase negative Staphylococci (CoNS) 57 29,08 2. Candida sp 30 15,31 3. Burkholderia cepacia 25 12,76 4. Acinetobacter baumannii 18 9,18 5. Klebsiella pneumoniae 16 8,16 6. Escherichia coli 8 4,08 7. Enterobacter aerogenes 7 3,57 8. Serratia marcescens 6 3,06 9. Staphylococcus aureus 6 3,06 10. Pseudomonas aeruginosa 4 2,04 11. Enterobacter cloacae 4 2,04 12. Sphingomonas paucimobilis 3 1,53 13. Acinetobacter lwoffii 2 1,02 14. Lain-lain 10 5,1 Total 196 100,00% Tabel 2. Pola resistensi antibiotik Antibiotik CoNS B. cepacia A. baumanii Sensitifitas terhadap antibiotik (%(n)) E. coli E. aerogenes K. pneumoniae S. marcescens S. aureus P. aeruginosa E. cloacae Amoxicillin 3,5 (54) 0 (14) 37,5 (6) 0 (7) 0 (4) 0 (3) 0 (2) Amoxicillin/ Clavulanic acid 83,33 (5) Ampicillin/ 0 (25) 44,44 (17) 6,25 (16) 62,5 (7) 0 (7) 0 (6) 83,33 (5) 0 (4) 25 (4) Sulbactam Piperacillin/ 19,29 (54) 88 (23) 11,1 (16) 25 (16) 87,5 (8) 0 (7) 100 (6) 66,67 (5) 0 (4) 50 (4) tazobactam Cefazolin 19,29 (54) 0 (25) 0 (17) 6,25 (16) 75 (8) 0 (7) 16,67 (6) 16,67 (6) 0 (4) 25 (4) Ceftazidime 19,29 (54) 36 (25) 0 (17) 6,25 (16) 62,5 (8) 0 (7) 83,33 (6) 83,33 (6) 0 (4) 25 (4) Cefepime 19,29 (53) 84 (25) 17 (17) 6,25 (16) 75 (8) 0 (7) 83,33 (6) 83,33 (6) 0 (4) 50 (4) Cefoxitin 19,29 (54) 83,33 (6) Meropenem 19,29 (54) 100 (25) 33,3 (17) 33,3 (17) 62,5 (16) 100 (8) 100 (7) 100 (6) 83,33 (6) 0 (4) Aztreonam 8 (24) 0 (17) 6,25 (16) 62,5 (6) 0 (6) 83,33 (6) 0 (4) 33 (3) Amiikacin 0 (25) 50 (16) 81,25 (16) 100 (8) 100 (7) 100 (6) 25 (4) 100 (4) Gentamycin 36,84 (56) 4 (25) 44,44 (17) 18,75 (16) 62,5 (8) 0 (7) 83,33 (6) 83,33 (6) 0 (4) 50 (4) Ciprofloxacin 49,12 (57) 0 (25) 44,44 (17) 31,25 (16) 75 (8) 100 (7) 83,33 (6) 83,33 (6) 75 (4) 50 (4) Levofloxacin 49,12 (57) 84 (24) 38,8 (13) 43,75 (14) 75 (7) 100 (7) 100 (4) 83,33 (6) 75 (4) 100 (3) Tigecycline 100 (57) 4 (25) 44,44 (17) 100 (16) 100 (8) 100 (7) 83,33 (6) 100 (6) 0 (4) 100 (4) Trimetropim/ 56,87 (57) 100 (25) 22,2 (17) 50 (16) 62,5 (8) 0 (6) 100 (6) 100 (6) 25 (4) 25 (4) sulfamethoxazol Clindamycin 31,57 (55) 83,33 (6) Vancomycin 100 (57) 100 (6) Linezolide 100 (57) 100 (6) 437

generasi ketiga dan keempat hanya 6,25%, serta dengan meropenem sebesar 62,5%. Escherichia coli memberikan hasil sensitivitas yang baik terhadap meropenem, amikacin dan tigecycline masing-masing 100%. Enterobacter aerogenes paling sensitif terhadap meropenem, amikacin, ciprofloxacin, tigecycline dan levofloxacin masing-masing 100%. Serratia marcescens paling sensitif terhadap meropenem, piperacillin/ tazobactam, amikacin, levofloxacin dan trimetoprim/ sulfamethoxazole masing-masing 100%. Pseudomonas aeruginosa paling sensitif terhadap antibiotik golongan fluorokuinolon, yaitu ciprofloxacin dan levofloxacin masing-masing 75%. Staphylococcus aureus sensitif dengan cefoxitin 83,33%, artinya 83,33% dari S.aureus yang ada bukan MRSA, sedangkan sisanya adalah MRSA. S. aureus paling sensitif dengan vancomycin, linezolid, tigecycline dan trimetropim/ sulfamethoxazole masingmasing 100%. Pembahasan Pada penelitian ini kultur darah positif adalah 34,51%. Hasil tersebut lebih rendah dari pada penelitian Anggraini 11 di RSUD Arifin Achmad pada Juli Desember 2013 yaitu 53,39%. Demikian juga dengan penelitian Rasyidah di RSUD dr. Pirngadi Medan 46,5% 9 dan penelitian Kardana di RSUP Sanglah Denpasar 48%. 12 Persentase hasil kultur positif yang lebih rendah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti cara pengambilan spesimen, volume darah yang tidak adekuat, 13 metode yang digunakan, serta kriteria seleksi pasien yang akan dilakukan kultur darah yang berbeda di setiap rumah sakit. Kultur darah merupakan hal yang rutin untuk semua pasien tersangka sepsis, sebelum pemberian antibiotik empirik Di RSUD Arifin Achmad. Metode yang digunakan adalah sistem otomatis BacT/ Alert Blood Culture System 14 dengan jumlah pengambilan kultur darah hanya di satu tem pat. Bakteri yang kami temukan didominasi oleh CoNS. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Anggarini 12 di Bagian Mikrobiologi RSUD Arifin Achmad pada Juli Desember 2013 dan penelitian Mondal dkk, 4 yaitu CoNS ditemukan masingmasing 31,34% dan 21,2%, serta Sianturi dkk 8 yang melaporkan Staphylococcus sp sebesar 43%. Penelitian lain mendapatkan hasil berbeda. Juniatiningsih dkk 5 di RS. Cipto Mangunkusumo melaporkan Acinetobacter colcoaceticus merupakan bakteri terbanyak ditemukan. Pada beberapa penelitian, golongan Enterobacteriaceae menjadi yang paling banyak ditemukan, seperti penelitian Putri dkk 6 di RSUP Dr. M. Djamil yang melaporkan Klebsiella sp 79,2%, Aletayeb dkk 7 melaporkan K. pneumoniae 46,4%. Coagulase negative Staphylococci dilaporkan sebagai penyebab sepsis awitan lambat tersering. 15 Bakteri tersebut menyebabkan bakteremia yang berhubungan dengan penggunaan indwelling devices. 10 Staphylococcus koagulase negatif merupakan flora normal di kulit. Oleh karena itu, dibutuhkan pemeriksaan di beberapa tempat untuk mengetahui apakah bakteri ini hanya kontaminasi atau merupakan penyebab sepsis. Pada penelitian kami, tidak dapat dibedakan apakah CoNS yang ditemukan merupakan kontaminasi atau penyebab karena sampel darah hanya diambil di satu tempat sebanyak satu botol. Coagulase negative Staphylococci pada penelitian kami telah resisten terhadap cefoxitin dan antibiotik beta laktam lainnya dengan sensitivitas masing-masing 19,29%, tetapi memiliki sensitivitas yang baik terhadap vancomycin, linezolid, dan tigecycline. Hal tersebut sesuai dengan laporan penelitian Sharma dkk 16 dan Khan dkk 17 di India. Agak berbeda dengan penelitian Kardana di RSUP Sanglah Denpasar yang melaporkan bahwa CoNS paling sensitif terhadap meropenem dan fosfomycin masing-masing 87,5%, kemudian cefoperazon 73,3%, piperacillin 61,5%, ciprofloxacin 57,9%, dan gentamycin 57,1%. 12 Berdasarkan literatur pilihan, terapi paling baik untuk CoNS adalah vancomycin. 18 Burkholderia cepacia paling sensitif terhadap meropenem, ceftazidime, trimetropim/sulfamethoxazole masing-masing 100%. Hasil serupa dilaporkan oleh Mutlu dkk 19 di Turki, B. cepacia paling sensitif terhadap imipenem dan meropenem masing-masing 100%, amikacin, ciprofloxacin dan trimetropim/ sulfamethoxazole masing-masing 100% serta ceftazidime 82%. Demikian juga laporan penelitian Maramba- Lazarte dkk 20 di Filipina, hasil paling sensitif juga terhadap golongan carbapenem, meropenem sebesar 75% dan imipenem 33%, diikuti oleh cefuroxim, ceftazidime, ceftriaxone, piperacillin/ tazobactam dan cotrimoxazole. Pilihan terapi untuk B. cepacia berdasarkan literatur adalah antibiotik golongan carbapenem, yaitu meropenem. 18 Acinetobacter baumanii telah resisten dengan antibiotik golongan carbapenem, yaitu meropenem 438

sebesar 33,3%. Hal tersebut berbeda dengan laporan penelitian Kardana 12 di RSUP Sanglah Denpasar, A. baumanii masih cukup baik terhadap meropenem dengan sensitivitas 72,7%. Sementara itu, Mutlu dkk 19 melaporkan A. baumanii paling sensitif terhadap meropenem sebesar 100% dan imipenem 88%. Pada penelitian kami, A. baumanii masih sensitif dengan golongan aminoglikosida, yaitu amikacin dengan sensitivitas 50%. Hasil serupa dapat dilihat pada laporan penelitian Ahmed dkk 21 di Doha, A. baumanii paling sensitif terhadap amikacin dan meropenem masing-masing 100%. Sensitifitas K. pneumoniae dengan sefalosporin generasi ketiga, yaitu ceftriaxone sangat rendah (6,25%). Sesuai dengan laporan penelitian Khan dkk 17 dan Movahedian dkk 22 di Iran, yaitu masing-masing 23,07% dan 31%. K. pneumoniae penghasil enzim penghidrolisis antibiotik beta laktam yang mengan dung gugus oksimino, seperti seftazidi m, seftriakson, sefo taksim atau aztreonam dinamakan ESBL (Extended-spectrum beta lactamase). 23 Pada penelitian kami, K. pneumoniae yang sensitif terhadap meropenem sebesar 62,5%. Sesuai dengan laporan penelitian Parveen dkk 24 di India, yaitu 43,6%. Berbeda dengan penelitian Aletayeb dkk, 7 Kardana, 12 dan Mutlu dkk 19 yang melaporkan sensitifitas dengan carbapenem tinggi, masing-masing 90%, 100%, dan 100%. Persentase MRSA 16,67%, lebih rendah dibanding laporan penelitian Healy dkk 25 di Texas (47%) dan Gandhi dkk 26 di India (31,25%). Pada penelitian kami, S. aureus paling sensitif terhadap vancomycin, linezolid, tigecycline, dan trimetroprim/ sulfamethoxazole. Hampir sama dengan laporan penelitian Sharma dkk, 18 S. aureus paling sensitif terhadap vancomycin sebesar 100% dan amikacin 82,35%. 16 Pilihan terapi untuk MRSA adalah vancomycin. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa tigecycline merupakan salah satu antibiotik yang paling sering menunjukkan sensitivitas baik. Tigecycline merupakan antibiotik glisiklin pertama hasil dari pengembangan antibiotik golongan tetrasiklin. Akan tetapi, pada wanita hamil dan menyusui serta pasien di bawah usia 8 tahun, penggunaan tigecycline tidak dianjurkan. 27 Pertumbuhan tulang dapat terhambat pada fetus dan anak. Bahaya terutama terjadi mulai pertengahan masa hamil sampai dan sering berlanjut hingga umur 7 tahun atau lebih, tergantung dari jumlah dan lama penggunaan. 28 Akan tetapi, pada situasi tertentu di saat terjadi kekurangan pilihan terhadap antibiotik yang akan digunakan seperti telah resistennya K. pneumoniae dan E. coli terhadap golongan carbapenem, penggunaan tigecycline dapat menjadi alternatif. 29 Kesimpulan Hasil kultur darah positif pada neonatus tersangka sepsis adalah 34,5%. Bakteri terbanyak ditemukan adalah Gram positif, yaitu Coagulase negative Staphylococci, kemudian diikuti oleh Candida sp, dan bakteri Gram negatif yaitu B. cepacia, A. baumanii, K. pneumoniae dan E. coli. Bakteri Gram positif paling sensitif dengan vancomycin dan linezolid. Bakteri Gram negatif paling sensitif dengan meropenem, amikacin dan tigecycline. Daftar pustaka 1. WHO. Perinatal mortality report. Geneva: WHO; 1996. 2. Wilar R, Kumalasari E, Suryanto DY, Gunawan S. Faktor risiko sepsis awitan dini. Sari Pediatri 2010;12: 265-9. 3. Wisnumurti DA. Performance of Neonatal Unit, Arifin Achmad Hospital Pekanbaru. Paediatr Indones 2012;52:356-61. 4. Mondal GP, Raghavan M, Bhat BV, Srinivasan S. Neonatal septicaemia among inborn and outborn babies in a Referral Hospital. Indian J Pediatr1991;58:529-33. 5. Juniatiningsih A, Aminullah A, Firmnsyah A. Profil mikroorganisme penyebab sepsis neonatorum di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sari Pediatri 2008;10:60-5. 6. Putri SI, Djamal A, Rahmatini. Sensitivitas bakteri penyebab sepsis neonatorum terhadap meropenem di NICU dan Perinatologi RSUP Dr M Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas 2014;3:477-81. 7. Aletayeb SMH, Khosravi AD, Dehdastian M, Kompani F, Mortazavi SM, Aramesh MR. Identification of bacterial agents and antimicrobial susceptibility of neonatal sepsis: A 54-months study in a tertiary Hospital. African J Microbiol Res 2011;5:528-31. 8. Sianturi P, Hasibuan BS, Lubis BM, Azlin Emil, Tjipta GD. Gambaran pola resistensi bakteri di Unit Perawatan Neonatus. Sari Pediatri 2012;13:431-6. 9. Aminullah A. Sepsis pada bayi baru lahir. Dalam: Kasim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi Anak. Edisi ke-1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008. 10. Dzen SM, Santoso S, Roekistiningsih, Santosaningsih D. 439

Perbedaan pola resistensi Staphylococcus koagulase negatif isolat darah terhadap antibiotika di RSU Dr Saiful Anwar Malang tahun 2000-2001 dengan 2004-2005. Jurnal Kedokteran Brawijaya 2005;21:127-31 11. Anggraini D. Hasil uji kepekaan mikroorganisme terhadap antibiotik Juli-Desember 2013. Pekanbaru: Laboratorium Mikrobiologi RSUD Arifin Achmad Prov. Riau;2014. 12. Kardana IM. Pola Kuman dan Sensitivitas Antibiotik di Ruang Perinatologi. Sari Pediatri 2011;12:381-5. 13. Connell TG, Relle Mhisti, Cowley Donna, Buttery JP, Curtis Nigel. How Reliable Is a Negative Blood Culture Result? Volume of Blood Submitted for Culture in Routine Practice in a Children s Hospital. Pediatrics 2007;119:891-6. 14. BacT/ Alert 3D: Health Care. Diakses tanggal 12 Juni 2015. Diunduh dari: http://www.biomerieux-usa.com/clinical/ bact-alert-3d-healthcare. 15. H Yulidar, Martuti Sri, Sunyataningkamto. Pola kuman, sensitifitas antibiotik dan risiko kematian oleh kuman Staphylococcus coagulase negatif pada Sepsis Neonatorum di RS Dr Moewardi Surakarta. Sari Pediatri 2006;8:122-6. 16. Sharma CM, Agrawal RP, Sharan Hariom, Kumar Bijay, Sharma Deepti, Bhatia SS. Neonatal Sepsis: Bacteria and their susceptibility pattern towards antibiotics in Neonatal Intensive Care Unit. J Clin Diagnostic Res 2013;7:2511-3. 17. Khan SN, Joseph S. Neonatal sepsis: antibiotic sensitivity and resistance of commonly isolated pathogens in a Neonatal Intensive Care Unit of a Tertiary Care Hospital, South India. Int J Pharm Bio Sci 2012;3:802-9. 18. Levinson W. Review of medical microbiology and immunology. Edisi ke-13. San Francisco: McGraw-Hill Education; 2014. 19. Mutlu M, Aslan Y, Saygin B, Yilmaz G, Bayramoglu G, Koksal I. Neonatal sepsis caused a gram-negative bacteria in a Neonatal Intensive Care Unit: A six years analysis. HK J Paediatr (new series) 2011;16:253-7. 20. Gallardo EE, Lim JG, Lobo JJ, Aguilar CY. Etiology of neonatal sepsis in five urban hospitals in the Philippines. PIDSP Journal. 2011;12:5-85. 21. Ahmed A, Lutfi S, Al Hail M, Al Saadi M. antibiotic susceptibility pattern of microbial isolates from blood culture in the Neonatal Intensive Care Unite of Hamad Medical Corporation (HMC), Doha, Qatar. Asian J Pharm Clin Res 2013;6:191-5. 22. Movahedian AH, Moniri R, Mosayebi Z. Bacterial culture of neonatal sepsis. Iranian J Publ Health 2006;35:84-9. 23. Rupp M, Fey P. ESBL producing enterobacteriaceae: considerations ford, prevention and drug treatment. J Pubmed 2006;63:353-65. 24. Parveen RM, Harish BN, Parija SC. Emerging carbapenem resistance among nosocomial isolates of klebsiella pneumoniae in South India. Int J Pharma Bio Sci 2010;1:1-11. 25. Healy CM, Hulten KG, Palazzi DL, Campbell JR, Baker CJ. Emergence of new strains of methicillin-resistant staphylococcus aureus in a neonatal intensive care unit. CID 2004;39:1460-6. 26. Gandhi S, Ranjan KP, Ranjan N, Sapre N, Masani M. Incidence of neonatal sepsis in a tertiary care hospital: An overview. Int J Med Sci Pub Health 2012;2:548-52. 27. Medikamen-Suplemen Buletin Rasional Tentang Kajian Obat Baru. Tigesiklin: antibiotik glisiklin pertama. Diakses tanggal 23 Januari 2015. Diunduh dari: https:// piolk.ubaya.ac.id. 28. Gunawan Sulistia Gan. Farmakologi dan terapi. Edisi ke-5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. 29. Tjay Tan Hoan, Rahardja Kirana. Obat-obat penting: khasiat, penggunaan, dan efek-efek sampingnya. Diakses tanggal 23 Januari 2015. Diunduh dari: https://books.google. co.id/books?id=tn8qxbmhw6ic&pg=pa77&dq=gentamisin &hl=en&sa=x&ei=mnncvljwitwd8gwsvilycw&redir_es c=y#v=onepage&q=vankomisin&f=false. 440