BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB IV. ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG DEPOSITO PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH di BMT MASJID AGUNG DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK TABUNGAN ZIARAH DI KOPENA PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai pedoman hidup manusia tidak hanya mengatur ibadah ritual,

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan masyarakat muslim Indonesia dapat menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. dengan aktifitas lembaga keuangan secara halal. kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syari ah 1. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sesama dalam persaingannya didunia ekonomi. Hal tersebut sudah

BAB IV ANALISIS PREFERENSI NASABAH TERHADAP SIMPANAN NUSA DAN SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA)

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. syariah prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat yang berkekurangan dana disebut bank. Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. yang kekurangan dana yang dalam menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah untuk dapat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENALTI PADA PENGAMBILAN SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (DEPOSITO) SEBELUM JATUH TEMPO DI BMT SYIRKAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jasa dalam skala industri kecil, menengah sampai besar dengan peraturan pelayanan yang

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan perdagangan. Bila ditelusuri asal mula timbulnya

BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD MUDHARABAH SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRODUK PENGHIMPUNAN DANA DI BANK SYARI AH MANDIRI KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan lembaga keuangan syariah non-bank yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

BAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di

BAB I PENDAHULUAN. beroprasi sesuai dengan nilai-nilai dan sistem Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 2014, h Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. membedakan pengelolaan lembaga keuangan Islam (syariah) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I PENDAHULUAN. Raja Grafindo Persada, 2010, h Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta:PT

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan Al-quran dan As-sunnah. Tak lain tujuan. dan mengalirkan dana sesuai dengan undang-undang perbankan

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.3

BAB I PENDAHULUAN. Islam, Jakarta: RajawaliPers, 2007, h Adiwarman Azwar Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan bisnis yang serupa dengan Koperasi atau Lembaga Swadaya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis terdiri dari beragam

BAB I PENDAHULUAN. dikenal lembaga keuangan mikro syariah yang bernama BMT. 1 BMT. menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanatnya.

BAB I PENDAHULUAN. Diterbitkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahunn 2003 yang

BAB I PENDAHULUAN. umat agama lain. Islam adalah rahmatan lil alamin rahmat bagi alam semesta.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. dengan koperasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Baitul mal wa

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. dan bank muamalat merupakan bank pertama yang ada di indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. Operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyarakat kecil. untuk mengatasi hambatan operasionalisasi BMI tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan dimunculkannya sistem perbankan syari ah pada

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi tanpa bantuan lembaga keuangan. Lembaga keuangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB 1 PENDAHULUAN. meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkan, disamping itu juga. menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran.

Pengaruh Jumlah Deposito Mudhorobah Terhadap Penerimaan Jumlah Bagi Hasil Mudhorobah Pada PT.Bank Mega Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal muamalah, selain hubungan sesama manusia yang bersifat keduniaan juga

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. persatuan. Hal ini terlihat dari unsur-unsur yang dicapai dari inti agama Islam

IMPLEMENTASI BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI BPRS BUANA MITRA PERWIRA PURBALINGGA

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah merupakan salah satu inovasi yang baru dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bank Syari ah merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan sistem Islam, khususnya yang bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif dan perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas (gharar), berprinsip keadilan, dan hanya membiayai kegiatan usaha yang halal yang kesemuanya merupakan prinsip-prinsip perbankan syari ah. Bank Syari ah sering dipersamakan dengan bank tanpa bunga. Bank tanpa bunga merupakan konsep yang lebih sempit dari bank syari ah, dimana sejumlah instrumen atau operasinya bebas dari bunga. Bank syari ah selain menghindari bunga, juga secara aktif ikut berpartisipasi dalam mencapai sasaran dan tujuan dari ekonomi Islam yang berorientasi pada kesejahteraan sosial 1. Bank Syari ah merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk menegakkan aturan-aturan ekonomi Islam. Sebagai bagian dari sistem ekonomi, lembagga tersebut merupakan bagian dari keseluruhan sistem sosial. Oleh karenanya keberadaanya harus dipandang dalam konteks keseluruhan keberadaan masyarakat, serta nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan 2. Produk-produk bank syari ah muncul karena didasari oleh operasionalisasi fungsi bank syari ah, dalam menjalankan operasionalnya, bank syari ah memiliki empat fungsi sebagai berikut : a. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi dana-dana yang dipercayakan oleh pemegang rekening investasi. 1 Muhammad Fauzi, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keinginan Migrasi Nasabah Bank Umum Syari ah di Kota Semarang, Semarang, IAIN Walisongo, 2008, hlm. 11 2 Dwi Suwiknyo, SEI., M.Si., Jasa-Jasa Perbankan Syari ah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010 hlm. 1-2 1

2 b. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimilki pemilik dana/ shohibul maal sesuai dengan arahan investasi yang dikendaki oleh pemilik dana c. Sebagai penyedia jasa lalulintas pembayaran dan jasa-jasa lainya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syari ah d. Sebagai pengelola fungsi sosial. Dari keempat fungsi operasional tersebut kemudia diturunkan menjadi produk-produk bank syari ah, yang secara garis besar dikelompokan kedalam produk pendanaan, produk pembiayaan, produk jasa perbankan, dan produk kegiatan sosial. Produk pendanaan bank syari ah ditunjukkan untuk memobilisasi dan investasi tabungan untuk pembangunan perekonomian dengan cara yang adil, sehingga keuntungan yang adil dapat dijamin bagi semua pihak. Dalam hal ini bank syari ah melakukanya tidak dengan prinsip bunga, melainkan dengan prinsip-prinsip yang sesuai dengan syari at Islam, terutama wadi ah (Titipan), Qardh ( pinjaman), Mudharabah (Bagi Hasil), dan Ijarah 3. Islam mensyariatkan akad kerjasama Mudharabah untuk memudahkan orang, karena sebagian mereka memiliki harta namun tidak mampu mengelolanya dan disana ada juga orang yang tidak memiliki harta namun memiliki kemampuan untuk mengelola dan mengembangkannya. Maka Syariat membolehkan kerja sama ini agar mereka bisa saling mengambil manfaat diantara mereka. Pemilik modal memanfaatkan keahlian Mudharib (pengelola) dan Mudharib memanfaatkan harta dan dengan demikian terwujudlah kerjasama harta dan amal. Allah tidak mensyariatkan satu akad kecuali untuk mewujudkan kemaslahatan dan menolak kerusakan. hlm. 112 3 Ascarya, Akad dan Produk Bank syari ah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008,

3 Salah satu faktor yang berperan penting dalam perkembangan bank syari ah adalah pola ketertarikan masyarakat terhadap pola penyimpanan uang dalam bentuk investasi. Sejauh ini ketertarikan masyarakat dalam mendepositokan dananya dipengaruhi oleh keinginannya untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, dalam arti suku bunga yang lebih besar pada bank konvensional atau bagi hasil yang lebih tinggi pada bank syariah. Perkembangan tersebut didukung pula oleh kondisi moneter dan kebijakan perbankan syari ah yang semakin kondusif. Beragam produk dan jasa telah dikeluarkan oleh bank syari ah untuk menghimpun dana dari masyarakat, salah satu produk yang ditawarkan Perbankan Syari ah adalah dengan menggunakan akad mudharabah, Simpanan mudharabah terdiri dari tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Kegiatan utama dari sebuah lembaga keuangan adalah penghimpunan dan penyaluran dana, dimana penyaluran dana hanya dapat dilakukan apabila dana telah dihimpun, Penghimpunan dana ini perlu dilakukan dengan cara-cara tertentu sehingga efisien dan dapat disesuaikan dengan penggunaan dana tersebut. Bank maupun lembaga keuangan non bank seperti BMT sendiri mempunyai empat alternatif untuk menghimpun dana guna kepentingan usahanya, yaitu: Dana sendiri, dana dari masyarakat, dana pinjaman, dan sumber dana lain. Salah satu cara untuk menghimpun dana dari masyarakat adalah dengan menyediakan produk simpanan berjangka. Simpanan berjangka ini sama halnya dengan deposito. Deposito dimaksudkan untuk menghimpun dana dari para nasabah. Selanjutnya dana deposito tersebut akan dijadikan sebagai modal bagi bank syari ah untuk menjalankan usahanya atau pembiayaan usaha. Dana yang telah dikumpulkan oleh bank syari ah dari simpanan bejangka atau deposito perlu dikelola dengan penuh amanah.

4 Dengan harapan dana tersebut mendatangkan keuntungan yang besar, baik untuk nasabah maupun bank syari ah. Sehingga bank syari ah dapat memberikan bagi hasil kepada nasabah. Tidak seperti bank konvensional yang menawarkan deposito dengan konsep bunga, bank syari ah hadir dengan menawarkan deposito mudharabah dengan konsep bagi hasil. Bagi Hasil (profit sharing) antara bank dengan nasabah dalam pengelolaan dananya digunakan sebagai prinsip dalam perbankan syariah. Profit sharing menekankan bahwa simpanan yang ditabung pada bank syari ah nantinya akan digunakan untuk pembiayaan atau usaha oleh bank syariah, kemudian hasil atau keuntungan yang didapat akan dibagi menurut nisbah yang disepakati bersama. Selain bank syari ah banyak pula bermunculan lembaga-lembaga keuangan sejenis yang berprinsip syariah. Diantaranya adalah Baitul Maal Wa Tamwil atau yang sering disebut dengan BMT. Keberadaan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) merupakan suatu usaha untuk memenuhi keinginan, khususnya sebagian umat Islam yang menginginkan jasa layanan lembaga keuangan syari ah dalam mengelola perekonomiannya. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) merupakan salah satu model lembaga keuangan syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga ribuan BMT yang bergerak di kalangan masyarakat ekonomi bawah dan berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam rangka meningkatkan ekonomi bagi pengusaha kecil yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah 4. BMT (Baitul Maal wat Tamwil) adalah merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sebagai lembaga sosial. Sebagai lembaga sosial, baitul maal memiliki kesamaan fungsi dan peran dengan Lembaga Amil Press, 2002, hlm. 49. 4 Makhalul Ilmi SM, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah, Yogyakarta: UII

5 Zakat (LAZ). Dan sebagai lembaga bisnis, BMT lebih memfokuskan kegiatan usahanya pada sektor keuangan, yakni simpan-pinjam dengan pola syari ah 5. Peran dari Baitul Mal wat Tamwil di dalam kehidupan masyarakat sangat signifikan, karena BMT merupakan salah satu lembaga keuangan syari ah yang dapat menjadi motor penggerak dalam bidang ekonomi dan sosial masyarakat, selain itu, BMT dapat dijadikan sebagai penghubung antara kaum aghnia (kaya) dan kaum dhu afa (miskin). Kemunculan BMT sebagai organisasi yang relatif baru menimbulkan tantangan besar, Sebagai lembaga keuangan syariah, BMT harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah. Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk mampu tumbuh dan berkembang. Keterpaduan mengisyaratkan adanya harapan untuk mencapai sukses dunia dan akhirat juga keterpaduan antara sisi maal dan tamwil (sosial dan bisnis), juga keterpaduan antara fisik dan mental, rohaniah dan jasmaniah. Dewasa ini perkembangan BMT sangat pesat, sebagai lembaga keuangan melandaskan kinerjanya pada sistem syari ah mencoba untuk menjalankan sesuatunya sesuai dengan aturan-aturan bermuamalah yang benar seperti yang diterapkan pada bank-bank umum syari ah lainnya, sehingga mampu memberikan kepercayaan yang cukup tinggi dari masyarakat. Kepercayaan terhadap kinerja perbankan syari ah tersebut bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah bank syari ah mampu mempertahankan kinerjanya dibanding bank konvensional pada saat krisis ekonomi berlangsung. Baitul Mal wat Tamwil sebagai salah satu lembaga keuangan non bank yang berprinsip syari ah dikenal sebagai sebuah lembaga keuangan swadaya masyarakat. Karena BMT lahir dan dikembangakan oleh masyarakat 5 M.Ridwan, Sistem dan Prosedur Pendirian Baitul Mall wa-tamwil(bmt), Yogyakarta: Citra Media, 2006, hlm. 1

6 dan sangat strategis serta efektif dalam upaya memberdayakan ekonomi masyarakat kecil. dibentuk bertujuan untuk memobilisasi dana masyarakat, untuk selanjutnya dikelola dan dimanfaatkan guna kesejahteraan masyarakat. Dengan eksisnya BMT diharapkan dapat mendorong kehidupan ekonomi syari ah dalam kegiatan usaha mikro dan juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk bermuamalah secara benar dan sesuai dengan prinsipprinsip syari ah dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam berbisnis. Tidak jauh berbeda dengan produk-produk bank syari ah, produk penghimpunan dana dari masyarakat salah satu produk penghimpunan dana yang dikeluarkan oleh BMT adalah menggunakan akad mudharabah, yang terdiri dari Simpanan mudharabah dan Simpanan Berjangka mudharabah. Implementasi prinsip-prinsip syari ah secara teknis operasionalnya masih dihadapkan pada sekian banyak permasalahan yang perlu segera dipecahkan, salah satu diantaranya menyangkut kemampuan menganalisa fiqih sebagian pengelola BMT yang belum memadai, sehingga tidak jarang dijumpai kasus seorang petugas BMT bingung memilih model akad syari ah yang sesuai dengan kebutuhan nasabah, dan rencana alokasi dana yang telah ditetapkan. Bahkan tidak jarang petugas pembiayaan akhirnya keliru menerapkan akad yang sebenarnya 6. Meskipun demikian bank-bank Islam sejauh ini tidak bisa dipungkiri lagi murni menggunakan prinsip bagi hasil ( profit and sharing). Di Indonesia, fatwa-fatwa hukum Islam dikeluarkan oleh Mejelis Ulama Indonesia (MUI). Pedoman fatwa Majelis Ulama Indoneisia ditetapkan dalam Surat Keputusan Nomor: U-596/MUI/X/1997. Dalam surat ini terdapat tiga bagian proses dalam menentukan fatwa, yaitu dasar hukum penetapan fatwa, prosedur fatwa, teknik serta kewenangan organisasi dalam menetapkan fatwa. Dasar umum penetapan fatwa didasarkan kepada aladillah al-ahkam yang paling kuat dan membawa kemaslahatan bagi umat. Selain itu dasar fatwa adalah al-qur an, al-hadis, ijma, qiyas dan dalil-dalil hukum lainnya. Sedangkan prosedur penetapan fatwa dilakukan dengan 6 Makhalul Ilmi SM, Op Cip. hlm. 2

7 tahapan dan langkah-langkah yang telah ditetapkan. Sedangkan kewenangan Majelis Ulama Indonesia adalah memberi fatwa tentang masalah keagamaan yang bersifat umum yang menyangkut umat Islam. Dalam fatwa DSN MUI No. 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang deposito, MUI menjelaskan ketentuan tentang deposito. Deposito terdiri dari Dua jenis, pertama Deposito yang tidak dibenarkan secara syari ah yaitu Deposito yang berdasarkan perhitungan bunga, yang kedua Deposito yang dibenarkan yaitu Deposito yang berdasarkan prinsip Mudharabah, dalam ketentuan umum poin ke empat yang pada fatwa tersebut bahwa pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening 7. Pada BMT Masjid Agung Demak (MADE) yang berpusat di Jl. Sultan Fatah 118 kabupaten Demak, Jawa Tengah, mempunyai kelebihan terhadap produk-produk yang ditawarkan, diantaranya adalah produk simpanan berjangka mudharabah, Ketika nasabah menginvestasikan dananya pada produk simpanan berjangka mudharabah di BMT MADE Demak tentunya menggunakan jangka waktu yang ditentukan, dan penarikan dana tersebutpun harus sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati, andaikata nasabah ingin menarik dananya sebelum jatuh tempo, maka nasabah akan dikenakan penalty atau sanksi. Namun di BMT MADE Demak mempunyai sistem yang berbeda dengan bank-bank atau BMT-BMT yang lain, memang BMT MADE Demak telah menetukan jangka waktu kepada nasabah depositonya, namun nasabah ketika ingin menarik dananya atau mencairknya sebelum jatuh temponya, nasabah tidak dikenakan sanksi, hanya saja bagi hasil deposito mudharabahnya diberikan sampai bulan sebelum penarikanya. Selain itu yang nasabah yang menabung atau menginvestasikan dananya di BMT MADE Demak, para nasabah tidak dikenakan pajak, karena pajak sudah ditanggung oleh pihak BMT MADE Demak. Pada nisbah bagi hasil yang diberikan berikan oleh BMT MADE Demak, Nasabah tidak 7 Ditetapka di Jakarta pada Tanggal: 26 Dzulhijjah 1420 H / 1 April 2000 M

8 diberikan tawaran terhadap nisabah bagi hasil, pihak BMT MADE Demak menentukan besaran nisbah bagi hasil yang akan diterima oleh nasabah. Berdasarkan produk simpanan berjangka mudharabah di BMT MADE Demak, penulis ingin mengungkap secara diskriptif apakah produk simpanan berjangka mudharabah di BMT MADE Demak sesuai dengan fatwa. Oleh karena itu terkait dengan implementasi fatwa tersebut penulis memilih judul Implementasi Fatwa Dewan syari ah Nasional Nomor 03/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Deposito (Studi Kasus Produk Simpanan berjangka mudharabah di BMT Masjid Agung Demak). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini : 1. Bagaimana perhitungan nisbah bagi hasil produk simpanan berjangka mudharabah di BMT MADE Demak 2. Bagaimana Implementasi Fatwa DSN Nomor 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang deposito pada produk tersebut. C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui Implementasi Fatwa DSN Nomor 03/DSN- MUI/IV/2000 tentang deposito mudharabah pada produk simpanan berjangka mudharabah di BMT MADE Demak, dan untuk mengetahui proses perhitungan nisbah bagi hasil pada produk simpanan berjangka mudharabah di BMT MADE Demak. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Bagi Perusahaan Dengan adanya informasi tentang Fatwa DSN Nomor 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang deposito mudharabah pada produk

9 simpanan berjangka mudharabah di BMT MADE Demak, perusahaan mampu membuat kebijakan yang lebih baik. b. Manfaat bagi Masyarakat Sebagai wahana informasi bagi masyarakat yang ingin menempatkan dananya pada produk yang ditawarkan oleh BMT MADE Demak. D. Tinjauan pustaka Munculannya lembaga-lembaga keuangan syari ah pada saat ini, maka bermunculan pula para pemikir Islam serta ekonom Islam yang menuangkan karyanya mengenai lembaga keuangan syari ah tersebut yang dituangkan dalam buku atau karya ilmiyahnya. Hal ini sangat bermanfaat sekali bagi penulis, yang nantinya dapat digunakan sebagai refrensi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Buku-buku yang dijadikan refrensi penulis diantaranya adalah : 1. Ir. Adiwarman A. karim, S.E., MBA., M.A.E.P, dalam bukunya yang berjudul Bank Islam (Analisis Fiqih dan Keuangan). Dalam buku ini membahas tentang produk penghimpunan dana serta deposito syari ah. menurutnya, penghimpunan dana di bank syari ah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito, prinsip operasional syari ah yang diterapka dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi ah dan mudharabah 8. 2. Wiroso, S.E, M.B.A dalam bukunya yang berjudul Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha bank Syari ah dalam buku ini dijelakan tentang pengertian dan landasan hukum mudharabah serta menjelaskan tentang perhitungan pembagian hasil usaha, menurutnya pembayaran imbalan bank syari ah kepada deposan (Pemilik Modal) dalam bentuk bagi hasi, besarnya sangat tergantung dari pendapatan yang diperoleh bank sebagai mudharib atas pengelola dana Mudharabah hlm. 107 8 Adiwarman A. Karim, Bank Islam, Jakarta: PT. Raja grafindo persada, cet ke-7, 2007,

10 tersebut, apabila bank syari ah memperoleh hasil usaha yang besar maka distribusi hasil usaha didasakan pada jumlah yang besar, sebaliknya, apabila bank syari ah memperoleh hasil usaha yang sangat kecil 9. 3. M. Syafi i Antonio dalam bukunya yang berjudul Bank Syari ah Dari Teori Ke Praktek buku ini menjelaskan tentang aplikasi akad-akad syari ah dalam perbankan syari ah. Menurutnya prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank syari ah secara keseluruhan. Prinsip bagi hasil ini dalam perbankan syari ah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu al-musyarakah, almudharabah, al-muzara ah dan al-musaqah. Meskipun demikian, prinsip yang paling banyak dipakai adalah almusyarakah dan al-mudharabah, sedangkan al-muzara ah dan almusaqah dipergunakan khusus untuk plantation financing atau pembiayaan pertanian oleh beberapa bank. Kajian tentang seputar Implementasi Fatwa DSN MUI memang sudah pernah dilakukan oleh penulis-penulis terdahulu, hanya saja penelitian mereka berkisar permasalahan sebagai berikut: contoh-contoh skripsi yang membahas permasalahan tersebut : 1. Abdul Ghofir Ismail (2103166) TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL DEPOSITO WADI AH (Studi Kasus di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna), dalam skripsi ini membahas tentang Bagaimana praktek bagi hasil deposito wadi ah di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna, hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan akad wadi ah pada produk deposito berjangka, sebagaimana dipraktekan oleh BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna adalah tidak sesuai dengan teori wadi ah yang ada dalam perekonomian syariah, karena sifat dari produk dan akad yang digunakan saling bertolak belakang. Penggunaan istilah bagi hasil pada produk deposito wadi ah di BMT Syirkah Muawanah MWC NU 9 Wiroso, S.E, M.B.A, Penghimpunan dana da Distribusi hasil Usaha Bank Syari ah, Jakarta: PT Grasindo, 2005, hlm. 88

11 Adiwerna adalah menyalahi konsep yang ada dalam ekonomi syari ah, karena dalam akad wadi ah baik itu wadi ah yad al amanah maupun wadi ah yad dhamanah tidak mengenal adanya sistem bagi hasil akan tetapi hanya pemberian bonus semata 10. 2. Fariq Falahi (052411072) IMPLEMENTASI AKAD MUDHARABAH SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRODUK PENGHIMPUNAN DANA DI BANK SYARI AH MANDIRI KUDUS, dalam skripsi ini membahas tentang penerapan dan dampak akad mudharabah pada Bank Syari ah Kudus, yang mana dalam pembahasan skripsi ini, Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penerapan akad mudharabah pada produk penghimpunan dana di BSM Kudus hanya diterapkan pada produk tabungan dan deposito 11. 3. WIDIYANTO (2101200) PRAKTEK BAGI HASIL DALAM INVESTASI MUDHARABAH (Studi Kasus di BMT Tumang Kab. Boyolali), dalam skripsi ini membahas tentang Praktek Bagi Hasil dalam Investasi Mudharabah di BMT Tumang Kabupaten Boyolali dalam penelitian ini menunjukkan bahwa BMT Tumang ada beberapa prosedur yang dilaksanakan oleh BMT Tumang belum sesuai dengan ketentuanketentuan hukum Islam, diantaranya : a. Dalam hal penyelesaian kerugian yang dialami mudharib yang disebabkan oleh faktor resiko bisnis yang bukan karena karakter buruk mudharib masih kurang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam akad mudharabah, karena nasabah harus menanggung kerugian tersebut dengan tetap harus mengembalikan modal pokok dari pembiayaan tersebut. b. Untuk sanksi administrasi (denda) yang dilakukan oleh BMT Tumang ketika nasabah mengalami keterlambatan dalam pengembalian angsuran modal mudharabah juga bertentangan hukum Islam, dimana dalam akad mudharabah hanya diharuskan untuk mengembalikan apa yang ia terima 10 Abdul Ghofir Ismail, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Bagi Hasil Deposito Wadi ah, 2009, hlm. 69 11 Fariq Falahi, Implementasi Akad Mudharabah serta Dampaknya Terhadap Produk Penghimpunan Dana di Bank Syari ah Mandiri Kudus, 2010, hlm. 7

12 tidak lebih, hal ini mengikuti kaedah fiqih Setiap qiradh yang membuahkan bunga atau penambahan adalah riba. c. Dalam penyitaan barang jaminan yang dilakukan oleh BMT Tumang pada saat nasabah mengalami kerugian dan tidak mampu mengembalikan modal mudharabah, belum sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam akad mudharabah, yang mana pihak BMT tetap 12. Kesimpulan dari beberapa skripsi yang terdahulu yang penulis paparkan diatas, hanya membahas tentang mudharabah secara global, baik dari penghimpunan dana maupun dari penyaluran dana. Dari beberapa skripsi yang penulis lihat, belum ada yang membahas tentang Implementasi Fatwa DSN No. 03/DSN-MUI/IV/2000 Terhadap Nisbah di BMT MADE, dari hal tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti tentang implementasi fatwa DSN No. 03/DSN-MUI/IV/2000 terhadap produk simpanan berjangka mudharabah di BMT MADE 4. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di BMT Masjid Agung Demak (MADE), Jl. Sultan Fatah 118 Demak. 2. Jenis Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Kualitatif dengan menggunakan metode diskriptif. Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang ilmiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. 13 Dalam bukunya Arikunto 12 Widiyanto, Praktek Bagi Hasil dalam Investasi Mudharabah (Studi Kasus di BMT Tumang kab. Boyolali): 2006, Hlm. 110 13 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009,hlm. 6.

13 dijelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian non-hipotesis, sehingga dalam langkah penelitiannya tidak menggunakan hipotesis 14. 3. Sumber Data Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data diperoleh. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden atau objek yang diteliti atau ada hubungannya dengan objek yang diteliti. Data tersebut bisa diperoleh langsung dari nasabah yang diteliti dan dapat pula berasal dari lapangan. 15 Adapun sebagai data primer dalam hal ini dilakukan dengan melalui wawancara langsung dengan manajer dan Nasabah BMT MADE Demak. 2) Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari kantor, buku (kepustakaan), atau pihak- pihak lain yang memberikan data yang erat kaitannya dengan objek dan tujuan yang diteliti. 16 Adapun data yang dimaksud adalah berupa dokumen-dokumen BMT MADE Demak, profil BMT MADE Demak, dan struktur organisasi BMT MADE Demak. 4. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan,dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. 17 Data yang penulis kumpulkan 14 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, hlm.13 15 Moh. Pabandu Tika, Metodologi Riset Bisnis,Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006, hlm. 57. 16 Ibid, hlm. 64. 17 Abdurrahmat Fathoni,Metodologi Penelitian dan Teknik Penulisan Skripsi, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, hlm. 104.

14 dengan metode ini adalah dengan cara mengamati secara langsung tentang implementasi produk simpanan berjangka yang menggunakan akad Mudharabah di BMT MADE Demak. b) Wawancara Merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan pada masalah, tujuan, dan hipotesis penelitian. 18 Dalam teknik wawancara ini instrumen yang digunakan sebagai pengumpulan data berupa pedoman wawancara yaitu berisi pertanyaan-pertanyaan yang sistematis dan terarah. Pedoman yang dimaksud adalah bentukbentuk pertanyaan yang telah dirumuskan sebelumnya. Metode ini digunakan peneliti dalam mencari data secara langsung wawancara penelitian ini akan dilakukan terhadap Pimpinan Kantor maupun yang mewakilinya dan nasabahnya. c) Dokumentasi Metode yang digunakan untuk mencari data mengenai halhal atau variable yang berupa catatan-catatan, buku, dan sebagainya. 19 Dari metode ini diperoleh informasi tambahan sehubungan dengan penelitian melalui barang-barang tertulis. Peneliti menggunakan catatan-catatan, buku-buku, dan lain-lain, yang memiliki hubungan erat dengan sumber yang diteliti, terutama dokumen-dokumen yang terdapat di BMT MADE Demak. 18 Moh. Pabandu Tika, Op.cit, hlm. 62. 19 Suharsimi Arikunto, Op.cit, hlm. 231

15 5. Metode Analisis Data Dalam menganalisa data, penulis menggunakan metode deskriptif analisis. Yaitu metode penelitian yang menggambarkan secara objektif dan kritis dalam rangka memberikan perbaikan, tanggapan dan tawaran serta solusi terhadap permasalahan yang dihadapi sekarang 20. Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran dan menganalisis secara sistematis terhadap beberapa fakta tentang situasi tertentu, pandangan, sikap dan kejadian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan Implementasi produk simpanan berjangka mudharabah di BMT MADE Demak, baik itu berupa data, serta hasil wawancara yang telah penulis lakukan. Dalam analisis data ini, penulis menggunakan analisis data model Miles dan Huberman yang membagi tahapan analisis data dalam penelitian kualitatif menjadi beberapa tahapan, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan verifikasi (verification). 21 5. Sistematika Penulisan 1. BAB I : Pendahuluan Dalam bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, Tinjauan pustaka, Metodologi penelitian dan sistematika penulisan skripsi. 2. BAB II : Akad Mudharabah dan Aplikasinya pada Lembaga 2008, hlm. 246. Keuangan Syari ah Dalam bab ini menguraikan tentang pengertian Mudharabah, dasar hukum mudharabah, rukun dan syarat mudharabah, dan jenis-jenis mudharabah, pengertian deposito mudharabah, dasar hukum deposito, dan jenis- 20 Suharsimi Arikunto, Op.cit, hlm. 234 21 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,

16 jenis deposito mudharabah, pengertian nisbah bagi hasil mudharabah, macam-macam bagi hasil, serta fatwa DSN MUI No. 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang deposito. 3. BAB III : Pandangan Umum BMT MADE Demak A. Profil BMT MADE Demak B. Produk BMT MADE C. Prosedur simpanan berjangka mudharabah di BMT MADE Demak D. Praktek bagi hasil simpanan berjangka mudharabah di BMT MADE Demak 4. BAB IV : Analisis Implementasi Fatwa DSN Nomor 03/DSN- MUI/IV/2000 terhadap perhitungan nisbah di BMT MADE Dalam bab ini menguraikan secara diskriptif hasil penelitian tentang analisis perhitungan nisbah bagi hasil simpanan berjangka mudharabah di BMT MADE serta analisis penerapan Implementasi Fatwa DSN Nomor 03/DSN-MUI/IV/2000 pada Produk simpanan berjangka mudharabah di BMT MADE Demak. 5. BAB V : Penutup Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis terhadap topik penelitian.