II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

II. TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model dimana para siswa

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai.

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sains tersebut (Gallagher, 2007). Dengan demikian hasil belajar sains diharapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari Freudenthal Institute, Urecht University di negeri Belanda. kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT)

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang. Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Active Learning melalui Teknik Group to Group Exchange. Active learning/ pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap,

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 584), efektivitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan kepribadian. Menurut Surakhmad (1987:16) belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. LKS Word Square Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu media pembelajaran. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, lembar kegiatan biasanya juga dilengkapi dengan petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, siswa akan belajar secara mandiri dan belajar memahami serta menjalankan suatu tugas tertulis. Pengertian lain diungkapkan oleh Trianto (2010:111) yang menyatakan bahwa: Lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan ini dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. Safarini (2010:22) mengatakan bahwa LKS word square sebagai alat bantu pembelajaran mempunyai peranan sebagai berikut: a. Merupakan variasi pembelajaran. b. Memudahan mengajar karena LKS word square disusun sesuai urutan pengertian penting.

11 c. Meningkatkan keaktifan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar karena model ini selalu diikuti diskusi atau penjelasan guru, sehingga jawaban pertanyaan merupakan pengertian yang utuh dan berkaitan. d. Konsep yang disampaikan oleh guru menjadi nyata dan jelas, mudah dipahami dan diingat. e. Memotivasi belajar siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar. Menurut Urdang (Wurianingrum, 2007:16) word square is a set of words such that when arranged one beneath another in the form of a square the read a like horizontally, artinya word square adalah sejumlah kata yang disusun satu di bawah yang lain dalam bentuk bujur sangkar dan dibaca secara mendatar dan menurun. Kelebihan word square yaitu dapat melatih sikap teliti dan kritis, merangsang siswa berfkir efektif dan melatih disiplin sedangkan beberapa kekurangan yaitu mematikan kreatifitas,siswa tinggal menerima bahan mentah,dan siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan dan kompetensi yang dimilikinya Menurut Hornby (Wurianingrum, 2007:16) word square adalah sejumlah kata yang disusun sehingga kata-kata tersebut dapat dibaca ke depan dan ke belakang. Jadi word square adalah kata-kata yang disusun dalam bentuk persegi yang bisa dibaca secara vertikal dan horizontal. Dalam word square ini, huruf-huruf disusun secara acak sehingga dapat dibaca secara vertikal ataupun horizontal namun ditambah huruf-huruf yang lain sebagai pengecoh.

12 Menurut Saptono (Wurianingrum, 2007:18) langkah-langkah pembelajaran word square adalah: a. Siswa diarahkan untuk mempelajari topik tertentu yang akan disampaikan. b. Siswa disuruh menemukan istilah dalam word square yang relevan dengan topik yang telah dipelajari. c. Siswa memberikan penjelasan tentang kata yang ditemukan. Informasi dari siswa tentang kata tersebut sebanyak-banyaknya digali oleh guru. d. Penjelasan siswa divariasikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada seluruh siswa. B. Media Video Pengertian media seringkali disalahtafsirkan dengan sarana peralatan pendukungnya. Kata media, berasal dari bahasa latin medius dan merupakan bentuk jamak dari medium yang bermakna perantara atau mengantar. Dalam bahasa Arab, media sering disebut dengan wasail yang merupakan bentuk jamak dari wasilah yang juga bersinonim dengan Al wasth yang artinya tengah. Kata tengah bermakna berada di antara dua sisi, maka bisa juga disebut dengan perantara (wasilah) atau yang mengantarai kedua sisi tersebut. Karena posisinya berada di tengah, maka ia juga bisa disebut sebagai pengantar atau penghubung, yakni sesuatu yang menghubungkan, mengantarkan atau menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi yang lainnya (Munadi: 2013:6). Media adalah bagian yang sangat penting dan tidak terpisahkan dari proses pembelajaran, terutama untuk mencapai tujuan pembelajaran.

13 Hamidjojo ( Arsyad 2000: 4) menyatakan bahwa memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang di gunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang di kemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa video itu berkenaan dengan apa yang dapat dilihat, utamanya adalah gambar hidup (bergerak; motion), proses perekamannya, dan penayangannya yang tentunya melibatkan teknologi. Menurut (Munadi:2013:116) karakteristik dari media video dalam meningkatkan efektifitas atau efisiensi proses pembelajaran adalah sebagai berikut: a) Mengatasi jarak dan waktu. b) Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam waktu singkat. c) Dapat membawa siswa berpetualang dari negara satu ke negara lainnya, dan dari masa yang satu ke masa yang lain. d) Dapat diulang-ulang bila perlu untuk menambah kejelasan. e) Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat. f) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa. g) Mengembangkan imajinasi. h) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan penjelasan yang lebih realistik.

14 i) Sangat kuat memengaruhi emosi seseorang Secara umum, menurut Davies (1991:152) video mempunyai 5 sifat, yaitu: 1. Kemampuan untuk meningkatkan persepsi 2. Kemampuan untuk meningkatkan pengertian 3. Kemampuan untuk meningkatkan transfer/pengalihan belajar 4. Kemampuan untuk memberi penguat (reinforcement) atau pengetahuan hasil yang dicapai 5. Kemampuan untuk meningkatkan retensi Menurut Anderson (1994:103-105) bahawa dalam media video terdapat kelebihan dan kekurangan antara lain: Kelebihan media video : 1. Dapat digunakan untuk klasikal atau individual 2. Dapat digunakan seketika. 3. Digunakan secara berulang. 4. Dapat menyajikan objek yang bersifat bahaya. 5. Dapat menyajikan objek secara detail. 6. Dapat diperlambat dan dipercepat. 7. Menyajikan gambar dan suara. Kelemahan media video: 1. Sukar untuk dapat direvisi. 2. Relatif mahal. 3. Memerlukan keahlian khusus. C. Hasil Belajar Gagne (1992:58 ) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan (perfomance) yang dapat teramati dalam diri seseorang dan disebut sebagai kapabilitas. Menurut Gagne ada lima katagori kapabilitas manusia yaitu : 1. Keterampilan intelektual

15 2. Strategi kognitif 3. Informasi verbal 4. Keterampilan motorik 5. Sikap Tes hasil belajar merupakan butir tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Tes hasil belajar meliputi tes hasil belajar produk, tes hasil belajar proses, dan tes hasil belajar psikomotorik. Tes hasil belajar dikembangkan sesuai dengan jenjang kemapuan kognitif. Untuk pensekoran hasil tes, menggunakan panduan evaluasi yang memuat kunci dan pedoman penskoran setiap butir soal (Trianto, 2010:114). Hasil belajar kognitif menjadi cerminan tingkat keberhasilan siswa, seperti yang dikatakan oleh Eggen dan Kauchak (1997:441) bahwa sebagian besar tujuan dan hasil belajar yang muncul dalam panduan kurikulum sekolah di beberapa negara bagian adalah dalam ranah kognitif, yang fokus pada pengetahuan dan pemahaman pada suatu fakta, konsep, prinsip, aturan, keterampilan, dan pemecahan masalah. Hal ini juga senada dengan pernyataan Anderson dan Krathwhohl (Prawiradilaga, 2009:94) yaitu bila seseorang sedang belajar, maka akan terjadi peningkatan kognitif dalam dirinya. Setiap potensi terkait motorik atau sikap berawal dari proses kognitif. Dengan kata lain, berpikir kognitiflah yang menjadi dasar dari segala penguasaan ilmu dan peningkatan kemampuan. Anderson dan Krathwhohl merumuskan jenjang berpikir kognitif yang merupakan revisi dari taksonomi Bloom, seperti pada Tabel 1.

16 Tabel 1. Proses Berfikir Kognitif Ranah kognitif C1 C2 C3 C4 C5 C6 Berpikir Uraian Rincian Mengingat Mengerti Menerapkan Menganalisis Mengevaluasi Berkreasi Sumber : Sani (:2013:57) Memunculkan pengetahuan dari jangka panjang, Membetuk arti dari pesan pembelajaran (isi) : lisan, tulisan, grafis atau gambar. Melaksanakan atau mengunakan prosedur dalam situasi tertentu Menjabarkan komponen atau struktur dengan membedakan dari bentuk dan fungsi, tujuan dan seterusnya Menyusun pertimbangan berdasarkan kriterian persyaratan khusus Menyusun, sesuatu hal baru, memodifikasi suatu model lama, menjadi suatu yang berbeda. Mengenali Mengingat Memahami Membuat contoh Mengelompokkan Meringkas Meramalkan Membandingkan Menjelaskan Melaksanakan Mengembangkan Membedakan Menyusun kembali Menandai Mengecek Mengkritik Menghasilkan Merencanakan Membentuk Hasil belajar dari aspek kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan dalam pencapaiannya. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan

17 jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas (Slameto,1991: 131). D. Aktivitas Belajar Siswa Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Dalam proses pembelajaran dilakukan suatu kegiatan, tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar (Sardiman, 2008:95). Hal ini sependapat dengan Hamalik (2009:171) bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Hamalik (2009:11:75) mengatakan penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, oleh karena: 1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. 2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral. 3. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa. 4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri. 5. Memupuk disiplin kelas dan suasanan belajar menjadi demokratis. 6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru.

18 7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalistis. 8. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat. Aktivitas siswa menurut Diedrich (Sardiman,2007:101) digolongkan ke dalam delapan jenis kegiatan, yaitu: 1. Kegiatan-kegiatan visual, meliputi kegiatan; membaca, melihat gambar, mengamati, eksperimen, pameran, dan mengamati orang lain atau bermain. 2. Kegiatan-kegiatan lisan, meliputi kegiatan; menyatakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberikan saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi. 3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, meliputi kegiatan; mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, dan mendengarkan suatu permainan. 4. Kegiatan-kegiatan menulis, meliputi kegiatan; menulis laporan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, mengerjakan lembar kerja, menulis cerita, dan mengisi angket. 5. Kegiatan-kegiatan menggambar, meliputi kegiatan; menggambar, membuat grafik, diagram peta dan pola.

19 6. Kegiatan-kegiatan matrik, meliputi kegiatan; melakukan percobaan, melaksanakan pameran, menyelanggarakan permainan, dan membuat model. 7. Kegiatan-kegiatan mental, meliputi kegiatan; mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, dan membuat keputusan. 8. Kegiatan-kegiatan emosional, meliputi kegiatan; minat, membedakan, berani, tenang. Klasifikasi aktivitas seperti yang telah diuraikan di atas, menunjukan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks. Jika berbagai macam kegiatan tersebut dapat di ciptakan disekolah, makas sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar. Kreativitas guru sangat diperlukan agar dapat merencanakan kegiatan siswa yang sangat bervariasi. Diedrich (Sardiman, 2007:101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut: a. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. c. Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. d. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman. e. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram, charta, poster. f. Motor activities, yang masuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. g. Mental activities, sebagai contoh, misalnya: mencari informasi, menganggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

h. Emosional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,gembira, semangat, bergairah, berani, tegang, gugup. 20