: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

GADAI DAN HAK KEBENDAAN TINJAUAN YURIDIS GADAI SEBAGAI HAK KEBENDAAN UNTUK JAMINAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri

BAB I PENDAHULUAN. rangka pembaharuan hukum dengan mengadakan kodifikasi dan unifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

SKRIPSI PENGINGKARAN PUTUSAN PERDAMAIAN OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata cara. aturan perundang-undangan dalam HIR atau RBG.

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat tergantung kepada tanah

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari kegiatan pembangunan yang terdahulu, bahwa pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial di mana manusia hidup

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

ASPEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) PERSERO

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa latin yaitu action yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

BENI DHARYANTO C FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB I PENDAHULUAN. keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada instansi

BAB I PENDAHULUAN. mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri, ia memerlukan tangan ataupun

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

No Restrukturisasi Perbankan, Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan tentang Penanganan Permasalahan Solvabilitas Bank Sistemik, Peraturan Lembaga

A B S T R A K S I. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Negara Republik Indonesia ditujukan bagi seluruh

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN TITLE EKSEKUTORIAL DALAM SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan. Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

PERJANJIAN KREDIT DENGAN SISTEM REKENING KORAN DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan begitu cepat, dengan berbagai macam jenis

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

PELAKSANAAN PENANGGUNGAN ( BORGTOCHT ) DALAM PERJANJIAN KREDIT. ( Studi Kasus di PD. BPR BANK PASAR Kabupaten Boyolali )

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN BESARNYA SUKU BUNGA PINJAMAN DALAM SENGKETA HUTANG PIUTANG (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun

TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PUTRA UTAMA MOTOR SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB III UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI ATAS OBJEK FIDUSIA BERUPA BENDA PERSEDIAAN YANG DIALIHKAN DENGAN JUAL BELI

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

Transkripsi:

PROSES PELAKSANAAN SITA PENYESUAIAN TERHADAP BARANG TIDAK BERGERAK YANG DIAGUNKAN ATAU DIJAMINKAN DI BANK SWASTA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C. 100 060 016 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan atas kekuasaan, oleh karena itu diharapkan segala tindakan dan perbuatan harus berdasarkan atas hukum dan dapat dipertanggungjawabkan menurut hukum pula. Masalah hubungan hukum dan masyarakat sekarang ini mulai banyak dibicarakan di dalam masyarakat, oleh karena itu merupakan salah satu kebutuhan dalam kehidupan sosial di manapun manusia berada di dunia ini. Interaksi sosial sesama manusia itu ada kalanya menyebabkan konflik di antara mereka, sehingga salah satu pihak harus mempertahankan haknya dari pihak lainnya, atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. Mengingat potensi munculnya konflik dalam hubungan antar manusia dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga ketentraman, keadilan, dan perlindungan hak dalam suatu masyarakat. Oleh karenanya meskipun manusia sebagai makhluk sosial, tetapi kepentingan bersifat pribadi sebagai suatu individu tetap dimiliki selama tidak melanggar hak individu lain dalam masyarakat. Dengan demikian hukum sebagai suatu instrumen sosial dapat difungsikan untuk mengatur berbagai kepentingan dalam masyarakat supaya tidak terjadi konflik. Mengenai hukum yang mengatur hubungan antara masyarakat satu dengan yang lain secara pribadi atau individu sering disebut sebagai hukum 1

2 perdata, yaitu suatu kumpulan peraturan yang mengatur tentang hubungan antara individu satu dengan yang lain mengenai masalah pribadi atau privat. Dalam hukum perdata itu sendiri sebenarnya mengatur berbagai macam masalah yaitu tentang orang, benda, perikatan, pembuktian, serta daluarsa. Seiring dengan perkembangan jaman yang menuntut ketersediaan modal kerja yang cukup untuk berlangsungnya suatu usaha, maka bank-bank baik negeri maupun swasta banyak yang memberikan pelayanan kredit dengan berbagai promosi yang menggiurkan dari yang berhadiah langsung, persyaratan yang mudah, sampai dengan suku bunga yang rendah. Hal ini dilakukan demi menarik minat konsumen agar menggunakan fasilitas kredit yang ditawarkan. Dengan berdirinya bank-bank swasta saat ini memberikan iklim persaingan bisnis perbankan yang semakin pesat terutama pada sektor perkreditan. Konsumen pun banyak yang tertarik menggunakan penawaran kredit dari bank swasta. Hal ini karena bank-bank swasta dipandang lebih mudah persyaratannya dan tidak berbelit-belit dalam pencairan dana yang dibutuhkan oleh konsumen. Perikatan hutang piutang antara konsumen dengan pihak bank pun dapat dengan mudah dilaksanakan. Tentu saja hal ini dilakukan dengan kewajiban nasabah untuk mengembalikan dana yang dipinjam karena nasabah dianggap telah berhutang kepada pihak bank. Hutang itu sendiri secara harfiah dapat diartikan sebagai suatu kewajiban yang melekat pada diri seseorang (debitur) untuk membayarkan

3 sejumlah sesuatu (uang) kepada seorang yang memiliki hak untuk itu (kreditur). Suatu perjanjian hutang-piutang masuk dalam jenis perjanjian atas beban, yaitu perjanjian dimana terhadap prestasi yang satu selalu ada kontra prestasi pihak lain. Dimana kontra prestasinya bukan semata-mata merupakan pembatasan atas prestasi yang satu atau hanya sekedar menerima kembali atas prestasinya sendiri. Jadi apabila sudah timbul suatu transaksi antara debitur dan kreditur dan muncul suatu kesepakatan bahwa si kreditur bersedia menyerahkan uangnya kepada debitur dengan imbalan suatu prestasi di kemudian hari, maka akan timbul hak dan kewajiban dari diri masing-masing pihak. Si kreditur memiliki kewajiban untuk menyerahkan uang yang telah diperjanjikan, dan mempunyai hak untuk menerima pengembalian uang tersebut. Sedangkan si debitur memiliki hak untuk menerima uang dari kreditur seperti yang telah diperjanjikan dan mempunyai kewajiban untuk mengembalikannya. Dari hak dan kewajiban yang muncul maka terwujud suatu tanggung jawab yang harus dipegang teguh oleh masing-masing pihak. Kewajiban kreditur menyerahkan uang dan hak debitur menerima uang. Sedangkan kewajiban debitur membayar secara mencicil sesuai dengan waktu yang ditentukan, dan memberikan jaminan kepada kreditur sampai hutang tersebut dinyatakan lunas. Hak kreditur yaitu mendapat uang cicilan hutang dan surat jaminan hutang, disamping itu juga punya hak untuk menagih debitur apabila debitur terlambat atau bahkan tidak membayar hutang.

4 Dalam suatu perjanjian hutang piutang, hal yang dilakukan oleh kedua belah pihak sebelum menyatakan sepakat adalah membuat suatu perjanjian tertulis terhadap prestasi yang diperjanjikan, dan dilakukan penandatanganan oleh keduanya. Jika debitur telah menerima uang maka kreditur membuat kuitansi yang berisi sejumlah uang yang dipinjamkan, dengan tujuan apabila terjadi sengketa di kemudian hari. Apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya membayar hutang terhadap kreditur atau pihak bank, dan setelah dilakukan penagihan ternyata debitur tidak dapat membayar, maka petugas bank berhak melakukan penyitaan terhadap barang-barang yang telah dijaminkan ke bank sebagai persyaratan kredit. Barang-barang yang dijaminkan di bank biasanya adalah berupa barang yang tidak bergerak seperti tanah dan bangunan. Adapun besarnya agunan atau jaminan dengan besarnya hutang yang wajib dibayarkan oleh debitur tidak sama. Terkadang debitur ada yang curang, dimana barang yang diagunkan sudah atau sedang dipertanggungkan kepada pihak lain, sehingga bank dalam melaksanakan sita mengalamai kesulitan. Pertanggungan kredit pada bank merupakan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan kredit. Tak jarang semua harta benda yang dimiliki dijadikan pertanggungan dalam mendapatkan kredit dari bank. Sampai-sampai demi mendapatkan kredit dari bank, terdapat masyarakat yang menanggungkan barangnya lebih dari satu bank.

5 Penangungan beban agunan lebih dari satu tempat memang tidak dilarang. Hal ini sesuai dengan Pasal 5 UU Nomor: 4 Tahun 1996 yang berbunyi : (1) Suatu obyek Hak Tanggungan dapat dibebani dengan lebih dari satu Hak Tanggungan guna menjamin pelunasan lebih dari satu utang. (2) Apabila suatu obyek Hak Tanggungan dibebani dengan lebih dari satu Hak Tanggungan, peringkat masing-masing Hak Tanggungan ditentukan menurut tanggal pendaftarannya pada Kantor Pertanahan. (3) Peringkat Hak Tanggungan yang didaftar pada tanggal yang sama ditentukan menurut tanggal pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan Ketentuan yang sama terdapat dalam pasal 11 ayat (12) UU PUPN, UU No. 49 Tahun 1960, sebagai berikut: Atas barang yang terlebih dahulu disita untuk orang lain yang berpiutang tidak dapat dilakukan penyitaan. Jika juru sita mendapatkan barang yang demikian, ia dapat memberikan salinan putusan Surat Paksa sebelum tanggal penjualan tersebut kepada Hakim Pengadilan Negeri, yang selanjutnya menentukan bahwa penyitaan yang dilakukan atas barang itu akan juga dipergunakan sebagai jaminan untuk pembayaran hutang menurut surat paksa 1 Untuk melaksanakan sita penyesuaian ini memerlukan suatu keputusan yang adil dari lembaga hukum yang berwenang. Pihak-pihak yang merasa dirugikan akibat hubungan perjanjian hutang piutang ini dapat meminta keputusan yang adil melalui Pengadilan Negeri untuk memutuskan sita 1 Mahkamah Agung RI. Pedoman Teknis Adminsitrasi dan Teknis Peradilan Perdata Umum dan Perdata Khusus. Jakarta, MA RI. Tahun 2008, hal. 83.

6 penyesuaian terhadap barang tidak bergerak yang diagunkan atau dijaminkan di bank. Melalui putusan hakim Pengadilan Negeri, maka hakim akan memerintahkan tugasnya sesuai dengan Pasal 65 yaitu : 1. Melaksanakan semua perintah yang diberikan oleh Ketua Sidang. 2. Menyampaikan pengumuman-pengumuman, teguran-teguran, protesprotes dan pemberitahuan/panggilan menurut cara-cara berdasarkan Undang-undang. 3. Melakukan penyitaan yang salinan resminya diserahkan kepada para pihak yang berkepentingan. 2 Pelaksanaan sita penyesuaian tidak boleh dilakukan begitu saja oleh juru sita Pengadilan Negeri, tetapi harus melalui asas-asas sita penyesuaian yang telah ditetapkan. Yang pertama adalah sita jaminan hanya boleh satu kali pada waktu yang sama. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Yahya Harahap sebagai berikut: Terhadap barang yang sama dan dalam waktu yang bersamaan hanya boleh satu kali diletakkan sita jaminan. Atau dengan kata lain, barang yang di atasnya telah diletakkan sita jaminan (conservatori beslag) pada waktu yang bersamaan tidak boleh disita untuk kedua kalinya. 3 Prinsip yang lain yang perlu mendapat perhatian adalah asas yang melarang pensitaan terhadap barang yang sudah dijaminkan atau diagunkan. Sehingga pada setiap pembebanan sita jaminan, barang yang hendak diletakkan sita di atasnya harus secara murni bebas dari segala pembenanan. Barang itu harus bebas dari pensitaan serta harus bebas dari agunan. 4 Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa dalam hubungan hutang piutang antara nasabah dengan bank apabila nasabah tidak dapat memenuhi kewajibannya membayar hutang maka bank mempunyai hak untuk 2 NN. Pelatihan Tehnisi Yudisial Panitera dan Jurusita. Jakarta 1997. hal. 23 3 Yahya Harahap M. Hukum Acara Perdata, Permasalahan dan Penerapan Conservator Beslag (Sita Jaminan). Gramedia, Jakarta. 1997. hal 133. 4 Ibid, hal 136.

7 mengambil alih barang tidak bergerak yang telah dijaminkan atau diagunkan kepada bank. Tetapi akan timbul suatu permasalahan apabila ternyata barang tidak bergerak yang telah ditanggungkan kepada pihak lain. Dalam hal ini pengadilan tidak boleh memberikan keputusan sita jaminan. Hal ini akan menimbulkan tabrakan antara pemegang tanggungan pertama dengan pemegang sita jaminan. Dan penyelesaiannya sangat sulit dan memerlukan waktu yang lama. Sebab apabila kasus yang demikian, pengadilan tetap melakukan pensitaan maka sudah jelas keliru dan melanggar asas pensitaan. Bila barang yang hendak disita pada waktu yang bersamaan sedang dijadikan sebagai agunan atau barang jaminan, permintaan sita jaminan harus ditolak. Yang dibenarkan hukum hanya tindakan sita penyesuaian atau vergelijkende beslag artinya adalah permohonan sita jaminan menyesuaikan atau disejajarkan dengan pensitaan atau pengagunan yang sedang ada. Terhadap putusan hakim yang mengabulkan untuk melaksanakan sita baik sita jaminan ataupun sita penyesuaian, hakim akan memerintahkan juru sita untuk melaksanakan eksekusi. Apabila dalam pelaksanaannya mengalami hambatan akibat adanya pertentangan dari pihak Tergugat, maka hakim dapat meminta bantuan dari aparat bersenjata. Hal ini berarti putusan hakim mempunyai suatu kekuatan eksekutorial, yaitu dapat dipaksakan dengan bantuan kekuatan umum yaitu Angkatan Bersenjata. Dari uraian tersebut di atas, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul: PROSES PELAKSANAAN SITA PENYESUAIAN TERHADAP BARANG TIDAK BERGERAK YANG DIAGUNKAN ATAU DIJAMINKAN DI BANK SWASTA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA.

8 B. Perumusan Masalah Agar permasalahan yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan penulisan skripsi mencapai tujuan yang diinginkan maka perlu disusun perumusan masalah yang didasarkan pada uraian latar belakang masalah, dimana perumusan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah prosedur menentukan sita penyesuaian terhadap barang tidak bergerak yang diagunkan atau dijaminkan di bank swasta di wilayah hukum Pengadilan Negeri Surakarta? 2. Bagaimanakah pelaksanaan sita penyesuaian terhadap barang tidak bergerak yang diagunkan atau dijaminkan di bank swasta di wilayah hukum Pengadilan Negeri Surakarta? 3. Apa saja hambatan atau kendala yang timbul terhadap pelaksanaan sita penyesuaian terhadap barang tidak bergerak yang diagunkan atau dijaminkan di bank swasta di wilayah hukum Pengadilan Negeri Surakarta? C. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam perumusan masalah di atas, yaitu: 1. Untuk mengetahui prosedur dalam menentukan sita penyesuaian terhadap barang tidak bergerak yang diagunkan atau dijaminkan di bank swasta di wilayah hukum Pengadilan Negeri Surakarta. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan sita penyesuaian terhadap barang tidak bergerak yang diagunkan atau dijaminkan di bank swasta di wilayah hukum Pengadilan Negeri Surakarta.

9 3. Untuk mengetahui hambatan atau kendala yang timbul dalam pelaksanaan sita penyesuaian terhadap barang tidak bergerak yang diagunkan atau dijaminkan di bank swasta di wilayah hukum Pengadilan Negeri Surakarta. D. Manfaat Penelitian Penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan tidak hanya memberikan manfaat bagi penulis saja, tetapi juga memberikan manfaat bagi pihak lain secara positif. Menurut hemat penulis, manfaat tersebut antara lain meliputi : 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran terhadap khasanah ilmu hukum pada umumnya, dan pengembangan teori hukum terkait dengan proses peradilan perdata yang menyangkut tentang perkara sita penyesuaian terhadap barang tidak bergerak yang diagunkan atau dijaminkan di bank swasta. 2. Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat khususnya masyarakat yang mengajukan perkara ke Pengadilan Negeri terkait dengan permasalahan sita penyesuaian terhadap barang tidak bergerak yang diagunkan atau dijaminkan di bank swasta. 3. Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya mengenai sita penyesuaian terhadap barang tidak bergerak yang diagunkan atau dijaminkan di bank swasta.

10 E. Metode Penelitian Suatu penelitian agar mendapatkan data yang akurat dan tidak meragukan, perlu dilakukan secara sistematis sehingga penentuan metode yang dipakai merupakan langkah awal dalam penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian a. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif, artinya penelitian yang dimaksudkan untuk memberi data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. 5 Dalam penelitian ini peneliti dapat menemukan, memahami gejala-gejala yang diteliti dengan cara menggambarkan dan menjelaskan masalah-masalah yang ada dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengklarifikasikan, menganalisis, dan menginterprestasikan, sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai permasalahan-permasalahan pelaksanaan sita penyesuaian terhadap barang tidak bergerak yang diagunkan atau dijaminkan di bank swasta. b. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan metode normatif sosiologis. Menurut Setiono, dalam konsep normatif sosiologis, 5 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Press, 1986, hal. 10.

11 hukum adalah norma baik yang diidentikkan dengan keadilan yang harus diwujudkan (ius constituendum), ataupun norma yang telah terwujudnya sebagai perintah yang eksplisit dan secara positif telah terumus jelas (ius constitutum) untuk menjamin kepastiannya, dan juga yang berupa norma yang merupakan produk dari seorang hakim (judgements) pada waktu hakim itu memutuskan suatu perkara dengan memperhatikan terwujudnya kemanfaatan dan kemaslahatan bagi para pihak yang berperkara. 6 Dalam penelitian ini yang dikaji adalah aspek-aspek hukum atas putusan hakim Pengadilan Negeri Surakarta dalam permasalahan sita penyesuaian terhadap barang tidak bergerak yang diagunkan atau dijaminkan, dengan pelaksanaan keilmuan dan aturan hukum yang berlaku, serta dari sudut pandang sosial dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat diketahui legalitas dari sita penyesuaian terhadap barang tidak bergerak yang dijaminkan atau diagunkan di bank swasta. 2. Lokasi dan Subjek Penelitian a. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Pengadilan Negeri Surakarta pada bagian Hukum Acara Perdata. b. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai subjek adalah : 6 Setiono, Pemahaman terhadap Metodologi Penelitian Hukum, Surakarta, UNS, 2005, hal. 21-22.

12 1) Hakim yang pernah memeriksa atau memutus perkara sita penyesuaian terhadap barang tidak bergerak yang diagunkan atau dijaminkan di bank swasta. 2) Bank swasta yang diagunkan sebagai penjaminan kredit berupa barang tidak bergerak. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Metode Pengumpulan Data 1) Data Primer Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari lapangan. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan informan terpilih, yaitu: Hakim, Juru Sita dan pihak bank swasta tempat agunan barang tidak bergerak. Wawancara merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh keterangan secara lesan yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang program-program yang sudah dilaksanakan. Selain itu juga dilakukan observasi atau pengamatan terhadap guna mencatat perilaku hukum yang sesuai dengan judul penelitian. 2) Analisis Data Dalam pemecahan masalah penarikan kesimpulan dari kasus yang diteliti penelitian ini sangat tergantung dari analisis data sehingga diperoleh penelitian yang mempunyai kualitas yang baik. Pada analisa data, data dikerjakan dan digunakan sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran untuk menjawab persoalanpersoalan yang diteliti dengan kebenaran analisa berdasarkan literatur dan dasar teori yang ada.

13 Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif yaitu dengan mengumpulkan data yang diperoleh, mengidentifikasikan, mengklarifikasikan, menghubungkan dengan teori yang mendukung masalah kemudian menarik kesimpulan. Analisis kualitatif dalam penelitian ini dengan menggunakan model analisis interaksi, yaitu melalui tiga unsur utama yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Dengan tiga kegiatan tersebut, penelitian ini diharapkan mendapatkan hasil yang valid. Adapun tiga kegiatan yang utama dalam penelitian yaitu sebagai berikut: a) Data reduksi Merupakan proses seleksi, pemfokusan, dan penyederhanaan data pada penelitian. Data yang telah teridentifikasikan tersebut lebih memudahkan dalam penyusunan. b) Penyajian data Sekumpulan informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilaksanakan. c) Menarik kesimpulan Setelah memahami arti dari berbagai hal yang meliputi pencatatan-pencatatan peraturan, pernyataan-pernyataan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, akhirnya peneliti menarik kesimpulan.

14 b. Penelitian Lapangan 1) Wawancara Wawancara tak terstruktur/wawancara mendalam (indepth interview) dengan sumber data/responden/informan, karena peneliti merasa tidak tahu apa yang belum diketahuinya. Dengan demikian wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat open ended dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak formal terstruktur, guna menggali pandangan subyek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam. 2) Observasi Observasi atau teknik pengamatan dilakukan untuk penelitian hukum guna mencatat perilaku (hukum) sebagaimana terjadi dalam kenyataan. Dengan pengamatan ini peneliti akan dapat memperoleh data yang dikehendakinya mengenai perilaku (hukum) pada saat itu juga. F. Sistematika Skripsi Guna mendapatkan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan isi yang terkandung dalam skripsi ini, maka diadakan pembagian dalam bab-bab yang pada dasarnya untuk memudahkan pemahaman dan pengertian serta

15 ruang lingkup dari skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi dapat diuraikan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Metode Penelitian F. Sistematika skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perjanjian Kredit 1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian a. Pengertian Perjanjian b. Syarat sahnya Perjanjian c. Asas-asas Perjanjian d. Berakhirnya Perjanjian 2. Pengertian Perjanjian Kredit 3. Para Pihak dalam Perjanjian Kredit 4. Hubungan Antara Kreditur dan Debitur dalam Perjanjian Kredit 5. Hak-hak dan Kewajiban Kreditur serta Debitur B. Tinjauan Tentang Sita Jaminan 1. Pengertian Sita Jaminan 2. Objek dalam Sita Jaminan 3. Syarat-syarat Barang yang Disita atau Diagunkan

16 C. Tinjauan Tentang Sita Penyesuaian 1. Pengertian Sita Penyesuaian 2. Manfaat Sita Penyesuaian 3. Kedudukan Vergelijkende Besleg 4. Pelaksanaan Sita Penyesuaian BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Menentukan Sita Penyesuaian terhadap Barang Tidak Bergerak yang Diagunkan atau Dijaminkan di Bank Swasta di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta B. Pelaksanaan Sita Penyesuaian terhadap Barang Tidak Bergerak yang Diagunkan atau Dijaminkan di Bank Swasta di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta C. Hambatan yang Timbul terhadap Pelaksanaan Sita Penyesuaian terhadap Barang Tidak Bergerak yang Diagunkan atau Dijaminkan di Bank Swasta di Pengadilan Negeri Surakarta BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN