BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu peristiwa yang diamati yang kemudian diuji kebenarannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. umum, yaitu gabungan antara fisika, kimia, dan biologi yang terpadu. Materi

Hasil belajar biologi siswa ditinjau dari penggunaan berbagai metode mengajar dengan pendekatan discovery

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran fisika merupakan salah satu wahana untuk menumbuhkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan sarana dan wahana yang strategis di dalam

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH PENERAPAN METODE EXPERIMENTING AND DISCUSSION (ED) DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. siswa, oleh karena itu pembelajaran fisika harus dibuat lebih menarik dan mudah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jum at, tanggal 25 November

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Fisika bukan hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta,

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang ada

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan pondasi awal dalam

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ruang lingkup IPA meliputi alam semesta secara keseluruhan baik

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda beserta fenomena dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

I. PENDAHULUAN. Rumpun ilmu IPA erat kaitannya dengan proses penemuan, seperti yang. dinyatakan oleh BSNP (2006: 1) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hermansyah, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu usaha yang dilaksanakan siswa dalam proses belajar

I. PENDAHULUAN. demi peningkatan kualitas maupun kuantitas prestasi belajar peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki.

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem pembelajaran yang efektif bagi siswa. Karena dalam metode ceramah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

1. PENDAHULUAN. Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sudah dapat kita rasakan. Menurut pandangan ini, bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa sehingga pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pernapasan manusia adalah sistem organ yang terjadi dalam tubuh manusia. Pada materi ini siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. 1 Pembelajaran IPA secara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antara siswa yang belajar dengan guru

I. PENDAHULUAN. tersebut Kosasih Djahiri (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 2) makna bahwa pendidikan harus dilakukan oleh usaha sadar manusia

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bahasa inggris Natural Sains secara singkat sering disebut Science. Natural

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES IPA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII BSMP NEGERI 1 WAGIR

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang dekat sekali dengan kehidupan manusia. Saat kita mempelajari IPA, berarti mempelajari bagaimana alam semesta ini berjalan dengan segala keteraturannya. Salah satu bagian dari IPA adalah Fisika. Fisika merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana fenomena-fenomena alam dapat terjadi. Hal ini menjadi suatu hal yang dapat membuat manusia tertarik untuk mempelajari fisika lebih dalam lagi, karena dengan mempelajari fisika manusia akan dapat mengetahui bagaimana suatu fenomena dapat terjadi, apa rahasia dibalik terjadinya hal tersebut. Mempelajari fisika sebagai bagian dari IPA sudah dimulai saat manusia masuk sekolah dasar. Disini siswa diperkenalkan IPA terlebih dahulu, yang mencakup fisika, biologi, dan kimia didalamnya. Selanjutnya pada tingkat SMP, disini fisika mulai diperkenalkan sebagai bagian dari IPA yang mulai dipelajari terpisah oleh siswa dan termasuk kedalam IPA Terpadu. Pada tingkat SMP siswa mulai mempelajari fisika lebih dalam dibandingkan saat di sekolah dasar. Pada tingkat SMP siswa mendapatkan konsep fisika yang harus benar-benar siswa kuasai sebagai bekal untuk mempelajari fisika pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi di tingkat SMA. Sehingga pemahaman dan penguasaan konsep fisika pada tingkat SMP sangat penting. Proses pemahaman dan penguasaan konsep fisika sebaiknya tidak dilakukan dengan menghafal rumus dan teori. Akan tetapi kebanyakan siswa cenderung belajar fisika dengan cara menghafal saja, tanpa mempelajari lebih lanjut untuk menguasai konsepnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Thomas F. Staton yang menyatakan bahwa : Kebanyakan di antara ahli-ahli psikologi dan guru-guru memandang belajar itu sebagai kelakuan yang berubah. Definisi yang praktis ini mengadakan pemisahan pengertian yang tegas antara pengertian proses belajar dan kegiatan yang semata-mata bersifat hafalan. Mempelajari, dalam arti memahami faktafakta sama sekali berlainan daripada menghafal fakta-fakta. Banyak pengajar

2 kurang sepenuhnya menyadari perbedaan tersebut. Suatu program pengajaran seharusnya memungkinkan terciptanya suatu lingkungan yang memberi peluang untuk berlangsungnya proses belajar yang efektif. Dari kutipan di atas, jelas terlihat bahwa saat ini metode belajar yang diterapkan di sekolah secara tidak langsung membuat siswa hanya menghafal apa yang guru sampaikan saja. Fisika sebagai bagian ilmu pengetahuan alam yang sudah diperkenalkan dari semenjak sekolah dasar dan berisi fakta-fakta tentang alam semesta, hanya dihafalkan saja oleh siswa. Hal tersebut menyebabkan siswa hanya melihat fisika sebagai ilmu hafalan rumus-rumus yang tidak berkaitan dengan alam semesta. Dengan hanya menghafal saja, hasil yang diharapkan dari pembelajaran fisika menjadi tidak maksimal Di SMP siswa sudah mulai diperkenalkan dengan materi IPA yang lebih kompleks dari SD. Pada tingkat SMP, IPA disini adalah IPA terpadu yang mana terdapat beberapa bagian ilmu, yaitu Fisika, Kimia, dan Biologi. Pembelajaran IPA di tingkat SMP sendiri memiliki tujuan diantaranya : 1. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep, dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Dari kedua tujuan pembelajaran IPA pada tingkat SMP diatas, secara singkatnya siswa diharapkan dapat memahami bagaimana IPA untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga apabila hal ini dapat dicapai oleh siswa maka hasil belajar IPA dapat tercapai dengan baik, begitupun dengan fisika yang merupakan bagian dari IPA. Menurut Sumoharjo (Soemantri,2011) menyatakan bahwa : Hasil belajar merupakan suatu indikator dari perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengalami proses belajar dimana untuk mengungkapnya biasanya menggunakan suatu alat penilaian yang ditetapkan sekolah oleh guru. Dalam dunia pendidikan khususnya sekolah hasil belajar merupakan nilai yang diperoleh siswa terhadap suatu mata pelajaran tertentu.

3 Selain itu dari tujuan dari pembelajaran IPA diatas tidak hanya menekankan pada hasil belajar pada ranah kognitif yang harus tercapai dengan baik, tapi juga diharapkan terbentuk sikap-sikap yang baik dari pembelajaran tersebut. Fisika yang merupakan bagian dari IPA sangat berperan dalam mencapai tujuan pembelajaran IPA diatas. Dengan pembelajaran eksperimen dalam fisika layaknya seorang ilmuwan, diharapkan siswa dapat mengembangkan sikapnya menjadi lebih baik. IPA sangat erat kaitannya dengan seorang ilmuwan yang melakukan eksperimen dengan prinsip kerja ilmiah. Dalam bekerja ilmiah seorang ilmuwan harus memiliki sikap-sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah sikap-sikap yang diharapkan muncul dan terbentuk dari hasil proses pembelajaran IPA dan diikuti dengan metode ilmiah. Metode ilmiah dilakukan saat melakukan suatu eksperimen. Sikap ilmiah pun diharapkan dapat tumbuh pada sikap siswa dengan dilaksanakannya suatu pembelajaran eksperimen di dalam kelas. Sedangkan menurut Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa : Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain kecenderungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. bahwa : Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.22 tahun 2006, yang menyatakan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

4 Berdasarkan penjelasan-penjelasan sebelumnya, maka pembelajaran IPA seharusnya merupakan proses penemuan fakta, konsep, dan prinsip, kemudian siswa memahami dan menguasainya, kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, untuk dapat menghasilkan hasil dari belajar fisika yang baik dan sesuai tujuan tersebut, selain itu dalam prosesnya diharapkan pula berkembang sikap-sikap ilmiah dalam diri siswa. Akan tetapi setelah dilakukan analisis terhadap hasil angket pada studi pendahuluan terhadap siswa SMP di Bandung untuk kelas VIII, diperoleh informasi bahwa : 1. Siswa SMP kelas VIII 82,86 % kurang menyukai proses pembelajaran fisika yang cenderung ceramah saja, karena sekitar 68,57% lebih menyukai pembelajaran fisika dengan eksperimen. Akibatnya mereka cenderung menghafal dalam mempelajari fisika. 2. Nilai rata-rata UTS fisika pada semester satu untuk keseluruhan kelas VIII tergolong rendah, yaitu 5,2 masih sangat jauh di bawah KKM yaitu7,0. Hal ini menunjukan hasil belajar fisikanya masih rendah. 3. Sikap ilmiah yang dimiliki oleh siswa SMP kelas VIII diantaranya tanggung jawab, dan disiplin, sedangkan sikap ilmiah yang masih belum dimiliki siswa SMP kelas VIII adalah rasa ingin tahu, teliti, kerja sama, berpikir kritis, jujur, dan objektif. Dari hasil studi pendahuluan tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa siswa cenderung kurang menyukai proses pembelajaran fisika, karena dalam proses pembelajarannya hanya ceramah saja, sehingga mereka dalam mempelajarinya hanya menghafal saja, dan akibatnya sikap ilmiah yang diharapkan muncul pada siswapun tidak ada. Dari hasil observasi yang sama juga terdapat pemecahan masalah yang dapat digunakan, yaitu dari hasil bahwa siswa SMP lebih suka mempelajari fisika lewat eksperimen atau demonstrasi dengan persentase 68,57 % dibandingkan hanya mendengarkan saja. Maka dari itu solusi dari masalah pada hasil belajar fisika yang rendah dan menumbuhkan sikap ilmiah adalah dengan melakukan metode eksperimen pada pembelajaran.

5 Dari kutipan Peraturan Pemerintah No.22 tahun 2006, yang menyatakan bahwa IPA merupakan proses penemuan sesuatu. Sehingga dalam proses pembelajaran langkah awalnya adalah bagaimana siswa dapat melakukan metodemetode ilmiah diikuti sikap ilmiah sebagai proses penemuan fakta, konsep, dan teori dalam IPA. Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) menyatakan bahwa : Metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksperimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya. Berdasarkan kutipan di atas maka metode eksperimen pada proses pembelajaran fisika sangatlah tepat. Selain itu fisika merupakan ilmu alam yang harus disertai dengan suatu eksperimen dalam proses pembelajarannya. Melalui metode eksperimen ini siswa akan menemukan konsep-konsep fisika sendiri, sehingga diharapkan hasil belajar fisikanya akan lebih baik. Dengan metode eksperimen ini pun pembelajaran akan bermakna karena siswa terlibat langsung dalam proses penemuan konsepnya. Dengan melakukan suatu eksperimen berarti siswa melakukan langkah-langkah metode ilmiah pada prosesnya, dengan demikian diharapkan dapat muncul pula sikap ilmiah pada diri siswa tersebut, sehingga tujuan pembelajaran IPA dapat tercapai. Selain itu IPA yang merupakan proses dari penemuan pun diharapkan dapat dilakukan oleh siswa dengan metode eksperimen ini. Melalui penerapan metode ini pula diharapkan siswa menjadi lebih tertarik untuk mempelajari fisika. Siswa pun bukan hanya menghafal saja materi fisika, tetapi telah menemukan materi fisika lewat eksperimen yang ia lakukan sendiri. Dalam prosesnya nanti siswa dihadapkan pada suatu permasalahan eksperimen yang guru belum selesaikan, untuk kemudian siswa berhipotesis mengenai hasil eksperimen tersebut, dan membuktikannya. Sehingga metode eksperimen ini diikuti oleh metode diskusi, dimana Metode diskusi adalah cara

6 penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pernyataan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. (Syaiful Bahri, 2006:87) Kedua metode pembelajaran ini digabungkan menjadi metode Experimenting and Disscussion (ED). Langkah-langkah Metode Experimenting and Discussion (ED) pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Guru mengawali pertemuan dengan melakukan percobaan di depan kelas. b. Siswa diminta untuk memprediksi hasil percobaan dan mencatatnya. c. Siswa memberikan penjelasan dari prediksi hasil percobaan dan siswa dikelompokkan berdasarkan prediksinya. d. Siswa melakukan percobaan untuk membuktikan prediksinya. e. Siswa mengamati percobaan yang dilakukan dan mencatat hasil percobaan. f. Siswa menyusun laporan percobaan. g. Siswa mempresentasikan laporan percobaan, kemudian berdiskusi antar kelompok. Metode Experimenting and Disscussion (ED) ini pernah diterapkan di suatu sekolah menengah atas di Kroasia selama satu semester penuh di siswa tingkat akhir. Dari hasil penerapan metode tersebut, terdapat perubahan pada sikap dan keyakinan siswa. Diharapkan metode ini juga dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar ranah kognitif dan pembentukan sikap ilmiah siswa SMP di Indonesia. Sehingga dari uraian latar belakang di atas penulis mengambil judul pada penelitian ini adalah Pengaruh Penerapan Metode Experimenting and Discussion (ED) dalam Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMP. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh metode penerapan Experimenting and Disscussion (ED) dalam pembelajaran terhadap hasil belajar fisika dan sikap ilmiah siswa SMP.

7 Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan berikut : 1. Apakah dengan penerapan metode Experimenting and Disscussion (ED) dalam pembelajaran di kelas eksperimen dapat mempengaruhi hasil belajar fisika menjadi lebih baik dibandingkan dengan kelas konvensional? 2. Bagaimanakah pengaruh penerapan metode Experimenting and Disscussion (ED) dalam pembelajaran terhadap pembentukan sikap ilmiah siswa? C. Batasan Masalah Pada penelitian ini agar masalah yang akan diteliti tidak meluas, maka dibatasi seperti berikut ini : 1. Hasil belajar pada ranah kognitif meliputi aspek C1-C4 taksonomi Bloom yang dilihat dengan hasil tes berupa pilihan ganda 20 soal. 2. Pembentukan sikap ilmiah dilihat dengan angket yang siswa isi sendiri. Adapun sikap ilmiah yang akan dilihat pembentukannya mengacu pada teori sikap ilmiah Harlen, yang difokuskan pada sikap ingin tahu, sikap bekerjasama, sikap refleksi kritis, sikap respek terhadap data, dan sikap ketekunan. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini ada dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan Experimenting and Disscussion (ED) dalam pembelajaran terhadap hasil belajar fisika dan sikap ilmiah siswa. Sedangkan tujuan khususnya adalah : 1. Mengetahui bagaimana pengaruh penerapan metode Experimenting and Disscussion (ED) dalam pembelajaran terhadap hasil belajar fisika dibandingkan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional 2. Mengetahui bagaimana pengaruh metode penerapan Experimenting and Disscussion (ED) dalam pembelajaran terhadap pembentukan sikap ilmiah siswa.

8 E. Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini penulis harap ada beberapa kegunaan, yaitu : 1. Bagi peneliti dapat mengetahui permasalahan apa yang dialami siswa SMP dalam belajar fisika dan solusi metode pembelajarannya. 2. Bagi guru bidang studi dapat dijadikan alternatif solusi untuk memecahkan masalah hasil belajar fisika yang rendah dan sikap ilmiah siswa yang kurang berkembang. 3. Bagi siswa yang menjadi sampel penelitian sendiri akan berguna pada hasil belajar fisika dan juga sikap ilmiah mereka. 4. Bagi pihak lain yang terkait dengan penelitian, diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadi inspirasi bagi penelitian selanjutnya F. Variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu ; a. Variabel bebas : metode Experimenting and Disscussion b. Variabel terikat : hasil belajar dan sikap ilmiah. G. Definisi Operasional 1. Metode Experimenting and Discussion (ED) merupakan suatu metode pembelajaran yang menggabungkan metode experimenting dan metode discussion. Langkah metode ED yaitu guru mengawali pertemuan dengan melakukan percobaan di depan kelas kemudian siswa diminta untuk memprediksi hasil percobaan dan mencatatnya. Setelah itu, siswa diminta untuk memberikan penjelasan dari prediksinya kemudian dikelompokkan berdasarkan prediksinya. Untuk membuktikan prediksinya, siswa melakukan percobaan. Setelah percobaan selesai, siswa menyusun laporan percobaan dan mempresentasikan laporan percobaan. Pada saat mempresentasikan laporan percobaan diharapkan terjadi diskusi antar kelompok. Instrumen metode Experimenting and Discussion (ED) menggunakan format lembar observasi keterlaksanaan metode Experimenting and Discussion (ED).

9 2. Hasil belajar adalah pencapaian siswa dari suatu proses pembelajaran yang telah mereka ikuti. Sehingga pencapaian disini baik berupa pengetahuan siswa (kognitif), sikap yang muncul dan berkembang (afektif), dan juga keterampilan gerak tubuh (psikomotorik). Untuk ranah kognitif dikenal dikenal Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom ada enam tingkatan C (Cognitif), yaitu dari C1-C6, dimana C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan)., C4 (analisis), C5 (sintesis), dan C6 (evaluasi). Dalam penelitian ini hasil belajar yang dilihat yaitu pada ranah kognitif meliputi aspek dari C1-C4, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan analisis. 3. Sikap ilmiah adalah sikap-sikap yang diharapkan muncul dan terbentuk dari hasil proses pembelajaran IPA atau sains dan diikuti dengan metode ilmiah. Sikap ilmiah ini diukur dengan menggunakan angket sikap ilmiah yang berupa pernyataan yang mencerminkan sikap siswa mengenai sikap ilmiah yang mereka miliki. Meliputi sikap ingin tahu, sikap bekerjasama, sikap refleksi kritis, sikap respek terhadap data, dan sikap ketekunan. H. Hipotesis Penelitian H 0 : Penerapan metode Experimenting and Discussion (ED) dalam pembelajaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan hasil belajar fisika siswa dengan kata lain tidak terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar fisika siswa secara signifikan antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan penerapan metode Experimenting and Discussion (ED) dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. (μ 1 = μ 2 ) H 1 : Penerapan metode Experimenting and Discussion (ED) dalam pembelajaran berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan hasil belajar fisika siswa dengan kata lain penerapan metode Experimenting and Discussion (ED) dalam pembelajaran secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa dibanding dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. (μ 1 > μ 2 )