BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan diperlukan guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dari pengalaman negara-negara maju di dunia ini, tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional. Upaya peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetitif. Dengan semakin berkembangnya era sekarang ini membuat kinerja

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak kalangan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator. Pertama,

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

Kinerja guru di Kota Solo masih rendah, seperti yang dikemukakan oleh Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Solo, Etty Retnowati,

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

2015 PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji dari penyelenggaraan

PERANAN MGMP PENJAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU PENJAS. Oleh. Drs. Andi Suntoda S., M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek sosial dari program pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks

I. PENDAHULUAN. Seorang guru memiliki peran utama dalam keberhasilan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEDOMAN TEKNIS OLIMPIADE SAINS NASIONAL GURU (OSN-GURU ) TINGKAT KABUPATEN GRESIK TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan diri berdasarkan potensi yang dimiliki. Penigkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Education For All Global Monitoring Report tahun 2011 menunjukkan bahwa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut suatu rencana dan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal yang

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal ini berkaitan dengan ha kikat pendidikan yaitu sebagai upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

PROBLEMATIKA KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME GURU

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi

BAB I PENDAHULUAN. pustakawan, komite sekolah dan lain-lain yang satu sama lain harus saling. meningkatkan prestasi belajar siswa secara optimal pula.

Desember Sehingga saat ini hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang masih menggunakan kurikulum Kurikulum 2013 merupakan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan, yang jelas disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan bahkan menjadi terbelakang. Dengan demikian pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. elements; materials (and equipment), activities, and people (Cox, 2006:

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diprioritaskan, dalam pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi guru. Namun,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi professional para guru dan pengelola sekolah. pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah komponen yang berperan penting sebagai modal utama

RELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SMK DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA. Ricky Gunawan Jurusan Teknik Mesin FPTK UPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar pada hampir seluruh aspek kehidupan. Perkembangan ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani. hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dalam hal ini pada saat proses belajar mengajar guru memegang

BAB I PENDAHULUAN. terdapat jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh sektor kehidupan serta gaya hidup manusia di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia masih belum selesai dengan problematika sarana dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

PENGEMBANGAN PROFESIONAL GURU. Oleh : WISNU WARDHONO. Abstrak

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah pada era reformasi ini sangat serius menangani bidang pendidikan, karena dengan menerapkan sistem pendidikan yang baik serta ditunjang pula oleh guru yang bermutu dan profesional diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang dilandasi oleh semangat keberagaman. Penyelenggaraan pendidikan pada hakekatnya memiliki tujuan utama untuk menghasilkan dan menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta dapat menghasilkan lulusan dan anak didik yang bisa mengikuti perkembangan zaman. Untuk dapat melakukan hal itu, sekolah-sekolah tidak akan bisa menghindari diri dari berbagai tantangan masa depan yang sulit sekali untuk diramalkan, serta selalu mengalami perubahan. Oleh karena itu, dunia pendidikan di Indonesia juga akan menghadapi ketidakpastian akibat dari adanya perubahan-perubahan, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Dengan diterapkannya reformasi pendidikan pada lembaga-lembaga sekolah yakni dengan diterapkanya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui

2 reformasi pendidikan, pendidikan harus berwawasan masa depan yang bisa memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak asasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup rakyat Indonesia di masa depan Guru merupakan salah satu unsur utama dalam proses pendidikan. Dalam proses pendidikan di sebuah sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas mentransfer ilmu pengetahuan ke dalam diri anak didik, sedangkan sebagai pendidik, guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, mandiri, dan berakhlak mulia. Mengajar maupun mendidik merupakan tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga profesional. Oleh sebab itu, tugas yang berat dari seorang guru ini pada dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh guru yang memiliki kompetensi yang layak. Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar, untuk itu mutu pendidikan di suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya, guru merupakan faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di lembaga pendidikannya, karena guru merupakan aspek sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar. Guru juga merupakan komponen yang berpengaruh dalam peningkatan mutu suatu proses pendidikan di lembaga pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan atau kompetensi dari seorang guru sangat menentukan mutu pendidikan. Kompetensi guru, dalam hal ini baik guru pada lembaga pendidikan negeri maupun swasta di negara kita masih rendah. Berdasarkan hasil Tes Kompetensi

3 Guru yang dilakukan Depertemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama yang bekerja sama dengan Pusat Penilaian Pendidikan pada Tahun 2003, menunjukkan bahwa rata-rata nilai kompetensi guru di wilayah Jakarta hanya mencapai 42,25 %. Angka ini masih relatif jauh di bawah standar nilai kompetensi minimal yang diharapkan yaitu 75 %. Data dari Direktorat Tenaga Kependidikan Dikdasmen Depdiknas pada tahun 2004 menunjukkan terdapat 991.243 (45,96 %) guru SD, SMP dan SMA yang tidak memenuhi kualifikasi Pendidikan Minimal (Muslich, 2007) Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada kapasitas satuan-satuan pendidikan dalam mentransformasikan peserta didik untuk memperoleh nilai tambah, baik yang terkait dengan aspek olah pikir, rasa, hati, dan raganya. Dari sekian banyak komponen pendidikan, guru dan dosen merupakan faktor yang sangat penting dan strategis dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di setiap satuan pendidikan. Berapa pun besarnya investasi yang ditanamkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, tanpa kehadiran guru dan dosen yang kompeten, profesional, bermartabat, dan sejahtera dapat dipastikan tidak akan tercapai tujuan yang diharapkan. Guru yang berkualitas merupakan faktor kunci untuk meningkatkan pendidikan sains dan pencapaian target siswa. Guru sebagai produk lembaga pendidikan dituntut untuk memiliki beberapa kompetensi antara lain menguasai bidang studi tertentu secara mendalam dan luas, dapat melaksanakan pembelajaran

4 dan penilaian yang mendidik, berkepribadian dan memiliki komitmen dan perhatian terhadap perkembangan peserta didik. Namun berdasarkan data dari Kompas (9/12/2005) disebutkan, hampir separuh dari lebih kurang 2,6 juta guru di Indonesia tidak memiliki kompetensi yang layak untuk mengajar, kualifikasi dan kompetensinya tidak mencukupi untuk mengajar di sekolah. Dari sini kemudian dijelaskan lagi, guru yang tidak layak mengajar atau menjadi guru berjumlah 912.505, terdiri dari 605.217 guru SD, 167.643 guru SMP, 75.684 guru SMA, dan 63.962 guru SMK, tercatat 15% guru mengajar tidak sesuai dengan bidangnya. Fakta lain, menunjukkan bahwa mutu guru di Indonesia masih jauh dari memadai, terdapat 60 % guru SD, 40% guru SLTP, 43% SMA, 34% SMK dianggap belum layak untuk mengajar di jenjang masing-masing. Selain itu 17,2% guru atau setara dengan 69.477 guru mengajar bukan bidang studinya (Poedjinoegroho, 2006). Bila SDM guru kita dibandingkan dengan negara-negara lain, maka kualitas SDM guru kita berada pada urutan 107 dari 177 negara berdasarkan Human Development Index. Dari data dinas pendidikan dan pengajaran provinsi Papua dapat diidentifikasi bahwa nilai rata-rata ujian nasional IPA SMP tahun ajaran 2007/2008 untuk provinsi Papua masih dalam kategori rendah yakni hanya 6,47. Rendahnya nilai ini diduga terkait erat dengan berbagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satunya adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru di provinsi ini. Khususnya di Kota Jayapura diduga terkait dengan rendahnya kualitas pembelajaran fisika akibat kurang baiknya kompetensi guru.

5 Pembentukan kompetensi guru merupakan proses pendidikan yang kompleks dan memerlukan keterlibatan berbagai pihak terkait seperti lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), Dinas Pendidikan dan asosiasi profesi kependidikan. Banyak cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kompetensi guru, baik yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Daerah bekerjasama dengan pihak swasta dan partisipasi masyarakat umumnya, maupun oleh guru sendiri dalam memenuhi kompetensi guru yang telah ditetapkan. Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan berkenaan dengan tingkat kompetensi guru antara lain, menurut Darling-Hammond (2001) menyatakan bahwa di USA secara umum kekurangan guru, guru yang telah tersertifikasi sedikit, saat ini di USA membutuhkan guru yang berkualitas dan tersertifikasi. Neuschatz & McFarling, (2000); Jumlah guru Fisika lebih sedikit dari jumlah guru sains, banyak guru fisika yang prosentasi mengajar fisikanya lebih sedikit dari pada mengajar sains, hanya sepertiga guru yang mengajar fisika berlatar belakang Fisika atau Pendidikan Fisika. Ingersoll (1999), menyatakan bahwa lebih dari separuh guru fisika yang mengajar diluar bidangnya, artinya minoritas yang mengajar fisika secara total. Dari data tersebut dinyatakan bahwa baru 61 % guru SMU Negeri dan 27 % Guru SMU Swasta di USA yang tersertifikasi. Dengan kondisi tersebut dibuatlah sebuah model sertifikasi guna meningkatkan kompetensi guru Fisika. (Isaac dan Zawicki, 2004:10) Baik dan buruknya hasil belajar siswa sangat ditentukan oleh kompetensi dari guru yang mengajarnya, jika profesionalisme guru rendah (tidak memiliki kompetensi yang layak) maka dapat dipastikan hasil belajar siswa juga rendah,

6 namun sebaliknya jika profesionalisme gurunya baik (memiliki kompetensi yang layak) maka akan menghasilkan prestasi yang baik bagi siswanya. Walaupun banyak faktor lain yang turut mempengaruhinya, seperti sarana dan prasarana, minat dan motivasi belajar siswa dan juga bakat yang telah dimiliki siswa, namun kompetensi guru merupakan faktor yang paling utama. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) sebagai salah satu pihak yang terkait, mempunyai kewajiban dalam meningkatkan kompetensi guru melalui proses pembinaan guru secara berkesinambungan. Salah satu program yang dapat menunjang profesionalisme guru adalah pendidikan dan pelatihan halhal yang terkait dengan kompetensi guru. Agar berbagai pendidikan dan pelatihan tersebut lebih bermakna dan sesuai dengan kebutuhan, maka pelaksanaannya harus didasarkan pada pengetahuan yang mendalam tentang karakteristik guruguru sasaran. Terutama karakteristik yang terkait dengan kompetensi pedagogik dan profesional guru serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Atas dasar latar belakang seperti itu, penelitian ini diarahkan pada upaya untuk mendapat gambaran tingkat kompetensi pedagogik dan profesional guru fisika di Kota Jayapura serta hubungannya dengan hasil belajar fisika siswa. Gambaran tingkat kompetensi ini nantinya dapat menjadi acuan dalam penyusunan program pendidikan dan pelatihan untuk peningkatan kompetensi guru fisika di kota tersebut.

7 B. Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah tingkat kompetensi pedagogik dan profesional guru fisika SMP di Jayapura serta hubungannya dengan hasil belajar fisika siswa? Untuk lebih mengarahkan penelitian yang dilakukan maka dari rumusan masalah dijabarkan kedalam beberapa pertanyaan penelitian seperti diuraikan di bawah ini. a. Bagaimanakah tingkat kompetensi pedagogik guru-guru fisika SMP di Jayapura? b. Bagaimanakah tingkat kompetensi profesional guru-guru fisika SMP di Jayapura? c. Bagaimanakah hasil belajar Fisika para siswa SMP kelas VIII di Jayapura? d. Bagaimanakah hubungan Tingkat Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional Guru Fisika dengan Hasil Belajar Fisika siswa SMP di Jayapura? e. Bagaimanakah persepsi siswa terhadap pembelajaran Fisika SMP di Jayapura?

8 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan tingkat kompetensi pedagogik guru fisika SMP di Jayapura. 2. Mendeskripsikan tingkat kompetensi profesional guru fisika SMP di Jayapura. 3. Mendeskripsikan hasil belajar Fisika siswa SMP kelas VIII di Jayapura. 4. Mendeskripsikan bagaimanakah hubungan Tingkat Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional Guru Fisika dengan Hasil Belajar Fisika siswa SMP di Jayapura. 5. Mendeskripsikan persepsi siswa terhadap pembelajaran Fisika SMP di Jayapura. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi lembaga pre/in service termasuk diantaranya LPMP dan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) khususnya di Kota Jayapura, sebagai bahan dalam menyusun rencana kegiatan pelatihan khususnya dalam konteks materi pelatihannya dalam rangka meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional guru yang ujung-ujungnya pada peningkatan hasil belajar siswa pada berbagai kompetensi.

9 E. Definisi Operasional Untuk menghindari adanya salah pemaknaan dari setiap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka secara operasional istilah-istilah tersebut didefinisikan seperti berikut: 1. Kompetensi pedagogik didefinisikan sebagai kemampuan guru yang berkenaan dengan pemahaman terhadap peserta didik dan pengelolaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Secara substantif kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Untuk mengukur kompetensi pedagogik digunakan instrumen berupa tes uji kompetensi pedagogik guru dan lembar penilaian kinerja guru yang meliputi penilaian Rencana Program Pembelajaran (RPP) dan penilaian pada Pelaksanaan Pembelajaran. 2. Kompetensi profesional didefinisikan sebagai kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam. Untuk mengukur kompetensi profesional ini digunakan instrumen berupa tes konseptual físika yang diambil dari berbagai tes standar seperti FCI (force concept inventory) dan CSEM (The Conceptual Survey of Electricity and Magnetism). 3. Hasil belajar didefinisikan sebagai suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dalam ranah kognitif yang difokuskan pada aspek pemahaman konsep. Untuk mengukur pemahaman konsep físika siswa

10 digunakan tes pemahaman konsep (khusus pada konsep Gaya) yang mencakup tiga indikator pemahaman yaitu translasi, interpretasi dan ekstrapolasi. Tes ini dibuat dalam bentuk tes objektif jenis pilihan ganda.