BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan dan pengajaran yang di dalamnya terdapat kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ulin Ni mah, 2014 Metode tanya jawab untuk meningkatkan keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran sejarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Elin Budiarti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rosita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. selalu diupayakan pemerintah dengan berbagai cara, seperti penataan guru-guru,

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang mempunyai objek

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pencapaian suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Supriana, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan suatu bagian yang penting dan menjadi hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara dalam mengenyam pendidikan. Mulai dari sekolah dasar,

BAB I PENDAHULUAN. itu, dalam UU RI No. 20, Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan berfungsi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan bersamaan. Berbicara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iis Teguh Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. dengan siswa dapat memahami dan mengerti maksud pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Saat ini sempat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. memungkinkan bagi kita untuk mengetahui tentang budaya yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Itan Tanjilurohmah,2013

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai peraturan perundang-undangan yang disusun guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I akan dipaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

PEDOMAN PRAKTIKUM.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini dan masa depan peran pendidikan semakin penting,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhakti tri Gunarto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan yang terus-menerus dan bersifat fleksibel, yaitu pendidikan harus

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PENINGKATAN KARAKTER RASA INGIN TAHU SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hal senada pun diungkapkan oleh Gunawan (2013, hlm. 48) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. membangun sebuah peradaban suatu bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik yang sudah lalu maupun yang terbaru. Teks berita adalah naskah

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berpikir merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seminar, dan kegiatan ilmiah lain yang di dalammnya terjadi proses tanya-jawab,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. segi kepribadian, pengetahuan, kemampuan maupun tanggung jawabnya. dalam yaitu dari diri manusia itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa,

Transkripsi:

1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan salah satu bentuk implementasi pendidikan. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus memperlihatkan kualitasnya. Salah satunya dengan pembelajaran di sekolah yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang ataupun masa depan, yakni melalui bentuk pembelajaran yang dapat mengembangkan pengetahuan dan menumbuhkan potensi keterampilan yang dimiliki siswa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan yang digariskan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 1, menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif menumbuhkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan ini dapat tercapai dengan adanya dukungan dari pemerintah tidak hanya pemerintah daerah tetapi termasuk pemerintah pusat. Dalam hal ini dukungan yang diharapkan sekolah selain materi juga kurikulum yang mengarah ke arah tujuan tersebut. Penetapan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP No. 19 Tahun 2005 menempatkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum yang berlaku untuk sekolah saat ini.

2 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) yang berlaku sebelumnya. KTSP menurut Muslich (2008:17) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/ sekolah. Berdasarkan pemaparan ini, dapat dikatakan bahwa sekolah saat ini telah harus menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) ini menuntut sekolah khususnya guru mata pelajaran dapat mengembangkan sendiri kurikulum yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajarannya di kelas dengan berpedoman pada panduan yang disusun oleh BNSP. Pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) ini pun menuntut sekolah khususnya guru memahami karakteristik siswa serta kegiatan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip siswa sebagai posisi sentral dalam proses pembelajaran. Hal ini senada dengan prinsip yang digariskan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa terlaksananya kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang sekolah menengah atas mesti berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya (Mulyasa,2006:152). Pada proses pembelajaran keterlibatan siswa secara aktif mutlak diperlukan, karena inti dari proses belajar adalah siswa. Proses pembelajaran dilakukan untuk mendorong siswa agar lebih memperluas wawasan, pengetahuan,

3 dan mengembangkan potensi serta keterampilan yang dimilikinya. Sehingga kegiatan pembelajaran dapat efektif dan pembelajaran pun dapat berpusat pada siswa. Pembelajaran pada hahikatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Lingkungan siswa yang dimaksud adalah sekolah, guru dan kurikulum yang berperan untuk membantu siswa dalam menggali dan mengasah potensi-potensi yang dimilikinya sehingga terjadi sebuah perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih baik seperti yang diungkapkan oleh Mulyasa (2006: 202) disebutkan bahwa pembelajaran hakikatnya adalah proses interaksi peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Berdasarkan BNSP (2006:7) pembelajaran sejarah dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tergolong pada kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan. Sejarah merupakan mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau berdasarkan metode tertentu. Pengetahuan sejarah akan masa lampau tersebut mengandung nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian siswa. Mata pelajaran sejarah diberikan pada tingkat pendidikan dasar dan tingkat menengah pertama sebagai bagian integral dari mata pelajaran IPS, sedangkan pada tingkat pendidikan menengah atas diberikan sebagai mata pelajaran

4 tersendiri. Mata pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa bangga terhadap tanah air Indonesia. Hasan (2007:4) menambahkan: Selain untuk mengembangkan karakter bangsa, pendidikan sejarah adalah wahana untuk mengembangkan disiplin ilmu sejarah, dalam upaya ini siswa diajak untuk memiliki kemampuan berpikir kronologis, memiliki pemahaman akan fakta sejarah, kemampuan analisis dan penafsiran sejarah, kemampuan penelitian sejarah, kemampuan menganalisis isu kontemporer dan pengambilan keputusan. Selain itu, tujuan pembelajaran sejarah menurut KTSP yang disusun oleh BNSP (2006) yaitu agar siswa memiliki kemampuan daya kritis untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan. Mc. Gregor (2003:193) menyatakan bahwa kemampuan argumentasi merupakan salah satu inti dari berpikir kritis. Adapun argumentasi itu sendiri menurut Keraf (2004: 3) adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pembicara. Hal ini berarti bahwa keterampilan argumentasi dalam pembelajaran sejarah diperlukan siswa agar kegiatan proses pembelajaran yang berlangsung memberi manfaat dalam menumbuhkan atau mengasah potensi yang dimiliki siswa.

5 Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran sejarah masih mengalami berbagai masalah, di antaranya adalah adanya kesan bahwa mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang sangat membosankan, kurang diminati siswa, dan dianggap sebagai mata pelajaran yang hanya memaparkan faktafakta yang ada. Sehingga sering terdengar bahwa mata pelajaran sejarah dianggap remeh oleh siswa seperti ungkapan Wiriaatmadja (2002:133), dalam kutipan sebagai berikut. Banyak siswa yang mengeluhkan bahwa pembelajaran sejarah itu sangat membosankan karena isinya hanya merupakan hafalan saja dari tahun, tokoh, dan peristiwa sejarah. Segudang informasi dijejalkan begitu saja kepada siswa dan siswa tinggal menghafalnya di luar kepala. Memang menghafal atau mengingat adalah salah satu cara belajar, seperti halnya menirukan (imitating atau copying), mencoba-coba dengan trial and error, kadang-kadang juga kita berpikir atau merenungkan apa yang kita lihat dan kita alami dengan hasil yang berbeda-beda. Permasalahan pembelajaran sejarah di atas, juga terjadi di SMA Laboratorium Percontohan UPI kelas XI IPS 1. Hal ini terungkap ketika peneliti melakukan pra penelitian pada pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1, ditemukan permasalahan kemampuan siswa dalam mengemukakan argumentasinya dalam proses belajar mengajar masih rendah. Hal ini terlihat dari : pertama, selama proses pembelajaran berlangsung partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, seperti bertanya, menanggapi, maupun menjawab pertanyaan dari guru kurang, hanya terlihat beberapa orang siswa saja yang ikut terlibat dalam proses pembelajaran. Ketika guru bertanya

6 kepada siswa, siswa pun kurang memberikan respon yang baik, hanya satu atau dua orang saja yang mampu menjawab pertanyaan dari guru dan mengemukakan pendapatnya. Kedua, saat proses diskusi berlangsung interaksi belajar siswa kurang, terlihat saat diskusi berlangsung hanya didominasi oleh beberapa siswa saja juga saat mengemukakan pendapatnya siswa belum mampu berargumen. Pendapat yang dikemukakan oleh siswa hanya sebatas informatif dan berupa pendapat pribadi jarang sekali siswa dalam mengemukakan pendapatnya didukung oleh sumber atau rujukan yang dapat memperkuat pendapatnya. Ketiga, Guru selama ini kurang mengembangkan metode pembelajaran untuk memecahkan masalah-masalah materi sejarah, sehingga siswa belum terampil dalam mengidentifikasi faktor-faktor penyebab masalah, menyelesaikan masalah, menyampaikan gagasan, serta menyimpulkan permasalahan materi sejarah yang dihadapinya. Keterampilan mengemukakan argumentasi inilah yang mungkin harus ditumbuhkan untuk memperbaiki permasalahan di kelas XI IPS 1. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan keterampilan mengemukakan argumentasi siswa kelas XI IPS 1 adalah dengan cara melakukan pengembangan metode pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan keterampilan mengemukakan argumentasi siswa adalah metode debat. Debat merupakan metode pembelajaran yang dapat membuat siswa mengungkapkan ide gagasannya, mendengarkan pendapat orang lain, mengevaluasi serta mempertahankan

7 pendapat. Oleh karena itu dalam pelaksanaan proses pembelajaran akan dimunculkan masalah yang dapat memicu perbedaan pendapat (kontroversi), sehingga mengharuskan siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran. Berikut ini adalah beberapa pendapat mengenai metode debat. Zaini (2008: 38) menyatakan debat merupakan metode yang dapat mendorong pemikiran dan perenungan untuk peserta didik terutama dalam mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan keyakinannya sendiri. Adapun menurut Parera (1984: 190) Debat sebagai salah satu jenis dari diskusi merupakan salah satu bentuk tukar pikiran, satu pembicaraan secara teratur dan terarah. Silberman (2009: 127) menambahkan pembelajaran dengan menerapkan metode debat dapat mengembangkan pemikiran dan refleksi, yang mana perdebatan ini dapat secara aktif melibatkan setiap peserta didik dalam kelas. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai metode debat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode debat merupakan salah satu bentuk diskusi mengenai suatu permasalahan yang mengharuskan siswa memilih satu pandangan tertentu, berusaha untuk mempertahankan pandangannya dan meyakinkan temannya agar sependapat dengan pandangannya tersebut. Sehingga di sini dapat kita lihat proses pembelajaran berlangsung berpusat pada siswa karena siswa diharuskan secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Karena dalam debat itu kegiatan utamanya adalah

8 berbicara dan berpendapat, maka dari itu keterampilan mengemukakan argumen untuk siswa saat berdebat diperlukan. Selain itu, Peneliti juga melihat hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Risna Eliasari pada tahun 2005 yang berjudul Peningkatan Kemampuan Bahasa Inggris Melalui Pelatihan Debat (Studi kasus di LBPP-LIA Bandung) dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa proses pembelajaran dalam pelatihan debat di LBPP-LIA Bandung menunjukkan adanya peran aktif dari peserta pelatihan karena dalam pelatihan ini lebih banyak praktik daripada teori sehingga terdapat peningkatan kemampuan bahasa Inggris. Faktor pendorong dalam pelatihan debat ini yaitu adanya bantuan dari LBPP-LIA Bandung dan adanya keinginan peserta pelatihan untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris. Adapun faktor penghambat yaitu ada peserta pelatihan yang merasa canggung untuk berinteraksi dan kurang disiplin. Melihat hasil penelitian ini, bahwa kemampuan berbahasa inggris dapat meningkat melalui debat maka peneliti pun mencoba untuk menerapkan metode debat dalam pembelajaran sejarah di SMA Laboratorium Percontohan UPI dengan harapan dapat memperbaiki permasalahan yang terjadi di kelas XI IPS 1, menumbuhkan keterampilan mengemukakan argumentasi siswa kelas XI IPS 1 dalam pembelajaran sejarah. Berdasarkan paparan di atas, akhirnya peneliti tertarik untuk melakukan penelitian sekaligus upaya perbaikan, yang diintegrasikan dalam Penelitian Tindakan

9 Kelas (PTK) yang berjudul: Penerapan Metode Debat Dalam Pembelajaran Sejarah Sebagai Upaya Untuk Menumbuhkan Keterampilan Mengemukakan Argumentasi Siswa (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Laboratorium Percontohanan UPI. 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi variabel utama dalam penelitian ini adalah metode debat dan keterampilan mengemukakan arguementasi. Mengacu pada pendapat Parera (1984:193) yang menyatakan bahwa debat itu merupakan kegiatan berbicara dan mengemukakan pendapat atau beradu argumen. Oleh karena itu, penelitian kegiatan proses pembelajaran sejarah melalui metode debat sebagai upaya untuk menumbuhkan keterampilan mengemukakan argumentasi siswa. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas di sini secara garis besar adalah Bagaimana menerapkan metode debat dalam pembelajaran sejarah yang tepat dalam menumbuhkan keterampilan mengemukakan argumentasi siswa di kelas XI IPS 1? Secara khusus permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

10 1. Bagaimana merencanakan metode debat dalam pembelajaran sejarah untuk menumbuhkan keterampilan mengemukakan argumentasi siswa di kelas XI IPS 1 SMA Laboratorium Percontohan UPI? 2. Bagaimana melaksanakan metode debat dalam pembelajaran sejarah untuk menumbuhkan keterampilan mengemukakan argumentasi siswa di kelas XI IPS 1 SMA Laboratorium Percontohan UPI? 3. Bagaimana keterampilan mengemukakan argumentasi siswa kelas XI IPS 1 SMA Laboratorium Percontohan UPI dapat tumbuh melalui penerapan metode debat? 4. Apa saja kendala yang dihadapi dalam menerapkan metode debat pada pembelajaran sejarah sejarah untuk menumbuhkan keterampilan mengemukakan argumentasi siswa di Kelas XI IPS 1 SMA Laboratorium Percontohan UPI? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang dikemukakan di atas, secara umum adalah untuk memperoleh gambaran secara faktual dan aktual mengenai penerapan metode debat dalam pembelajaran sejarah untuk menumbuhkan keterampilan mengemukakan argumentasi siswa di kelas XI

11 IPS 1 SMA Laboratorium Percontohan UPI. Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Mengkaji dan mendeskripsikan perencanaan pembelajaran sejarah dengan menerapkan metode debat untuk menumbuhkan keterampilan mengemukakan argumentasi siswa di kelas XI IPS 1 SMA Laboratorium Percontohan UPI. 2. Megkaji dan mendeskripsikan tahapan-tahapan pelaksanaan penerapan metode debat pada pembelajaran sejarah untuk menumbuhkan keterampilan mengemukakan argumentasi siswa di kelas XI IPS 1 SMA Laboratorium Percontohan UPI. 3. Menganalisis hasil penerapan metode debat untuk menumbuhkan keterampilan mengemukakan argumentasi siswa di kelas XI IPS 1 SMA Laboratorium Percontohan UPI. 4. Mengidentifikasi kendala-kendala yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan menerapkan metode debat untuk menumbuhkan keterampilan mengemukakan argumentasi siswa di kelas XI IPS 1 SMA Laboratorium Percontohan UPI. 1.4 Manfaat Penelitian Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan akan memberikan manfaat, yaitu:

12 1. Bagi peneliti, mendapatkan pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah sekaligus sebagai pembelajaran yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan. Selain itu, memberikan bekal agar mahasiswa sebagai calon guru siap melaksanakan tugas sesuai kebutuhan dan perkembangan zaman. 2. Bagi siswa, memiliki keterampilan mengemukakan argumentasi melalui perbaikan dalam pembelajaran sejarah dengan menerapkan metode debat. 3. Bagi guru, dapat memperbaiki permasalahan pembelajaran yang dihadapi dan menambah wawasan serta keterampilan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa untuk meningkatkan mutu pembelajarannya. 4. Bagi sekolah, akan memberikan sumbangan yang berarti dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehingga dapat menjadikan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang dinamis dan inisiatif. 1.5 Sistematika Penulisan Penyusunan hasil penelitian akan dijabarkan dalam sistematika penulisan sebagai berikut. Bab satu merupakan pendahuluan yang pada hakikatnya merupakan gambaran umum penelitian secara menyeluruh. Pendahuluan ini terbagi ke dalam beberapa sub-bab, yaitu a) Latar belakang penelitian; b) Identifikasi dan rumusan masalah; c) Tujuan penelitian; d) Manfaat penelitian; dan e) Sistematika Penulisan.

13 Bab dua berisi tentang landasan teoretis yang berhubungan dengan judul penelitian ini, yaitu Penerapan Metode Debat Dalam Pembelajaran Sejarah Sebagai Upaya Untuk Menumbuhkan. Bab ini terdiri atas paparan konsep-konsep dan teori-teori yang digunakan dalam penelitian serta menjadikannya sebagai kerangka dalam berpikir. Bab tiga berisi tentang metodologi penelitian. Kajian dalam bab ini meliputi a) Lokasi dan subjek penelitian; b) desain penelitian; c) metode penelitian; d) definisi operasional; e) instrumen penelitian; f) uji validasi data; g) teknik pengumpulan data; h) analisis data. Bab empat merupakan pembahasan dari hasil penelitian yang dilakukan. Dalam bab ini akan dipaparkan lebih mendalam mengenai masalah yang menjadi objek kajian peneliti. Bab lima berisi tentang kesimpulan dan saran. Bab ini bersisi paparan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan. Daftar Pustaka berisi tentang identitas buku dan sumber tertulis lainnya yang dijadikan rujukan oleh peneliti dalam penelitian ini. Lampiran-lampiran merupakan kumpulan dokumen yang berkaitan dengan proses penelitian yang dilaksanakan peneliti dan penyusunan skripsi ini.