BAB I PENDAHULUAN. peluang kegagalan akan semakin tinggi (dalam Yusuf & Nurihsan J,

dokumen-dokumen yang mirip
A. Latar Belakang Kondisi keyakinan seseorang yang tidak menentu akan membuat kinerja menjadi tidak stabil, sedangkan untuk mencapai keberhasilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menghafalkan al-qur an. Awal mula berdirinya PPTQ Nurul Furqon ini

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. dalam berbagai dimensi kehidupan.sudah sangat jelas bahwa dalam Al-Qur an

BAB III SYARAT MENGHAFAL ALQURAN DAN GAMBARAN METODE MENGHAFAL ALQURAN YANG DIGUNAKAN OLEH KH. AHMAD NUR SYAMSI BAGI MASYARAKAT

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB I PENDAHULUAN. membahas suatu permasalahan atau fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dulu selalu ada orang-orang yang berusaha untuk mencari-cari kelemahan, atau

PERBEDAAN REGULASI EMOSI ANTARA PENGHAFAL QURAN 1-15 JUZ DAN PENGHAFAL QUR'AN JUZ DI PONDOK PESANTREN NURUL QUR AN KRAKSAAN, PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengalami berbagai hal yang kurang menyenangkan dan ada

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian beban studi, praktikum, PKLI dan skripsi. Namun, dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi merupakan istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (Jogjakarta: Diva Press, 2012), hlm. 13. (Jogjakarta: Diva Press, 2009), hlm. 85. hlm. 52.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peneitian

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ini khususnya dalam melatih kemampuan verbal, kuantitatif, berpikir

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Abdul Djalal dalam bukunya menjelaskan, Al-Qur an. dan memelihara Al-Qur an oleh sebagian umat Islam terus berlanjut dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, proses motivasi, proses afektif, proses selektif. 5

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya (Q.S. al-hijr/15: 9).

BAB 1 PENDAHULUAN. diwarnai dengan berbagai macam emosi, baik itu emosi positif maupun

BAB I PENDAHULUAN. kesempurnaan iman seorang muslim terhadap Al-Qur an adalah meyakini

BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit

BAB I PENDAHULUAN. (punishment) sebagai ganjaran atau balasan terhadap ketidakpatuhan agar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Pondok Pesantren bertugas untuk mencetak manusia yang benarbenar

BAB IV HASIL PENELITIAN

Hasil Observasi Lapangan di Pondok pesantren al-madani

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada Perguruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi kehidupan manusia. Banyak orang mengeluhkan dirinya merasa tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Proses belajar

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. tidak dekat dengan ustadzah. Dengan kriteria sebagai berikut dari 100

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. tersebut dikaitkan dengan teori yang ada dan dibahas sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Sa dulloh, Cara Cepat Menghafal Al-Qur an, Gema Insani, Jakarta, 2008, hlm: 23 Al-Qur anul Karim, Bandung, Sygma, 2014, hlm: 489

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari akademik dan non akademik. Pendidikan. matematika merupakan salah satu pendidikan akademik.

BAB II KAJIAN TEORITIS. pada diri seseorang terkadang membuat hilangnya semangat untuk berusaha, akan

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. santri di Pondok Pesantren Al-Itqon Kota Semarang merupakan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi yang mengidolakan instanisasi menyebabkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB III ASSALAAM BOARDING SCHOOL PEKALONGAN. 4 kali dalam sehari. Berikut menurut penuturan ketua pelaksana harian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

Lampiran (Pedoman dan Jadwal Wawancara,Observasi,Dokumentasi PEDOMAN PENGUMPULAN DATA PENELITIAN DI PONDOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Ekonomi Asean (MEA) untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di. bidang ekonomi antar negara ASEAN (

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otak merupakan pusat dari keseluruhan tubuh. Otak manusia

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN TERHADAP PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanyut oleh arus globalisasi, tetapi sebaliknya ia mampu mewarnai dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. SWT kepada nabi Muhammad SAW. Fungsi dari Al-Qur an ialah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap mahasiswa memiliki keinginan untuk lulus dari perguruan tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut muncul banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Al-Qur an. Oleh karena itu, beruntunglah bagi orang-orang yang dapat menjaga

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi semakin diperbaharui dan sumber daya manusia dituntut untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi keyakinan seseorang yang tidak menentu akan membuat kinerja menjadi tidak stabil, sedangkan untuk mencapai keberhasilan dibutuhkan keyakinan yang tinggi. Apabila keyakinan seseorang rendah maka peluang kegagalan akan semakin tinggi (dalam Yusuf & Nurihsan J, 2007:135). Keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap kemampuan diri sendiri untuk dapat menyelesaikan tugas oleh Bandura (dalam Ghufron, 2011:74) disebut efikasi diri. Sedangkan efikasi diri menurut Judge dkk. adalah indikator positif untuk melakukan evaluasi diri yang bermanfaat untuk memahami diri (dalam Ghufron, 2011: 76). Menurut Bandura (dalam Alwisol, 2009:288) dalam meningkatkan efikasi dibutuhkan beberapa faktor yang bisa mempengaruhi efikasi seseorang diantaranya yakni pengalaman menguasai sesuatu, pengalaman vikarius, persuasi sosial, kondisi emosi individu tersebut. Dan juga seberapa besar keyakinan pada kemampuan yang ada pada diri seseorang akan berdampak pada empat proses yakni proses kognitif, proses motivasi, proses afektif, proses selektif (Bandura, 2008:3). Individu yang memiliki efikasi diri yang bagus dapat menjadi faktor pembangkit motivasi untuk bertindak, mampu mengontrol stres dan kecemasan, sebaliknya individu yang memiliki efikasi diri yang rendah bisa 1

menjadi penghambat utama dalam pencapaian tujuan perilaku tertentu (Zarina, A dkk., dalam Ridhoni 2013:229). Menurut Hill, Smith dan Mann (dalam Blair, 1996:16) individu yang memiliki efikasi diri tinggi memiliki ciri tertarik dengan kesempatan aktivitas untuk mengembangkan diri serta mencoba pekerjaan yang sulit dan komplek. Dalam hal ini individu yang memiliki efikasi diri yang bagus dapat memberikan dukungan ataupun motivasi kepada orang lain, melalui pengalaman masalalu, mereka dapat berbagi pengalaman ataupun memberikan dukungan kepada seseorang dengan problem yang sama pula dengan cara bertukar informasi tentang masalah yang dialami melalui persuasi untuk mencari solusi dari permasalahan, hal ini bertujuan untuk tercapainya kemampuan coping yang efektif dalam pemecahan masalah (Ridhoni, 2013:231). Dengan memberikan dukungan informatif berupa nasehat, petunjuk, saran ataupun umpan balik dari orang-orang terdekat bisa menguatkan diri dalam mencapai sesuatu (Taylor, dalam King, 2010:226). Ketika individu tersebut tidak yakin pada kemampuannya untuk bisa mencapai sesuatu yang diharapkan maka peluang kegagalan akan semakin tinggi sehingga dapat menyebabkan munculnya perilaku yang tidak diinginkan. Seperti hasil penelitian yang telah di teliti oleh Ratna Hidayah (2012) dengan hasil bahwa terdapat pengaruh negatif antara tingkat problematika dengan keberhasilan menghafal al-qur an santri pondok pesantren al-hikmah Tugurejo Tugu Semarang, dari penelitian ini menunjukkan bahwa besar kecilnya problem 2

yang dihadapi mempengaruhi keberhasilan dalam mencapai hafalan. Serta hasil penelitian yang telah ditemukan oleh Laily Fauziyah (2010) diperoleh hasil bahwa problematika santri dalam menghafal yaitu tidak sabar, malas dan putus asa, tidak yakin bahwa mereka mampu untuk bisa menghafalkan, mudah lupa, tidak mampu membaca dengan baik, tidak mampu mengatur waktu dengan baik, pengulangan (tikror) yang sedikit, faktor keluarga, dan kondisi Muwajjih (Pengasuh)belum bisa menjadikan Al-Qur an sebagai prioritas utama, terlalu banyak maksiat. Dari contoh fenomena di atas menunjukkan bagaimana efikasi diri bisa menghasilkan perilaku yang berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, bisa dari faktor internal maupun external. Dan menurut Bandura (dalam Alwisol, 2009:288) salah satu faktor yang bisa mempengaruhi efikasi diri yakni persuasi sosial, persuasi merupakan suatu usaha verbal yang dilakukan dengan tujuan meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu untuk mencapai sutu persetujuan / kesesuaian antara kedua belah pihak, disini orang yang memberi persuasi bisa mempengaruhi orang lain bila dapat menunjukkan alasan-alasan yang logis dan harus mengumpulkan informasi dan fakta sebelum melakukan persuasi dengan orang. Informasi dan fakta-fakta tersebut berhubungan dengan, kebutuhan, tujuan dan kepentingan dari orang yang dipengaruhi. Suatu persuasi bisa saja tidak berhasil jika tidak didukung oleh fakta yang kuat atau tidak memenuhi harapan pihak yang dipengaruhi. Alasan - alasan yang rasional akan lebih efektif jika orang yang 3

mempengaruhi juga menyentuh emosional atau perasaan orang yang di pengaruhi dengan mencoba menyelami harapan, kecemasan, ataupun kegembiraan dari orang yang di beri persuasi. Persuasi sosial merupakan salah satu cara dalam memberikan dukungan sosial kepada individu lain untuk bisa menumbuhkan semangat seseorang pada saat individu tersebut mengalami kendala-kendala. (Rahayu, 2007: 171) Dari fenomena diatas yang menyebutkan bahwa efikasi diri yang rendah di alami oleh santri penghafal al-qur an yang memiliki kendalakendala dan merasa tidak bisa mampu menyelesaikan suatu masalah. Jumlah penghafal al-qur an semakin meningkat di kalangan perempuan dewasa awal. Hal ini ditandai oleh semakin bertambahnya pesantren menghafal al-qur an khusus perempuan dewasa awal yang didirikan. Di daerah Malang Kota misalnya, terdapat Pondok Pesantren Tahfizhul Qur an Putri Nurul Furqon, Rumah Tahfidz PPPA Putri Darul Qur an Malang, Pondok Pesantren Tahfidz Mergosono dan lain sebagainya. Di Pondok Pesantren Tahfizhul Qur an Putri Nurul Furqon merupakan pesantren yang di sediakan bagi para penghafal al-qur an. Pengahafal alqur an biasanya disebut dengan sebutan hafidz (laki) dan Hafidzah (perempuan). Secara umum metode utama yang digunakan adalah dengan mengulang-ulang bacaan sampai sesorang dapat melafadzkan tanpa melihat mushaf al-qur an. Proses ini juga tidak lepas dari bimbingan dari seorang guru sebagai seseorang yang berkompeten untuk mendengarkan bacaan (Chairani & Subandi, 2010: 38). 4

Metode menghafal yang digunakan di pesantren Nurul Furqon ini adalah metode setoran, metode setoran merupakan kegiatan mendengarkan hafalan al-qur an kepada guru atau pembimbing (Chairani & Subandi, 2010:1), dengan metode ini para santri putri maju satu persatu untuk menyetorkan hafalan al-qur annya di hadapan seorang guru atau kyai. Dengan metode tersebut memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi secara langsung, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang santri dalam menghafal ayat demi ayat, juga akan mempunyai pengaruh terhadap jiwa psikis santri/ anak didik. Dalam pesantren Nurul Furqon ini santri memiliki jadwal mengaji setoran hafalan sebanyak tiga kali, dua waktu untuk muraja ah dan satu waktu untuk tambahan setoran hafalan. Muraja ah adalah mengulang hafalan yang sudah pernah di hafal agar tidak lupa (Az-Zawawi, 2011:105). Adapun waktu-waktu yang digunakan untuk mengaji setoran yakni setelah sholat subuh, setelah sholat ashar, setelah sholat magrib. Dalam pengajaran hafalan al-qur an di pesantren ini mempunyai dua sistem, yang pertama yakni dengan setoran tambahan dilaksanakan pada waktu pagi hari yaitu setelah sholat subuh sampai selesai biasanya minimal satu halaman, kemudian setoran muraja ah (mengulang hafalan), dilaksanakan setelah sholat ashar sampai selesai dan setelah sholat isya sampai selesai paling banyak lima halaman. Sistem yang demikian ini dimaksudkan disamping santri belajar menghafal juga mampu menjaga hafalannya sehingga ada keseimbangan dan kesinambungan dalam menghafal al-qur an. (wawancara, MH 1 Desember 2014). 5

Dalam proses keberhasilan untuk bisa menghafal al-qur an tidak hanya dipengaruhi oleh potensi intelegensi, kognitifnya saja namun juga dipengaruhi oleh keyakinan santri mengenai kemampuan pada dirinya dan kesungguhan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas hafalannya tersebut (Qosim, 2008: 26). Namun dengan jadwal mengaji 3 kali sehari, santri-santri Nurul Furqon masih banyak yang memiliki kendala, ada beberapa faktor yang menghambat santri dalam menghafalkan al-qur an seperti susah menghafal karena faktor malas, karena kemampuan menghafal kurang baik, karena mudah lupa, semakin lama menghafal semakin bosan dan terasa sulit kadang menyebabkan kurang yakin untuk bisa menyelesaikan tugas hafalannya apa lagi mayoritas santri berusia dewasa awal yang mana pada usia-usia ini merupakan masa-masa produktif untuk menikah (wawancara NJ, 2 Desember 2014), berdasarkan hasil wawancara tersebut efikasi diri menurun ketika rasa malas menghampiri santri, suatu keadaan dimana santri merasa jenuh untuk menghafalkan dan muroja ah al-qur an dan ketika santri berada pada hafalan yang sulit, rasa efikasi diri menurun drastis, munculnya perasaan tidak yakin untuk bisa meneruskan hafalan al-qur an, sejalan dengan yang dinyatakan Djamarah (2011:100) ketika individu belajar terus menerus maka akan sampai pada titik kejenuhan dan kelelahan, seperti yang telah dipaparkan oleh seorang responden sebagai berikut : Godaan ngapalin tuh banyak banget mbak, terutama males, sering lupa gara-gara banyak dosa kali ya, trus apalagi kalo pas nginjak 6

hafalan yang sulit, ayatnya pas yang ruwet-ruwet rasanya kayak gak sanggup nerusin apalan, kalo udah nyampe yang kayak gitu perasaan lanjut pa nggak ngafalinnya tu muncul.(wawancara NJ, 2 desember 2014) Dari keterangan responden tersebut pada keadaan inilah santri membutuhkan efikasi dirinya bisa meningkat untuk bisa melanjutkan hafalan sampai selesai, untuk bisa mencapai keberhasilan dalam menghafal dibutuhkannya faktor-faktor yang mempengaruhi yang menurut Djamarah (2011:176) ada tiga faktor yang bisa mempengaruhi keberhasilan individu dalam belajar yakni: faktor lingkungan, faktor instrumental, dan kondisi fisiologis, kondisi psikologis. Untuk faktor lingkungan bisa dengan memberikan dukungan dari lingkungan luar berupa persuasi sosial, hal ini sejalan dengan pendapat Bandura (dalam Alwisol, 2009:288) salah satu faktor yang bisa mempengaruhi efikasi diri yakni persuasi sosial, persuasi merupakan suatu usaha verbal yang dilakukan dengan tujuan meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu untuk mencapai sutu persetujuan / kesesuaian antara kedua belah pihak, disini orang yang memberi persuasi bisa mempengaruhi orang lain bila dapat menunjukkan alasan-alasan yang logis dan harus mengumpulkan informasi dan fakta sebelum melakukan persuasi dengan orang. Informasi dan fakta-fakta tersebut berhubungan dengan, kebutuhan, tujuan dan kepentingan dari orang yang dipengaruhi. Suatu persuasi bisa saja tidak berhasil jika tidak didukung oleh fakta yang kuat atau tidak memenuhi harapan pihak yang dipengaruhi. Alasan - alasan yang 7

rasional akan lebih efektif jika orang yang mempengaruhi juga menyentuh emosional atau perasaan orang yang di pengaruhi dengan mencoba menyelami harapan, kecemasan, ataupun kegembiraan dari orang yang di beri persuasi. persuasi sosial merupakan salah satu cara dalam memberikan dukungan sosial kepada orang lain (Rahayu, 2007: 171). Berdasarkan penelitian Risma Rosa Mindo (2008) menyatakan bahwa responden dukungan sosial dianggap berperan penting untuk bisa menumbuhkan semangat siswa dalam berprestasi. Yang artinya bahwa dukungan sosial juga bisa mempengaruhi stabilitas perilaku individu. Begitu juga dengan meningkatkan efikasi diri saat santri mengalami kendala-kendala dalam menghafal, ketika santri mulai malas, tidak yakin pada kemampuannya, mudah lupa dalam menghafal al-qur an apalagi usia sudah menginjak masa dewasa awal dari kendala-kendala tersebut sering muncul perasaan tidak yakin pada kemampuannya untuk bisa melanjutkan hafalan, dan salah dari salah satu responden memaparkan bahwa faktor eksternal yang bisa membuat semangat dan yakin bisa melanjutkan hafalan adalah ketika individu tersebut merasa selalu mendapat dukungan positif dari orang-orang terdekatnya. Sejalan dengan pernyataan Gottlieb (dalam Junkers, 2011) yang menjelaskan bahwa dukungan sosial merupakan informasi secara tertulis atau lisan (verbal) dan juga informasi melalui isyarat, ekspresi, simbol (non verbal) serta pertolongan yang nyata yang diberikan oleh orang-orang yang dekat dengan individu tersebut berupa kehadiran pendukung dan juga hal-hal yang 8

bisa memberikan keuntungan emosional ataupun yang bisa berpengaruh pada perubahan perilaku individu yang menerima dukungan. Maksud dukungan sosial dalam penelitian ini merupakan perasaan dari individu yang merasa nyaman, diperhatikan, dihargai, dihormati dan dicintai oleh orang-orang yang akrab dengan individu tersebut, seperti yang dipaparkan Cobb (dalam Andarini & Fatma, 2013:170) dukungan sosial merupakan informasi yang didapatkan dari orang lain yang menunjukkan bahwa seseorang tersebut dicintai, dihargai, diperhatikan, serta dipandang sebagai hubungan dalam komunikasi dan saling bertanggung jawab. Dari situ dapat dilihat bahwa dukungan sosial tidak kalah penting untuk bisa meningkatkan keyakinan individu terutama bagi santri Nurul Furqon yang sedang menghafalkan al-qur an. Dari realita di atas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai dukungan sosial dan efikasi diri santri penghafal al-qur an. Penelitian ini juga lebih menekankan pada bagaimana hubungan dukungan sosial dengan keyakinan santri terkait dengan kemampuannya dalam menghafalkan al-qur an. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian yakni Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Efikasi Diri dalam Menghafal Al-Qur an Santri Putri Nurul Furqon Wetan Pasar Besar Malang. 9

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat dukungan sosial pada santri putri Nurul Furqon Wetan Pasar Besar Malang dalam menghafalkan al-qur an? 2. Bagaimana tingkat efikasi diri pada santri putri Nurul Furqon Wetan Pasar Besar Malang dalam menghafalkan al-qur an? 3. Adakah hubungan antara dukungan sosial dengan efikasi diri dalam menghafal al-qur an santri putri Nurul Furqon Wetan Pasar Besar Malang? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui tingkat dukungan sosial pada santri putri Nurul Furqon Wetan Pasar Besar Malang dalam menghafalkan al-qur an 2. Untuk mengetahui tingkat efikasi diri pada santri putri Nurul Furqon Wetan Pasar Besar Malang dalam menghafalkan al-qur an 3. Untuk membuktikan hubungan antara dukungan sosial dengan efikasi diri dalam menghafal al-qur an santri putri Nurul Furqon Wetan Pasar Besar Malang D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi ilmuwan psikologi sehingga dapat memperkaya ilmu 10

pengetahuan khususnya di bidang psikologi sosial, terutama mengenai hubungan antara dukungan sosial dengan efikasi diri santri. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Santri Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi santri tentang bagaimana melalui proses efikasi diri yang baik saat menghafal qur an. b. Bagi Pesantren Dapat memberikan sumber pengetahuan bagi pesantren bahwa keterlibatan pengaruh lingkungan akan dapat membantu seseorang dalam meningkatkan efikasi diri. c. Bagi Orang Tua Dapat memberikan sumber pengetahuan bagi orang tua bahwa dukungan orang tua akan membantu anaknya dalam meningkatkan efikasi diri. 11