BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

Keywords : Motivation To Learn, Classroom Climate, Perception

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, mencerdaskan seluruh kehidupan bangsa dijadikan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi tantangan era globalisasi saat ini, sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. di tengah-tengah pergaulan masyarakat, warga bangsa, serta warga dunia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan khususnya di sekolah dasar (SD) menjadi fokus perhatian dalam rangka

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah elemen penting dalam menciptakan manusia-manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pembahasan beberapa hal tersebut secara rinci disajikan sebagai berikut.

2016 PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS II SD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peranan pendidikan telah dicantumkan oleh pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses dimana induvidu dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis dan syarat perkembangan. Pendidikan harus memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Fungsi dan tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. untuk siap menjadi tenaga terampil dan pandai matematika melalui penerapan

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) menyatakan bahwa. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. sekolah-sekolah sampai sekarang merupakan lembaga pendidikan utama yang. merupakan pusat pengembangan sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya. Pendidikan diarahkan agar peserta didik memiliki spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB 1 PENDAHULUAN. education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : IKA WIWIN. SW.

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dan terpusat pada peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Itan Tanjilurohmah,2013

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. budaya, tetapi juga aspek ilmu pengetahuan termasuk di dalamnya pendidikan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah melalui pendidikan. Hal ini identik dengan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 1 ayat (1) (dalam Samino, 2010:36) menyebutkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pradja. AL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menemukan pribadinya di dalam kedewasaan masing-masing individu secara maksimal,

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

budaya, alam sekitar, dan meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ialah dengan pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka. menghasilkan perubahan yang positif dalam diri anak.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tamatan atau lulusan sebagai sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan memerankan peran yang sangat penting dalam membentuk

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman didunia pendidikan yang terus berubah secara signifikan

DINAMIKA MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA MANDIRI DI SMPN 10 BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, ilmu pengetahuan dan teknologi pun berdampak pada pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Japar Umar, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas proses pembelajaran, dimana peserta didik kurang mampu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih maksimal saat mengajar di sekolah. adalah matematika. Pembelajaran matematika di sekolah dasar dirancang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Wasilah, 2008). Pendidikan dapat dilaksanakan melalui beberapa jalur, diantaranya adalah pendidikan formal yang diselenggarakan di sekolah. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi ( Pendidikan, 2009). Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa dan guru. Hadinata (2006) menyebutkan bahwa dalam kegiatan belajar sangat diperlukan adanya motivasi dalam diri siswa. Pendapat senada juga disebutkan oleh Kauchak & Eggen (2004) bahwa motivasi dan belajar merupakan dua hal yang berhubungan erat. Seorang siswa tidak dapat dengan sepenuhnya melakukan kegiatan belajar dan memahami pelajaran tanpa adanya motivasi.

Dalam pengertian umum, motivasi merupakan dorongan yang menggerakkan dan mengarahkan suatu perilaku untuk mencapai satu tujuan (Parsons & Hinson, 2001). Bila dikaitkan dengan kegiatan belajar, maka motivasi belajar dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2003). Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar dan memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar. Motivasi belajar tidak hanya menjadi pendorong untuk mencapai hasil yang baik tetapi mengandung usaha untuk mencapai tujuan belajar, dimana terdapat pemahaman dan pengembangan dari belajar (Hadinata,2006). Ormrod (2003) menambahkan bahwa motivasi belajar mengarahkan perilaku belajar dalam mencapai suatu tujuan, serta mendorong siswa untuk meningkatkan usaha dan energi dalam belajar. Peneliti melakukan survey pada tanggal 16 November 2009 dengan menyebarkan angket kepada 80 orang siswa SMA Negeri 1 Berastagi dan didapati bahwa beberapa siswa termotivasi untuk belajar mata pelajaran fisika dan beberapa siswa lain tidak termotivasi untuk belajar mata pelajaran fisika. Siswa tidak termotivasi untuk belajar mata pelajaran fisika sebab pada pelajaran fisika banyak sekali rumus dan teori yang harus dimengerti serta dihafal; pelajaran fisika yang membosankan; cara mengajar guru yang tidak menarik; teman-teman yang kurang mendukung untuk belajar mata pelajaran fisika bersama; dan anggapan

para siswa bahwa guru mereka pilih kasih serta kurang peduli terhadap kesulitan siswa dalam belajar mata pelajaran fisika. Berikut hasil wawancara peneliti dengan salah seorang siswa: Kalau pelajaran yang lain, kami senang belajarnya Kak, tapi kalau udah fisika, dengar fisika saja kami udah lemas duluan. Banyak rumus yang harus dihapal, kami juga kurang dekat dengan gurunya karena hanya siswa yang pintar saja yang diperhatikan, kurang pintar menerangkan lagi. Teman - teman juga nggak ada yang mau belajar fisika sama-sama. (Komunikasi personal, 16 November 2009) Beberapa siswa lain termotivasi untuk belajar mata pelajaran fisika sebab menurut mereka pelajaran fisika memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari; pelajaran fisika penting karena ikut diujikan dalam ujian nasional dan ujian masuk perguruan tinggi; dan adanya rasa penasaran serta tertantang dalam diri siswa untuk mengerjakan soal fisika. Berikut hasil wawancara peneliti dengan siswi X 1, yang berinisial EM (16 tahun): Yah, sebenarnya Kak kalau belajar fisika sulit juga karena banyak rumus yang harus dihapal. Mau nanya sama guru, saya malas karena nggak begitu dekat sama gurunya, apalagi gurunya juga terlalu cepat menjelaskan materinya padahal kami belum ngerti. Dari teman-teman juga jarang ada yang mau mengajari karena kurang paham. Saya sendiri tetap mau belajar fisika karena fisika kan masuk ujian nasional. (Komunikasi personal, 16 November 2009) Peneliti juga sempat melakukan observasi saat pelajaran fisika berlangsung, peneliti melihat beberapa orang siswa saling membantu dalam mengerjakan soal yang diberikan guru. Namun, ada juga yang tampak hanya berbicara dengan temannya di belakang kelas tanpa mengerjakan soal. Menurut penuturan seorang guru fisika, saat pelajaran fisika berlangsung, hanya sedikit siswa yang terlibat aktif dalam kelas. Nilai siswa dalam pelajaran fisika juga

kurang memuaskan. Siswa sering memperoleh nilai yang rendah pada mata pelajaran fisika yaitu berkisar 60 70 padahal standar ketuntasan minimal untuk mata pelajaran fisika sendiri adalah 69. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan beberapa siswa SMA Negeri 1 Berastagi juga ditemukan bahwa beberapa siswa memiliki penilaian negatif tentang hubungan siswa dengan guru. Siswa merasa tidak memiliki hubungan yang dekat dengan guru fisika mereka, berbeda dengan guru mata pelajaran yang lain dimana mereka mau bercanda saat berada dalam kelas, interaksi antara guru dengan siswa juga berjalan kaku sebab ada ketakutan dalam diri siswa untuk menanyakan hal yang mereka tidak ketahui. Selain itu adanya anggapan para siswa bahwa guru mereka hanya memperhatikan siswa yang pintar saja dan kurang peduli pada siswa yang lain membuat siswa malas bertanya pada guru selama kegiatan belajar berlangsung. Begitu juga dengan siswa yang mereka anggap pintar pada mata pelajaran fisika tapi lebih suka belajar sendiri. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti melalui survey di SMA Negeri 1 Berastagi bahwa beberapa siswa termotivasi untuk belajar mata pelajaran fisika. Namun, ada juga siswa yang tidak atau kurang termotivasi untuk belajar mata pelajaran fisika padahal menurut Sunardi (2009) belajar fisika merupakan aktivitas yang sangat penting dilakukan oleh siswa sebab hidup manusia dalam kesehariannya tidak dapat dilepaskan dari fisika. Pelajaran fisika memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam dan segala sesuatu yang terdapat di dalamnya, mengembangkan keterampilan dan wawasan yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Pemahaman akan pelajaran fisika sangat perlu untuk

meningkatkan kesejahteraan manusia sebab dengan belajar fisika, maka siswa akan memiliki kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Pelajaran fisika juga memberikan pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang diperlukan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Sunardi (2009) juga menambahkan dengan adanya motivasi dalam belajar mata pelajaran fisika akan mendorong siswa untuk lebih semangat dan aktif dalam kegiatan belajar. Namun, saat siswa memiliki motivasi belajar yang rendah pada mata pelajaran fisika maka akan menyebabkan siswa tidak dapat belajar secara optimal dan kurang bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar sehingga terhambat dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Hal ini semakin diperkuat oleh Uno (2008) yang menyatakan bahwa kurang atau tidak adanya motivasi untuk belajar akan membuat siswa tidak tahan lama dalam belajar dan mudah tergoda untuk mengerjakan hal lain dan bukan belajar. Pendapat senada juga disebutkan oleh Kauchak dan Eggen (2004) yang menyatakan bahwa siswa yang memiliki motivasi dalam belajar akan melakukan usaha untuk memahami topik pelajaran baik pelajaran itu menarik atau pun tidak bagi siswa tersebut. Mereka berusaha dalam belajar karena mereka yakin bahwa pemahaman yang mereka peroleh itu berharga dan bermanfaat bagi mereka. Berkaitan dengan motivasi belajar yang telah dijelaskan sebelumnya, Parsons dan Hinson (2001) menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mendorong atau menghalangi motivasi belajar siswa adalah iklim kelas. Iklim kelas yang dirasakan aman oleh siswa akan mendukung siswa dalam belajar.

Namun, iklim yang terbentuk dalam kelas juga dapat dirasakan mengancam oleh siswa dan berakibat pada rendahnya keterlibatan siswa dalam belajar. Tokoh lain seperti Kauchak & Eggen (2004) juga menyatakan bahwa iklim kelas memiliki peran penting dalam menciptakan suatu lingkungan yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi siswa. Iklim kelas yang mendukung siswa dalam belajar, membuat siswa merasa aman, bebas dalam menyampaikan ide - ide yang dimiliki, kualitas hubungan yang baik dalam kelas, seperti saling memberikan perhatian dan saling menghargai akan membuat siswa lebih terdorong untuk belajar. Dinamika interpersonal yang ada dalam lingkungan kelas atau cara siswa berhubungan dengan orang lain, baik dengan guru maupun dengan siswa lain dalam mencapai tujuan akan membentuk atmosfer kelas yang dapat memberi dampak terhadap motivasi belajar siswa (Parsons & Hinson, 2001). Bila siswa merasa dirinya diterima oleh siswa yang lain dan punya keahlian sosial yang baik, biasanya mereka memiliki motivasi belajar dan prestasi akademik yang baik. Sebaliknya, saat siswa merasa ditolak oleh teman - temannya, maka siswa tersebut akan mengalami masalah dalam belajar, seperti rendahnya motivasi untuk belajar, mendapat nilai buruk, dan dikeluarkan dari sekolah. Hubungan yang negatif antara siswa dengan guru juga berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Apabila siswa merasa diperhatikan dan didukung oleh gurunya, maka siswa tersebut akan lebih termotivasi untuk belajar, dibandingkan dengan siswa yang merasa punya guru yang tidak supportif dan tidak perhatian kepadanya (Santrock, 2004).

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, iklim kelas memegang peranan penting dalam menciptakan suatu lingkungan yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi siswa (Kauchak & Eggen, 2004). Firr (dalam Amar & Strugo, 2003) menyebutkan bahwa iklim kelas merupakan suasana yang terbentuk dalam kelas sebagai hasil dari proses pendidikan dan interaksi sosial yang terjadi antara siswa, guru, dan sekolah. Iklim kelas ini gabungan dari kondisi psikologis serta kondisi sosial yang terdapat dalam lingkungan kelas yang bersifat spesifik karena di dalamnya terlibat proses persepsi individu terhadap lingkungan tersebut. Nair (2001) menyatakan bahwa persepsi siswa terhadap iklim kelas merupakan penilaian paling tepat untuk mengetahui iklim kelas karena siswa adalah orang yang paling banyak menghabiskan waktunya di dalam kelas, lebih mengetahui hal - hal yang terjadi di dalam kelas sehingga memiliki penilaian yang lebih akurat terhadap kelas. Meskipun siswa berada pada kelas yang sama namun siswa dapat memiliki persepsi yang berbeda terhadap suasana kelas mereka. Persepsi siswa yang positif terhadap lingkungan kelas, akan mendorong motivasi dan performa akademik yang lebih baik serta sikap yang lebih positif terhadap suatu pelajaran. Persepsi siswa terhadap iklim kelas ini merupakan data penting bagi pihak sekolah sebagai umpan balik untuk perbaikan lingkungan belajar yang lebih kondusif (Chen & Chang (2002). Berdasarkan fenomena yang ditemukan peneliti di SMA Negeri 1 Berastagi serta uraian teori yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti melihat adanya ketidaksesuaian antara fakta di lapangan dengan teori. Menurut McCombs

(dalam Santrock, 2004) jika siswa merasa dirinya diterima oleh teman-teman sekelas dan memiliki guru yang perhatian, mendukung siswa dalam belajar, mengerti kesulitan yang dihadapi siswa tersebut dalam belajar maka itu akan memotivasi siswa untuk lebih giat belajar. Sebaliknya, ketika siswa merasa tidak diperhatikan dan didukung oleh guru dan siswa-siswa yang lain, maka akan menyebabkan siswa tidak termotivasi untuk melakukan kegiatan akademik sebab tidak adanya pemberian semangat dan dorongan dari orang sekitar untuk belajar. Namun, data di lapangan menunjukkan bahwa ada siswa yang tetap termotivasi untuk belajar mata pelajaran fisika meskipun merasa guru kurang peduli terhadap kesulitan mereka dalam belajar fisika, seperti terus menerangkan materi tanpa mempedulikan apakah siswa mengerti apa tidak, hanya memperhatikan siswa yang pintar fisika saja dan teman-teman yang juga kurang mendukung untuk belajar bersama. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara persepsi terhadap iklim kelas dengan motivasi belajar mata pelajaran fisika pada siswa SMA Negeri 1 Berastagi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian adalah sebagai berikut, Apakah ada hubungan antara persepsi terhadap iklim kelas dengan motivasi belajar mata pelajaran fisika pada siswa SMAN 1 Berastagi?

C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi terhadap iklim kelas dengan motivasi belajar mata pelajaran fisika pada siswa SMAN 1 Berastagi. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan pemikiran dalam mengembangkan ilmu psikologi pendidikan, khususnya bagi psikologi sekolah, berkaitan dengan iklim kelas serta motivas belajar serta dapat digunakan sebagai bahan dalam melakukan penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu: a) Bagi Sekolah Bagi sekolah dapat memahami bagaimana iklim kelas berhubungan dengan motivasi belajar siswa dan dapat digunakan sebagai masukan dalam menciptakan iklim kelas yang lebih baik b) Bagi Guru Bagi para guru bidang studi eksakta dan guru guru bidang studi lain dapat membentuk iklim kelas yang mendukung bagi kelangsungan proses belajar - mengajar dan lebih memotivasi siswa untuk belajar

c) Bagi Siswa Bagi siswa agar lebih bekerja sama dengan pihak sekolah dan guru dalam menciptakan iklim kelas yang mendukung bagi kegiatan belajar - mengajar dan memahami pentingnya motivasi belajar untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. E. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah : Bab I Pendahuluan Berisi uraian singkat tentang latar belakang permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan Bab II Landasan Teori Berisikan tentang teori-teori penyusunan variabel yang diteliti, hubungan antara variabel dan hipotesa. Bab III Metodologi Penelitian Pada bab ini akan dijelaskan mengenai identifikasi variabel, defenisi operasional dari masing-masing variabel, sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, metode pengumpulan data, prosedur penelitian serta metode analisa data. Bab IV Analisa Data dan Pembahasan Bab ini terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, hasil tambahan penelitian serta pembahasan.

Bab V Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.