Disusun sebagai salahsatu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada. Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Oleh:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

ABSTRAK. Memasuki era globalisasi, pengusaha berlomba-lomba untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Konsep pembangunan Indonesia dalam Trilogi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara berkembang yang sekarang ini sedang. Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4 (empat) yaitu, melindungi segenap

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

PELAKSANAAN PEMBERIAN BANK GARANSI DALAM PEMBORONGAN PROYEK JALAN LINGKAR DUKU-SICINCIN OLEH PT.BANK NAGARI CABANG UTAMA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

KEDUDUKAN BANK DALAM PEMBERIAN BANK GARANSI

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ekonomi tinggi, menengah dan rendah. hukum. Kehadiran berbagai lembaga pembiayaan membawa andil yang besar

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB I PENDAHULUAN. yang mencolok agar anak-anak tertarik untuk mengisinya dengan tabungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi Indonesia tidak bisa lepas dari dasar falsafah

BAB I PENDAHULUAN. penyaluran kredit pada segmen corporate dan commercial kepada debitur yang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan umum yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam rangka mewujudkan

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan diinginkannya. Disamping sifat sifat di atas

BAB I PENDAHULUAN. penduduk menjadikan Indonesia harus dapat meningkatkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi

serta mengembangkan perangkat peraturan pendukung, serta pengembangan sistem pendanaan perumahan. Salah satu alternatif dalam pendanaan perumahan yang

Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Sebagai Jaminan Kredit Di Bank Tika Andarasni Parwitasari 6)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dilakukan dengan tujuan memperoleh keuntungan. Para pelaku ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

Ronny Kusnandar ISSN Nomor

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Fungsi Bank Umum dalam Pemberian Kredit. bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

KEGIATAN BANK DALAM PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT. Oleh : Fatmah Paparang 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada akhir bab ini dari semua penelitian dan pengumpulan data yang

DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN PADA KREDIT DI BANK MANDIRI CABANG SANUR

BAB I PENDAHULUAN. bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia (SK) No. 23/88/KEP/DIR tanggal 18 Maret 1991 pasal 5 ayat (1) dan (2).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan hukum secara ideal tidak hanya dalam fungsi pengendalian sosial ( social

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. perbankan tetap memegang peranan penting dalam lalu-lintas perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

ANALISIS YURIDIS WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN KREDIT BAGI USAHA KECIL DI PD. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANK PASAR KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan secara tepat dan cepat menyalurkan dana tersebut pada

KONSEP HUKUM BANK GARANSI DALAM PELAKSANAAN PT. BANK BRI CABANG PALU

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

kredit dari dana-dana yang di peroleh melalui perjanjian kredit. dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

PELAKSANAAN BANK GARANSI PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH SUMATERA BARAT CABANG BUKITTINGGI SKRIPSI. Oleh : M. Ridzki Fernandi

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN

BAB IV PEMBAHASAN. perorangan maupun badan usaha non badan hukum dengan total exposure. a. Ketentuan Umum dalam melakukan penilaian agunan adalah :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

I. PENDAHULUAN. Seiring meningkatnya perekonomian Indonesia, maka semakin tinggi pula

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, hal ini menjadi alasan terdapatnya lembaga pembiayaan yang. memiliki peran penting dalam perkembangan perekonomian.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

Jasa perbankan untuk menjamin terlaksananya transaksi yang terjadi antara pihak luar bank dari kemungkinan risiko yang timbul dikemudian hari semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian baik untuk negara ataupun daerah. Peran penting UKM tersebut telah

Transkripsi:

PELAKSANAAN BANK GARANSI DALAM PERJANJIAN JASA KONSTRUKSI ANTARA PEMERINTAH DAERAH DENGAN KONTRAKTOR (Studi pada Pemerintah Daerah dan BPD Jateng Cabang Sragen) Disusun sebagai salahsatu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Oleh: INTAN ERA PURNAMASARI NIM: C100.130.047 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017 1

Oleh: C 100 130 047 i 1

Oleh: 1

1

PELAKSANAAN BANK GARANSI DALAM PERJANJIAN JASA KONSTRUKSI ANTARA PEMERINTAH DAERAH DENGAN KONTRAKTOR (Studi pada Pemerintah Daerah dan BPD Jateng Cabang Sragen) ABSTRAK Bank Garansi adalah Jaminan yang diberikan oleh bank, bank menyatakan suatu pengakuan tertulis yang isinya menyetujui dan mengikatkan diri kepada penerima jaminan dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu. Analisa uji kelayakan dan prinsip kehati-hatian bank menjadi tolok ukur untuk menghindari terjadinya wanpretasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Bank Garansi dalam perjanjian jasa konstruksi antara pemerintah daerah dengan kontraktor. Metode penelitian ini menggunakan metode pendekatan secara yuridis empiris dengan data primer yang diperoleh dengan wawancara yang diperoleh langsung dari BPD Jateng Cabang Sragen dan Dinas Pekerjaan Umum dan data sekunder dari bahan-bahan kepustakaan. Metode pengumpulan data dengan studi lapangan dan studi kepustakaan dengan analisis data kualitatif.hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Mekanisme Bank Garansi dalam perjanjian jasa konstruksi antara pemerintah daerah dengan kontraktor (2) Problematika yang terjadi dalam pelaksanaan bank garansi. Kata Kunci: Bank Garansi, Wanprestasi ABSTRACT Bank Guarantee is a guarantee given by the bank, the bank declared a written charter that it approves and attach to the insured within a specified period and certain conditions. Analysis of feasibility and the precautionary principle become a benchmark bank to avoid wanpretasi. This study aims to investigate the implementation of a Bank Guarantee in the construction services agreement between local governments and contractors. This research method using empirical juridical approach with primary data obtained through interviews obtained directly from BPD Central Java Sragen Branch and the Department of Public Works and secondary data from literature materials. Data were collected by field studies and literature with kualitatif.hasil data analysis of this study indicate that (1) Mechanism of Bank Guarantee in the construction services agreement between local government and the contractor (2) The problems that occurred in the implementation of the bank guarantee. Keywords: Bank Guarantee and Wanprestasi 1. PENDAHULUAN Pada dewasa ini kian maraknya pembangunan pada sektor pemerintah daerah semakin meluas untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan 1

kemakmuran secara merata, jasa konstruksi mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengahasilkan prasarana dan sarana yang berfungsi mendukung pertumbuhan dan perkembangan berbagai bidang. Pembiayaan Proyek sebagai suatu pembiayaan dari berbagai macam-macam sumber keuangan yang diperlukan untuk menilai, mendirikan, dan mulai bekerjanya suatu proyek bermodal besar, dimana pinjaman untuk proyek tersebut biasanya diberikan oleh suatu sindikasi bank. 1 Salah satu bentuk realisasi dari pembangunan yang dilaksanakan berupa pembangunan proyek-proyek sarana prasarana yang berwujud pembangunan dan rehabilitasi jalan-jalan jembatan, pelabuhan, irigasi, saluran-saluran air, perumahan rakyat maupun perkantoran dan lain sebagainya. 2 Bank Garansi adalah Jaminan yang diberikan oleh bank, dalam arti pihak bank menyatakan suatu pengakuan tertulis yang isinya menyetujui dan mengikatkan diri kepada penerima jaminan dalam jangka waktu tertentu dan syarat-syarat tertentu apabila dikemudian hari ternyata si terjamin tidak memenuhi kewajibannya kepada si penerima jaminan 3. Dalam Bank Garansi yang bertindak sebagai penjamin adalah pihak Bank dan secara otomatis pihak Bank telah siap untuk menanggung resiko apabila yang terjamin telah melakukan hal bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan atau wanprestasi. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah: Pertama, bagaimana mekanisme bank garansi dalam perjanjian jasa konstruksi antara pemerintah daerah dengan kontraktor. Kedua, problematika apa yang muncul dalam pelaksanakan bank garansi dalam perjanjian jasa konstruksi antara pemerintah daerah dengan kontraktor. Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui pelaksanaan ataupun meknisme bank garansi dalam perjanjian jasa konstruksi antara pemerintah daerah dengan kontraktor di BPD Jateng Cabang Sragen dan untuk mengetahui 1 Munir Fuady, 1976, Pembiayaan Perusahaan masa kini (tinjauan hukum bisnis) Bandung: PT. Citra Asitya Bakti, hal 6 2 Djumaldi, 1996, Hukum Bangunan, Dasar-Dasar Hukum dalam Proyek dan Sumber Daya Manusia, PT. Rinea Cipta 3 Desy Nurkristia Tejawati, Mei 2012, Penyelesaian Perjanjian Bank Garansi dalam Hukum Perbankan, Volume XVII 2

problematika yang muncul dalam pelaksanaaan bank garansi dalam perjanjian jasa konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor dan pihak pemilik proyek. Manfaat penelitian ini adalah: Pertama, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum khususnya ilmu hukum perdata khususnya dalam kajian bidang hukum Bank Garansi. Kedua, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan gambaran terhadap semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan perjanjian bank garansi. 2. METODE PENELITIAN Metode penelitian menggunakan metode pendekatan yuridis empiris yang bersifat deskriptif. Menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui studi kepustakaan studi lapangan yang berupa wawancara. Metode analisis data menggunakan analisis kualitatif yaitu metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Mekanisme Bank Garansi Dalam Perjanjian Jasa Konstruksi Antara Pemerintah Daerah dengan Kontraktor di BPD Jateng Sragen Bank Garansi adalah Jaminan dari Penjamin yaitu Bank (guarantor) kepada pemberi proyek atau pemilik proyek (bouwheer) bahwa Bank Garansi merupakan suatu pelaksanaan agar suatu pekerjaan jasa konstruksi atau pemborongan proyek tersebut dapat dilaksanakan. Mekanisme pemberian Bank Garansi dapat dilihat secara umum yang disediakan oleh bank jateng sebelum dilakukan penerbitan bank garansi yaitu sebagai berikut: Pertama, kontraktor adalah nasabah yang mengajukan Bank Garansi kepada Bank Jateng dikarenakan kontraktor yang akan melakukan suatu pekerjaan 3

proyek konstruksi dengan pihak pemerintah daerah. Kedua, kontraktor harus mengajukan suatu permohonan jaminan Bank Garansi kepada Bank, kemudian pihak Bank melakukan prinsip kehati-hatiannya dan kontraktor menyetor dana berupa uang senilai nominal bank garansi serta memberikan jaminan lawan. Ketiga, setelah pengajuan permohonan Bank Garansi dan sudah diteliti oleh pihak Bank, kemudian pihak Bank memberitahukan kepada kontraktor bahwa pengajuannya telah diterima dan warkat Bank Garansi asli diserahkan kontraktor kepada pemilik proyek. Selanjutnya Keempat, apabila terjadi sesuatu yang merugikan pemilik proyek dengan sebab kontraktor melakukan wanprestasi, maka pemilik proyek dapat membawa bank garansi asli yang diserahkan sebelumnya ke bank untuk dicairkan. Kelima, pihak bank akan mencairkan warkat tersebut dengan memberikan ganti rugi dengan cara mencairkan jaminan lawan yang diserahkan. Keenam, dan jika kontraktor tidak melakukan wanprestasi maka pemilik proyek mengembalikan warkat bank garansi asli kepada kontraktor sehingga kontraktor dapat mengembalikan warkat tersebut kepada bank. Mekanisme Bank Garansi dalam perjanjian Jasa Konstruksi antara Pemerintah Daerah dengan Kontraktor di BPD Jateng Cabang Sragen dilihat secara spesifik dengan pemenuhan syarat-syarat sebagai berikut: (a) Bagi permohonan Bank Garansi Penawaran wajib menyerahkan undangan lelang; (b) Bagi permohonan Bank Garansi Pelaksanaan wajib untuk menyerahkan fotocopy bukti pemenang lelang atau surat penunjukan serta fotocopy Surat Perintah Kerja (SPK) dan atau Kontrak Kerja (Jika sudah diterbitkan); (c) Bagi permohonan Bank Garansi Uang Muka wajib menyerahkan fotocopy kontrak kerja; (d) Bagi permohonan Bank Garansi pemeliharaan wajib menyerahkan fotocopy Surat Perintah Kerja (SPK) dan atau kontrak kerja serta menyerahkan fotocopy Berita Acara Serah Terima Penyelesaian pekerjaan; (e) Bagi permohonan Bank Garansi pembayaran wajib menyerahkan fotocopy Surat Perintah Kerja (SPK) dan atau Kontrak Kerja. Setiap pengajuan Bank Garansi bank selalu melakukan analisa kelayakan sebelum diberikannya jaminan bank garansi tersebut dipergunakan untuk siapa itu harus jelas untuk menghindari pemalsuan identitas kontraktor karena apa hal ini 4

menyangkut dengan jaminan yang akan dibayarkan terlebih dahulu kepada pihak pemilik proyek apabila kontraktor melakukan wanprestasi. Serta dengan tujuan dari pengajuan bank garansi tersebut dipergunakan untuk keperluan seperti apa harus jelas untuk memastikan penggunaan bank garansi sebagaimana tujuan diterbitkannya supaya pemberian jaminan itu kedepannya dapat digunakan sesuai dengan permintaannya bukan disalah gunakan kewenangannya untuk keperluan yang lainnya. Dalam proses pemberian warkat kepada Kontraktor pihak terjamin atau Bank lebih menekankan pada fasilitas yang dinikmati oleh kontraktor tersebut kemudian dilampirkan sebagai tanda bukti pada saat pengajuan bank garansi kemudian pihak Bank melakukan Checking BI/BI Checking terlebih dahulu untuk melakukan pengecekan mengenai saldo atau keuangan dari pihak Kontraktor dan menurut beliau proses tersebut lebih mudah dibandingkan dengan jasa kredit proyek yang pengecekan dan penelitiannya lebih mendetail dan menyeluruh. Penulis menemukan suatu larangan yang menjadi acuan dalam pemberian bank garansi larangan dalam pemberian Bank Garansi pada BPD Jateng Cabang Sragen bahwa dalam pemberian Bank Garansi pihak BPD Jateng tersebut tidak menekankan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelarangan dalam pemberian jaminan akan tetapi pihak Bank beranggapan selama pemberian bank garansi tersebut dalam penggunaan warkat tidak menyimpang dari nama proyek yang telah diajukan atau penggunaan yang diluar proyek karena otomatis warkat tersebut tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya dikarenakan penggunaan yang dialih fungsikan tersebut. Penulis menemukan suatu larangan yang menjadi acuan dalam pemberian bank garansi larangan dalam pemberian Bank Garansi pada BPD Jateng Cabang Sragen bahwa dalam pemberian Bank Garansi pihak BPD Jateng tersebut tidak menekankan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelarangan dalam pemberian jaminan akan tetapi pihak Bank beranggapan selama pemberian bank garansi tersebut dalam penggunaan warkat tidak menyimpang dari nama proyek yang telah diajukan atau penggunaan yang diluar proyek karena otomatis warkat 5

tersebut tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya dikarenakan penggunaan yang dialih fungsikan tersebut. Kontra Garansi (Jaminan Lawan) yang diberikan di BPD Jateng cabang sragen tersebut hanya memberikan prosedur berupa Full Cover yang mana berupa materi seperti Tabungan, Deposito serta Asuransi dan jumlah nilai tunai yang telah dimasukkan sebelumnya dalam BPD Jateng sragen yang mana besar nilainya harus sama dengan nilai Bank Garansi itu sendiri apabila nilai garansi lebih besar dari nilai Deposito, Tabungan maupun Asuransi maka kontraktor tersebut harus menyetorkan sejumlah uang terlebih dahulu kepada Bank sesuai dengan nominal Bank Garansi. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tentang Pemberian Garansi oleh Bank dilihat pada Pasal 6 bahwa: Bank dalam memberikan garansi harus mengadakan penilaian atas bonafiditas dan reputasi pihak yang dijamin. Dalam hal ini kedudukan bank sangat berperan penting dalam masyarakat, sebagai lembaga keuangan yang melepaskan uangnya kepada masyarakat tentu bank harus bersikap hati-hati terutama untuk menilai tentang siapa yang patut untuk diberikan jaminan bank garansi apabila prinsip kehati-hatian ini sudah diterapkan sejak awal pengajuan bank garansi maka setidaknya kontraktor dapat terjamin pengembaliannya dalam jangka waktu yang ditentukan apabila suatu waktu ditemukan bahwa kontraktor tersebut wanprestasi. BPD Jateng Cabang Sragen seharusnya berpedoman pada prinsip 5 C yang mana itu merupakan tolok ukur yang digunakan oleh bank untuk menganalisis pengajuan jaminan bank garansi dari nasabah dan hal ini menjadi keharusan bagi BPD Jateng Cabang Sragen sebagai dasar dalam pemberian jaminan bank garansi yang bersangkutan dan mengurangi resiko yang akan terjadi dikemudian hari serta untuk memperoleh keyakinan bahwa nasabah mempunyai track record yang jelas maka dari itu bank harus melakukan penilaian yang saksama dengan melihat aspek 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition). Berbicara mengenai nominal bank garansi bahwa sudah ditentukan sebelumnya jika kontraktor melakukan pengajuan jaminan bank garansi harus memenuhi standart ketentuan nominal karena jika ternyata nilai nominal bank 6

garansi tersebut tidak memenuhi ketentuan pihak Bank maka tetap pengajuan tersebut ditolak karena pihak bank sendiri tidak mau mengambil resiko besar di masa depan jika kontraktor tidak dapat memenuhi prestasinya kepada pekerjaan jasa konstruksi yang telah disepakati sebelumnya. Dapat dilihat bahwa pengajuan tersebut dilakukan sesuai dengan Surat Perintah Kerja (SPK) baik yang tercantum dalam kontrak kerja terkait dengan penyelesaian proyek yang dilakukan kontraktor terhadap pihak pemerintah daerah maka hal ini dapat dikatakan bahwa jaminan bank garansi ini berlaku sampai berakhirnya pekerjaan konstruksi tersebut. Besarnya Nominal Bank Garansi maksimal 70% (tujuh puluh perseratus) dari Nilai proyek dan Jangka waktu Bank Garansi sesuai dengan Surat Perintah Kerja (SPK)/Kontrak Kerja/Jadwal penyelesaian proyek. Khusus Bank Garansi yang dijamin dengan Cash Collateral sebesar 100% (seratus perseratus) besarnya nominal Bank Garansi maksimal 100% (seratus perseratus) dari Nilai proyek. Mengingat bahwa Bank Garansi merupakan perjanjian ikutan (accessoir),maka jangka waktunya akan berakhir karena berakhirnya perjanjian pokok dan berakhirnya Bank Garansi dan batas akhir masa klaim sebagaimana ditetapkan dalam warkat Bank Garansi dimaksud. Dalam pemberian Bank Garansi penawaran atau Bank Garansi Pelaksanaan/UangMuka/Pemeliharaan/Lainnya sampai dengan Rp. 100.000.000; (Seratus juta rupiah) Pada setiap penerbitan Bank Garansi dikenakan Provisi dan atau biaya administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan harus dibayarkan pada waktu penerbitan Bank Garansi. Atas pemberian Bank Garansi terhadap nasabahnya atau si terjamin, Bank akan menerima imbalan jasa dari si terjamin berupa sejumlah uang tertentu yang disebut provisi dan biasanya suatu provisi itu dihitung atas dasar presentase tertentu dari jumlah nominal jaminan Bank Garansi serta jangka waktunya. Selanjutnya, ketentuan mengenai besarnya biaya administrasi Bank Garansi diatur dalam Surat Keputusan tersendiri. Dalam pelaksanaan perjanjian kredit yang masih atau sedang berjalan adakalanya Debitur dan Kreditur atau Debitur saja menghendaki perubahan syarat-syarat dan ketentuan dalam perjanjian kredit. Untuk keperluan perubahan terhadap syarat-syarat dan ketentuan perjanjian kredit yang sudah ditandatangani 7

para pihak Kreditur dan Debitur diperlukan suatu cara yang disebut Amandemen atau addendum. Addendum atau amandemen merupakan teknik atau cara yang mudah untuk melakukan perubahan terhadap perjanjian. Perubahan yang dilakukan adalah pasal-pasal yang tidak dirubah atau masih dipertahankan dianggap masih berlaku. 3.2 Problematika Apa Yang Muncul Dalam Pelaksanaan Bank Garansi Dalam Perjanjian Jasa Konstruksi Antara Pemerintah Daerah dengan Kontraktor Dalam pelaksanaan perjanjian jasa konstruksi antara kontraktor dengan Dinas Pekerjaan Umum/Pemerintah Daerah bahwa tidak selamanya kontraktor yang pada mulanya memiliki reputasi baik dan bonafiditas terjamin adakalanya kontraktor tersebut tidak dapat menyelesaikan pekerjaan proyek dikarenakan suatu hal tertentu yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya suatu wanprestasi yang tidak diinginkan oleh kedua belah pihak. Penerbitan garansi yang dilakukan oleh BPD Jateng Cabang Sragen ini harus mensyaratkan adanya jaminan lawan atau counter guaranty apabila Nasabah /Kontraktor/Bouwheer akan melakukan jaminan bank garansi kepada bank untuk mengantisipasi adanya resiko yang terjadi dikemudian hari dan yang mana nilainya telah ditentukan dan biasanya nilai tersebut sesuai dengan nilai jaminan yang tercantum sebelumnya didalam bank garansi Jaminan lawan yang menjadi ketetapan pada BPD Jateng Cabang Sragen hanya berupa Full Cover yaitu dalam bentuk Tabungan, Deposito dan Asuransi bukan dengan UnFullcover yang jaminan lawan nya itu dapat berupa tanah dan atau bangunan dan kendaraan bermotor dan dengan Nominal Bank Garansi diatas 50.000.000; (lima puluh juta rupiah) wajib diansuransikan. Nilai jaminan Full cover tersebut sebesar 100% (seratus perseratus) BPD Jateng Sragen ini hanya menetapkan bentuk jaminan lawan berupa Full Cover atau bukan materi tersebut dianggap lebih mudah dan aman dalam pemberiannya. Dalam hal Jaminan lawan berupa materi atau Fullcover tersebut harus sesuai dengn penilaian dan pengikatan jaminan lawan sesuai dengan ketentuan yang berlaku disertai dengan tindakan-tindakan lainnya. 8

Pengaturan prinsip kehati-hatian (Prudential Banking Principle) dapat dilihat dalam Pasal 25 undang-undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia dimana dalam pasal tersebut terdiri dari 2 ayat berisi: (1) Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur bank. Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian; (2) Pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia. Prinsip kehati-hatian (Prudential Banking Principle) perlu ditekankan bahwa BPD Jateng Cabang Sragen dalam menjalankan kegiatan usahanya wajib bersikap hati-hati dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan padanya. Hal ini disebutkan dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa perbankan indnesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Dan dalam Pasal 29 ayat (2), (3) dan (4) Undang-Undang No 10 tahun 1998 yang mengandung prinsip kehatihatian. BPD Jateng Cabang Sragen kurang melakukan adanya suatu penelitian yang lebih detail dan terpirinci terkait dengan pengecekan yang dilakukan sebelum diberikannya jaminan bank garansi, bahwa telah dijelaskan dalam Surat Keputusan Direksi No.23/88/KEP/DIR tanggal 18 Maret 1991 tentang Pemberian Garansi oleh Bank yang telah disebutkan diatas bahwa BPD Jateng Cabang Sragen seharusnya harus melakukan tata cara tersebut sebelum memberikan persetujuan dalam hal jaminan Bank Garansi karena pengecekan yang dilakukan kepada Dinas Pekerjaan Umum tentang Track Record nasabah hanya sebatas konfirmasi pada pihak Dinas Pekerjaan Umum saja jika nasabah pemohonan Bank Garansi itu berada diluar daerah. Hal ini diperlukan untuk menjalani prinsip kehati-hatian bank yaitu 5 C yaitu character (watak), capacity (kemampuan), capital (modal), condition of economy (prospek usaha dari kreditur), collateral (agunan) dimana dapat kita ketahui bahwa prinsip ini saling terkait satu dengan yang lain. Penerapan prinsip kehati-hatian (Prudential Banking Principles) dalam seluruh kegiatan perbankan merupakan salah satu cara untuk menciptakan 9

perbankan yang sehat, yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap perekonomian secara makro. Selain itu implementasi prinsip prudential banking harus diterapkan secara menyeluruh, sehingga tidak hanya menyangkut masalah pemberian kredit, tetapi dimulai saat bank tersebut didirikan penentuan manajemen yang mememnuhi uji kecukupan dan kelayakan (fit and proper test) tidak bersifat seremonial. Ketentuan-ketentuan yang wajib dilaksanakan oleh bank adalah penelitian dan penelaahan yang cermat dan seksama sebagaimana ketika akan memberikan kredit, antara lain melakukan: 4 (1) Meneliti bonafiditas dan reputasi pihak yang dijamin; (2) Meneliti sifat dan menilai transaksi yang akan dijamin, sehingga dapat diberikan jaminan yang sesuai; (3) Meneliti jumlah garansi yang akan diberikan bank menurut kemampuan keuangan bank; (4) Apabila dalam surat kontrak dengan jelas dicantumkan bahwa untuk keperluan pelaksanaan atau realisasi kontrak tersebut oleh nasabah atau pemohon bank garansi diperlukan suatu surat jaminan bank, suatu kontrak tersebut harus diteliti kewajarannya dan dipastikan apakah bisa dipertanggungjawabkan; (5) Menilai kemampuan pihak yang akan dijamin untuk memberikan kontra jaminan lawan yang cukup sesuai dengan kemungkinan terjadinya resiko dan memastikan bahwa jaminan tersebut sedapat mungkin bersifat mudah dieksekusi. 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Mekanisme Bank Garansi dalam Perjanjian Jasa Konstruksi antara Pemerintah Daerah dengan Kontraktor di BPD Jateng Cabang Sragen didahului dengan syarat-syarat yakni sebagai berikut: Pertama, bagi permohonan Bank Garansi Penawaran wajib menyerahkan undangan lelang. Kedua, permohonan Bank Garansi Pelaksanaan wajib untuk menyerahkan fotocopy bukti pemenang lelang atau surat penunjukan serta fotocopy surat perintah kerja (SPK) dan atau kontrak kerja (jika sudah diterbitkan). Ketiga, permohonan Bank Garansi Uang 4 Ibid 10

Muka wajib menyerahkan fotocopy kontrak kerja. Keempat, bagi permohonan Pemeliharaan wajib menyerahkan fotocopy Surat Perintah Kerja (SPK) dan atau kontrak kerja serta fotocopy berita acara serah terima penyelesaian pekerjaan. kontraktor yang sudah menjadi nasabah bank tersebut dapat mengajukan permohonan Bank Garansi dan kemudian menyetorkan dana sejumlah nominal Bank Garansi dan kontraktor harus mempunyai simpanan dalam bentuk tabungan, deposito dan kemudian asuransi juga dapat dilakukan sebagai jaminan. Problematika yang muncul dalam dalam pelaksanaan Bank Garansi dalam Perjanjian Jasa Konstruksi antara Pemerintah Daerah dengan Kontraktor adalah wanpestasi. Wanprestasi dapat dihindari dengan berpegang teguh terhadap prinsip kehati-hatian (prudential principle) yang dimana prinsip tersebut adalah prinsip yang dilakukan bank guna menjaga tingkat kesehatan Bank karena bank merupakan lembaga keuangan yang tujuan utamanya adalah menghipun dana dari masyarakat dan kemudian Bank menyalurkan dana tersebut kembali kepada masyarakat. Dapat dilihat bahwa Bank melakukan analisa uji kelayakan dengan melihat the fives of credit atau 5 C yaitu seperti Character (watak), Capital (modal), Capacity (kemampuan), Collateral (jaminan), Condition of Economy (kondisi ekonomi). 4.2 Saran Pertama, nasabah/kontraktor yang akan menjalankan proyek jasa konstruksi hendaknya menggunakan Bank Garansi yang diselenggarakan oleh Bank hal ini bertujuan agar saling meningkatkan kepercayaan antara nasabah/kontraktor dengan pemberi kerja bahwa kontraktor tersebut dapat menyelesaiakan prestasi serta untuk mengantisipasi terjadinya wanprestasi kepada pihak yang bersangkutan. Kedua, bank dapat menganalisa pemberian bank garansi dengan prinsip yang telah ditentukan sebagai tolok ukur agar terciptanya bank yang sehat dan memberikan perlindungan kepada masyarakat sebelum diberikan kepada nasabah/ kontraktor demi mengantisipasi terjadinya wanprestasi. Ketiga, masyarakat sekitar yang akan melakukan suatu pembangunan jasa konstruksi dan mempercayakan kepada kontraktor/pemborong lebih baik 11

menggunakan jaminan bank garansi untuk jaminan pelaksanaan dan menghidari adanya penipuan atau wanprestasi. Persantunan Saya mengucapkan terimakasih dan karya ilmiah ini saya persembahkan kepada Pertama, kedua orang tua saya tercinta yang selalu memberikan dukungan kepada saya. Kedua, dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan serta arahan tentang karya ilmiah ini. Ketiga, teman-teman dan sahabat terbaik saya yang selalu memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis untuk tetap berjuang dengan semangat yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA BUKU Djumaldi, 1996, Hukum Bangunan, Dasar-Dasar Hukum dalam Proyek dan Sumber Daya Manusia, PT. Rinea Cipta Fuady, Munir, 1976, Pembiayaan Perusahaan masa kini (tinjauan hukum bisnis) Bandung: PT. Citra Asitya Bakti, hal 6 Kasmir 2002, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT. Grafindo Persada, hal 407 JURNAL Taufik Ade Irawan, Agustus 2012, Pembaharuan Regulasi Jasa Konstruksi dalam Upaya mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi dan pekerjaankonstruksi yang berkualitas, Volume 1 No.2 Tejawati, Desy Nurkristia, Mei 2012, Penyelesaian Perjanjian Bank Garansi dalam Hukum Perbankan, Volume XVII UNDANG-UNDANG Undang- Undang No 10 tahun 1998 tentang Perbankan Undang-undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia Kitab undang-undang Hukum Perdata di terjemahkan oleh Prof. R. Subekti dan R. Tjitrosudibio 12