Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2017

dokumen-dokumen yang mirip
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juli 2017

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2017

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2017

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Agustus 2016

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Desember 2016

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2016

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2017

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Mei 2017

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Februari 2017

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2016

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juli 2016

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2018

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Oktober 2016

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi September 2016

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Mei 2016

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2016

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2016

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2016

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Februari 2016

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

KATA PENGANTAR. Pontianak, 1 April 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK. WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2017 REDAKSI

PRAKIRAAN MUSIM 2017/2018

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S.

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT & PROSPEK CUACA WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR DESEMBER 2016 JANUARI 2017 FORECASTER BMKG EL TARI KUPANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS KLIMATOLOGI BANJIR BANDANG BULAN NOVEMBER DI KAB. LANGKAT, SUMATERA UTARA (Studi Kasus 26 November 2017) (Sumber : Waspada.co.

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN FEBRUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI MALIKUSSALEH-ACEH UTARA. Oleh Febryanto Simanjuntak S.Tr

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

KATA PENGANTAR. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas publikasi ini. Semoga bermanfaat.

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN

ANALISIS KLIMATOLOGI HUJAN EKSTRIM BULAN JUNI DI NEGARA-BALI (Studi Khasus 26 Juni 2017)

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA

Buletin Meteorologi Penerbangan Edisi XXVII, Maret 2017 I. PENDAHULUAN

BMKG TIM REDAKSI BULETIN STASIUN METEOROLOGI SELAPARANG BANDARA INTERNASIONAL LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT TAHUN Joko Raharjo, A.

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

PROSPEK IKLIM DASARIAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Update: 01 Februari 2016

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT, ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN II FEBRUARI 2017

BULETIN METEOROLOGI BMKG STASIUN METEOROLOGI SYAMSUDIN NOOR BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Agustus Volume V - No.

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PENGANTAR. Bogor, September 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR. DEDI SUCAHYONO S, S.Si, M.Si NIP

Analisis Hujan Bulan Juni 2012 Iklim Mikro Bulan Juni 2012 Prakiraan Hujan Bulan Agustus, September dan Oktober 2012

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MALI - ALOR

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MALI - ALOR

STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPANDAN

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI NABIRE

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATE DASARIAN I MARET 2017

ANALISIS CUACA KEJADIAN BANJIR TANGGAL 26 OKTOBER 2017 DI BANDARA PONGTIKU KABUPATEN TANA TORAJA

ANALISIS EKSTRIM DI KECAMATAN ASAKOTA ( TANGGAL 4 dan 5 DESEMBER 2016 )

UPDATE DASARIAN III MARET 2018

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT; ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN DASARIAN I FEBRUARI 2018

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KLIMATOLOGI TERKAIT BANJIR DI KAB. SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA (Studi Kasus 16 dan 18 September 2017)

BULETIN METEOROLOGI BMKG STASIUN METEOROLOGI SYAMSUDIN NOOR BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. September Volume V - No.

STASIUN METEOROLOGI NABIRE

Analisis Hujan Bulan Mei 2013 Iklim Mikro Bulan Mei 2013 Prakiraan Hujan Bulan Juli, Agustus dan September 2013

Transkripsi:

I. EVALUASI KONDISI CUACA BULAN MEI 2017 A. Monitoring Dinamika Atmosfer Mei 2017 Kondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk pola serta variabilitas cuaca - iklim di Banyuwangi. Berikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Mei 2017 : El Nino Southern Oscillation (ENSO) Selama Mei 2017, anomali suhu muka laut wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah (Nino 3.4) menunjukkan kecenderungan normal. Anomali suhu muka laut mingguan terakhir tercatat +0.54 C sedangkan nilai bulanan Mei 2017 adalah +0.5 sehingga termasuk kategori Normal / Netral. Hal ini juga terlihat dari anomali angin pasat serta temperatur subsurface / bawah laut Pasifik, dimana semuanya menunjukkan kondisi Normal / Netral. Nilai SOI (Southern Oscillation Index) yang bernilai 0.5 juga menunjukkan kondisi normal / netral. Dengan kecenderungan suhu muka laut Nino 3.4 yang menghangat maka diprediksi kondisi El Nino akan berlangsung pada Juni 2017 hingga Oktober 2017. Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar Pasifik Ekuatorial sampai akhir Mei 2017 (Sumber : BoM) 1

Dipole Mode Dipole Mode Indeks (DMI) di Samudera Hindia menunjukkan kecenderungan menuju normal setelah sebelumnya berada pada kisaran negatif. Indeks minggu terakhir Mei 2017 tercatat bernilai +0.19, hal ini menunjukkan tidak ada kontribusi penambahan massa udara dari Samudera Hindia ke sebagian wilayah Indonesia bagian barat. Kondisi DMI normal ini diprediksi berlangsung hingga Oktober 2017. Gambar 2. Indeks Dipole Mode hingga awal Juni 2017 (Sumber : BoM) Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Outgoing Longwave Radiation (OLR) Posisi aktifitas MJO selama Mei 2017 tidak aktif di Benua Maritim Indonesia (BMI), yang tentunya kurang berkontribusi pada kondisi liputan awan di wilayah Benua Maritim Indonesia. Namun menjelang awal Juni 2017, MJO aktif di BMI. Dari anomali OLR terlihat wilayah Jawa didominasi warna putih dan ungu yang menunjukkan normalnya liputan awan selama Mei 2017. Pemusatan daerah tutupan awan dominan di sekitar wilayah Ekuator. Gambar 3. Siklus posisi MJO dan anomali OLR selama Mei 2017, Warna ungu-merah adalah OLR negatif, warna orange-coklat adalah OLR positif (Sumber : BoM & NOAA) 2

Sirkulasi Monsun Asia Australia Pada Mei 2017, monsun Timuran sudah dominan stabil. Gangguan tropis yang terlihat dari pola tekanan udara di Samudera Hindia selama Mei 2017 tidak menyebabkan monsun Timuran terganggu hanya menyebabkan variasi arahnya. Memasuki akhir Mei 2017 monsun Timuran terlihat menguat hingga awal Juni 2017. Kondisi tersebut diprediksi masih berlangsung pada pertengahan Juni dimana masoh sama dengan kondisi rata-ratanya yang mengindikasikan monsun timuran yang menguat dan berdampak pada berkirangnya kejadian hujan. Gambar 4. Grafik indeks Monsun Australia harian yang dihitung dari data angin zonal arah barat-timur (komponen U) pada lapisan 850 mb (sumber: IPRC), dan normal streamline angin gradien Mei (sumber: misae4u) Gambar 5. Anomali angin zonal dan meridional Mei 2017 lapisan 850 mb (sumber: ESRL NOAA) Pola aliran massa udara komponen zonal (timur barat) di seluruh wilayah Jawa Timur selama Mei 2017 (rata-rata bulanan) kondisinya netral / tidak terjadi anomali yang mengindikasikan tidak ada dominasi massa udara yang signifikan. Untuk komponen meridional (Utara Selatan) di mayoritas Jawa Timur umumnya dominan anomali positif artinya dominasi massa udara dari Selatan. Kondisi tersebut juga turut berperan dalam variabilitas hujan di Jawa Timur selama Mei 2017. 3

Suhu muka laut perairan Indonesia Kondisi anomali suhu muka laut di perairan Indonesia pada Mei 2017 berkisar antara - 1.0 hingga +1.0 ºC, namun mayoritas wilayah perairan relatif normal (tidak ada anomali) termasuk perairan sekitar Jawa sehingga kondisinya sama dengan kondisi normalnya. Dengan suhu muka laut kisaran 28 30 C menunjukkan potensi penguapan masih cukup tinggi dalam pembentukan awan selama Mei 2017. Hangatnya suhu perairan ini menjadi salah satu faktor dalam membentuk hujan di Jawa Timur selama Mei 2017 walaupun pola angin sudah dominan timuran, selain kondisi dinamika atmosfer skala global hingga lokal lainnya. Gambar 6. Suhu Muka Laut Perairan Indonesia dan Anomalinya bulan Mei 2017 (sumber: NOAA) Gangguan Tropis Selama Mei 2017 tidak terdapat aktifitas gangguan tropis berupa badai tropis di wilayah Samudera Hindia selatan Indonesia. Adapun aktifitas siklon tropis terjadi di Samudera Hindia sebelah Utara yaitu Siklon MORA pada 27 30 Mei 2017. Secara langsung tentu saja tidak berdampak pada kondisi cuaca Indonesia. Namun secara tidak langsung turut membuat monsun timuran stabil. Pola pertemuan angin yang terbentuk akibat siklon tropis tersebut juga meningkatkan aktivitas pertumbuhan awan dan hujan di beberapa wilayah. Untuk wilayah Banyuwangi secara umum tidak terpengaruh selama periode terjadinya siklon tropis tersebut karena pada saat yang bersamaan fenomena MJO sedang aktif di Samudera Hindia dan berdampak pada pertumbuhan awan dan hujan selama akhir Mei 2017. MORA Gambar 8. Lintasan Siklon Tropis MORA dan dampak pola angin Gradien.(sumber : unysis) 4

Kelembaban udara Kelembaban udara relatif selama Mei 2017 di Jawa Timur umumnya lebih basah dibanding bulan sebelumnya dengan rata-rata kisaran 67 75%. Jawa Timur bagian timur kondisinya lebih kering dibanding bagian Barat. Dari peta anomali terlihat di Jawa Timur bagian TImur anomali positif 3-6 % dari rata-ratanya. Kondisi yang lebih basah terjadi untuk wilayah Jawa Timur sebelah Barat dengan anomali sebesar 6 9 % dari rata-ratanya, hal ini berkorelasi positif dengan kejadian hujan dan sebaran pertumbuhan awan selama Mei 2017 dimana wilayah Jawa Timur bagian Barat lebih banyak sebaran awan dan hujannya. Aktivitas Cuaca Gambar 9. Kelembaban Udara Relatif Mei 2017 dan Anomalinya pada level 850 mb (Sumber:ESRL NOAA) Pada awal bulan Mei 2017 mayoritas wilayah Banyuwangi sudah mulai terjadi pengurangan curah hujan, secara umum kondisi cuaca di wilayah Banyuwangi hanya berawan. Hujan yang terjadi bervariasi dengan intensitas ringan hingga sedang di wilayah wilayah tertentu saja. Hujan mayoritas terjadi mulai siang dan sore hari namun sering juga terjadi pada malam hari. Memasuki akhir bulan intensitas hujan meningkat akibat dampak aktifnya osilasi MJO walaupun monsun timuran sudah stabil. Berdasarkan pantauan citra radar dan data hujan Banyuwangi juga terlihat bahwa curah hujan mulai meningkat di sebagian besar wilayah Banyuwangi menjelang akhir bulan Mei 2017 hingga awal bulan Juni 2017. Kondisi ini jika dibandingkan dengan kondisi normal/ rata-rata bulan Mei tentunya secara spasial mayoritas berada pada kondisi normal, mengingat sebagian wilayah Banyuwangi secara normal sudah mulai memasuki musim kemarau dan wilayah lainnya masih berlangsung masa peralihan / transisi. Hal ini tentunya dampak interaksi faktor-faktor atmosfer skala global, regional hingga lokal yaitu fenomena skala Global hingga lokal seperti MJO, variabilitas monsun, gangguan tropis, pola angin, suhu muka laut perairan Jawa dan sekitarnya, serta labilitas atmosfer. 5

B. Pantauan kondisi cuaca bulan Mei 2017 di Kota Banyuwangi Dari rentetan peta synoptic selama bulan Mei 2017, wilayah kota Banyuwangi, angin pada umumnya bertiup dari arah yang bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah Barat, dengan kecepatan 2 10 knots. Kondisi cuaca cerah, berawan, dan hujan ringan, sedang hingga lebat. Kecepatan angin maksimum terjadi pada 7 dan 22 Mei 2017 dari arah Timur dan Barat Daya dengan kecepatan 10 knots. Jumlah Hujan di Kota Banyuwangi dalam satu bulan sebanyak 72.5 mm (Bawah Normal). Suhu tertinggi 33.8 C terjadi pada 23 Mei 2017 dan suhu terendah sebesar 22.5 ºC terjadi pada 15 Mei 2017. Berikut adalah rekap data meteorologi yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Banyuwangi pada bulan Mei 2017, di mana pada tabel ini ditampilkan parameter hasil observasi yang merupakan hasil pengamatan di lapangan dan data normal / rata- rata yang merupakan keadaan normal pada bulan yang bersangkutan. Tabel 1. Rekap Data Meteorologi Stasiun Meteorologi Banyuwangi Mei 2017 NO PARAMETER HASIL OBSERVASI MEI 2017 NORMAL MEI [1981-2010] 1 Temperatur rata-rata 28.8 ºC 27.0 ºC 2 Temperatur maksimum 32.0 ºC 32.5 ºC 3 Temperatur minimum 24.9 ºC 21.6 ºC 4 Temp. maks. absolut 33.8 ºC 33.5 ºC 5 Temp. min. absolut 22.5 ºC 19.0 ºC 6 Tekanan rata-rata * 1011.2 mb 1009.9 mb 7 Kec. angin rata-rata * 2.3 kt 2.5 kt 8 Arah Angin terbanyak 260 160 9 Kelembaban rata-rata 75 % 79 % 10 Curah hujan 72.5 mm 93.0 mm 11 Jumlah hari hujan 12 hari 11 hari 6

7

Gambar 10. Grafik parameter cuaca dan mawar angin di kota Banyuwangi hasil observasi Mei 2017 (Sumber: BMKG) Penguapan selama Mei 2017 mencapai 108.7 mm dengan rata-rata harian 3.5 mm, penguapan tertinggi 6.0 mm terjadi pada 19 Mei 2017. Penyinaran matahari rata-rata Mei 2017 mencapai 87 %, minimal 26 % terjadi pada 3 Mei 2017 sedangkan maksimal 100% terjadi pada antara dasarian I, II, dan III bulan Mei 2017. Tekanan udara (QFF) tertinggi 1013.5 mb pada 6 M e i 2017 dan terendah 1009.6 mb pada 16 Mei 2017. Rata-rata kelembaban udara relative (RH) Mei 2017 adalah 7 5 % dengan RH tertinggi 87 % pada 31 Mei 2017, dan RH terendah 64 % pada 16 Mei 2017. Dari gambar mawar angin (windrose) terlihat arah angin bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah Barat, kecepatan angin dominan 2-6 knots sebesar 42.9 %. Kecepatan angin tertinggi 10 knots dari arah Timur dan Baratdaya pada 7 dan 22 Mei 2017. C. Evaluasi Kondisi Cuaca Bandara Blimbingsari Bandar Udara Blimbingsari (IATA: BWX, ICAO: WADY) terletak di Desa Blimbingsari, Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur pada koordinat 8 18 38.16 LS 114 20 24.64 BT dengan elevasi 25.66 meter (84.19 feet). Bandara dengan landas pacu saat ini 2.250 meter tersebut dibuka pada 29 Juni 2010. Hingga Mei 2017 terdapat dua maskapai penerbangan komersial yaitu Garuda Indonesia dan Wings Air. Selain itu juga terdapat 3 sekolah penerbangan yaitu Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Banyuwangi (BP3B), Bali International Flight Academy (BIFA), dan Mandiri Utama Flight Academy (MUFA). Kondisi parameter cuaca selama Mei 2017 di Bandara Blimbingsari dari data hasil pengamatan BMKG pos meteorologi penerbangan bandara Blimbingsari dengan durasi pengamatan 12 jam (00.00 11.00 UTC) adalah sebagai berikut : Wilayah bandara Blimbingsari pada bulan Mei 2017 normalnya berada pada masa musim kemarau, namun dikarenakan suhu muka laut Jawa Timur dan sekitarnya dalam kondisi hangat, serta faktor interaksi dinamika atmosfer, mengakibatkan masih terjadinya hujan ringan di Bandara Blimbingsari, Banyuwangi. Curah hujan selama Mei 2017 mencapai 60.4 mm, dengan kelembaban udara relatif rata-rata 85 %. RH tertinggi 96 % tanggal 26 Mei 2017, terendah 54 % tanggal 13 M e i 2017. Tekanan udara (QNH) rata-rata 1012.2 mb, tertinggi 1014.4 mb dan terendah 1010.6 mb. 8

Suhu rata rata 27.1 C dengan suhu maksimum absolut 32.0 C terjadi pada 1 Mei 2017. Suhu minimum absolut 19.0 C pada 23 Mei 2017. Arah angin bervariasi, kecepatan angin 2 12 knots. Angin dominan bertiup dari arah Selatan. Mayoritas kecepatan angin mencapai 41.9 % berkisar antara 2 6 knots. Kecepatan angin tertinggi 12 knots, terjadi pada 7 dan 30 Mei 2017 dari arah Tenggara. Gambar 11. Grafik parameter cuaca hasil observasi Mei 2017 di Blimbingsari Airport (Sumber: BMKG) 9

D. Evaluasi Kondisi Cuaca Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk Berdasarkan pantauan data AWS maritim di pelabuhan penyeberangan Ketapang Banyuwangi, menunjukkan selama bulan Mei 2017 angin dominan dari arah Tenggara - Baratdaya dengan kecepatan angin bervariasi 1.2 14.2 knots. Suhu berkisar antara 25.2 30.0 C, Kelembaban Udara Relatif 60.3 100 %, dan tekanan udara berkisar 1007.0 1013.9 mb. Kondisi cuaca bervariasi dari Cerah Berawan dan hujan intensitas ringan - sedang. Berikut grafik parameter cuaca selat Bali : Gambar 12. Grafik Parameter Cuaca Penyeberangan Selat Bali (Sumber : AWS BMKG) 10

E. Analisis Hujan Mei 2017 Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan data curah hujan bulan Mei 2017 dari stasiun BMKG dan pos-pos hujan kerjasama di Banyuwangi dapat disajikan evaluasinya sebagai berikut : Curah hujan tertinggi 542.0 mm terjadi di Songgon dengan 14 hari hujan. Sementara curah hujan terendah 42 mm terjadi di Bajulmati dengan 1 hari hujan. Gambar 13. Peta Distribusi Curah Hujan Mei 2017 dan Sifat Hujan Mei 2017 di Banyuwangi (Sumber:BMKG) Dari peta terlihat bahwa secara spasial mayoritas wilayah Banyuwangi pada Mei 2017 mengalami curah hujan bervariasi 42-542 mm sebagai dampak interaksi faktor - faktor skala global, regional dan lokal. Dari peta sifat hujan terlihat dominan Normal Atas Normal. Sebagian kecil wilayah sifat hujannya Bawah Normal. Hal ini berkorelasi dengan pantauan sebaran awan dan hujan selama Mei 2017. Bervariasinya spasial curah hujan pada wilayah Banyuwangi tersebut tidak lepas dari pengaruh interaksi fenomena laut-atmosfer selama Mei 2017. 11

F. Monitoring Hari tanpa Hujan Berturut-turut Gambar 14. Peta Monitoring Hari Tanpa Hujan berturut-turut Mei 2017 di Banyuwangi (Sumber: BMKG Banyuwangi) Dari peta terlihat bahwa secara spasial hampir mayoritas wilayah Banyuwangi pada Mei 2017 masih mengalami banyak hujan terutama pada awal dan akhir bulan Mei 2017. Hal tersebut menyebabkan monitoring hari tanpa huja berturut-turut di dominasi oleh warna hijau dan hujau muda yang mengindikasikan kejadian hari tanpa hujan sangat pendek, bahkan hingga awal Juni 2017 masih dilanda hujan. 12

II. PROSPEK CUACA BULAN JUNI 2017 A. Prediksi Dinamika Atmosfer Juni 2017 Monitoring perkembangan ENSO dari BMKG menunjukkan bahwa periode Normal / Netral mulai Desember 2016 hingga Mei 2017, sehingga tidak ada suplai massa udara dari Samudera Pasifik ke wilayah Indonesia. Memasuki bulan Juni 2017 diprediksi akan terjadi El Nino akibat anomali suhu muka laut di wilayah Nino 3.4 yang konsisten positif. El Nino diprediksi akan berlangsung hingga Oktober 2017. Sementara itu Dipole Mode Indeks (DMI) yang terpantau normal pada Mei 2017, diprediksi masih tetap normal hingga Oktober 2017, mengindikasikan tidak adanya penambahan massa uap air dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia bagian Barat hingga Oktober 2017. Suhu muka laut (Sea Surface Temperature/ SST) perairan Indonesia Juni 2017 hingga September 2017 umumnya perairan Indonesia dan sekitarnya diprediksi cenderung normal (sama dengan rata-ratanya) hingga anomali negatif (lebih dingin dari normalnya). Sedangkan di wilayah Nino 3.4 terjadi peluruhan anomali suhu dari positif hangat ke sekitar normalnya. Memasuki Oktober hingga Nopember 2017 umumnya anomali suhu muka laut perairan Indonesia dan sekitarnya diprediksi netral dan sebagian mulai menghangat (anomali positif) sedangkan di bagian perairan utara Papua signifikan anomali positif. Wilayah Nino 3.4 Samudera Pasifik masih tetap hangat (anomali positif) namun sudah ada dorongan menjadi netral dari Pasifik Timur. Madden Jullian Oscillation pada akhir Mei 2017 sempat aktif di samudera Hindia lalu memasuki awal Juni 2017 aktif di Benua Maritim Indonesia (BMI) bagian barat, dan diprediksi tetap aktif di BMI bagian Timur selama awal-awal bulan dan diprediksi menjauh / tidak aktif lagi di BMI menjelang pertengahan bulan Juni 2017. Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR, wilayah Indonesia didominasi daerah subsiden / kering hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pada skala regional secara normal pola tekanan udara rendah selama bulan Mei 2017 masih sering muncul di Belahan Bumi Selatan (BBS) akibat masih hangatnya suhu muka laut Samudera Hindia. Seiring pergerakan semu matahari memasuki Juni 2017 potensi terjadinya gangguan tropis di BBS sangat kecil namun potensi kejadian di BBU cukup tinggi yang tentunya akan membuat monsoon timuran menjadi stabil dan akan berdampak terhadap pola angin dan curah hujan yang berkurang. Kondisi tersebut juga berdampak pada seringnya terjadi peningkatan kecepatan angin dan tinggi gelombang laut secara fluktuatif di wilayah Indonesia umumnya, akibat gradien tekanan udara yang cukup tinggi antara Belahan Bumi Selatan dan Belahan Bumi Utara. Melihat perkembangan dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kondisi cuaca iklim Jawa Timur dan Banyuwangi khususnya, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar wilayah Banyuwangi pada bulan Juni 2017 akan memasuki musim dan sebagian kecil wilayah masih berada pada masa peralihan musim. Masih perlu kewaspadaan menghadapi potensi cuaca ekstrim yang kerap terjadi selama masa peralihan musim dan juga kesiapsiagaan menyambut musim kemarau yang disertai kejadian El Nino. Untuk prakiraan curah hujan bulanan, sebagai dampak masih hangatnya suhu muka laut perairan Jawa dan pola monsun timuran yang stabil maka diprediksi akumulasi curah hujan Juni 2017 bervariasi sebagian masih sama dengan kondisi rata-rata / normalnya, sebagian lainnya di bawah kondisi normalnya dan hanya sebagian kecil wilayah diprediksi curah hujannya diatas kondisi normalnya. 13

Gambar 15. Prediksi ENSO, anomali SPL, MJO dan anomali OLR (Sumber : BMKG, NCEP - NOAA) 14

B. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Banyuwangi bulan Juni 2017 Juli 2017 Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan pantauan kondisi fisis dan dinamis atmosfer di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya serta kondisi lokal masing-masing Zona Musim (ZOM) terutama topografi daerah Jawa Timur, maka curah hujan daerah Banyuwangi untuk bulan Juni 2017 hingga Juli 2017 diprakirakan sebagai berikut : Gambar 16. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Juni dan Juli 2017 Banyuwangi (Sumber:BMKG) 15

C. Prakiraan Potensi Banjir Juni 2017 Berikut adalah peta prakiraan potensi Banjir bulan Juni 2017, dari peta terlihat untuk beberapa wilayah di Banyuwangi diprediksi mempunyai potensi rawan banjir rendah. Memasuki bulan Juni 2017 mayoritas wilayah Banyuwangi diprediksi akan berlangsung musim kemarau dan sebagian kecil wilayah lainnya masih berlangsung masa peralihan musim, sehingga perlu diwaspadai variabilitas intensitas hujan harian yang tinggi di beberapa wilayah Banyuwangi. Gambar 17. Prakiraan Daerah Potensi Banjir Juni 2017 (Sumber:BMKG) III. INFORMASI TERBIT-TERBENAM MATAHARI JUNI 2017 Berikut adalah data terbit terbenamnya matahari, selama bulan Juni 2017 di wilayah Kota Banyuwangi : Juni 2017 Juni 2017 Tanggal Matahari Terbit (WIB) Matahari Terbenam (WIB) Tanggal Matahari Terbit (WIB) Matahari Terbenam (WIB) 1 5:30:05 17:10:37 16 5:33:47 17:12:40 2 5:30:20 17:10:41 17 5:34:01 17:12:52 3 5:30:34 17:10:46 18 5:34:15 17:13:04 4 5:30:49 17:10:52 19 5:34:29 17:13:17 5 5:31:04 17:10:58 20 5:34:43 17:13:29 6 5:31:19 17:11:05 21 5:34:56 17:13:42 7 5:31:34 17:11:12 22 5:35:09 17:13:56 8 5:31:49 17:11:20 23 5:35:22 17:14:09 9 5:32:04 17:11:28 24 5:35:34 17:14:23 10 5:32:19 17:11:37 25 5:35:46 17:14:37 11 5:32:34 17:11:47 26 5:35:58 17:14:50 12 5:32:49 17:11:57 27 5:36:09 17:15:05 13 5:33:03 17:12:07 28 5:36:19 17:15:19 14 5:33:18 17:12:18 29 5:36:30 17:15:33 15 5:33:33 17:12:29 30 5:36:39 17:15:47 16

IV. KEJADIAN GEMPABUMI DIRASAKAN SIGNIFIKAN DI WILAYAH BANYUWANGI Gambar 18. Kejadian Gempabumi yang signifikan di Banyuwangi Mei 2017 (Sumber:BMKG) Kejadiaan Gempa Bumi yang signifikan dirasakan sampai Wilayah Kabupaten Banyuwangi bulan Mei 2017 adalah Gempabumi yang terjadi pada 22 Mei 2017 jam 06.10.27 WIB dengan pusat gempa di laut 23 Km Tenggara Denpasar Bali. Titik koordinat gempa -8.88 LS dan 115.24 BT, kedalaman 117 Km dan tidak berpotensi Tsunami. Gempa ini dirasakan sampai wilayah Kabupaten Banyuwangi dengan skala kekuatan II III MMI. 17

V. KEJADIAN CUACA EKSTRIM MEI 2017 Cuaca / Iklim Ekstrim adalah suatu kondisi meteorologi yang menyimpang dari nilai rataratanya atau menyimpang terhadap nilai batas ambang meteorologi di wilayah tersebut. Dampak pemanasan global yang berlanjut pada perubahan iklim diyakini sebagai salah satu pemicu munculnya cuaca/iklim ekstrim baik dari tingkat keseringan, cakupan luas wilayah maupun nilainya, dimana cuaca/iklim ekstrim tersebut berpotensi menimbulkan bencana dan kerugian bahkan korban jiwa. Tabel 2. Cuaca/ Iklim Ekstrim Bulan Mei 2017 Banyuwangi KRITERIA KETERANGAN Angin dengan kecepatan > 45 Km/jam - Suhu udara > 35 C - Suhu udara < 15 C - Kelembaban udara < 30 % - Curah Hujan >100 mm / hari Jatirono Kec. Glenmore 29 Mei 2017 Tanah Longsor - Banjir - Puting beliung / Waterspout - DAFTAR ISTILAH INFORMASI CUACA, IKLIM DAN GEMPABUMI ENSO adalah singkatan dari El-Nino Southern Oscillation. Secara umum para ahli membagi ENSO menjadi ENSO hangat (El-Nino) dan ENSO dingin (La-Nina). Kondisi tanpa kejadian ENSO biasanya disebut sebagai kondisi normal. Referensi penggunaan kata hangat dan dingin adalah berdasarkan pada nilai anomali suhu permukaan laut (SPL) di daerah NINO di Samudera Pasifik dekat ekuator bagian tengah dan timur. Pada saat fenomena El Nino berlangsung, kondisi atmosfer di wilayah Indonesia cenderung kering, sehingga potensi kondisi curah hujannya berkurang atau lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata normalnya. Kondisi sebaliknya terjadi ketika fenomena La Nina berlangsung, dimana atmosfer wilayah Indonesia umumnya akan cenderung basah, sehingga bisa berpotensi menyebabkan intensitas curah hujan yang lebih banyak dibanding rata-rata normalnya. Dipole Mode merupakan fenomena interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia yang dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan sebelah barat Sumatera. Perbedaan nilai anomali suhu muka laut tersebut selanjutnya dikenal sebagai Dipole Mode Indeks (DMI), dimana DMI positif berdampak berkurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, DMI negatif berdampak meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat. Asian Cold Surge atau seruakan dingin Asia digunakan untuk menggambarkan penjalaran massa udara dari Asia akibat adanya tekanan tinggi di daerah tersebut dan menjalar ke arah selatan menuju ekuator dengan membawa massa udara dingin. Indeks yang digunakan untuk identifikasi aktivitas cold surge adalah dengan menghitung indeks monsun yaitu selisih nilai tekanan antara Titik 115 BT/ 30 LU (didekati dengan data dari stasiun Wuhan di daratan China) dengan tekanan di Hongkong (116 BT/ 22 LU). Threshold value yang digunakan untuk indeks monsun dari gradient tekanan adalah 10 mb sebagai indikator adanya cold surge. 18

MJO singkatan dari Madden Jullian Oscillation adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan fluktuasi antar musiman yang terjadi di sekitar wilayah tropis. Keberadaan MJO ditandai dengan adanya penjalaran pada arah timuran di wilayah tropis dimana terjadinya penambahan intensitas curah hujan pada daerah tersebut, terutama di atas Samudera Hindia dan Pasifik. Anomali curah hujan seringkali merupakan indikator pertama dalam mengindikasikan kejadian MJO, dimana pada mulanya intensitas curah hujan tinggi terjadi di Samudera Hindia dan kemudian menjalar ke arah timur melewati wilayah Indonesia menuju Samudera Pasifik barat dan tengah panjang siklus MJO diperkirakan sekitar 30-60 harian. Penemu dari fenomena MJO ini adalah Madden dan Jullian. OLR singkatan dari Outgoing Longwave Radiation adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas atau banyaknya radiasi gelombang panjang dari bumi ke atmosfer. Anomali OLR yang bernilai negatif menunjukkan jumlah radiasi yang terukur di atmosfer sangat sedikit karena terhalang oleh intensitas perawanan yang cukup tinggi di atmosfer. Sedangkan anomali OLR positif menunjukkan jumlah radiasi dari bumi yang cukup banyak karena tidak terhalang oleh kondisi perawanan di atmosfer. Satuan OLR adalah weber/m -2. Monsun adalah sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah secara periodik setiap setengah tahun sekali. Sirkulasi angin Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia. Pola angin timuran/tenggara terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Australia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (ITCZ/ Inter Tropical Convergence Zone) merupakan daerah tekanan udara rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi semu matahari ke arah utara dan selatan khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan. Curah Hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap dan tidak mengalir. Unsur hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air hujan setinggi satu milimeter atau tertampung air hujan sebanyak satu liter. Zona Musim (ZOM) adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan periode musim hujan. Wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas daerah administrasi pemerintahan. Dengan demikian satu kabupaten/ kota dapat saja terdiri dari beberapa ZOM dan sebaliknya satu ZOM dapat terdiri dari beberapa kabupaten. Dasarian adalah rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari. Dalam satu bulan dibagi menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu : a. Dasarian I : tanggal 1 sampai dengan 10 b. Dasarian II : tanggal 11 sampai dengan 20 c. Dasarian III : tanggal 21 sampai dengan akhir bulan Sifat Hujan adalah perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1971-2000). Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu : a. Atas Normal (AN), jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya b. Normal (N), jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-ratanya 19

c. Bawah Normal (BN), jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rataratanya Gempa adalah getaran bumi yang terjadi sebagai akibat penjalaran gelombang seimik/gempa yang terpancar dari sumbernya/sumber energi elastik Gempa Tektonik adalah gempabumi yang disebabkan oleh adanya pergeseran atau pergerakan lempeng bumi Magnitude adalah parameter gempa yang berhubungan dengan besarnya kekuatan gempa di sumbernya. Ada beberapa jenis magnitude, yaitu: magnitude lokal (M L ), magnitude gelombang permukaan (M s ), magnitude gelombang badan (m b ), magnitude momen (M w ), magnitude durasi (Md). Intensitas gempa adalah besaran yang dipakai untuk mengukur suatu gempa berdasarkan tingkat kerusakan dan reaksi manusia yang disebabkan oleh gempa tersebut. Skala Richter Suatu ukuran obyektif kekuatan gempa dikaitkan dengan magnitudenya, dikemukan oleh Richter (1930). Skala MMI (Modified Mercally Intensity) adalah suatu ukuran subyektif kekuatan gempa dikaitkan dengan intensitasnya Tabel Skala Intensitas Gempabumi BMKG dalam MMI ---ABCD : Act Beyond your Common Duties--- 20