II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 584), efektivitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

Oleh Saryana PENDAHULUAN

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Sehingga proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

PENERAPAN STRATEGI BOWLING KAMPUS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG

KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar. Menurut Rusman (2011) belajar diartikan

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

aspek saja, tetapi terjadi secara menyuluruh yang meliputi aspek kognitif, afektif,

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang. Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Muhammad Abdul Kadir Jaelani, Syifa ul Gummah, Samsun Hidayat. Pendidikan Fisika ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

eksternal yang datang dari lingkungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 250), efektivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan dari pembelajaran tersebut tercapai. Tujuan dalam pembelajaran matematika mencakup tujuan kognitif dan afektif. Tujuan kognitif berupa kemampuan siswa dalam menguasai konsep matematika yang dapat dilihat dari nilai hasil tes yang diberikan, sedangkan aspek afektif dilihat dari sikap dan aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung. Lebih lanjut, Hamalik (2004: 171) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar karena aktivitas yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan pengalaman baru

bagi siswa untuk mendapatkan pengetahuan baru pula. Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari. Veithzal (1999: 31) mengemukakan bahwa Efektivitas tidak hanya dilihat da ri sisi produktivitas, tetapi juga dilihat dari sisi persepsi seseorang. Demikian juga dalam pembelajaran, efektivitas bukan semata-mata dilihat dari tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran matematika yang ditunjukkan dengan nilai hasil belajar tetapi juga dilihat dari respon siswa terhadap pembelajaran yang telah diikuti. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas pembelajaran dapat dilihat dari aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, respon siswa terhadap pembelajaran dan hasil belajar siswa. 2. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan siswa pada kelompok-kelompok kecil dalam belajar dan bekerja sama dalam menyelesaikan tugas yang harus mereka kerjakan untuk mencapai tujuan belajar. Tujuan pembelajaran kooperatif dikemukakan oleh Bulelogo (20 08: 3), yaitu untuk meningkatkan partisipasi aktif siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan, membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama.

Pembelajaran kooperatif dapat melatih keterampilan siswa dalam bekerja sama serta keterampilan tanya jawab dan berbagi ide. Lie (2008: 59) menyatakan: Teknik pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Menurut Eggen dan Khauchak (1996: 279) model pembelajaran kooperatif memiliki tiga komponen mendasar yaitu: a. Tujuan kelompok (group goal) Siswa saling menghargai anggota kelompok dari kemampuan yang berbeda untuk bekerjasama dan membantu satu sama lain. b. Tanggung jawab individual (individual accountability) Setiap anggota kelompok diharapkan menguasai materi, belajar, melakukan aktivitas bersama serta menunjukkan bahwa mereka mengerti apa yang telah mereka diskusikan. b. Kesempatan yang sama untuk berhasil (a goal opportunities for succes) Mempunyai pengertian bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk menguasai matrei pelajaran dan mendapatkan penghargaan atas keberhasilan yang di capai. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menuntut siswa belajar dalam kelompok dengan rekan sebaya dan saling bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan guru.

Lie (2004 : 12) menyatakan: Pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dengan guru bertindak sebagai fasilisator. Selanjutnya Slavin (dalam Yasa, 2008: 13) menyatakan sebagai berikut. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dalam kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat diartikan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pendekatan dimana siswa didistribusikan dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas pembelajaran dan saling membantu siswa lain dalam memahami materi. Dalam pem- belajaran kooperatif siswa juga tidak harus belajar langsung dari guru apabila mereka tidak berani bertanya. Siswa dapat bertanya pada teman-nya yang lebih memahami materi. Pengajaran oleh rekan sebaya ( peer teaching) bisa jadi lebih efektif daripada pengajaran oleh guru. Keberhasilan kelompok dalam pembelajaran kooperatif ditentukan oleh usaha tiap anggota kelompok untuk menguasai bahan belajar untuk saling membantu, menghargai pendapat tiap anggota kelompok, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota kelompok.

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan siswa yang berbeda kemampuannya, jenis kelamin bahkan latar belakangnya untuk membantu belajar satu sama lainnya sebagai sebuah tim. Semua anggota kelompok saling membantu anggota yang lain dalam kelompok yang sama dan bergantung satu sama lain untuk mencapai keberhasilan kelompok dalam belajar. Tujuan pembelajaran kooperatif dikemukakan oleh Bulelogo (2008: 3), menurutnya pembelajaran kooperatif dirancang untuk meningkatkan partisipasi aktif siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan, membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama. Pembelajaran kooperatif dapat melatih keterampilan siswa dalam bekerja sama serta keterampilan tanya jawab dan berbagi ide. Salah satu tipe pambelajaran kooperatif adalah Numbered Heads Together (NHT). Lie (2008: 59), mengungkapkan teknik belajar mengajar NHT dikembangkan oleh Spencer Kagan. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.

Tahapan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT diungkapkan oleh Nurhadi (2004:121) dalam empat langkah sebagai berikut. a. Penomoran(Numbering) Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda. b. Pengajuan Pertanyaan(Questioning) Guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum. c. Berpikir Bersama(Head Together) Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut. c. Pemberian Jawaban(Answering) Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. Dari uraian di atas, model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah strategi pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan ideide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Ciri khas pada model pembelajaran ini adalah penomoran siswa pada masing-masing kelompok. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa. Siswa akan berusaha memahami konsep-konsep ataupun memecahkan permasalahan yang disajikan oleh guru. 4. Aktivitas Belajar Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, kegi-atan belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Sardiman (2004: 95) berpendapat bahwa belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas

Senada dengan hal di atas, Gie (1985: 6) mengatakan sebagai berikut: Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang di-lakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya ter-gantung pada sedikit banyaknya perubahan. Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2004: 99) berikut. Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan se-gala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar. Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa dalam pengorganisasian pengetahuan, apakah mereka aktif atau pasif. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut, Paul B. Dierich (dalam Sardiman, 2004: 101) menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut: a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. a. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, dan memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. b. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, per-cakapan, diskusi, musik, pidato. c. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. d. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. e. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: me-lakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. f. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menganggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. g. Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu atau dari tidak mampu melakukan kegiatan menjadi mampu melakukan kegiatan. 5. Hasil Belajar Hasil adalah kemampuan yang diperoleh seseorang setelah melakukan kegiatan atau pekerjaan. Hasil belajar akan diperoleh pada akhir pembel-ajaran. Dari hasil belajar dapat diketahui kemampuan siswa dalam menye-rap atau memahami materi yang telah diajarkan. Ahmadi (2005: 35) menyatakan hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang dilihat pada setiap mengikuti tes. Salah satu kriteria yang menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran adalah hasil belajar siswa. Siswa yang mampu mencapai standar minimal yang ditetapkan dikatakan telah tuntas belajar. Sudjana (200 5: 4) menyatakan Keberhasilan siswa diukur dari seberapa jauh bahan pelajaran atau mata pelajaran dikuasai oleh siswa, yang disimbolkan oleh angka-angka hasil ujian setiap mata pelajaran. Belajar merupakan proses mengadakan perubahan, salah satunya perubahan pengetahuan. Ada tidaknya perubahan pengetahuan dalam diri siswa dapat dilihat

dari hasil belajar siswa. Melalui hasil belajar juga dapat diketahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran. Sedangkan Hamalik (2004: 29) menyatakan belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi, merupakan langkahlangkah atau prosedur yang ditempuh. Lebih lanjut Hamalik (2004: 30) juga bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Dengan demikian, belajar merupakan suatu proses untuk mencapai suatu tujuan. Dari suatu proses belajar, seseorang akan mengalami perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut merupakan hasil dari proses belajar atau disebut hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak dari suatu interaksi dalam proses pembelajaran dengan kata lain perubahan-perubahan yang terjadi setelah proses belajar. Dengan demikian suatu hasil belajar akan diperoleh pada akhir pembelajaran. Hasil belajar dapat dilihat dari hasil tes akhir (post test) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran sebagai akibat dari perubahan tingkah laku setelah mengikuti pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yang diukur dengan sebuah tes.

B. Kerangka Pikir Matematika adalah mata pelajaran yang terstruktur, terorganisasi, dan sifatnya berjenjang, artinya antara materi yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Untuk menguasai materi pelajaran matematika pada tingkat kesukaran yang lebih tinggi, diperlukan penguasaan materi tertentu sebagai pengetahuan prasyarat. Model pembelajaran kooperatif NHT merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa dan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif NHT terdiri dari empat tahap yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, berpikir bersama, dan pemberian jawaban. Pada tahap penomoran siswa ditempatkan dalam kelompok belajar yang beranggotakan empat sampai lima orang dengan kemampuan heterogen yang merupakan campuran menurut tingkat kemampuannya. Hal ini bertujuan agar aktivitas dalam diskusi kelompok dapat terjadi secara optimal. Setiap siswa dalam kelompok juga diberi nomor yang berbeda. Guru mengajukan pertanyaan dalam bentuk LKS, kemudian siswa bekerja dalam kelompok sehingga setiap siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran. Salah satu tujuan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi

tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan lain sebagainya. Lalu secara acak guru memanggil nomor siswa untuk mempresentasikan jawabannya. Di sini ketergantungan positif juga dikembangkan. Siswa yang kemampuan akademiknya lemah diharapkan sangat antusias dalam memahami permasalahan dan jawabannya karena merasa merekalah yang akan ditunjuk oleh guru. Interaksi yang positif ini lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar. Pada pembelajaran kovensional guru memainkan peran yang sangat penting. Proses pembelajaran diawali dengan menyampaikan materi pelajaran dan contoh soal yang diberikan oleh guru. Pada tahap ini siswa wajib mendengarkan dan mencatat penjelasan-penjelasan guru. Tahap selanjutnya adalah mengerjakan latihan soal dengan cara berdiskusi kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Karena pembagian kelompok diskusi tidak diatur berdasarkan kemampuan siswa, akibatnya kegiatan ini menjadi kurang efektif terutama pada siswa yang samasama memiliki kemampuan rendah. Pembelajaran kooperatif tipe NHT memungkinkan siswa terlibat secara penuh dalam aktivitas belajar dalam kelas. Siswa tidak lagi hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru. Kegiatan diskusi juga lebih optimal karena pembagian kelompok disusun oleh guru dengan kemampuan yang beragam. Dengan demikian penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

C. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Aktivitas siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dari pada aktivitas siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. 2. Hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.