population Council mengemukakan jumlah kasus aborsi di Indonesia pada berarti terjadi sekitar 18 aborsi per 100 kehamilan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masa remajanya dengan hal-hal yang bermanfaat. Akan tetapi banyak remaja

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. adalah penyebab sepertiga kematian pada anak-anak muda di beberapa bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan sebagai jalan bagi wanita dan laki-laki untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

Jangan buang waktu, tenaga dan biaya anda sia-sia. Solusi mencari KTI Kebidanan tercepat dan terlengkap di internet hanya di

BAB I PENDAHULUAN. data Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) persennya merupakan penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. tugas perkembangannya (Havighurst dalam Hurlock, 1996). dalam Hurlock, 1996). Di masa senjanya, lansia akan mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih besar, sebab seiring dengan bertambahnya usia seseorang maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. itu, seberapa baik strategi organisasi dapat dilaksanakan, dan seberapa jauh

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. didambakan tersebut menjadi hukum alam dalam diri tiap manusia. Akan tetapi,

Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya zaman, dan pengaruh budaya barat merubah pola pikir

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

KEPUTUSAN HIDUP MELAJANG PADA KARYAWAN DITINJAU DARI KEPUASAN HIDUP DAN KOMPETENSI INTERPERSONAL

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, fenomena pernikahan dini kian lama

BAB I PENDAHULUAN. mengarungi suka duka hidup di dunia bersama sama. Setelah akad nikah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi keluarga adalah komunikasi interpersonal yang sangat penting.

Bab I Pendahuluan. adalah memiliki keturunan. Namun tidak semua pasangan suami istri dengan mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abortus provocatus di Indonesia lebih populer disebut sebagai aborsi

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. suami-istri yang menjalani hubungan jarak jauh. Pengertian hubungan jarak jauh atau

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama penyimpangan perilaku seks bebas. Di zaman modern ini banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai. Ketidakseimbangan jumlah antara laki-laki dan perempuan banyak

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

PEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda?

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Aborsi Tidak Aman Jadi Penyebab Kematian Ibu 16 Agustus :58:42

GUIDE INTERVIEW No. Uraian Pertanyaan

PENYULUHAN HUKUM. Upaya Mencegah Terjadinya Pernikahan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama,

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, perempuan usia 15-19

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan di tingkat individu maupun menjadi isu nasional.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat perceraian di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. hal

LATAR BELAKANG KRISIS EKONOMI PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN KASUS PEMBUNUHAN KEKERASAN PADA ANAK KASUS PENJUALAN BAYI KOMUNIKASI SUAMI DAN ISTRI

Perempuan dan Kesehatan Reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan usia muda

BAB 1 PENDAHULUAN. minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Atau buah kehamilan belum mampu

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan (Papalia, et. la., 2007). Setelah menikah laki-laki dan perempuan akan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun pengguguran kandungan (aborsi) dilarang oleh banyak negara terutama Indonesia, namun tetap saja pada kenyataannya sampai awal tahun 2000 terdapat lebih dari 2,3 juta di Indonesia pernah melakukan aborsi (Kompas 2000, dalam jurnal perempuan). Penelitian yang dilakukan oleh population Council mengemukakan jumlah kasus aborsi di Indonesia pada tahun 1989 diperkirakan berkisar antara 750.000 sampai 1.000.000. Hal ini berarti terjadi sekitar 18 aborsi per 100 kehamilan. World Health Organisation (WHO) memperkirakan ada 20 juta kejadian aborsi tidak aman (unsafe abortion) di dunia, 9,5 % (19 dari 20 juta tindakan aborsi tidak aman) diantaranya terjadi di negara berkembang. Sekitar 13% dari total perempuan yang melakukan aborsi tidak aman berakhir dengan kematian. Di wilayah asia tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahun, dan sekitar 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia, dimana 2.500 diantaranya berakhir dengan kematian. Angka aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta pertahun. Sekitar 750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja (Medical Jurnal, soetjiningsih, 2004). Angka diatas menggambarkan bahwa masih banyak perempuan yang lebih memilih untuk melakukan aborsi daripada mempertahankan kandungannya. Perilaku aborsi tidak bisa dianggap remeh, karena merupakan salah satu tindakan penghilangan nyawa meskipun masih ada dalam kandungan. 1

2 Istilah aborsi pertama kali didefinisikan oleh David (1973) sebagai penghentian kehamilan sebelum janin mampu bertahan hidup secara mandiri (dalam Moeloek, 1996). Aborsi banyak dilakukan oleh kaum hawa dengan alasan status hubungan dengan pasangan yang belum bisa diakui oleh negara, seperti hubungan pra nikah atau bahkan perselingkuhan. Sebuah studi di AS yang meneliti tentang reason of U.S Women Have Abortion menghasilkan bahwa 45% perempuan AS melakukan aborsi dikarenakan tidak siap mempunyai bayi dengan alasan belum menikah. 84 persen perempuan mengatakan bahwa saat mereka mempunyai bayi, maka akan berdampak pada pendidikan dan juga karir. Pada National Longitudinal Survey of Work Experience of Youth, ditemukan bahwa hanya setengah kaum perempuan usia 20 hingga 26 tahun yang pertama kali melahirkan pada usia 17 tahun menyelesaikan sekolah menengah keatas pada usia 20-an tahun. Presentase ini bahkan lebih rendah pada kaum perempuan yang melahirkan pada usia yang lebih muda (Mott & Marsiglio, 1985). Sebaliknya, diantara kaum perempuan yang menunggu hingga usia 20 tahun untuk melahirkan bayi, lebih dari 90% telah menyelesaikan pendidikan menengah keatas. Angka tersebut bisa membuktikan bahwa bila seorang perempuan melahirkan anak diusia muda otomatis akan sulit mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan peluang kerjapun akan semakin berkurang. Alasan tersebut selaras dengan apa yang diutarakan oleh subjek S1 (19 Tahun) berikut ini : aku gak pengen nikah muda (S.18.11:24b) Berbicara tentang masalah aborsi, seorang perempuan tidak akan melakukannya tanpa adanya alasan. Karena saat melakukan aborsi,

3 sebelumnya mereka harus melihat resiko yang akan diterima selanjutnya. Apalagi aborsi merupakan tindak kriminal sehingga tidak mudah untuk memutuskannya. Dalam pengambilan keputusan ada resiko dan ketidakpastian. Sehingga saat pelaku dihadapkan pada pilihan antara mempertahankan kandungannya atau harus menggugurkan mereka dihadapkan pada dua pertanyaan. Yang pertama Apa yang seharusnya mereka lakukan pada bayinya? dan Apa saja yang biasanya diputuskan oleh orang kebanyakan saat dihadapkan pada masalah yang sama seperti mereka? Disini para pelaku dihadapkan pada pilihan yang membingungkan diri mereka. Tidak mudah memang karena Sering kali pembuatan keputusan juga dipengaruhi oleh pengalaman individu dimana luasnya pengalaman juga memainkan peran yang penting (Ganzel & Jaccobs, 1992; Jacobs & Potenza, 1990; Keating Menna, & Matthews, 1992). Oleh karena itu, peneliti harus melihat bagaimana lingkungan yang mendasari subjek dan pengalamanpengalaman yang diperolehnya selama masa hidup atau dengan pasangan mereka yang masuk dalam proses pengambilan keputusan mereka untuk melakukan aborsi. Selain itu, Dalam penelitian yang dilakukan oleh Department of Family Relations and Applied Nutrition, University of Guelph menyatakan bahwa ternyata pasangan juga bisa mempengaruhi perempuan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan aborsi baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemberian support dari pasangan bisa membawa perempuan tersebut pada perasaan yang stabil dan rasa aman, sementara pada saat yang bersamaan sang perempuan mengalami pengaruh negatif pasca

4 aborsi yang mempengaruhi kebahagiaan emosi selanjutnya. Banyak kasus aborsi yang terjadi dari ketimpangan gender dimana si lelaki lebih dominan untuk memutuskan aborsi, seperti pengalaman yang dialami oleh Ibu Asih (samaran), istri seorang kuli pasar di Tangerang dengan empat anak yang mengadukan pengalamannya kepada Lembaga Konsultasi Pemberdayaan Perempuan (LKP2) Fatayat NU Tangerang: Ketika saya cerita sama bapaknya anak-anak bahwa saya hamil lagi, dia marah bener, saya dikata-katain perempuan yang tidak bisa mengatur diri, hidup enggak pake aturan dan lain sebagainya. Sambil banting pintu dia lalu pergi sampe dua hari nggak pulang. Waktu dia datang, langsung ngajak saya ke suatu tempat untuk menggugurkan kandungannya. Mulanya saya menolak tapi dia bilang mau nurut saya atau kamu saya ceraikan! (ibu Asih (nama samaran) dalam Laporan Lembaga Konsultasi Pemberdayaan Perempuan (LKP2) Fatayat NU Tangerang, 2000). Dari pengalamn tersebut, terlihat jelas bagaimana ketimpangan gender yang dialami seorang ibu rumah tangga. Hal ini dikarenakan adanya ketergantungan perempuan pada lelaki yang menyebabkan dia harus menuruti apa yang diinginkan pasangannya. Akan tetapi, kenyataan tersebut akan berbeda apabila ada kesetaraan relasi. Seperti apa yang dikisahkan oleh ibu Tira (bukan nama asli) seorang karyawati berusia 34 tahun, tinggal di Citayam Depok, Jawa Barat. Pada kehamilannya yang ketiga digugurkan karena jarak anak yang terlalu dekat. anak saya belum disapih, baru sembilan bulan, sementara saya kerja setiap hari. Begitu saya tahu hasil tes urine positif, saya langsung bilang pada suami saya untuk digugurkan, karena saya nggak siap. Takut seperti kehamilan yang dulu, bolak balik minta izin akhirnya sebelum melahirkan saya berhenti kerja. Sekarang saya kerja lagi dan baru setengah tahun. Untungnya suami saya mau mengerti dan dia ngizinin. (Anshor, 2006)

5 Dilihat dari kasus diatas, bisa dikatakan bahwa sekarang adalah saatnya seorang perempuan mempunyai kuasa untuk memtuskan apa yang diinginkannya. meskipun si perempuan juga dapat dipastikan akan meminta pendapat dari pasangan prianya. Apalagi pasangan yang belum meenikah. Mereka akan lebih punya banyak alasan untuk menggugurkan kandungan. Salah satu subjek meyetujui pasangannya untuk aborsi. Seperti dalam kutipan wawancara berikut ini : Ya setuju setuju aja. Kan aku juga sek kuliah. Sek durung pengen dadi wong tua. (SII. 24.2:14a) Hal ini membuktikan bahwa pasangan yang belum menikah umumnya belum siap untuk menjadi orang tua. Apalagi kehamilan pada usia remaja yang akan berdampak negatif pada anak dan ibu. Bayi-bayi yang dilahirkan remaja cenderung memiliki berat tubuh yang rendah (suatu penyebab utama kematian bayi), dan masalah-masalah neurologis serta penyakit-penyakit masa bayi (Furstenberg, Broogs-Gunn, & Chels-Landsdale, 1989). Tidak hanya pasangan remaja yang berfikiran untuk melakukan aborsi. Seorang ibu rumah tangga juga mempunyai banyak alasan untuk menggugurkan kandungannya. Umur yang sudah tua, keadaan ekonomi yang kurang mampu, dan rasa malu apabila melahirkan anak juga menjadi alasan kuat mengapa mereka melakukan aborsi. Lalu bagaimana seorang perempuan harus memutuskan tentang kehamilan yang tidak diinginkan? Banyaknya faktor yang mendasari serta proses yang harus dilewati saat mereka memutuskan untuk aborsi menjadi alasan peneliti mengambil judul Pengambilan Keputusan Aborsi. Karena aborsi merupakan pilihan yang

6 sangat beresiko baik bagi diri pelaku maupun masa depannya. Ketakutanketakutan yang sering dialami pelaku aborsi tentang akibat yang akan diterimanya saat mempertahankan kandungannya menjadi stressor yang mempengaruhi emosi dan sering kali membuat mereka hanya mempunyai satu fokus pemikiran yaitu aborsi. Seperti apa yang dikatakan oleh Suharnan bahwa banyak diantara kita yang secara pribadi telah menyadari bahwa keadaan emosi tertentu misalnya perasaan sedih, marah, atau mental tertekan membuat kita kurang memperhatikan apa yang terjadi disekeliling kita. Kita juga cenderung kurang memproses informasi secara efektif. Dari paparan diatas, peneliti akan memfokuskan masalahnya pada proses pengambilan keputusan aborsi dan faktor-faktor yang mendasari subjek untuk aborsi. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah yang diambil adalah: 1. Bagaimana Proses Pengambilan Keputusan Aborsi? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi seseorang memutukan untuk aborsi? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui Proses Pengambilan Keputusan Aborsi. 2. Untuk mengetahui Faktor- faktor yang mempengaruhi seseorang memutuskan aborsi.

7 D. Fokus Penelitian Penelitian ini hanya untuk menganalisis atau meneliti tentang proses pengambilan keputusan aborsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan aborsi. E. Manfaat Penelitian Manfaat dilakukannya penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Melengkapi dan memperkuat hasil penelitian-penelitian terdahulu mengenai pengambilan keputusan aborsi b. Memberikan sumbangan teoritis dalam dunia psikologi untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan tema pengambilan keputusan. c. Memperluas refrensi-refrensi dalam bidang psikologi positif dan kesehatan mental khusunya dalam mengkaji tema pengambilan keputusan.

8 2. Praktis a. Memberikan wawasan seputar pentingnya menjaga diri saat menjalin hubungan dengan pasangan sehingga tidak sampai harus menghadapi keputusan yang sulit saat dihadapkan pada masalah yang tidak diinginkan seperti keputusan untuk melakukan aborsi. b. Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan untuk memprediksi pengaruh emosi pelaku saat pengambilan keputusan aborsi. c. Hasil penelitian ini bisa digunakan untuk mempertegas para perempuan agar-agar berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk aborsi dan memikirkan dampak selanjutnya.