NAPAK TILAS PERJALANAN HIDUP AL IMAM ABUL HASAN AL ASY ARI

dokumen-dokumen yang mirip
PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN ASY ARIYAH. PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN ASY ARIYAH Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT

Ternyata Hari Jum at itu Istimewa

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

dan Ketegasannya Terhadap Syiah

Peneliti Cacat Hadits

`BAB I A. LATAR BELAKANG

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

Ikutilah Sunnah dan Jauhilah Bid'ah

Banyak Belum Tentu di Atas Kebenaran

Dusta, Dosa Besar Yang Dianggap Biasa

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

3 Wasiat Agung Rasulullah

Istiqomah. Khutbah Pertama:

Khotbah yang Menggelisahkan

Bahaya Berteman Dengan Ahlul Bid ah BAHAYA BERTEMAN DENGAN AHLUL BID AH

Keistimewaan Hari Jumat

Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama

Berani Berdusta Atas Nama Nabi? Anda Memesan Sendiri Tempat di Neraka

Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal

AWAS!!! JANGAN SEPELEKAN PERKARA DALAM AGAMA ISLAM Al Ustadz Muhammad Umar as Sewed

Sifat-Sifat Ibadah Yang Benar

Qasim bin Muhammad. Cucu Abu Bakar Ash-Shiddiq. Publication: 1435 H_2014 M. Oleh: Ustadz Abu Minhal, Lc

Nasehat dan Tahdzir Lajnah Daimah lil Ifta (Komite Fatwa) Arab Saudi kepada Ali Hasan Al- Halabi LAJNAH DA IMAH LIL BUHUTS WAL IFTA

MENCARI REZEKI DENGAN MENJADI SEORANG PEMBERANI (1)

Aqidah beliau tentang tauhid (Pengesaan Allah) dan tentang tawassul syar i serta kebatilan taw assul bid i

Seribu Satu Sebab Kematian Manusia

Nasehat Nan Penuh Kenangan NASEHAT NAN PENUH KENANGAN

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orangorang yang ruku (Al Baqarah : 43)

Aku telah meminta hujan dengan Majaadiihus Samaa yang dengannya hujan diturunkan.

Engkau Bersama Orang Yang Kau Cintai

Bukti Cinta Kepada Nabi

Adab dan Keutamaan Hari Jumat

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah

Surat Untuk Kaum Muslimin

Umrah dan Haji Sebagai Penebus Dosa

Anak Tanggung Jawab Orang Tua

Pendidikan Anak Dimulai dari Rumah

Ajari Anak Untuk Berdoa

Tuduhan Bahwa Berpegang Terhadap Agama Penyebab Kemunduran Kaum Muslimin

Syariat Adalah Amanah

Isilah 10 Hari Awal Dzul Hijjah dengan Ketaatan

2. Jika memang ada haditsnya, Kenapa dosa meratapi mayit ditimpakan ke mayit, padahal yg melakukan kesalahan itu adalah orang lain.

Mengimani Kehendak Allah

Takwa dan Keutamaannya

PUJIAN ULAMA TERHADAP IMAM AL-BUKHARI DAN KITAB SHAHIHNYA

Sifat Allah Al-Hayiyyu, Yang Maha Pemalu

Ahli Ibadah di Dua Tanah Suci

Memaksimalkan Waktu-Waktu Mustajab Untuk Berdoa

: :

Indahnya Mengikuti Sunnah

Shalat Berjamaah Tidak di Rumah

Istri-Istri Rasulullah? Adalah Ibunya Orang-Orang Beriman

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam

Mengenal Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah

Malu Kepada Allah. Khutbah Pertama:

Menerima dan Mengamalkan Kebenaran

Ujian Dunia dan Ujian Akhirat

Khutbah Jumat: Peringatan dari Bahaya Godaan Harta

BID AH SHALAT RAGHAIB

Persiapan Menuju Hari Akhir

Carilah Rezeki Yang Halal dan Jauhi Yang Haram

Perbandingan Antara Dunia dan Akhirat

Kultum Ramadhan: Menjalin Cinta Abadi Dalam Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

Berkawan dengan Orang Shalih

Tegakkan Shalat Dengan Berjamaah

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Mencium Kening Ibu

Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama

Puasa Sunah Asyura: Waktu dan Keutamaannya

TAFSIR AL QUR AN UL KARIM

Umur Untuk Amal Shaleh

Belajar Ilmu Hadis (1) Pendahuluan

?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Kematian Lebih Baik Bagi Seorang Mukmin

UCAPAN SELAMAT HARI RAYA

Ketika Untaian Kalamullah Sekedar Jadi Hiasan KETIKA UNTAIAN KALAMULLAH SEKEDAR JADI HIASAN

Tantangan Alquran. Khutbah Pertama:

Pelajaran Kitab Tsalatsatul Ushul (2): Penjelasan Basmalah

Barangsiapa yang dikaruniai seorang anak, lalu ia menyukai hendak membaktikannya (mengaqiqahinya), maka hendaklah ia melakukannya.

WAKTU TERJADINYA PERISTIWA ISRAA DAN MI RAJ

????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Menjaga Hak-Hak Orang Yang Sudah Tua

TAWASSUL. Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed

Keutamaan Bulan Dzulhijjah

Penulis: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An Nawawi

Tauhid Yang Pertama dan Utama

: : :

???????????????????????????????????????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Disebarluaskan melalui: Website: November, TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

Agar Nabi Muhammad Mencintai Kita

[

Keutamaan 10 Hari Pertama Dzulhijjah

CINTAKU HANYA KARENA-NYA...

Bab 26 Mengadakan Perjalanan Tentang Masalah Yang Terjadi dan Mengajarkan kepada Keluarganya

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam

Tafsir Surat Al-Ikhlas

Diantara perintah Allah Azza wa Jalla kepada kita adalah perintah agar kita mengikuti Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

AL-IMAM AHMAD BIN HANBAL Tauladan dalam Semangat dan Kesabaran

Transkripsi:

NAPAK TILAS PERJALANAN HIDUP AL IMAM ABUL HASAN AL ASY ARI Ditulis oleh: Al-Ustadz Ruwaifi bin Sulaimi, Lc. Mengkaji biografi ulama dan becermin dari perjalanan hidup mereka adalah bekal utama menjalani kehidupan. Padanya terdapat berbagai pengajaran berharga (ibrah) dan nilai-nilai keteladanan yang sangat berguna bagi setiap insan. Betapa banyak jiwa yang lalai menjadi taat, yang sekarat menjadi sehat, yang lemah menjadi kuat, dan yang tersesat menjadi terbimbing di atas jalan kebenaran. Di antara para ulama yang mulia itu adalah al-imam Abul Hasan al-asy ari rahimahullah, sang pencari kebenaran. Beliau adalah seorang ulama terkemuka dari keturunan sahabat Abu Musa al-asy ari radhiyallahuanhu yang asal-usulnya dari negeri Yaman. Perjalanan hidup beliau pun sangat menarik untuk disimak dan dijadikan bahan renungan, mengingat ada tiga fase keyakinan yang beliau lalui. Fase pertama bersama Mu tazilah, fase kedua bersama Kullabiyah, dan terakhir bersama Salafiyah Ahlus Sunnah wal Jamaah setelah mendapatkan hidayah dari ar-rahman. Nama beliau kesohor di berbagai penjuru dunia sebagai panutan mazhab Asy ari (yang hakikatnya adalah mazhab Kullabiyah), padahal itu adalah fase kedua dalam kehidupan beragama yang telah beliau tinggalkan. Beliau pun wafat dalam keadaan berpegang teguh dengan manhaj salaf, Ahlus Sunnah wal Jamaah, satu-satunya jalan kebenaran yang diwariskan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya yang budiman. Nama dan Garis Keturunan al-imam Abul Hasan al-asy ari Beliau adalah Ali bin Ismail bin Ishaq (Abu Bisyr) bin Salim bin Ismail bin Musa bin Bilal bin Abu Burdah bin Abu Musa al-asy ari. Beliau lahir di Bashrah (Irak) pada tahun 260 H dan wafat di Baghdad (Irak) pada tahun 324 H. Beliau dikenal dengan sebutan Abul Hasan al- Asy ari. Abul Hasan adalah kuniah beliau.(1) Adapun al-asy ari adalah nisbah (penyandaran) kepada kabilah al-asy ar (2), salah satu kabilah besar di negeri Yaman, yang berpangkal pada diri Saba bin Yasyjub bin Ya rub bin Qahthan. Laqab (julukan) beliau adalah Nashiruddin (pembela agama). (3) Ayah beliau, Ismail bin Ishaq, adalah seorang sunni yang mencintai ilmu hadits dan

berpegang teguh dengan prinsip Ahlus Sunnah wal Jamaah, sebagaimana penuturan Abu Bakr Ibnu Furak. Bahkan, menjelang wafatnya, sang ayah dengan penuh antusias berwasiat agar Abul Hasan kecil dibimbing oleh al-hafizh Abu Yahya Zakaria bin Yahya as-saji, seorang pakar fikih dan hadits kota Bashrah yang berpegang teguh dengan prinsip Ahlus Sunnah wal Jamaah. (Lihat Jamharah Ansabil Arab karya al-imam Ibnu Hazm 1/163, al-ansab karya al- Imam as-sam ani 1/266, Nihayatul Arab fi Ma rifatil Ansab karya al-qalqasandi, Tabyin Kadzibil Muftari karya al-imam Ibnu Asakir, hlm. 35, dan Muqaddimah kitab Risalah ila Ahlits Tsaghr bi Babil Abwab, hlm. 45) Ditinjau dari garis keturunannya, al-imam Abul Hasan al-asy ari adalah keturunan dari sahabat Abdullah bin Qais bin Hadhdhar al-asy ari al-yamani radhiyallahuanhu, yang dikenal dengan sebutan Abu Musa al-asy ari rahimahullah. Beliau adalah salah seorang sahabat Nabi Shalallahu alaihi wa sallam yang terkenal akan keilmuan dan keindahan suaranya dalam membaca al-qur an. Adapun pernyataan Abu Ali al-hasan bin Ali bin Ibrahim al-ahwazi dalam kitabnya Matsalib Ibni Abi Bisyr bahwa al-imam Abul Hasan al-asy ari bukan keturunan Abu Musa al-asy ari radhiyallahuanhu, namun keturunan Yahudi yang kakeknya diislamkan oleh sebagian orang dari kabilah al-asy ar, menurut al-imam Ibnu Asakir rahimahullah hal ini merupakan kedustaan dan kebodohan yang nyata. (Lihat al-ansab karya al-imam as-sam ani 1/266, Tahdzibut Tahdzib karya al-hafizh Ibnu Hajar al-asqalani 5/362, dan Tabyin Kadzibil Muftari karya al-imam Ibnu Asakir, hlm. 147) Kepribadian al-imam Abul Hasan al-asy ari Al-Imam Abul Hasan al-asy ari rahimahullah adalah seorang yang berbudi pekerti luhur dan terkenal kejeniusannya. Pola hidupnya sederhana, selalu diiringi oleh sifat zuhud (tidak tamak terhadap dunia), qana ah (bersyukur dengan apa yang ada), penuh ta affuf (jauh dari sifat meminta-minta), wara (sangat berhati-hati dalam urusan dunia), dan sangat antusias terhadap urusan akhirat. Di sisi lain, beliau adalah seorang yang suka humor dan tidak kaku. (Lihat Tarikh Baghdad karya al-khathib al-baghdadi 11/347, Siyar A lamin Nubala 15/86 dan al- Ibar fi Khabari Man Ghabar karya al-imam adz-dzahabi 2/203, Tabyin Kadzibil Muftari, hlm. 141 142, serta al-fihristi karya Ibnun Nadim, hlm. 257)

Menelusuri Tiga Fase Keyakinan yang Dilalui oleh al-imam Abul Hasan al-asy ari Faktor lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam membentuk keyakinan dan kepribadian seseorang, terkhusus lingkungan intern keluarga, yaitu ayah dan ibu. Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda: Tidaklah seorang anak itu dilahirkan melainkan di atas fitrah (naluri keislaman). Kedua orang tuanya yang sangat berperan dalam menjadikannya Yahudi, Nasrani, dan Majusi. Ini seperti halnya seekor binatang (pada umumnya) melahirkan anaknya dalam keadaan sempurna fisiknya. Apakah kalian melihat pada anak binatang yang baru dilahirkan itu cacat di telinga atau anggota tubuhnya yang lain? Kemudian sahabat Abu Hurairah radhiyallahuanhu berkata, Jika kalian mau, bacalah firman Allah Subhanahuwata ala (yang artinya), (Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (ar-rum: 30) (HR. Muslim no. 2658, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahuanhu) Demikian pula keadaan al-imam Abul Hasan al-asy ari rahimahullah. Pada usia belia, beliau hidup di bawah asuhan seorang ayah yang berpegang teguh dengan prinsip Ahlus Sunnah wal Jamaah. Bahkan, menjelang wafatnya sang ayah berwasiat agar Abul Hasan kecil tumbuh di bawah bimbingan al-hafizh Abu Yahya Zakaria bin Yahya as-saji, seorang pakar fikih dan hadits kota Bashrah yang berpegang teguh dengan prinsip Ahlus Sunnah wal Jamaah. Sepeninggal ayah beliau, sang ibu menikah lagi dengan seorang tokoh Mu tazilah yang bernama Abu Ali al-jubba i. Kondisi pun berubah. Abul Hasan kecil tumbuh dan berkembang di bawah asuhan ayah tiri yang berpaham Mu tazilah tersebut dan dididik dengan doktrin keilmuan ala Mu tazilah yang sesat. Cukup lama al-imam Abul Hasan al-asy ari berguru kepada Abu Ali al-jubba i. Semakin erat hubungan antara keduanya hingga al-imam Abul Hasan al-asy ari menjadi pewaris ilmu Abu Ali al-jubba i dan berposisi sebagai tokoh muda Mu tazilah yang disegani di kalangan kelompoknya. Dalam banyak kesempatan Abu Ali al-jubba i mewakilkan urusan keagamaan kepada al-imam Abul Hasan al-asy ari rahimahullah. Bahkan, tak sedikit karya tulis yang beliau luncurkan untuk kepentingan kelompok Mu tazilah dan menyerang orang-orang yang berseberangan

dengannya. Demikianlah fase pertama dari tiga fase keyakinan yang dilalui oleh al-imam Abul Hasan al-asy ari rahimahullah. Fase kehidupan sebagai seorang mu tazili (berpaham Mu tazilah) yang berjuang keras demi tersebarnya akidah sesat tersebut. (4) (Lihat Tabyin Kadzibil Muftari, hlm. 35, dan Muqaddimah kitab Risalah ila Ahlits Tsaghr bi Babil Abwab, hlm. 46 47) Fase kedua adalah fase bertaubatnya al-imam Abul Hasan al-asy ari dari akidah sesat Mu tazilah, setelah berlalu empat puluh tahun dari perjalanan hidup beliau rahimahullah, tepatnya pada tahun 300 H. Tidak tanggung-tanggung, taubat dan sikap berlepas diri itu beliau umumkan di atas mimbar Masjid Jami kota Bashrah, seusai shalat Jumat. Bahkan, beliau meluncurkan beberapa karya tulis untuk membantah syubhat-syubhat Mu tazilah dan kesesatan mereka. Selang beberapa lama setelah pengumuman taubat tersebut, al-imam Abul Hasan al-asy ari meninggalkan Bashrah dan berdomisili di Baghdad. (Lihat Tabyin Kadzibil Muftari, hlm. 39, Wafayatul A yan karya al-qadhi Ibnu Khallikan 3/285, dan Muqaddimah kitab Risalah ila Ahlits Tsaghr bi Babil Abwab, hlm. 19). Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, Sungguh, Abul Hasan al-asy ari dahulunya adalah seorang yang berakidah Mu tazilah kemudian bertaubat di kota Bashrah. Beliau mengumumkan taubat tersebut di atas mimbar. Setelah itu beliau membongkar berbagai kesesatan dan kejelekan Mu tazilah. (al-bidayah wan Nihayah 11/187) Al-Imam adz-dzahabi rahimahullah berkata, Ketika (al-imam Abul Hasan al-asy ari, pen.) telah mendalami hakikat Mu tazilah, muncullah kebencian beliau terhadapnya. Beliau lalu berlepas diri darinya. Beliau naik ke atas mimbar (untuk mengumumkan sikapnya itu, pen.) dan bertaubat kepada Allah Subhanahuwata ala. Kemudian beliau meluncurkan bantahan terhadap Mu tazilah dan membongkar penyimpangan-penyimpangan mereka. (Siyar A lamin Nubala 15/86). Al-Qadhi Ibnu Khallikan rahimahullah berkata, Dahulu, Abul Hasan al-asy ari adalah seorang yang berakidah Mu tazilah kemudian bertaubat darinya. (Wafayatul A yan 3/285) Pada fase kedua ini al-imam Abul Hasan al-asy ari rahimahullah condong kepada para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah, namun belum berpemahaman Ahlus Sunnah wal Jamaah. Beliau

lebih terpengaruh dengan kelompok Kullabiyah yang saat itu tergolong gencar dalam membantah kelompok sesat Mu tazilah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, Ketika keluar dari mazhab Mu tazilah, Abul Hasan al-asy ari mengikuti jalan Ibnu Kullab dan condong kepada Ahlus Sunnah wal Hadits. (Dar u Ta arudhil Aqli wan Naqli, 2/16) Al-Imam al-maqrizi rahimahullah berkata, Sesungguhnya, setelah al-asy ari keluar dari Mu tazilah dan melontarkan bantahan terhadap mereka, beliau mengikuti akidah Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad bin Said bin Kullab al-qaththan dan berpijak di atas kaidah-kaidahnya. (al-khuthath karya al-imam al-maqrizi 4/191). Lebih rinci, al-imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, Fase kedua (yang dilalui oleh Abul Hasan al-asy ari) adalah menetapkan tujuh sifat aqliyah bagi Allah Subhanahuwata ala, yaitu al-hayat, al-ilmu, alqudrah, al-iradah, as-sam u, al-bashar, dan al-kalam. Di sisi lain, beliau menakwilkan (memalingkan dari makna yang sebenarnya) sifat khabariyah, seperti wajah, kedua tangan, kaki, betis, dan yang semisalnya. (Thabaqatul Fuqaha Indas Syafi iyyah, dinukil dari Muqaddimah kitab Risalah ila Ahlits Tsaghr bi Babil Abwab, hlm. 35) Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah, Ibnu Kullab (baca: kelompok Kullabiyah) menetapkan sifat-sifat wajib bagi Allah Subhanahuwata ala, seperti al-ilmu, al-qudrah, alhayat, dan yang semisalnya, namun mengingkari sifat-sifat fi liyah (perbuatan) Allah Subhanahuwata ala yang berkaitan dengan kehendak dan takdir-nya, seperti sifat datang dan yang semisalnya. (Lihat Dar u Ta arudhil Aqli wan Naqli, 2/6). Dari sini dapat disimpulkan bahwa pada fase kedua ini al-imam Abul Hasan al-asy ari rahimahullah menetapkan sebagian sifat bagi Allah Subhanahuwata ala (sifat wajib yang tujuh), menakwilkan sifat khabariyyah, dan mengingkari sifat fi liyah (perbuatan) Allah Subhanahuwata ala yang berkaitan dengan kehendak dan takdir-nya. Jadi, beliau berada di antara kelompok Mu tazilah yang mengingkari semua sifat Allah Subhanahuwata ala dan Ahlus Sunnah wal Jamaah yang menetapkan semua sifat-sifat Allah Subhanahuwata ala. Setelah berlalu sekian masa, al-imam Abul Hasan al-asy ari rahimahullah semakin mendekat kepada para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Akhirnya, beliau meninggalkan akidah Kullabiyah dan berpegang teguh dengan akidah Ahlus Sunnah

wal Jamaah. Itulah fase ketiga kehidupan beragama beliau. Pada fase ketiga ini, beliau banyak berguru kepada para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah, seperti al-muhaddits al-musnid Abu Khalifah al-fadhl al-jumahi al-bashri, al-qadhi Abul Abbas Ahmad bin Suraij al-baghdadi panutan mazhab Syafi i di masa itu, al-imam al-hafizh Abu Yahya Zakaria bin Yahya as-saji pakar hadits Kota Bashrah, dan al-faqih Abu Ishaq Ibrahim bin Ahmad bin Ishaq al-marwazi rujukan utama dalam hal fatwa dan ilmu di masa itu. (Lihat Tabyin Kadzibil Muftari, hlm. 35, dan Muqaddimah kitab Risalah ila Ahlits Tsaghr bi Babil Abwab, hlm. 46 47) Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, Fase ketiga (yang dilalui oleh Abul Hasan al- Asy ari) adalah menetapkan semua sifat-sifat Allah l, tanpa menganalogikan dan menyamakannya dengan sesuatu pun, sebagaimana prinsip as-salafush shalih. Demikianlah prinsip yang beliau torehkan dalam kitab al-ibanah5, karya beliau yang terakhir. (Thabaqatul Fuqaha Indas Syafi iyyah, dinukil dari Muqaddimah kitab Risalah ila Ahlits Tsaghr bi Babil Abwab, hlm. 35) Asy-Syaikh Muhibbuddin al-khatib rahimahullah berkata, Kemudian al-imam Abul Hasan al- Asy ari rahimahullah membersihkan jalan yang ditempuhnya dan mengikhlaskannya karena Allah Subhanahuwata ala dengan rujuk (kembali) secara total kepada jalan yang ditempuh oleh as-salafush shalih dan para ulama yang menyebutkan biografi beliau rahimahullah menyatakan bahwa al-ibanah adalah karya tulis beliau yang terakhir. (Catatan kaki kitab al- Muntaqa min Minhajil I tidal hlm. 41, dinukil dari Muqaddimah kitab Risalah ila Ahlits Tsaghr bi Babil Abwab, hlm. 36) Keterangan di atas adalah bantahan terhadap orang yang mengklaim bahwa al-ibanah adalah kitab yang dipalsukan atas nama al-imam Abul Hasan al-asy ari rahimahullah. Demikian pula, ini adalah bantahan terhadap orang yang mengklaim bahwa al-ibanah bukanlah karya tulis beliau yang terakhir. Tujuan mereka tiada lain adalah pengaburan sejarah agar umat tetap berada di atas mazhab Asy ari yang hakikatnya adalah mazhab Kullabiyah sebuah mazhab yang telah ditinggalkan oleh al-imam Abul Hasan al-asy ari rahimahullah. Setelah menyebutkan beberapa nukilan dari para imam terkemuka (6) tentang

sahnya penyandaran kitab al-ibanah kepada al-imam Abul Hasan al-asy ari rahimahullah, asy-syaikh Hammad bin Muhammad al-anshari rahimahullah mengatakan, Beberapa nukilan yang tegas dari para imam terkemuka ini yang dua ekor kambing tidak saling beradu tanduk karenanya dan dua orang takkan berselisih karenanya pula menunjukkan bahwa kitab al-ibanah bukanlah kitab yang dipalsukan atas nama al-imam Abul Hasan al-asy ari rahimahullah, sebagaimana halnya klaim para anak muda dari kalangan ahli taklid. Bahkan, kitab tersebut merupakan karya tulis beliau yang terakhir. Beliau tetap kokoh di atas kandungan kitab tersebut, yaitu akidah salaf yang bersumber dari al-qur anul Karim dan Sunnah Nabi Subhanahuwata ala. (al-imam Abul Hasan al-asy ari, hlm. 72). Satu hal yang penting untuk diingatkan bahwa mazhab yang hingga hari ini dikenal dengan sebutan mazhab Asy ari atau ASWAJA, tiada lain adalah kelanjutan dari mazhab Kullabiyah, yang telah ditinggalkan oleh al-imam Abul Hasan al-asy ari sendiri. Bahkan, dengan tegas beliau menyatakan bahwa beliau berada di atas jalan Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam dan as-salafush shalih, sejalan dengan al-imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal rahimahullah, dan menyelisihi siapa saja yang berseberangan dengan beliau (7). Hal ini sebagaimana yang beliau torehkan dalam kitab al-ibanah. Bisa jadi, di antara pembaca ada yang bertanya, bisakah disebutkan contoh pernyataan al- Imam Abul Hasan al-asy ari rahimahullah yang ditorehkan dalam kitab al-ibanah itu? Jika demikian, perhatikanlah dengan saksama pernyataan beliau berikut ini, Prinsip yang kami nyatakan dan agama yang kami yakini adalah berpegang teguh dengan Kitab Suci (al- Qur an) yang datang dari Rabb kami Subhanahuwata ala dan Sunnah Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam, serta apa yang diriwayatkan dari para sahabat, tabi in, dan para imam Ahlul Hadits. Kami berprinsip dengannya dan menyatakan seperti apa yang dinyatakan oleh Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal semoga Allah Subhanahuwata ala menyinari wajahnya, mengangkat derajatnya, dan membesarkan pahalanya. Kami menyelisihi siapa saja yang berseberangan dengan beliau karena beliau adalah seorang imam yang mulia dan pemimpin yang utama. Allah Subhanahuwata ala menampakkan kebenaran dengan beliau di kala muncul kesesatan.

Dengan sebab beliau pula, Allah Subhanahuwata ala memperjelas jalan yang lurus, menghancurkan bid ah yang diciptakan oleh ahli bid ah, penyimpangan orang-orang yang menyimpang, dan keraguan orang-orang yang bimbang. Semoga rahmat Allah Subhanahuwata ala selalu tercurahkan kepada beliau, imam yang terkemuka, mulia lagi agung, dan besar lagi terhormat. (al-ibanah hlm. 20 21) Bisa jadi pula, ada yang bertanya, semisal apakah prinsip keyakinan al-imam Abul Hasan al- Asy ari rahimahullah yang sejalan dengan prinsip salaf, Ahlus Sunnah wal Jamaah, dan bertentangan dengan prinsip Mu tazilah (fase pertama beliau) dan prinsip Kullabiyah/Asy ariyah/aswaja (fase kedua beliau)? Tentang hal ini, al-imam Abul Hasan al- Asy ari rahimahullah menyebutkannya secara terperinci dalam kitab al-ibanah. Di antaranya adalah keyakinan beliau bahwa Allah Subhanahuwata ala dapat dilihat di akhirat kelak dengan mata kepala, keyakinan bahwa al-qur an adalah kalamullah (firman Allah Subhanahuwata ala) bukan makhluk, keyakinan bahwa Allah Subhanahuwata ala berada di atas Arsy bukan di mana-mana, dan sebagainya. Semua itu bertentangan dengan prinsip Mu tazilah (fase pertama beliau) dan juga prinsip Kullabiyah/Asy ariyah/aswaja (fase kedua beliau). Untuk lebih rincinya, silakan Anda membaca kitab al-ibanah. Oleh karena itu, tidaklah adil manakala menyandarkan suatu keyakinan/prinsip/mazhab kepada al-imam Abul Hasan al-asy ari rahimahullah selain apa yang beliau torehkan dalam kitab al-ibanah yang mulia, mengingat bahwa itulah potret akhir dari kehidupan beragama yang beliau yakini. Beliau pun berharap bertemu dengan Allah Subhanahuwata ala di atasnya. Para pembaca yang mulia. Demikianlah tiga fase keyakinan yang dilalui oleh al-imam Abul Hasan al-asy ari rahimahullah dalam kehidupan beragama yang penuh kesan. Perjalanan hidup yang sarat akan pengajaran berharga (ibrah) dan renungan. Dari satu keyakinan menuju keyakinan berikutnya, demi mencari kebenaran. Semuanya beliau lalui dengan penuh kesungguhan dan kesabaran. Manakala tampak bagi beliau sebuah kebatilan, tiada enggan beliau tinggalkan. Manakala tampak sebuah kebenaran, tiada enggan pula beliau berpegang teguh dengannya selama hayat masih dikandung badan. Begitulah seharusnya

yang terpatri dalam sanubari setiap insan dalam menyikapi kebatilan dan kebenaran di tengah kehidupan dunia yang penuh cobaan. Akhir kata, sungguh rajutan kata-kata seputar al-imam Abul Hasan al-asy ari rahimahullah di atas belum cukup menggambarkan sosok seorang imam terkemuka yang diliputi oleh keutamaan dan kemuliaan. Namun, semoga yang sedikit ini dapat bermanfaat dan berkesan bagi setiap insan yang haus akan kebenaran. Wallahul musta an. Sumber: Majalah Asy Syariah Catatan Kaki: Kuniah adalah sebutan untuk seseorang selain nama dan julukannya, seperti Abul Hasan dan Ummul Khair. Kuniah biasanya didahului oleh kata abu (ayah), ummu (ibu), ibnu (putra), akhu (saudara laki-laki), ukhtu (saudara perempuan), ammu (paman dari pihak ayah), ammatu (bibi dari pihak ayah), khalu (paman dari pihak ibu), atau khalatu (bibi dari pihak ibu). Terkadang, kuniah disebutkan bersama nama dan julukan seseorang, dan terkadang pula disebutkan secara tersendiri. Di kalangan bangsa Arab, kuniah digunakan sebagai panggilan kehormatan bagi seseorang. (Lihat al-mu jamul Wasith 2/802) 2 Al-Asy ar adalah julukan bagi Nabt bin Udad bin Zaid bin Yasyjub bin Uraib bin Zaid bin Kahlan bin Saba bin Yasyjub bin Ya rub bin Qahthan. Al-Asy ar artinya seorang yang banyak rambutnya. Ia disebut demikian karena tubuhnya ditumbuhi oleh rambut sejak dilahirkan oleh ibunya. (Lihat Nasab Ma d wal Yaman al-kabir 1/27) Julukan tersebut muncul di hari kematian beliau, saat manusia saling berucap, Telah meninggal dunia pada hari ini Nashiruddin (Pembela Agama). (Lihat Tabyin Kadzibil Muftari karya al-imam Ibnu Asakir, hlm. 375) Untuk mengetahui hakikat kelompok sesat Mu tazilah, silakan baca rubrik Manhaji Majalah Asy-Syari ah Vol. 1/No. 09/1425 H/2004. Judul lengkapnya adalah al-ibanah an Ushulid Diyanah. Di antara mereka adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, al-imam Ibnu Asakir, al-imam al- Baihaqi, al-imam Ibnul Qayyim, dll.

Perlu diketahui, mazhab Asy ari atau ASWAJA atau Kullabiyah, semuanya berseberangan dengan prinsip yang diyakini oleh al-imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal rahimahullah. Dengan demikian, berseberangan pula dengan prinsip yang diyakini oleh al-imam Abul Hasan al-asy ari rahimahullah. Tajuddin as-subki rahimahullah seorang tokoh mazhab Syafi i berkata, Abul Hasan al-asy ari adalah tokoh besar Ahlus Sunnah setelah al-imam Ahmad bin Hanbal. Akidah beliau adalah akidah al-imam Ahmad rahimahullah, tiada keraguan dan kebimbangan padanya. Inilah yang ditegaskan berkali-kali oleh Abul Hasan al- Asy ari dalam beberapa karya tulis beliau. (Thabaqat asy-syafi iyyah al-kubra 4/236 Related Posts SIAPAKAH ABUL HASAN AL-ASY'ARI? SIAPAKAH ABUL HASAN AL-ASY'ARI? Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak Penjelasan Singkat tentang Abul Hasan al-asy ari Abul Hasan al-asy ari adalah sosok yang sangat terkenal di negeri kita PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN ASY'ARIYAH PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN ASY'ARIYAH Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak Setelah kita menelusuri sosok Imam Abul Hasan al-asy ari, ternyata beliau adalah salah seorang ulama Ahlus Sunnah, bahkan dengan tegas ASY'ARIYAH BUKAN PENGIKUT ABUL HASAN AL-ASY'ARI ASY'ARIYAH BUKAN PENGIKUT ABUL HASAN AL-ASY'ARI Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak Telah kita ketahui bahwa Asy ariyah adalah kelompok ahlul kalam yang muncul setelah berakhirnya masa generasi Tuduhan Dan Kedustaan Terhadap Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah TUDUHAN DAN KEDUSTAAN TERHADAP SYAIKHUL ISLAM IBNU TAIMIYAH Ditulis oleh: Al- Ustadz Abu Muhammad Harits Syaikhul Islam pernah mengungkapkan: Di antara Sunnatullah yang ada, apabila Dia Agama Ini Telah Sempurna AGAMA INI TELAH SEMPURNA Ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Muhammad Harits Abrar Thalib Allah subhanahuwata ala menurunkan agama Islam dalam keadaan telah sempurna. Ia tidak

membutuhkan penambahan