Cacat shrinkage. 1 1,0964 % Bentuk : merupakan HASIL DAN ANALISA DATA. 5.1 Hasil Percobaan

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061

Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Dimensi Cil dalam (Internal Chill) terhadap Cacat Penyusutan (Shrinkage) pada Pengecoran Aluminium 6061

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN:

STUDI SIMULASI DAN EKSPERIMEN PENGARUH KETEBALAN DINDING EXOTHERMIC RISER TERHADAP CACAT SHRINKAGE PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 METODE SAND CASTING

PENGARUH VOLUME EXOTHERMIC RISER TERHADAP CACAT SHRINKAGE PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE SAND CASTING

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

PENGARUH VOLUME EXOTHERMIC RISER TERHADAP CACAT SHRINKAGE PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE SAND CASTING

Gambar 1 Sistem Saluran

Pengaruh Bentuk Riser Terhadap Cacat Penyusutan Produk Cor Aluminium Cetakan Pasir

TI-2121: Proses Manufaktur

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP BEBAN IMPAK MATERIAL ALUMINIUM CORAN

PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK PENGECORAN KODE / SKS : KK / 2 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan bahwa material rockwool yang berbahan dasar batuan vulkanik

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang

BAB IV SIMULASI DAN ANALISIS CETAKAN RING, CONE DAN BLADE

Dasar pengecoran logam

PENGARUH UKURAN RISER TERHADAP CACAT PENYUSUTAN DAN CACAT POROSITAS PRODUK COR ALUMINIUM CETAKAN PASIR

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR GUNUNG TERHADAP KUALITAS DAN FLUIDITAS HASIL PENGECORAN LOGAM PADUAN Al-Si

PENGARUH PERBEDAAN LAJU WAKTU PROSES PEMBEKUAN HASIL COR ALUMINIUM 319 DENGAN CETAKAN LOGAM TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIS

L.H. Ashar, H. Purwanto, S.M.B. Respati. produk puli pada pengecoran evoporatif (lost foam casting) dengan berbagai sistem saluran.

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR GUNUNG TERHADAP KUALITAS DAN FLUIDITAS HASIL PENGECORAN LOGAM PADUAN Al-Si

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

PEMBUATAN POLA dan CETAKAN HOLDER MESIN UJI IMPAK CHARPY TYPE Hung Ta 8041A MENGGUNAKAN METODE SAND CASTING

KONTRAK KULIAH PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron)

STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN GETARAN MEKANIK VERTIKAL TERHADAP PEMBENTUKAN SEGREGASI MAKRO PADA PADUAN EUTEKTIK Sn Bi

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH PENAMBAHAN BUBUK KAYU MERANTI TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai

TUGAS SARJANA. ANALISA PENGARUH BAHAN CETAKAN PADA PENGECORAN PADUAN Al- Cu TERHADAP WAKTU PENDINGINAN DAN SIFAT MEKANIS CORAN

ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN ABU SERBUK KAYU TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061 SIDANG TUGAS AKHIR

PROSES MANUFACTURING

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) B-80

I. PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam yang banyak digunakan dalam komponen

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal ISSN , e-issn

ANALISA PEMILIHAN GFN PASIR SILIKA SEBAGAI BAHAN CETAKAN PASIR TERHADAP JENIS BAHAN LOGAM YANG DICETAK. Abstrak

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMUNIUM PADUAN Al, Si, Cu DENGAN CETAKAN PASIR

Metal Casting Processes. Teknik Pembentukan Material

ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM

BAB I PENDAHULUAN. industri terus berkembang dan di era modernisasi yang terjadi saat. ini, menuntut manusia untuk melaksanakan rekayasa guna

K. Roziqin H. Purwanto I. Syafa at. Kata kunci: Pengecoran Cetakan Pasir, Aluminium Daur Ulang, Struktur Mikro, Kekerasan.

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN DAN TEMPERATUR CETAKAN TERHADAP SIFAT MEKANIS BAHAN PADUAN Al-Zn

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Waktu penelitian ini direncanakan selama tiga bulan yang dimulai dari

BAB I PROSES MANUFAKTUR

REDESAIN DAN PENGGUNAAN MESIN CENTRIFUGAL CASTING

PENGECORAN SENTRIFUGAL (CENTRIFUGAL CASTING) dimana : N = Kecepatan putar (rpm) G factor = Faktor gaya normal gravitasi selama berputar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN CRANKSHAFT MESIN SINAS METODE PENGECORAN PASIR DENGAN BAHAN FCD 600

Studi Eksperimen Pengaruh Jenis Saluran pada Aluminium Sand Casting terhadap Porositas Produk Toroidal Piston

ANALISA PERBANDINGAN PEMAKAIAN RISER RING DAN CROWN PADA PENGECORAN VELG TIPE MS 366 DENGAN UJI SIMULASI MENGGUNAKAN CAE ADSTEFAN

PERANCANGAN PENGECORAN KONSTRUKSI CORAN DAN PERANCANGAN POLA

PENGARUH TEKANAN, TEMPERATUR DIE PADA PROSES SQUEEZE CASTING TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PISTON BERBASIS MATERIAL BEKAS

MODUL PDTM PENGECORAN LOGAM

TUGAS AKHIR POLA DAN PENGECORAN BODY RUBBER ROLL UNTUK SELEP PADI

Pengaruh Variasi Komposisi Kimia dan Kecepatan Kemiringan Cetakan Tilt Casting Terhadap Kerentanan Hot Tearing Paduan Al-Si-Cu

Pengaruh Tekanan, Temperatur Die Pada Proses Squeeze Casting Terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Pada Material Piston Berbasis Material Piston Bekas

PENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP CACAT COR FLUIDITAS DAN KEKERASAN COR

7. Pertumbuhan Kristal (Growth of Crystal)

RENCANA PEMBELAJARAN

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah:

Analisa Pengaruh Penambahan Abu Serbuk Kayu Meranti Terhadap Karakteristik Pasir Cetak dan Cacat Porositas Hasil Pengecoran Aluminium 6061

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor:0-100 (PAN). b. Tugas: Studi kasus penggunaan besi tuang di industri

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

XI. KEGIATAN BELAJAR 11 CACAT CORAN DAN PENCEGAHANNYA. Cacat coran dan pencegahannya dapat dijelaskan dengan benar

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENIUPAN PADA METODA DEGASSING JENIS LANCE PIPE, DAN POROUS PLUG TERHADAP KUALITAS CORAN PADUAN ALUMINIUM A356.

PENGARUH UKURAN PASIR TERHADAP POROSITAS DAN DENSITAS PADA PENGECORAN ALUMINIUM SILIKON (95% Al- 5% Si) DENGAN METODE PENGECORAN EVAPORATIF

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) F-266

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 6. SUHU & PEMUAIANLATIHAN SOAL BAB 6

PENGARUH UKURAN NECK RISER TERHADAP CACAT PENYUSUTAN DAN CACAT POROSITAS PADA PROSES PENGECORAN ALUMINIUM MENGGUNAKAN CETAKAN PASIR SKRIPSI

Studi Penambahan Gula Tetes Pada Cetakan Pasir Terhadap Kuantitas Cacat Blow-hole

Proses Pengecoran Hingga Proses Heat Treatment Piston Di PT. Federal Izumi Manufacturing NAMA : MUHAMMAD FAISAL NPM : KELAS : 4IC04

PENGARUH CETAKAN SILLICONE RUBBER DAN TEMPERATUR TUANG LILIN TERHADAP KUALITAS POLA LILIN PADA INVESTMENT CASTING

ANALISA STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM HASIL PENGECORAN CETAKAN PASIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan

REKAYASA PERANCANGAN CORAN BAJA MENGGUNAKAN BANTUAN PERANGKAT LUNAK SIMULASI SOLIDCAST STUDY KASUS PRODUK LINK TRACK

PENGARUH JARAK DARI TEPI CETAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA CORAN ALUMINIUM

PROSES DASAR PEMBENTUKAN LOGAM

ANALISA PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP ADANYA CACAT PENGECORAN PADA BLOK SILINDER (CYLINDER BLOCK) FCD 450

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH KOMPOSISI CERAMIC SHELL PADA INVESTMENT CASTING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN DAN POROSITAS PRODUK TOROIDAL PISTON

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

PENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA MATERIAL SCH 22 Yusup zaelani (1) (1) Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

KARAKTERISTIK PENGECORAN LOST FOAM PADA BESI COR KELABU DENGAN VARIASI KETEBALAN BENDA

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

BAB I PENDAHULUAN. melakukan rekayasa guna memenuhi kebutuhan yang semakin kompleks, tak terkecuali dalam hal teknologi yang berperan penting akan

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

Proses Manufaktur (TIN 105) M. Derajat A

ANALISIS HASIL PENGECORAN MATERIAL KUNINGAN

PENENTUAN TEMPERATUR OPTIMUM PADA PENGECORAN INVESTMENT CASTING DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN TANAH LIAT

Transkripsi:

5.1 Hasil Percobaan TUGAS AKHIR METALURGI BAB 5 HASIL DAN ANALISA DATA Hasil percobaan yang telah dilakukan di dapatkan cacat shrinkage yang cukup besar pada bagian pertemuan bagian silinder dan balok. Dengan penambahan cil luar atau fin cacat shrinkage yang dihasilkan berkurang dan berpindah menuju saluran masuk. Seperti ditunjukan pada tabel 5.1.1 5.1.1 Tabel Cacat Shrinkage Hasil Pengecoran pengecoran Cacat shrinkage Repelika Prosentase volume Bentuk dan letak Gambar Tanpa fin maupun cil luar 1 1,0964 % Bentuk : merupakan tembereng bola dengan perkiraan diameter 4,5 cm Letak : cacat terletak diantara pertemuan bagian silinder dengan balok. 65

2 1,0980% Bentuk : merupakan TUGAS AKHIR METALURGI tembereng bola dengan perkiraan diameter 5,5 cm Letak : cacat terletak pada bagaian silinder dan berada dekat dengan saluran turun. Shrinkage Dengan fin 1 1,0942 % Bentuk : merupakan tembereng bola dengan memiliki diameter lebih kecil dengan perkiraan diameter 4,25 cm Letak : cacat terletak pada bagaian silinder dan berada di bagian tengah dari silinder. shrinkage 2 1,0820% Bentuk : merupakan tembereng bola dengan memiliki diameter lebih 66

kecil dengan perkiraan diameter 3,12 cm Letak : cacat terletak pada bagaian silinder dan bergeser ke arah saluran turun. Dengan Cil luar 1 1,070% Bentuk : merupakan tembereng bola dengan memiliki diameter lebih kecil dengan perkiraan diameter 3,1 cm Letak : cacat terletak pada bagaian silinder dan bergeser ke arah saluran turun. shrinkage 2 1,0674% Bentuk : merupakan tembereng bola dengan memiliki diameter lebih kecil dengan perkiraan diameter =2,9 cm Letak : cacat terletak pada bagaian silinder dan bergeser ke arah saluran turun. shrinkage 67

5.1.2 Hasil Pengukuran Temperatur Pada Pengecoran Tanpa Fin dan Cil luar Gambar 5.7 Grafik Distribusi Temperatur Pengecoran Tanpa Fin dan Cil Luar Grafik 5.7 merupakan grafik distibusi temperatur pada bagian permukaan benda cor yang terdiri dari 3 titik pengambilan data yaitu : Grafik termo 1 adalah pembacaan temperatur di bagian benda kerja yang dekat dengan saluran turun. Grafik termo 2 adalah pembacaan temperatur di bagian benda kerja yang mengalami cacat Shrinkage. Grafik termo 3 adalah pembacaan temperatur di bagian ujung benda kerja. 68

5.1.3 Hasil Pengukuran Temperatur Pada Pengecoran Dengan Fin Gambar 5.8 Grafik Distribusi Temperatur Pengecoran Dengan Fin Grafik 5.8 merupakan grafik distibusi temperatur pada bagian permukaan benda cor yang terdiri dari 3 titik pengambilan data yaitu : Grafik termo 1 adalah pembacaan temperatur di bagian benda kerja yang dekat dengan saluran turun. Grafik termo 2 adalah pembacaan temperatur di bagian benda kerja yang mengalami cacat Shrinkage. Grafik termo 3 adalah pembacaan temperatur di bagian ujung benda kerja. 69

5.1.4 Hasil Pengukuran Temperatur Pada Pengecoran Dengan Cil Luar Gambar 5.9 Grafik Distribusi Temperatur Pengecoran Dengan Cil Luar Grafik 5.9 merupakan grafik distibusi temperatur pada bagian permukaan benda cor yang terdiri dari 3 titik pengambilan data yaitu : Grafik termo 1 adalah pembacaan temperatur di bagian benda kerja yang dekat dengan saluran turun. Grafik termo 2 adalah pembacaan temperatur di bagian benda kerja yang mengalami cacat Shrinkage. Grafik termo 3 adalah pembacaan temperatur di bagian ujung benda kerja. 70

5.1.5 Perbandingan Pengecoran Dengan Mengunakaan Fin dan Cil Luar (External Chill). Gambar 5.10 Grafik Pendinginan Termo 2 Pada Hasil Pengecoran Tanpa Fin, Dengan Cil dan Fin Grafik biru merupakan pembacaan temperatur termo 2 pada pengecoran tanpa fin dan cil luar Garfik merah merupakan pembacaan temperatur termo 2 pada pengecoran menggunakan fin. Grafik hijau merupakan pembacaan temperatur termo 2 pada pengecoran menggunakan cil luar. 71

5.2 Analisa Data dan Pembahasan 5.2.1 Hasil Pengecoran Tanpa Fin dan Cil Luar (External Chill) Dari hasil percobaan pada proses pengecoran tanpa fin dan cil luar terjadi cacat shrinkage yang cukup besar (0,1414-0,1980%) terlihat pada tabel 5.1.1 Cacat tersebut terjadi diakibatkan oleh laju pendinginan logam cair yang tidak seragam pada bagian benda cor yang mempunyai perbedaan ketebalan dan luas permukaan yang cukup besar. Proses pendinginan benda cor setelah penuangan logam cair terjadi dari bagian pinggir yang bersentuhan langsung dengan pasir cetak dan berlanjut sampai bagian tengah benda cor, proses perubahan fase dari liquid menjadi solid pada logam cair akan menimbulkan penurunan volume dari logam cair itu sendiri. Pada bagian benda cor yang mempunyai volume yang kecil tidak mengalami penyusutan disebabkan adanya pasokan logam cair dari bagian yang memiliki volume yang lebih besar, sehingga bagian ini dapat terisi penuh. Lain halnya pada bagian yang memiliki volume yang lebih besar, bagian ini tidak dapat terisi penuh oleh logam cair dari bagian saluran masuk karena saluran masuk lebih dahulu membeku akibat volume yang lebih kecil dan adanya kontak langsung dengan udara luar. Oleh karena itu pada bagian volume yang lebih besar tidak dapat terisi penuh dengan logam cair dan mengalami penyusutan akibat perubahan fase dan penurunan temperatur yang terjadi. 72

Dari grafik 5.7 terlihat bahwa terjadi perbedaan penurunan suhu di ketiga titik pada benda cor yang dipasang termokopel. Grafik termo 2 adalah titik pembacaan temperatur yang terpasang pada bagian benda cor yang mengalami Shrinkage memiliki temperatur yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua grafik yang lain. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang digunakan dimana cacat Shrinkage terjadi pada daerah yang paling lama membeku. 5.2.2 Hasil Pengecoran Dengan Menggunakan Fin Dari hasil percobaan pada proses pengecoran dengan menggunakan fin cacat shrinkage yang terjadi mengalami penurunan (0,141-0,0870 %) terlihat dan arahnya bergeser kearah saluran turun. Terlihat pada tabel 5.1.1 Pengecoran dengan penambahan fin memberikan pengaruh pada hasil pengecoran karena fungsi dari fin adalah digunakan untuk memberikan penambahan luasan yang bersentuhan dengan pasir cetak,sehingga pada proses pendinginan bagian tang tebal cepat mendingin. Fin juga berfungsi sebagai penambah logam cair sehingga bagian benda cor dengan volume lebih besar dapat terisi dan mengurangi penyusutan. Dari garfik 5.8 terlihat bahwa pada grafik termo 2 memiliki temperatur yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembacaan termokopel di kedua titik yang lain. Hal tersebut terjadi karena pada bagian termo 2 adalah pengukuran dari daerah yang terjadi cacat Shrinkage, dimana daerah tersebut merupakan daerah yang mengalami pendinginan paling lambat sehingga daerah tersebut rawan terhadap cacat Shrinkage. Dibandingkan dengan pengecoran tanpa menggunakan fin, pengecoran dengan fin memiliki nilai temperatur yang lebih rendah dibandingkan pengecoran tanpa fin khususnya di bagian termo 2 yang sering terjadi cacat Shrinkage. Dari hal tersebut 73

dapat dikatakan fin memiliki keefektifan yang cukup baik untuk mempercepat pendinginan pada pengecoran. pemberian fin akan menyebabkan luasan permukaan yang bersentuhan dengan pasir cetak menjadi lebih luas sehingga panas yang diserap pasir cetak akan menjadi lebih besar. 5.2.3 Hasil Pengecoran Dengan Menggunakan Cil Luar Dari hasil percobaan pada proses pengecoran dengan menggunakan cil luar cacat shrinkage yang terjadi mengalami penurunan (0,070-0,0674 %) dan arahnya bergeser kearah saluran turun. Terlihat pada tabel 5.1.1 Cil luar (external chill) yang digunakan pada pengecoran ini adalah berbahan dasar besi (iron), dimana memiliki titik lebur diatas titik lebur Aluminium sehingga dapat digunakan dalam pengecoran dengan bahan dasar Aluminium. Cil luar dengan bahan dasar besi (iron) memiliki kemampuan melepas panas (kalor) yang cukup baik dibandingkan dengan pasir cetak seperti terlihat pada tabel 5.2 Pada pengecoran dengan menggunakan cil luar cacat Shrinkage bergeser ke arah tengah bagian benda yang memiliki ketebalan dan luas permukaan yang besar dan cenderung menuju ke arah sistem saluran. Pada pengecoran ini cil luar (External Chill) berfungsi untuk mempercepat pendinginan permukaan benda cor yang tebal sehingga panas dapat lebih cepat lepas ke lingkungan dan pendinginan pada bagian yang tebal tersebut dapat lebih cepat mendingin. 74

Tabel 5.1 Heat Diffusivity of Mold [6] Material Heat diffusivity M J 2 / m 4 k 2 s 10,3 Sand 4,5 Invesment 3,2 Plaster Pure iron 262 Graphite 490 Dari grafik 5.9 terlihat bahwa pada grafik termo 2 memiliki temperatur yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembacaan termokopel di kedua titik yang lain. Hal tersebut terjadi karena pada bagian termo 2 adalah pengukuran dari daerah yang terjadi cacat Shrinkage, dimana daerah tersebut merupakan daerah yang mengalami pendinginan paling lambat sehingga daerah tersebut rawan terhadap cacat Shirnkage. Jika dibandingkan dengan pengecoran tanpa menggunakan cil luar (external chill), pengecoran dengan cil luar (external chill) memiliki nilai temperatur yang lebih rendah dibandingkan pengecoran tanpa fin khususnya di bagian termo 2 yang sering terjadi cacat shrinkage. Dari hal tersebut dapat dikatakan cil luar memiliki keefektifan yang cukup baik untuk mempercepat pendinginan pada pengecoran. 75

Dari grafik 5.9 terlihat bahwa pada termo 2 dimana bagian yang diberikan cil luar terlihat penurunan temperatur yang cukup tinggi pada menit awal. Hal tersebut terjadi karena pada saat logam cair masuk dan mengenai cil luar, panas yang diserap oleh cil luar jauh lebih besar dibandingkan dengan pasir cetak sehingga temperatur pada termo 2 menunjukan penurunan temperatur yang tinggi. Setelah temperatur antara cil luar dan benda cor seimbang maka perpindahan panas terjadi ke pasir cetak sehingga temperatur turun secara perlahan. 76

5.2.4 Perbandingan Pengecoran Dengan Mengunakaan Fin dan Cil Luar (External Chill). Dari hasil eksperimen yang dilakukan didapatkan beberapa hasil yang cukup baik untuk membandingkan keefektifan kedua cara mengurangi dari cacat shrinkage. Jika dilihat dari hasil benda cor secara umum kedua cara tersebut memiliki keefektifan yang cukup baik, tetapi penggunaan cil luar memiliki kelebihan lebih dapat mengurangi besarnya cacat shrinkage. Seperti terlihat pada gambar 5.1 dan gambar 5.3. Dari grafik 5.10 laju pendinginan pada termo 2 yang di dapatkan dari hasil pengecoran menunjukan bahwa dengan menggunakan cil luar khususnya pembacaan termo 2 memiliki temperatur yang lebih randah dibandingkan dengan yang menggunakan fin sehingga dapat dikatakan penggunaan cil luar (external chill) lebih efektif mempercepat pendinginan dari benda hasil pengecoran. Penggunaan cil luar (external chill) adalah praktis dan lebih unggul baik dalam proses pembuatan cetakan mampu proses pengerjaan akhir setelah pengecoran. Dengan cil luar pola tidak perlu ditarik seperti pada pengerjaan cetakan pada fin. Selain itu setelah pengecoran dengan menggunakan cil luar tidak perlu proses permesinan berikutnya seperti yang harus dilakukan pada fin. Penempatan cil luar juga bisa lebih flexible di tempatkan pada cetakan dan dapat mengikuti kontur dari pola. Lain halnya penggunaan fin lebih terbatas, karena fin sendiri adalah penambahan surface dari benda sehingga kurang leluasa untuk penempatannya. 77

BAB 6 TUGAS AKHIR METALURGI 6.1 KESIMPULAN KESIMPUALAN DAN SARAN Dari hasil percobaan dan analisa di dapatkan beberapa kesimpulan diantara lain adalah: 1. Pengunaan fin dan cil luar pada pengecoran benda yang memiliki ketebalan yang berbeda dapat berfungsi dengan baik mengurangi atau dapat dikatakan menggeser cacat shrinkage ke daerah saluran turun. 2. Penggunan cil luar (external chill) lebih efektif dibandingkan dengan fin. Terlihat dari besarnya prosentase cacat shrinkage yang dihasilkan (0,070-0,0674%) oleh penggunan cil luar (external chill) jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan penggunaan fin (0,0141-0,0870%). 3. Dari grafik yang di dapatkan dari pengukuran menggunakan termokopel, pada termo 2 (daerah yang mengalami cacat shrinkage) penurunan temperatur dengan menggunakan cil luar lebih baik dan lebih seragam jika dibandingkan dengan fin atau pun tanpa keduanya. 6.2 SARAN 1. Hasil percobaan yang dilakukan dapat dikembangkan seperti dengan penambahan variasi material dari cil luar 2. Alat pengukuran temepratur yang dibuat dapat di sempurnakan agar grafik yang terbaca lebih akurat 78

DAFTAR PUSTAKA 1. AFS Training & Research Institute (1972), Basic Principle of Gating and Risering, Des Plainers Illionis. 2. Incopera Frank (1972), Fundamental of Heat and Mass Transfer, Jhon wiley and Son. 3. Jain.P.L. (1983), Principles of Foundry Technology, Tata McGraw-Hill Publishing Ltd, New Delhi. 4. Surdia Tata (2000), Teknik Pengecoran Logam, Prandya Paramita, Jakarta. 5. Vladimir kotznetsov (2001), Cooling Aid Selection for Sand Mold Casting of Aluminium, Moscow State and Alloy University, Russia. 6. Cambhell jhon[1982], Casting, Jhon wiley and Son. 79

80