Julius Hidayat, Agus Suyatno,Suriansyah, (2012), PROTON, Vol. 4 No 2 / Hal 23-29

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET Suriansyah Sabaruddin 1)

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH. Toni Dwi Putra 1) & Budyi Suswanto 2)

PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH

VARIASI CAMPURAN BAHAN BAKAR DENGAN PERALATAN ELEKTROMAGNET TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR BAKAR BENSIN 3 SILINDER

PENGARUH PEMAKAIAN MEDAN ELEKTROMAGNET TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN JENIS DAIHATSU HIJET

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K

PENGARUH MEDAN ELEKTROMAGNET TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN 4 TAK 1 SILINDER

PENGARUH CAMPURAN BAHAN BAKAR DENGAN PERALATAN ELEKTROMAGNET TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR BAKAR BENSIN 3 SILINDER

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

PENGARUH LETAK MAGNET TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA ELECTRONIC FUEL INJECTION PADA SEPEDA MOTOR ABSTRAK

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

Andersen Karel Ropa, Naif Fuhaid, Nova Risdiyanto Ismail, (2012), PROTON, Vol. 4 No 2 / Hal 1-4

PENGARUH PENAMBAHAN ZAT ADITIF PADA BAHAN BAKAR TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR

PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR INJEKSI ABSTRAK

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

ANALISA PERBANDINGAN EMISI GAS BUANG BAHAN BAKAR LGV DENGAN PREMIUM PADA DAIHATSU GRAND MAX STANDAR

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

BAB III DATA DAN PEMBAHASAN

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG. Oleh : Hari Budianto

Pemanfaatan Elektrolisis Sebagai Alternatif Suplemen Bahan Bakar Motor Diesel Untuk Mengurangi Polusi Udara

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PENGARUH CAMPURAN PREMIUM DENGAN KAPUR BARUS (NAPTHALEN) TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN SUPRA X 125 CC

ANALISA EMISI GAS BUANG MESIN EFI DAN MESIN KONVENSIONAL PADA KENDARAAN RODA EMPAT

ANALISIS PERBANDINGAN KADAR GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK (CDI) DAN PENGAPIAN KONVENSIONAL

BAB II LANDASAN TEORI. didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN

Surya Didelhi, Toni Dwi Putra, Muhammad Agus Sahbana, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 23-28

PENGARUH PERUBAHAN SUDUT PENYALAAN (IGNITION TIME) TERHADAP EMSISI GAS BUANG PADA MESIN SEPEDA MOTOR 4 (EMPAT) LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

SFC = Dimana : 1 HP = 0,7457 KW mf = Jika : = 20 cc = s = 0,7471 (kg/liter) Masa jenis bahan bakar premium.

KAJIAN EKSPERIMENTAL TENTANG PENGARUH INJEKSI UAP AIR PADA SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 2 LANGKAH 110 CC

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

PENGARUH PENGGUNAAN CAMPURAN TOP ONE OCTANE BOOSTER DENGAN PREMIUM TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN 4 TAK

PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR

Pengaruh variasi celah reed valve dan variasi ukuran pilot jet, main jet terhadap konsumsi bahan bakar pada sepeda motor Yamaha F1ZR tahun 2001

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Faizur Al Muhajir, Toni Dwi Putra, Naif Fuhaid, (2014), PROTON, Vol. 6 No 1 / Hal 24-29

Efisiensi Suhu Kerja Mesin Antara Pemakaian Water Pump Dan Tanpa Water Pump Pada Mesin Diesel Satu Silinder Merk Dong Feng S195

Pengaruh Penambahan Senyawa Acetone Pada Bahan Bakar Bensin Terhadap Emisi Gas Buang

BAB I PENDAHULUAN.

PENAMBAHAN REAKTOR PLASMA DBD (DIELECTRIC-BARRIER DISCHARGE)

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR MELALUI PIPA BERSIRIP TRANSVERSAL PADA UPPER TANK

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PERTAMAX 92 TERHADAP DAYA DAN EMISI GAS BUANG PADA HONDA VARIO TECHNO 125

BAB II TEORI DASAR Komponen sistem pengapian dan fungsinya

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN CATALYTIC CONVERTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR YAMAHA Rx-King TAHUN PEMBUATAN 2006

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN THREE WAY CATALYTIC CONVERTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA KENDARAAN TOYOTA KIJANG INNOVA

UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR SOLAR, BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX TERHADAP PRESTASI MOTOR DIESEL SILINDER TUNGGAL

III. METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini meliputi : mesin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PEMASANGAN SUPERCHARGER TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR BENSIN SATU SILINDER

Oleh : Gunadi, S.Pd NIP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 100 cc. uji yang digunakan adalah sebagai berikut :

KAJI EKSPERIMENTAL GEET REACTOR SEBAGAI PENGGANTI KARBURATOR DALAM UPAYA PERBAIKAN KADAR EMISI GAS BUANG MOTOR SATU SILINDER 4-TAK

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

PENGARUH VARIASI LARUTAN WATER INJECTION PADA INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA DAN EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR BIODIESEL (MINYAK JARAK-SOLAR) TERHADAP KANDUNGAN EMISI GAS BUANG MESIN DIESEL

OPTIMALISASI WAKTU PADA SAAT AKSELERASI MESIN TOYOTA 4 AFE DENGAN MEMANIPULASI MANIFOLD ABSOLUTE PRESSURE (MAP)

USAHA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR DENGAN SISTEM PENGAPIAN CDI. Ireng Sigit A ) Abstrak

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji

Edi Sarwono, Toni Dwi Putra, Agus Suyatno (2013), PROTON, Vol. 5 No. 1/Hal

PENGARUH PERUBAHAN TITIK BERAT POROS ENGKOL TERHADAP PRESTASI MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH

Selenoid valve 12 volt, suhu, torsi maksimum, daya maksimum, dan emisi gas buang

UJI KERJA INJEKTOR TERHADAP PUTARAN DAN JENIS SEMPROTAN MENGGUNAKAN ALAT UJI INJEKTOR ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

INFO TEKNIK Volume 5 No. 1, Juli 2004 (18-25)

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin

Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4-

PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR. DisusunOleh: MHD YAHYA NIM

BAB II TINJAUAN LITERATUR

ANALISA PENGGUNAAN BAHAN BAKAR BENSIN JENIS PERTALITE DAN PERTAMAX PADA MESIN BERTORSI BESAR ( HONDA BEAT FI 110 CC )

KAJIAN EKSPRIMENTAL PENGARUH BAHAN ADITIF OCTANE BOSTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN DIESEL

PENGARUH VARIASI UKURAN MAIN JET KARBURATOR DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125

BAB IV HASIL DAN ANALISA. 4.1 Perhitungan konsumsi bahan bakar dengan bensin murni

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Makassar 2

PERBEDAAN DAYA PADA MESIN PENGAPIAN STANDAR DAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja

Transkripsi:

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET 1000 Julius Hidayat (1) Agus Suyatno (2).Suriansyah (3) ABSTRAK Emisi gas buang adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar didalam mesin pembakaran dan mesin pembakaran luar, yang dikeluarkan melalui sistem pembuangan mesin. Dari alat uji emisi ada 5 unsur dalam emisi gas buang yang akan dikaji yaitu CO, HC, CO2, O2 dan NOx. Dalam penelitian ini adalah melakukan suatu percobaan yaitu memberikan suatu treatment terhadap bahan bakar premium dengan memanaskan bakan bakar tersebut melalui pipa yang dipasang pada upper tank, sehingga diharapkan memperoleh suatu kondisi dimana campuran bahan bakar dengan udara diharapkan dapat lebih baik, sehingga bahan bakar dapat terbakar dengan sempurna dan menghasilkan emisi gas buang yang relatif aman. Proses perlakuan pemanasan bahan bakar dilakukan dengan memanfaatkan fluida di yang berada pada upper tank yaitu dengan membuat saluran yang terbuat dari pipa tembaga melalui upper tank dengan panjang pipa pemanas bahan bakar yaitu panjang 500 mm dan jenis bahan bakar yaitu : premium pada putaran mesin 1000, 1500, 2000, 2500 Rpm, serta temperatur keja mesin (60 80 C) dan beban output yang tetap sebesar 3Kg. Sistem pemanasan bahan bakar dengan media, kadar kandungan emisi gas CO sebesar 0,21 %, CO2 6,30 %, HC 849 ppm, O2 9,6%, dan NOx sebesar 1832,2 ppm. Hal ini dapat dikatakan bahwa gas buang mobil daihatsu hijet 1000 tergolong ramah lingkungan. Kata kunci:, bahan bakar dan gas buang. PENDAHULUAN Kesadaran masyarakat akan pencemaran udara akibat gas buang kendaraan bermotor dikota-kota besar saat ini makin tinggi. Dari berbagai sumber bergerak seperti mobil penumpang, truk, bus lokomotif kereta api, kapal terbang, dan kapal laut, kendaraan bermotor saat ini maupun dikemudian hari akan menjadi sumber yang dominan dari pencemaran udara di perkotaan. Di DKI jakarta, kontribusi bahan pencemar kendaraan bermotor keudara adalah sekitar 70%. Resiko kesehatan yang dikaitkan dengan pencemaran udara di perkotaan secara umum, banyak menarik perhatian dalam beberapa dekade belakangan ini. Di banyak kota besar, gas buang kendaraan bermotor menyebabkan ketidaknyamanan pada orang yang berada di tepi jalan dan menyebabkan masalah pencemaran udara juga. Beberapa studi epidemiologi dapat menyimpulkan adanya hubungan yang erat antara tingkat pencemaran udara perkotaan dengan angka kejadian penyakit pernapasan. Pengaruh dari pencemaran khususnya akibat kendaraan bermotor tidak sepenuhnya dapat dibuktikan karena sulit dipahami dan bersifat kumulatif. Kendaraan bermotor akan mengeluarkan berbagai gas jenis maupun partikulat yang terdiri dari berbagai senyawa anorganik dan organik dengan berat molekul yang besar yang dapat langsung terhirup melalui hidung dan mempengaruhi masyarakat di jalan raya dan sekitarnya. Kajian ini kami tujukan untuk mengetahui tinggirendahnya kadar emisi gas buang dan pemakaian bahan bakar, kemudian membandingkan kadar emisi gas CO, HC, CO2, O2 dan NOx dengan jenis kendaraan daihatsu lainnya. Dari hasil penelitian tersebut disesuaikan dengan standar emisi yang ada. TINJAUAN PUSTAKA Prinsip Kerja Motor Bensin Pada motor bensin, bensin dibakar untuk memperoleh energi termal. Energi ini selanjutnya digunakan untuk melakukan gerakan mekanik. Prinsip kerja motor bensin, secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut : campuran udara dan bensin dari karburator di isap masuk ke dalam silinder, dimampatkan oleh gerak naik torak, dibakar untuk memperoleh tenaga panas. Bila torak bergerak turun naik di dalam silinder dan menerima tekanan tinggi akibat pembakaran, maka suatu tenaga kerja pada torak memungkinkan torak terdorong ke bawah. Bila batang torak dan poros engkol dilengkapi untuk merubah gerakan turun naik menjadi gerakan putar, torak akan menggerakkan batang torak dan akan memutarkan poros engkol. Dan juga diperlukan untuk membuang gas-gas sisa pembakaran dan penyediaan campuran udara dan bensin pada saatsaat yang tepat untuk menjaga agar torak dapat bergerak secara periodik dan melakukan kerja tetap. Kerja periodik di dalam silinder dimulai dari pemasukan campuran udara dan bensin ke dalam silinder, sampai pada kompresi, pembakaran dan pengeluaran gas-gas sisa pembakaran dari dalam silinder inilah yang disebut dengan siklus mesin. Pada motor bensin terdapat dua macam tipe yaitu: motor bakar 4 tak dan motor bakar 2 tak. Pada motor 4 tak, untuk melakukan satu siklus memerlukan 4 gerakan torak atau dua kali putaran 23

poros engkol, sedangkan pada motor 2 tak, untuk melakukan satu siklus hanya memerlukan 2 gerakan torak atau satu putaran poros engkol. Bensin Bensin adalah zat cair yang yang di hasilkan dari hasil pemurnian minyak bumi dan mengandung unsur karbon dan hidrogen. Sifat sifat utama bensin 1. Mudah menguap pada suhu biasa. 2. Tidak berwarna,jernih,dan berbau merangsang 3. Titik nyala rendah 4. Berat jenis rendah(0,6-0,78). 5. Melarutkan minyak dan karet. 6. Menghasilkan panas yang tinggi antara 9.5000-10.500 kkal/kg. 7. Meninggalkan sedikit sisa karbon 8. Nilai oktan 72-82 Sifat sifat penting yang harus diperhatikan pada bahan bakar bensin : 1. Kecepatan menguap (volatility), 2. Kadar belerang, 3. Ketepatan penyimpanan, 4. Kadar dan titik beku, 5. Titik embun, 6. Titik nyala, 7. Berat jenis. Proses Pembakaran Pembakaran adalah reaksi kimia antara bahan bakar dengan oksigen diiringi kenaikan panas dan nyala. Pada pembakaran dalam silinder motor, pembentukan panas itulah yang dibutuhkan. Hasilhasil reaksi kimia dibuang sebagai asap, dan tenaga panas itu selanjutnya akan diubah menjadi tenaga mekanis Bahan bakar motor terutama terdiri dari hidrokarbon, yakni ikatan ikatan majemuk atom hidrogen dan karbon. Dikatakan ikatan majemuk karena ia dapat dipisahkan atau diuraikan secara kimia ke dalam dua atau lebih zat yang lebih sederhana Reaksi kimia dari pembakaran elemen karbon dan hidrogen adalah : C + O2 = CO2 H2 + 0,5O2 = H2O Reaksi kimia pada pembakaran bensin yang yang merupakan campuran dari hidrokarbon dengan penambahan belerang danzat lemas (N) adalah: CH4 + 2O2 = CO2 + 2H2O Kadar belerang di dalam bahan bakar sangat tidak diharapkan, karena dapat membentuk gas hidrogen sulfat yang sangat beracun. Kadar belerang di dalam bahan bakar pada saat ini sangat di batasi. Untuk mencari kebutuhan udara teiritis untuk sejumlah bahan bakar tertentu. Dilakukan dengan perhitungan berat molekul dari komponen-komponen yang mengalami reaksi kimia. CH4 + 2O2 = CO2 + 2H2O 16g + 64g = 44g + 36g Untuk setiap gram bahan bakar dibutuhkan oksigen sebanyak 4 g. Berhubung oksigen diambil dari udara. Sedangkan di dalam udara juga terdapat zat lemas (N) dan komponen lainnya yang lebih sedikit kadarnya, maka dengan diketahui perbandingan kadar oksigennya dan zat lemas, dapat dicari kebutuhan udara teoritis. Kebutuhan udara teoritis adalah 4 : 0,232 = 17,24g dengan demikian setiap gram bahan bakar membutuhkan secara teoritis 17,24 gr udara agar terjadi pembakaran yang sempurna. Radiator Radiator mendinginkan cairan pendingin yang telah menjadi panas setelah mendinginkan mesin. Radiator terdiri dari tangki air bagian atas (upper water tank), tangki air bagian bawah (lower water tank) dan core pada bagian tengahnya. Cairan pendingin masuk ke dalam upper tank dari selang atas (upper hose). Upper tank dilengkapi dengan tutup untuk menambah air pendingin. Selain itu juga dihubungkan dengan selang ke reservoir tank sehingga air pendingin atau uap yang berlebihan dapat ditampung. Lower tank dilengkapi dengan outlet dan kran penguras. Inti terdiri dari pipa-pipa yang dapat dilalui air pendingin dari upper tank ke lower tank. Selain itu juga dilengkapi dengan sirip-sirip pendingin fungsinya untuk menyerap panas dari cairan pendingin (New Step 1 Toyota Astra Motor). Komposisi gas buang Sumber emisi gas buang itu sendiri berupa H₂O (air), HC (senyawa hidrat), gas CO (karbon mooksida), CO₂ (karbon dioksida), dan NOx (senyawa nitrogen oksida). 1. H₂O H₂O merupakan hasil pembakaran sempurna dari bensin (senyawa hidrokarbon) yang bereaksi dengan oksigen. Pernahkah kalian mendengar istilah mesin banjir pada kendaraan bermotor? mesin itu banjir karena adanya H₂O yang merupakan sisa hasil pembakaran yang tidak terbuang sehingga mengakibatkan mesin itu tidak menyala dan akibat banyaknya H₂O yang tidak terbuang proses pembakaran pada mesin akan terhambat dan dapat menghasilkan emisi-emisi gas yang lain. 2. HC HC merupakan ikatan hidrokarbon berupa senyawa hidrat arang yang dihasilkan akibat proses pembakaran yang tidak sempurna dan sisa hasil pembakaran yang tidak terbuang. Selain itu akibat proses pembakaran pada HC yang tidak sempurna, akan menghasilkan gas-gas buang yang berbahaya bagi kehidupan baik itu pada manusia itu sendiri maupun pada iklim. Gas-gas buang itu diantaranya CO (karbon monooksida) dan NOx (nitrogen 24

oksida). HC (senyawa hidrat) ini hanya akan bereaksi dengan oksigen pada pembakaran sempurna dan akan menghasilkan CO₂ (karbon dioksida) dan H₂O (air) serta Nitrogen keluar sebagai N₂. Reaksinya : HC (l) + O₂ (g) CO₂ (g) + H₂O (aq) Adapun kemungkinan penyebab emisi HC ini tinggi dan dapat menimbulkan gas-gas buang lain yang berbahaya diantaranya karena Catalytic Conventer (CC) pada kendaraan tidak berfungsi dan AFR (Air to Fuel Ratio) yaitu rasio perbandingan antara udara dan bensin yang tidak tepat sehingga mengakibatkan bensin tidak terbakar sempurna di ruang bakar. 3. Gas CO (karbon monooksida) Gas CO (karbon monooksida) merupakan gas yang beracun yang relatif dan mudah bereaksi dengan unsur lain dan karbon monooksida ini timbul akibat berkurangnya campuran udara dalam proses pembakaran atau akibat proses pembakaran pada HC yang tidak sempurna, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. CO (karbon monooksida) ini dapat membahayakan kesehatan pada manusia karena C dan O ini saling berikatan kovalen tapi tidak memenuhi kaidah oktet maupun duplet dan sangat mudah bereaksi dengan unsur lain. Tetapi emisi CO (karbon monooksida) pada kendaraan ini dapat dikurang dengan mengubahnya ke CO₂ dengan bantuan sedikit tambahan oksigen dan panas pada mesin. Biasanya gas CO ini berupa asap hitam yang di keluarkan kendaraan melalui knalpot kendaraan. Karbon monoksida juga memiliki efek-efek buruk bagi bayi dari wanita hamil. Gejala dari keracunan ringan meliputi sakit kepala dan mual-mual pada konsentrasi kurang dari 100 ppm. Konsentrasi serendah 667 ppm dapat menyebabkan 50% hemoglobin tubuh berubah menjadi karboksihemoglobin (HbCO). 4. Gas CO₂ (karbon dioksida) Gas CO₂ (karbon dioksida) merupakan hasil proses pembakaran sempurna dari bensin atau HC (senyawa hidrat) dengan O₂ (oksigen). Konsentrasi CO₂ semakin tinggi maka akan semakin baik, hal ini menunjukan secara langsung status proses pembakaran di ruag bakar pada mesin kendaraan. Sumber CO₂ ini hanya dari ruang bakar pada mesin dan CC. Tetapi pada keadan tertentu konsentrasi CO₂ yang tinggi ini akan berbanding terbalik dengan keadaan iklim di luar sana. Karena CO₂ merupakan sumber emisi terbesar gas rumah kaca. Konsentrasi yang lebih besar dari 5.000 ppm tidak baik untuk kesehatan, sedangkan konsentrasi lebih dari 50.000 ppm dapat membahayakan kehidupan hewan. 5. Gas NOx (senyawa nitrogen oksida) Gas NOx (senyawa nitrogen oksida) adalah ikatan kimia antara nitrogen dan oksigen. Senyawa NOx ini dihasilkan karena tingginya konsentrasi oksigen dan suhu di ruang bakar. Dalam kondisi normal atmosfer, nitrogen adalah gas inert yang amat stabil yang tidak akan berikatan dengan unsur lain. Tetapi dalam kondisi suhu tinggi dan tekanan tinggi dalam ruang bakar, nitrogen akan memecah ikatannya dan berikatan dengan oksigen. Emisi senyawa NOx ini sangat tidak stabil dan bila terlepas ke udara bebas dan akan berikatan dengan oksigen dan membentuk NO₂. Senyawa ini lah yang sangat berbahaya karena beracun dan bila terkena air akan membentuk senyawa nitrat. Pada perbandingan campuran dengan lambda = 0,99 sampai 1 akan terjadi kadar NOx yang maksimum dalam gas buang, karena NOx timbul akibat suhu ruang bakar yang semakin panas, oleh sebab itu pengajuan pengapian yang kompromis sangat diperlukan agar kadar NOx tidak berlebihan dalam gas buang. METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian Beberapa variabel yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain : 1. Variabel Bebas : a) Putaran mesin (n) b) Beban output yang tetap (p) c) Suhu kerja mesin (t) d) Bahan bakar premium 2. Variabel Terikat : a) Konsumsi bahan bakar b) Kadar emisi gas buang. Alat dan Bahan Penelitian Alat Alat- alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : a) Radiator sebagai media untuk memanaskan bahan bakar. Radiator yang digunakan bagian upper tanknya telah dipasangi pipa tembaga sebagai saluran bensin dari pompa bensin ke karburator. Panjang ketiga pipa tersebut adalah sama yaitu 500 mm sedangkan diameter pipa 6 mm. Gambar 1. Radiator b) Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu konsumsi bahan bakar. c) Tachometer digunakan untuk mengukur putaran mesin. d) Gas Analiser digunakan untuk mengetahui emisi Gas Buang 25

e) Timing light, digunakan untuk penyetelan saat pengapian. f) Thermometer digital digunakan untuk mengukur suhu bahan bakar bensin. Alat ini dipasang pada saluran bahan bakar sebelum masuk ke karburator. g) Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume bahan bakar. h) Tool set. Bahan a) Bahan bakar. Dalam penelitian ini bahan bakar yang digunakan ada tiga jenis bahan bakar untuk mesin bensin yang banyak digunakan di masyarakat yaitu Premium. b) Mesin bensin 4 silinder dengan spesifikasi mesin sebagai berikut : 1. Merk / type : Daihatsu S70P/R 2. Jenis/model : Station WGN 3. Tahun/cc : 1985/970 4. warna : Merah 5. No. Rangka/Nik : S70948301 6. No. Mesin : 1338800 7. Jumlah Silinder : 3 Silinder 8. Bahan Bakar : Bensin Data Fisik Yang Mendukung Dalam Penelitian Pada Mobil Daihatsu Hijet 1000 adalah: 1. Diameter Silinder : 7,8 cm 2. Panjang langkah torak : 6,7 cm 3. Jarak lengan rem terhadap as roda belakang : 2.1 m 4. Jarak lengan ke pedal rem : 0,9 m Skema Aliran Pemanasan Bahan Bakar Gambar 2. Aliran Bahan Bakar Langkah Pengambilan Data 1. Memanaskan mesin sampai mencapai kondisi kerja ( 60 0 80 0 ). 2. Mengatur putaran mesin dengan cara menyetel baut putaran mesin kemudian diukur putarannya dengan menggunakan tachometer. 3. Mengisi reservoir dengan bensin premium, catat waktu yang diperlukan oleh mesin untuk menghabiskan bahan bakar sejumlah 50 cc selama 60 detik. 4. Memasang selang bensin pada saluran cup (500 mm) 5. Lakukan pengujian masing-masing dengan variasi rpm 1000, 1500, 2000, dan 2500 serta tiap pengujian masing-masing rpm diulang sebanyak 3 kali. Analisa Data dan Pembahasan Dari data yang diperoleh dapat dibuat grafik dan dianalisa. Adapun grafik dan analisa tersebut sebagai berikut: Hubungan putaran mesin terhadap gas CO dengan proses pemanasan bahan bakar dengan media CO 1 : Bahan bakar yang tidak dipanaskan dengan media CO 2 : Bahan bakar yang dipanaskan dengan media Gambar 3. Grafik perbandingan gas CO dengan Dari Gambar 3. dapat disimpulkan bahwa perbandingan gas karbon (CO) dengan kenaikan putaran mesin berpengaruh terhadap gas buang karbon (CO) yang dihasilkan. Gas karbonmonoksida (CO) yang tertinggi pada titik dimana bahan bakar dipanaskan dengan media yaitu sebesar 0,21% volume pada putaran mesin 2500 Rpm, sedangkan gas karbonmonoksida (CO) yang terendah berada dititik mana bahan bakar dipanaskan dengan media yaitu sebesar 0,12% volume pada putaran mesin rpm 1000 Rpm. Putaran mesin dan pemasan bahan bakar dengan media radiato sangat berpengaruh terhadap perubahan nilai gas karbonmonoksida (CO). Dari kondisi bahan bakar yang dipanaskan dengan media pada putaran mesin terendah 1000 rpm, kadar gas CO lebih rendah daripada kadar gas CO yang bahan bakarnya tidak dipanaskan dengan media. Pada putaran mesin tertinggi yaitu 2500 rpm, kadar gas CO yang dimana bahan bakar tidak dipanaskan dengan media lebih rendah daripada kadar gas CO yang bahan bakarnya dipanaskan dengan media. 26

Julius Hidayat, Agus Suyatno,Suriansyah, (2012), PROTON, Vol. 4 No 2 / Hal 23-29 Hubungan putaran mesin terhadap gas CO2 Hidrokarbon (HC) dimana bahan bakar yang dengan proses pemanasan bahan bakar dengan dipanaskan lebih tinggi daripada kadar gas Hidrokarbon (HC) yang bahan bakarnya tidak media dipanaskan dengan media. Dari kondisi ini kadar kandungan udara didalam ruang bakar lebih kecil daripada jumlah quantity bensin yang disupply. Sehingga kadar emisi gas buang Hidrokarbon (HC) terjadi penurunan pada saat putaran mesin menaik. Hubungan putaran mesin terhadap gas O2 dengan proses pemanasan bahan bakar dengan media CO2 1 : Bahan bakar yang tidak dipanaskan dengan media CO2 2 : Bahan bakar yang dipanaskan dengan media Gambar 4. Grafik perbandingan gas CO2 dengan Dari Gambar 4. dapat disimpulkan bahwa perbandingan gas karbondioksida (CO2) dengan kenaikan putaran mesin berpengaruh juga terhadap gas buang karbondioksida (CO2) yang dihasilkan. Pada putaran mesin terendah di 1000 rpm, kadar gas CO2 lebih tinggi pada kondisi bahan bakar yang tidak dipanaskan dengan media, akan tetapi pada saat kondisi putaran tinggi yaitu 2500 rpm gas CO2 lebih tinggi pada kondisi bahan bakar yang dipanaskan dengan media. Jadi kadar gas CO2 terjadi peningkatan secara bertahap pada saat bahan bakar dipanaskan dengan media. Sehingga untuk kondisi yang ramah lingkungan terdapat pada titik poin yang dimana bahan bakar tidak dipanaskan dengan media. O2 1 : Bahan bakar yang tidak dipanaskan dengan media O2 2 : Bahan bakar yang dipanaskan dengan media Gambar 6. Grafik perbandingan gas O2 dengan Dari Gambar 6. dapat disimpulkan bahwa gas oksigen (O2) dengan kenaikan putaran mesin terjadi penurunan. Berpengaruhnya penurunan kadar gas oksigen (O2) dikarenakan terjadinya pembakaran yang tidak sempurna didalam ruang Hubungan putaran mesin terhadap gas HC dengan bakar. Hubungan putaran mesin terhadap gas NOx dengan proses pemanasan bahan bakar dengan media HC 1 : Bahan bakar yang tidak dipanaskan dengan media HC 2 : Bahan bakar yang dipanaskan dengan media Gambar 5. Grafik perbandingan gas HC dengan Dari Gambar 5. dapat disimpulkan bahwa perbandingan gas Hidrokarbon (HC) dengan kenaikan putaran mesin juga berpengaruh terhadap gas buang Hidrokarbon (HC) yang dihasilkan. Kadar gas NOx 1 : Bahan bakar yang tidak dipanaskan dengan media NOx 2 : Bahan bakar yang dipanaskan dengan media Gambar 7. Grafik perbandingan gas NOx dengan 27

Dari Gambar 7. dapat disimpulkan bahwa perbandingan kadar gas NOx dengan kenaikan putaran mesin dan bahan bakar yang dipanaskan lebih tinggi daripada kadar gas Nox bahan bakarnya tidak dipanaskan. Sehingga kondisi seperti ini tidak ramah lingkungan karena gas NOx sangat berbahaya terhadap lingkungan. Hubungan putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar dengan proses pemanasan bahan bakar dengan media Konsumsi BB 1 : Bahan bakar yang tidak dipanaskan dengan media Konsumsi BB 2 : Bahan bakar yang dipanaskan dengan media Gambar 8. Grafik perbandingan konsumsi bahan bakar dengan Dari Gambar 8. dapat disimpulkan bahwa perbandingan konsumsi bahan bakar dengan kondisi dipanaskan lebih boros daripada kondisi bahan bakar yang tidak dipanaskan dengan media. Kenaikan ini terjadi karena kandungan alkohol pada bensin akan berkurang pada saat dipanaskan, sehingga ruang bakar memerlukan jumlah bensin yang tinggi untuk melakukan 1 langkah pembakaran. Pembahasan Tabel 1 Nilai Kadar Emisi Gas Buang Standar Dari Daihatsu Jenis Gas Nilai yang di ijinkan CO Max 3,5 % CO2 Min 12% O2 Max 2% HC NOx Max 300 ppm Max 50 ppm Dari hasil data penelitian dan proses pengambilan yang terjadi dapat disimpulkan : 1. Kadar emisi gas CO (0,21 % vol) dengan batas maksimum yang ditentukan sebesar 3.5 % vol, maka untuk pengujian gas CO masih dalam keadaan normal. 2. Kadar emisi CO2 (6,30 % vol) dengan batas maksimum yang ditentukan sebesar 12 % vol, maka untuk pengujian gas CO2 masih dalam keadaan normal. 3. Kadar emisi HC (849 ppm vol) dengan batas maksimum yang ditentukan sebesar 300 ppm vol, maka untuk pengujian gas HC dalam keadaan tidak normal. Hal ini kemungkinan terjadi karena AFR yang tidak tepat (terlalu kaya) atau bensin tidak terbakar dengan sempurna di dalam ruang bakar. Apabila mobil dilengkapi dengan Catalytic Converter (CC), maka harus dilakukan pengujian terlebih dahulu terhadap CC dengan cara mengukur perbedaan suhu antara inlet dan outletnya CC. Seharusnya suhu di outlet akan lebih tinggi minimal 10 % daripada inletnya. Apabila CC bekerja dengan normal tapi HC tetap tinggi juga, maka hal ini menunjukkan gejala bahwa AFR yang tidak tepat atau terjadi misfire. AFR yang terlalu kaya akan menyebabkan gas HC menjadi tinggi. Hal ini bisa disebabkan antara lain kebocoran fuel pressure regulator, filter udara yang tersumbat, sensor temperatur mesin yang tidak normal, rembasnya pelumas ke ruang bakar, kabel busi yang kurang baik, timing pengapian yang terlalu mundur, kebocoran udara di sekitar intake manifold dan mechanical problem yang menyebabkan angka kompresi mesin rendah. 4. Kadar emisi O2 (9,6 % vol) dengan batas maksimum yang ditentukan sebesar 2 % vol, maka untuk pengujian emisi O2 dalam keadaan tidak normal. Hal ini kemungkina terjadi adanya kebocoran atau buntunya saluran knalpot dan terjadi pembakaran yang tidak sempurna. 5. Kadar emisi NOx (1832,2 ppm vol) dengan batas maksimum yang ditentukan 50 ppm, maka untuk pengujian emisi NOx dalam keadaan tidak normal. Hal ini kemungkinan terjadi karena tingginya konsentrasi oksigen ditambah tingginya suhu ruang bakar. Untuk menjaga agar konsentrasi nilai NOx tidak tinggi maka diperlukan kontrol secara tepat terhadap AFR dan suhu ruang bakar harus dijaga agar tidak terlalu tinggi dengan cara long valve overlap. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan uji ANOVA, dapat disimpulkan : 1. Dengan sistem pemanasan bahan bakar dengan media, kadar kandungan emisi gas CO sebesar 0,21 %, CO2 6,30 %, dan NOx sebesar 1832,2 ppm. Hal tidak ramah lingkungan. 2. Dengan sistem pemanasan bahan bakar dengan media terjadi penurunan kadar kandungan emisi gas O2 dari 11,6 % menjadi 9,6 % Volume. 3. Dengan sistem pemanasan bahan bakar dengan media, konsumsi bahan bakar lebih 28

boros daripada sebelum dipanaskan, yaitu sebesar 48,5 ml/m. 4. Semakin kecil kadar CO maka semakin sempurna proses pembakarannya dan bensin akan semakin irit, ini menunjukkan bagaimana bahan bakar dan udara tercampur dan terbakar dengan sempurna. Jika terjadi kurangnya udara dalam campuran maka kadar CO akan tinggi dan bensin akan semakin boros dan tidak ramah lingkungan. 5. Semakin kecil kadar HC maka pembakaran akan semakin sempurna, ini menunjukkan sedikitnya bahan bakar yang terbuang. Apabila semakin tinggi kadar HC maka semakin banyak sisa bahan bakar mentah (gas yang tidak terbakar setelah gagal pengapian) yang terbuang pada proses pembakaran, dengan kata lain terjadi pemborosan bensin. 6. Semakin tinggi kadar CO2 maka semakin sempurna pembakarannya dan semakin bagus akselerasinya. Jika semakin rendah kadar CO2 hal ini dapat menandakan kerak di blok mesin sudah pekat, jadi wajib di overhaul mesin. 7. Semakin tinggi kadar O2 maka ini menandakan knalpot ada masalah seperti bocor atau buntu, hal ini menunjukan banyaknya udara dalam campuran. Jika semakin kecil kadar O2 berarti kondisi mesin dalam keadaan baik. 8. Tingginya kadar NOx yaitu sebesar 1832,2 ppm vol disebabkan karena tingginya konsentrasi oksigen ditambah tingginya suhu ruang bakar. Untuk menjaga agar konsentrasi nilai NOx tidak tinggi maka diperlukan kontrol secara tepat terhadap AFR dan suhu ruang bakar harus dijaga agar tidak terlalu tinggi dengan cara long valve overlap. Sudirman, Urip. 2006. Metode Tepat Menghemat Bahan Bakar (Bensin) Mobil. Jakarta : Kawan pustaka Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito. Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Suyanto, Wardan. 1989. Teori Motor Bensin. Jakarta: DEPDIKBUD. Toyota training manual. Engine group step 2. Jakarta 1996.. 1995. New Step 1. Jakarta : PT. Toyota Astra Motor. 1995. New Step 2. Jakarta : PT. Toyota Astra Motor http://www.cyberman.cbn.net.id/upload/img_ototi ps_16_feb_2004 http://www.pertamina.com/pertamina.php? http://www.ringdiesel-bensin.com http://id.wikipedia.org/ http://pdfsearch.com/kepmenlh/no141/2003/ba tas ambang emisi gas buang DAFTAR PUSTAKA Arends, BPM dan Berenschot, H. Motor Bensin, Erlangga, Jakarta, 1980. Arismunandar, Wiranto, Motor Bakar Torak, ITB Bandung, Bandung, 1973. Crouse, William. H, Automotive Mechanics 8 th Edition, Tata Mc Graw Hill, Inc, New York, 1984. David J. Tavidi, K. Iynkaran, Basic Thermodinamics Application And Pollution Control, Singapore, 1992. Kusmoputranto, H, Taksikologi lingkungan. UI Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Pusat Penelitian Sumber Daya Manusia dan Lingkungan. Jakarta, 1995 M. Khovakh, Motor Vehicle Engines, Mir Publisher, Moscow. Soenarta, Nakula. 1985. Motor Serba Guna. Jakarta : Paradnya Paramita. 29