SISTEM PENERIMAAN NEGARA

dokumen-dokumen yang mirip
Pihak-Pihak Terkait Penerimaan Negara. Dokumen-Dokumen Terkait Penerimaan Negara

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PREBENDAHARAAN NOMOR : PER- 17 /PB/2006 TENTANG

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Identifikasi Sistem dan Prosedur Penatausahaan Penerimaan Negara

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2014 TENTANG SISTEM

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 26/PJ/2014 TENTANG SISTEM PEMBAYARAN PAJAK SECARA ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

MANUAL PENGGUNAAN LAYANAN SISTEM MPN G-2 UNTUK WAJIB PAJAK/WAJIB BAYAR/WAJIB SETOR

MENTERIKEUANGAN REPUBUK INDONES!A SALIN AN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

B. PANDUAN REGISTRASI SIMPONI 1. Akses website SIMPONI di alamat :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

MANUAL PENGGUNAAN LAYANAN SISTEM MPN G-2 UNTUK WAJIB PAJAK/WAJIB BAYAR/WAJIB SETOR

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. telah di tunjuk oleh mentri keuangan. (pasal 1 angka 14 UU, KUP) SSP

MANUAL PENGGUNAAN LAYANAN SISTEM MPN G-2 UNTUK WAJIB PAJAK/WAJIB BAYAR/WAJIB SETOR

Pedoman Evaluasi Kinerja Bank/Pos Persepsi mitra kerja KPPN untuk Pegawai Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115/PMK.05/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 32/PMK.

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

2016, No Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2006 TENTANG

2011, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.05/2011 tentang Pelaksanaan Uji Co

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/PMK.06/2006 TENTANG MODUL PENERIMAAN NEGARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN /2013 NOMOR TENTANG NOMOR. Penerimaan. Penyetorann. administrasi. mendukung. dalam. negara, perlu tentang 30/PMK.04/ Negaraa. Denda.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

PROSEDUR KERJA PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA OLEH BANK PERSEPSI/DEVISA PERSEPSI/POS PERSEPSI (SG/SGG/SGGK)

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA

PENATAUSAHAAN PNBP PADA SATUAN KERJA

2014, No Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG SISTEM PENERIMAAN NEGARA SECARA ELEKTRONIK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Da

TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR MELALUI BANK DEVISA PERSEPSI/POS PERSEPSI

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG

PENYETORAN PNBP MELALUI SIMPONI (SISTEM INFORMASI PNBP ONLINE)

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM PENERIMAAN NEGARA SECARA ELEKTRONIK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Anggaran SISTEM INFORMASI PNBP ONLINE (SIMPONI)

SURAT SETORAN PABEAN, CUKAI, DAN PAJAK (SSPCP)

2 Mengingat Tata Cara Penghitungan dan Pemberian Imbalan Bunga; : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 226/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Penghitungan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SURAT SETORAN PABEAN, CUKAI, DAN PAJAK (SSPCP)

DIREKTORAT PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DISAMPAIKAN PADA OKTOBER

Pasal II Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Maret 2009 DIREKTUR JENDERAL,

SOSIALISASI PEMBAYARAN DAN/ATAU PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA SECARA ELEKTRONIK

DOKUMEN SUMBER PENERIMAAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 186/PMK.03/2015 TENTANG

2015, No MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NO MOR 16/PMK.03/2011 TENTANG T

Sistem Penerimaan Negara Secara Electronic

2013, No Menetapkan : Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 2. Peraturan Bersama Men

SOSIALISASI PMK Nomor 40/PMK.04/2016 Tentang Pembayaran dan/atau Penyetoran Penerimaan Negara Secara Elektronik

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BALAI UJI STANDAR KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 183 TAHUN 2011 TENTANG

Memahami Sistem Penerimaan Negara Melalui Modul MPN G2

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 204 /PMK05/2011 TENTANG

2015, No dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, perlu menetapkan P

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.661, 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN. Mata Uang Asing. Penatausahaan.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: PER- 43 /BC/2011

1/15/2013. Pembayaran pajak melalui Teller Bank/Pos, ATM, atau internet banking dengan menggunakan Kode Billing pada Bank/Pos Persepsi.

Mudahnya Pembayaran/Penyetoran PNBP secara Elektronik

KOP SURAT (Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor) SURAT PERNYATAAN Nomor:...(1)...

Buku Saku. di Lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Panduan Pelaksanaan PNBP

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 37/PJ/2013 TENTANG

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

2 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.07/2013 tentang Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENT

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BADAN STANDARDISASI NASIONAL

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 118/KMK. 04/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 118/KMK.04/2004 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

NOMOR 73 /PMK.05/2008 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PERATURAN SEKRETARIS KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR : 02/PER/SM/IV/2010

INTEGRASI E-PAYMENT BADAN POM MPN G2 KEMENKEU

249/PMK.05/2010 PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA DALAM MATA UANG ASING

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102/PMK. 07/2015 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN NOMOR SE-08/PJ/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.03/2015 TENTANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Tim Penyusun, Direktorat Jenderal Perbendaharaan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DIREKTORAT INFORMASI KEPABEANAN DAN CUKAI. Billing Online PORTAL PENGGUNA JASA. v

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.05/2013 TENTANG

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. terbagi menjadi 2 metode, yaitu: a. Melalui Surat Setoran Pajak (SSP)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PADA BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Transkripsi:

SISTEM PENERIMAAN NEGARA 3 Menjelaskan Pihak-Pihak Terkait Penerimaan Negara Menjelaskan Dokumen Terkait Penerimaan Negara Menjelaskan Metode Penyetoran Penerimaan Negara Menjelaskan Mekanisme Penyetoran Penerimaan Negara Menjelaskan Pengesahan Penerimaan Negara

Uraian dan Contoh Pihak-Pihak Terkait Penerimaan Negara 1. Wajib Bayar Wajib Bayar adalah orang pribadi atau badan yang ditentukan untuk melakukan kewajiban membayar PNBP sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Wajib Bayar dikenakan kewajiban membayar dikarenakan menerima manfaat atas kegiatan instansi pemerintah atau manfaat dari penggunaan barang milik Negara. 2. Wajib Pajak Wajib Pajak, sering disingkat dengan sebutan WP adalah orang pribadi atau badan (subjek pajak) yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Wajib pajak bisa berupa wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan. Wajib pajak pribadi adalah setiap orang pribadi yang memiliki penghasilan di atas pendapatan tidak kena pajak. 3. Petugas Pungut Petugas Pungut merupakan petugas yang ditunjuk untuk melakukan pemungutan/penerimaan uang dari Wajib Bayar. Petugas Pungut misalnya ditunjuk untuk memungut uang dari jasa tanda masuk pelabuhan, taman hiburan, museum, dan sebagainya. 4. Bendahara Penerimaan/Bendahara Pengeluaran Bendahara Penerimaan ditunjuk apabila pada satker yang bersangkutan terdapat PNBP yang bersifat fungsional. Bendahara Penerimaan menerima setoran dari Wajib Bayar langsung atau menerima setoran yang dipungut oleh Petugas Pungut. Sedangkan Bendahara Pengeluaran berperan dalam memungut penerimaan Negara yang berasal dari potongan terkait dengan pembayaran yang dilakukan. Misalnya potongan pajak atas pembayaran honor, potongan pajak atas pembelian barang/jasa, dan sebagainya. Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 2

5. Kuasa Pengguna Anggaran KPA meupakan atasan langsung Bendahara Penerimaan yang bertanggung jawab secara umum dalam pengelolaan keuangan pada satker yang bersangkutan. 6. Bank/Pos Persepsi Untuk menampung setoran penerimaan Negara ditunjuk bank/pos yang dikategorikan sebagai berikut : a. Bank Persepsi adalah bank umum yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima setoran penerimaan negara bukan dalam rangka impor, yang meliputi penerimaan pajak, cukai dalam negeri, dan penerimaan bukan pajak. b. Bank Devisa Persepsi adalah bank umum yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima setoran penerimaan negara dalam rangka ekspor dan impor. c. Pos Persepsi adalah kantor pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima setoran penerimaan negara. 7. Unit Terkait Unit terkait adalah instansi yang bertugas menatausahakan penerimaan negara, antara lain : a. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) menatausahakan penerimaan perpajakan. b. Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) menatausahakan penerimaan bea dan cukai. c. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) menatausahakan semua penerimaan Negara yang masuk ke Kas Negara. d. Direktorat Jenderal Anggaran Dokumen-Dokumen Terkait Penerimaan Negara Pihak-pihak yang terkait penatausahaan Penerimaan Negara wajib melakukan pengelolaan dokumen-dokumen yang terkait dengan penyetoran Penerimaan Negara. Dokumen-dokumen yang terkait dengan penatausahaan penerimaan Negara antara lain: 1. Surat Setoran Pajak (SSP) SSP digunakan untuk setoran atas pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Bank/Pos Persepsi. 2. Surat Setoran Pajak Bumi dan Bangunan (SSPBB) Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 3

SSPBB digunakan untuk setoran atas pembayaran atau penyetoran PBB dari tempat pembayaran ke Bank Persepsi PBB. 3. Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (SSB) SSB digunakan untuk setoran atas pembayaran atau penyetoran BPHTB dari tempat pembayaran ke Bank Persepsi BPHTB. 4. Surat Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak dalam Rangka Impor (SSPCP) SSPCP digunakan untuk setoran atas penerimaan negara dalam rangka impor berupa bea masuk, bea masuk berasal dari SPM Hibah, denda administrasi, penerimaan pabean lainnya, cukai, penerimaan cukai lainnya, jasa pekerjaan, bunga, dan PPh Pasal 22 Impor, PPN Impor, serta PPnBM Impor. 5. Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri (SSCP) SSCP digunakan untuk setoran atas penerimaan negara atas Barang Kena Cukai Buatan Dalam Negeri berupa cukai hasil tembakau, cukai etil alkohol, cukai minuman mengandung etil alkohol, denda administrasi penerimaan cukai lainnya, jasa pekerjaan, dan PPN Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri. 6. Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) SSBP digunakan untuk setoran atas Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) selain yang dimaksud pada huruf a, b, c, d, dan e di atas. 7. Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) SSPB digunakan untuk setoran atas penerimaan pengembalian belanja tahun anggaran berjalan. 8. Surat Tanda Bukti Setor (STBS) STBS digunakan untuk setoran atas pembayaran pungutan ekspor, kekurangan pungutan ekspor, dan/atau denda administrasi atas transaksi pungutan ekspor. 9. Bukti Penerimaan Negara (BPN) BPN adalah dokumen yang diterbitkan oleh Bank/Pos atas transaksi penerimaan negara dengan teraan NTPN dan NTB/NTP dan dokumen yang diterbitkan oleh KPPN atas transaksi penerimaan negara yang berasal dari potongan SPM dengan teraan NTPN dan NPP. 10. Karcis/Tiket/Tanda Masuk/Kupon Dokumen ini digunakan sebagai bukti setor PNBP atas jasa layanan dari penerima layanan/wajib bayar kepada satker dengan nilai transaksi relatif kecil. Contoh layanan yang menggunakan dokumen ini adalah layanan pelabuhan/bandar udara, layanan masuk tempat hiburan/taman/museum dan sebagainya. Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 4

11. Kuitansi Dokumen ini digunakan sebagai bukti setor PNBP atas jasa layanan dari penerima layanan/wajib bayar kepada satker dengan nilai transaksi relatif besar. Contoh layanan yang menggunakan dokumen ini adalah layanan pengurusan sertifikat pada Badan Pertanahan Negara, layanan peradilan pada Pengadilan Negeri/Tinggi/Mahkamah Agung, sewa barang milik Negara, dan sebagainya. 12. Nota debet Nota debet adalah bukti pengeluaran yang diterbitkan oleh bank. 13. Nota kredit Nota kredit adalah bukti penerimaan yang diterbitkan oleh bank. 14. Rekening koran Rekening koran adalah catatan transaksi keuangan harian yang dikeluarkan oleh bank atas suatu rekening. 15. Struk ATM Struk ATM adalah bukti cetak berupa kertas atau struk bukti transaksi yang dicetak oleh mesin ATM yang pada umumnya memuat informasi antara lain jumlah uang, rekening tujuan transaksi, lokasi transaksi, waktu transaksi, dan sebagainya. Metode Penyetoran Penerimaan Negara Wajib Pajak/Wajib Bayar dapat menyetorkan/menunaikan kewajibannya baik secara langsung ke Kas Negara maupun melalui Bendahara Penerimaan/Bendahara Pengeluaran/Petugas Pungut. Pembayaran yang dilakukan tersebut diakui sebagai pelunasan kewajiban sesuai dengan tanggal pembayaran. Berikut ini beberapa cara penyetoran penerimaan Negara oleh Wajib Pajak/Wajib Bayar : 1. Wajib Pajak Bendahara Pengeluaran Kas Negara Mekanisme ini digunakan untuk penyetoran pajak yang dipungut dari pembayaran kewajiban Negara yang dibebankan pada dana APBN melalui Uang Persediaan. Misalnya potongan pajak atas pengadaan keperluan perkantoran, pembayaran honorarium, dan sebagainya. Uang yang dipungut oleh Bendahara Pengeluaran selanjutnya disetorkan ke Kas Negara melalui Bank/Pos Persepsi oleh Bendahara Pengeluaran. 2. Wajib Pajak Kas Negara Mekanisme ini digunakan untuk pemungutan/pemotongan pajak terutang pada Wajib Pajak yang terkait pembayaran atas beban APBN yang dilakukan melalui Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 5

mekanisme Pembayaran Langsung (LS). Pajak yang terutang atas pembayaran yang dibebankan ke APBN dipotong langsung di Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). Dengan demikian maka pajak tersebut secara otomatis langsung masuk ke Kas Negara. Mekanisme ini juga digunakan untuk penyetoran pajak terutang pada Wajib Pajak yang tidak terkait pembayaran atas beban APBN. Wajib Pajak menyetorkan pajak yang terutang langsung ke Kas Negara melalui Bank/Pos Persepsi. 3. Wajib Bayar Petugas/Juru Pungut Bendahara Penerimaan Kas Negara Mekanisme ini digunakan untuk penyetoran penerimaan Negara bukan pajak (PNBP) yang dipungut atas pelayanan instansi pemerintah atau pemanfaatan barang/kekayaan milik negara yang langsung diterima/dinikmati oleh Wajib Bayar. Misalnya pungutan pelayanan jasa banda udara/pelabuhan, pungutan uang masuk tempat hiburan/taman/museum, dan sebagainya. Di antara pertimbangan penyetoran/pemungutan melalui Petugas/Juru Pungut antara lain frekuensi yang sering, nilai pungutan relatif kecil, lokasi yang tidak dekat dengan bendahara, dan sebagainya. Atas penyetoran ini Petugas/juru Pungut memberikan karcis/tiket/kupon/ sejenisnya sebagai bukti setor kepada Wajib Bayar. Uang yang dipungut oleh Petugas/Juru Pungut disetorkan ke Bendahara Penerimaan. Selanjutnya Bendahara Penerimaan menyetorkan PNBP tersebut ke Kas Negara melalui Bank/Pos Persepsi. Penyetoran ke Kas Negara oleh Bendahara Penerimaan pada prinsipnya dilakukan setiap hari. Apabila tidak memungkinkan maka penyetoran dapat dilakukan secara berkala. 4. Wajib Bayar Bendahara Penerimaan Kas Negara Mekanisme ini digunakan untuk penyetoran penerimaan Negara bukan pajak (PNBP) yang dipungut atas pelayanan yang diterima atau atas pemanfaatan Barang Milik Negara (BMN) oleh Wajib Bayar. Misalnya pungutan pelayanan pengurusan hak dan perijinan, pungutan pelayanan pertanahan, dan sebagainya. Di antara pertimbangan penyetoran/pemungutan melalui Petugas/Juru Pungut antara lain frekuensi yang sering, nilai pungutan relatif kecil, lokasi yang tidak dekat dengan bendahara, dan sebagainya. Atas penyetoran ini Bendahara Penerimaan memberikan kuitansi/bukti setor kepada Wajib Bayar. Uang yang terutang oleh Wajib Bayar disetorkan ke Bendahara Penerimaan. Selanjutnya Bendahara Penerimaan menyetorkan uang pungutan tersebut ke Kas Negara melalui Bank/Pos Persepsi. Penyetoran ke Kas Negara oleh Bendahara Penerimaan pada prinsipnya dilakukan setiap hari. Apabila tidak memungkinkan maka penyetoran dapat dilakukan secara berkala. Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 6

5. Wajib Bayar Kas Negara Mekanisme ini digunakan untuk penyetoran penerimaan Negara bukan pajak (PNBP) yang dipungut atas pelayanan yang diterima atau atas pemanfaatan Barang Milik Negara (BMN) oleh Wajib Bayar yang nilainya relatif besar. Penyetoran kewajiban dilakukan secara langsung oleh Wajib Bayar ke Kas Negara dilakukan melalui Bank/Pos Persepsi. Wajib Bayar dapat melakukan pembayaran setiap saat melalui Bank/Pos Persepsi yang terhubung dengan Modul Penerimaan Negara (MPN). Mekanisme Penyetoran Penerimaan Negara Penyetoran Penerimaan Negara sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 32/PMK.05/2014 tentang Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik, dilakukan melalui sarana elektronik yang dilaksanakan melalui MPN Generasi Ke-2. Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor melakukan penyetoran Penerimaan Negara melalui sarana layanan Penerimaan Negara yang disediakan oleh Bank/Pos Persepsi dalam bentuk : 1. Layanan pada loket/teller (over the counter) 2. Layanan dengan menggunakan Sistem Elektronik lainnya. Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor melakukan penyetoran Penerimaan Negara ke Bank/Pos Persepsi menggunakan Kode Billing. Dalam hal Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor belum dapat melakukan penyetoran menggunakan Kode Billing, penyetoran Penerimaan Negara menggunakan surat setoran sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 99/PMK.06/2006 tentang Modul Penerimaan Negara beserta perubahannya. 1. Penyetoran Penerimaan Negara Menggunakan Kode Billing Secara garis besar sistem MPN G2 sebagai penyempurnaan sistem MPN merupakan suatu proses sinambung dari 2 sistem, yakni Sistem Billing dan Sistem Settlement. a. Sistem Billing yang berfungsi melakukan pengadministrasian data pembayar dan pembayaran, memfasilitasi proses awal dari keseluruhan proses pembayaran dan penyetoran pendapatan negara. Sistem Billing yang terhubung dengan sistem MPN 2 antara lain : 1) Sistem Billing Pajak 2) Sistem Billing Bea Cukai Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 7

3) Sistem Billing PNBP Untuk pelaksanaan pengelolaan PNBP dilakukan melalui Sistem Informasi PNBP Online (SIMPONI). SIMPONI adalah sistem informasi yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Anggaran, yang meliputi Sistem Perencanaan PNBP, Sistem Billing, dan Sistem Pelaporan PNBP. b. Selanjutnya, Sistem Settlement akan memfasilitasi penyelesaian proses pembayaran, rekonsiliasi hingga penyampaian data-data kepada stakeholders. Sistem Settlement adalah sistem penerimaan negara yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang memfasilitasi penyelesaian proses pembayaran/penyetoran penerimaan negara dan pemberian NTPN. Dalam hal Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor melakukan penyetoran Penerimaan Negara menggunakan Kode Billing, maka sebelum pembayaran dilakukan harus mendapatkan kode billing. Kode Billing adalah kode identifikasi yang diterbitkan oleh sistem billing atas suatu jenis pembayaran atau setoran yang akan dilakukan Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor. Kode Billing dapat diperoleh dengan cara : a. Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor melakukan perekaman data ke sistem Penerimaan Negara; atau b. Diterbitkan oleh pejabat yang berwenang di Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atau Direktorat Jenderal Anggaran. Untuk selanjutnya unit eselon I Kementerian Keuangan ini disebut sebagai Biller. Tata cara penyetoran penerimaan negara ke Kas Negara dengan menggunakan Sistem Layanan MPN G2 antara lain sebagai berikut: a. Pendaftaran/Registrasi Pendaftaran hanya dilakukan sekali seumur hidup pada masing-masing sistem billing. b. Pembuatan/Create Billing Untuk membuat billing, Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor dapat mengakses portal masing-masing sistem billing kemudian mengisi data sesuai form yang disediakan sampai mendapatkan kode billing. c. Pembayaran Dalam tahap pembayaran, tidak dibedakan lagi untuk Pajak, PNBP, maupun Bea dan Cukai. Pembayaran dapat dilakukan melalui channel pembayaran lewat Teller, Internet Banking, EDC, dan ATM 1) Teller Bank/Pos Persepsi Mekanisme pembayaran melalui Teller Bank/Pos Persepsi dilakukan hampir sama dengan pembayaran sebelumnya (MPN G-1), namun Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor tidak perlu membawa hard copy SSP/SSBP/SSPCP, cukup Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 8

membawa print out dari system billing (hasil dari tahapan pembuatan billing) atau cukup menuliskan kode billing yang ada di secarik kertas, dan tinggal menyerahkan ke petugas teller Bank/Pos Persepsi. Apabila sudah mendapatkan BPN dari Bank/Pos Persepsi, maka pembayaran sudah selesai. 2) Internet Banking Untuk pembayaran melalui Internet Banking, Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor harus sudah terdaftar sebagai anggota untuk menggunakan internet banking, yang secara nyata dibuktikan dengan kepemilikan token. Adapun mekanismenya Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor cukup masuk ke portal internet banking pada Bank dimaksud dan pilihlah menu-menu yang ada sesuai dengan kebutuhan. 3) Electronic Device Circuit (EDC) EDC adalah sebuah alat yang dapat diibaratkan ATM mini, sehingga pembayaran lewat EDC harus dilakukan dengan kartu ATM (kartu debit). 4) Automatic Teller Machine (ATM) Mekanisme pembayaran penerimaan Negara melalui ATM pada prinsipnya seperti transaksi yang lain. Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor juga harus punya Kartu Debit (Kartu ATM), dan harus dilakukan di mesin ATM. 2. Penyetoran Penerimaan Negara Tidak Menggunakan Kode Billing Tata cara penyetoran penerimaan negara ke Kas Negara diatur sebagai berikut: a. Pembayaran melalui loket/teller Bank/Pos 1) Mengisi formulir bukti setoran dengan data yang lengkap, benar, dan jelas dalam rangkap 4 (empat). 2) Menyerahkan formulir bukti setoran kepada petugas Bank/Pos dengan menyertakan uang setoran sebesar nilai yang tersebut dalam formulir yang bersangkutan. 3) Menerima kembali formulir bukti setoran lembar ke-1 dan lembar ke-3, yang telah diberi NTPN dan NTB/NTP serta dibubuhi tanda tangan/paraf, nama pejabat Bank/Pos, cap Bank/Pos, tanggal, dan waktu/jam setor sebagai bukti setor. 4) Menyampaikan bukti setoran kepada unit terkait. b. Pembayaran melalui electronic banking (e-banking) 1) Melakukan pendaftaran pada sistem registrasi pembayaran via internet di www.djpbn.depkeu.go.id. 2) Mengisi data setoran dengan lengkap dan benar untuk mendapatkan Nomor Register Pembayaran (NRP). Masa berlaku NRP sampai dengan jangka waktu yang ditetapkan. Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 9

3) Untuk tagihan yang ditetapkan instansi pemerintah, pendaftaran dilakukan oleh instansi terkait dan NRP tercantum pada surat tagihan dimaksud. 4) Melakukan pembayaran dengan menggunakan NRP. 5) Menerima NTPN sebagai bukti pengesahan setelah pembayaran dilakukan. 6) Mencetak BPN melalui sistem registrasi pembayaran atau di Bank dengan menunjukkan NTPN/NTB. 7) Menyampaikan BPN kepada unit terkait. PROSES PENERIMAAN MELALUI MPN KPP DJP KPP BANK PUSAT NTPN MPN DJBC KPBC KPBC NTB BANK CABANG NTPN DJA DJPBN KPPN KPPN KPPN SSP SSPCP SSBP WP / WS / WB Gambar 3.1. Proses Penyetoran Penerimaan Negara c. Pembayaran melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM) 1) Melakukan penginputan data setoran pada menu pembayaran penerimaan negara melalui mesin ATM. 2) Sesuai dengan input dari wajib setor. 3) Menerima BPN dalam bentuk struk ATM yang telah mendapat NTB dan NTPN. 4) Dalam hal diperlukan wajib setor dapat meminta Bank untuk melakukan pencetakan ulang BPN atas transaksi yang dilakukan melalui ATM. 5) Menyampaikan BPN kepada unit terkait. Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 10

Pengesahan Penerimaan Negara Setiap transaksi penerimaan negara harus mendapat Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) yaitu nomor yang tertera pada bukti penerimaan negara yang diterbitkan melalui MPN. Penerimaan negara yang disetor oleh Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor/Bendahara Penerimaan diakui pada saat masuk ke Rekening Kas Negara dan mendapatkan NTPN. Selain NTPN, pengesahan penerimaan juga harus dilengkapi nomor sesuai jenis mekanisme penyetoran yaitu : 1. Nomor Transaksi Bank (NTB) yang terdapat pada dokumen sumber atas penerimaan negara melalui Bank. NTB adalah nomor bukti transaksi penyetoran penerimaan negara yang diterbitkan oleh Bank. 2. Nomor Transaksi Pos (NTP) yang terdapat pada dokumen sumber atas penerimaan negara melalui Pos. NTP adalah nomor bukti transaksi penyetoran penerimaan negara yang diterbitkan oleh Pos. 3. Nomor Penerimaan Potongan (NPP) yang merupakan pengesahan atas penerimaan negara yang berasal dari potongan SPM. NPP adalah nomor bukti transaksi penerimaan negara yang berasal dari potongan SPM yang diterbitkan. Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 11

Rangkuman Pihak-pihak terkait dalam penerimaan negara antara lain adalah Wajib Pajak, Wajib Bayar, Petugas/Juru Pungut, Bendahara Penerimaan/Pengeluaran, KPA, Bank/Pos Persepsi, KPPN, KPP, KPBC, dan DJA. Pihak-pihak yang terkait penatausahaan Penerimaan Negara wajib melakukan pengelolaan dokumen-dokumen yang terkait dengan penyetoran Penerimaan Negara. Beberapa cara penyetoran penerimaan Negara oleh Wajib Pajak/Wajib Bayar : a. Wajib Pajak Bendahara Pengeluaran Kas Negara b. Wajib Pajak Kas Negara c. Wajib Bayar Petugas Pungut Bendahara Penerimaan Kas Negara d. Wajib Bayar Bendahara Penerimaan Kas Negara e. Wajib Bayar Kas Negara Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor melakukan penyetoran Penerimaan Negara ke Bank/Pos Persepsi secara elektronik menggunakan Kode Billing. Dalam hal Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor belum dapat melakukan penyetoran menggunakan Kode Billing, penyetoran Penerimaan Negara menggunakan surat setoran sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 99/PMK.06/2006 tentang Modul Penerimaan Negara beserta perubahannya. Penerimaan negara yang disetor oleh Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor/Bendahara Penerimaan diakui pada saat masuk ke Rekening Kas Negara dan mendapatkan NTPN dan NTB/NTP/NPP. Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 12