The Effect Of Shortening The Difference Catches Gill Net Fishing Gear By ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
Diterima : 2 Maret 2010 Disetujui : 19 Maret 2010 ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

Muhammad Rifai Siregar 1), Irwandy Syofyan 2), and Isnaniah 2) Fisheries and Marine Science Faculty Riau University ABSTRACT

EFISIENSI PENANGKAPAN JARING INSANG LINGKAR DENGAN UKURAN MATA JARING DAN NILAI PENGERUTAN YANG BERBEDA DI PERAIRAN PESISIR NEGERI WAAI

3 METODOLOGI PENELITIAN

PROPORSI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING TIGA LAPIS (TRAMMEL NET) DI PELABUHAN RATU

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS ALAT TANGKAP JARING KURAU YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PERAIRAN KABUPATEN BENGKALIS

By: Febria Khairi ¹. Yusuf Syofyan ². Nofrizal ². ABSTRACT

Effect of Different Mesh Size Gillnet at How Caught Short Mackerel (Scomber neglectus) in Morodemak Waters, Demak

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

TINJAUAN PUSTAKA. jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian

ANALISIS KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN RAWAI (LONG LINE) PAGI DAN SIANG HARI DI PERAIRAN TELUK PAMBANG KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU

Effect Of Different Webbing To Catch Fish (Rasbora Sp) With Gill Nets Fishing Gear. By: Joko Frima Manihuruk 1), Nofrizal 2), Isnaniah 2) ABSTRACT

ANALISIS SELEKTIVITAS Gillnet YANG DIOPERASIKAN DI PERAIRAN LENTEA, KECAMATAN KALEDUPA SELATAN KABUPATEN WAKATOBI

DESIGN AND CONSTRUCTION OF GILLNET IN THE VILLAGE NIPAH PANJANG 2 SUBDISTRICT OF NIPAH PANJANG TANJUNG JABUNG TIMUR REGENCY PROVINCE OF JAMBI

HASAN BASRI PROGRAM STUDI

Keywords: Konstruksi Alat Tangkap, Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse seine), Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga

FLUKTUASI HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP JARING INSANG HANYUT (DRIFT GILLNET) DI PERAIRAN DUMAI, PROVINSI RIAU

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

Muhamad Farhan 1), Nofrizal 2), Isnaniah 2) Abstract

1) The Student at Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Riau.

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN

EFEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE GAP) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR UNTUK MENUNJANG KELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN

IDENTIFIKASI METODE PENANGKAPAN IKAN KURAU DI DESA TELUK PAMBANG KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU ABSTRACT

PENGARUH BENTUK DAN LETAK CELAH PELOLOSAN (Escape Gap) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR TERHADAP KELESTARIANSUMBERDAYA IKAN

Distribusi tertangkapnya ikan selar pada lembaran jaring soma darape di rumpon

ANALISIS LINGKAR TUBUH DAN CARA TERTANGKAP IKAN TENGGIRI

Analisis Hasil Tangkapan Jaring Insang di Kuala Baru Kabupaten Aceh Singkil

Bentuk baku konstruksi jaring insang dasar monofilamen bawal putih

Bentuk baku konstruksi jaring insang pertengahan multifilamen tanpa saran

ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN HANGING RATIO

PERBANDINGAN HASIL DAN KOMPOSISI TANGKAPAN JARING INSANG PERMUKAAN DAN JARING INSANG DASAR DI PERAIRAN DESA SEI NAGALAWAN SERDANG BEDAGAI

Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 4 Nomor 2 November 2017

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

Bentuk baku konstruksi jaring insang banyar

Jurnal Harpodon Borneo Vol.10. No.1. April ISSN : X

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut martasuganda (2004), jaring insang (gillnet) adalah satu dari jenis

Bentuk baku konstruksi jaring insang permukaan multifilamen lemuru

Bentuk baku konstruksi jaring insang dasar monofilamen

Ledhyane Ika Harlyan. Dept. of Fisheries Resources Utilization and Marine Science Fisheries Faculty, Brawijaya University

ANALISIS HASIL TANGKAPAN PURSE SEINE WARING UNTUK PELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN TERI (Stolephorus devisi) DI PERAIRAN WONOKERTO, KABUPATEN PEKALONGAN

Kata kunci : Gill Net Dasar, Spesifikasi, Sipora Utara, Mentawai.

SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP PURSE SEINE DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) MUARA ANGKE JAKARTA

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

Alat bantu Gill net Pengertian Bagian fungsi Pengoperasian

SELEKSI JENIS ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU DI SELAT BALI

UJI COBA DAN PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP JARING IKAN TERUBUK LAPIS DUA DI PERAIRAN BENGKALIS, PROVINSI RIAU

MOTIVATION LEVEL FISHERMEN DUANO TO FISHING ENTERPRISE TANJUNG PASIR VILLAGE OF RIAU PROVINCE. Abstract I. PENDAHULUAN

UKURAN MATA DAN SHORTENING YANG SESUAI UNTUK JARING INSANG YANG DIOPERASIKAN DI PERAIRAN TUAL

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

Khairani Laila,s.pi. M.agr program studi budidaya perairan Universitas asahan fakultas pertania ABSTRAK

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net ) induk udang

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR PULAU BENGKALIS, SELAT MALAKA

PEMBAGIAN KEKENDURAN PADA TRAMMEL NET: PENGARUHNYA TERHADAP KOMPOSISI DAN KERAGAMAN HASIL TANGKAPAN SUGENG HARTONO

KAJIAN PERIKANAN TANGKAP Mene maculata Di TELUK BUYAT Fisheries Studies of Mene maculata In Buyat Bay

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Unit Penangkapan Ikan Alat tangkap jaring insang hanyut

KERAMAHAN GILLNET MILLENIUM INDRAMAYU TERHADAP LINGKUNGAN: ANALISIS HASIL TANGKAPAN

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

Jaring Angkat

STUDI RANCANG BANGUN JARING INSANG DASAR (BOTTOM GILLNET) DI PERAIRAN DESA SANJAI KECAMATAN SINJAI TIMUR KABUPATEN SINJAI SULAWESI SELATAN

EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2008

Pengaruh warna umpan pada hasil tangkapan pancing tonda di perairan Teluk Manado Sulawesi Utara

Oleh : Mukhtar, A.Pi, M.Si

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Engtangling Nets: TRAMMEL NET (GILTONG (Gillnet Berkantong)/Jaring Gondrong)

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan

Harry Kurniawan 1), Ir. Arthur Brown, M.Si 2), Dr. Pareg Rengi, S.Pi, M.Si 2) ABSTRAK

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) :

Rancang Bangun Jaring Insang Ikan Terbang di Perairan Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan *)

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

THE BUSINESIS ANALYSIS OF GILL NET, IN TENGGAYUN VILLAGE, BUKIT BATU SUB-DISTRICT, BENGKALIS DISTRICT OF RIAU PROVINCE

Fishermen's Perceptions About Business Fishing in The Kepenghuluan Parit Aman Bangko Subdistrict Rokan Hilir District Riau province ABSTRACT

PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Pengumpulan Data

Selektivitas Drift Gillnet pada Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Di Perairan Belawan Pantai Timur Sumatera Utara Provinsi Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha

STUDI PERUBAHAN PANJANG BENANG JARING Polyamide (PA) YANG DIRENDAM DIDALAM AIR TAWAR DAN AIR LAUT OLEH TRI RAHMADHANI

1. PENDAHULUAN. dibanding alat tangkap lainnya. Alat ini di Kalimantan Selatan oleh nelayan

Kesesuaian ukuran soma pajeko dan kapalnya di Labuan Uki Kabupaten Bolaang Mongondow

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut

STUDY ON THE PVC TRAP FOR ELL (Monopterus albus)

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

Pengaruh penambahan ekstrak minyak tenggiri pada umpan bubu terhadap hasil tangkapan ranjungan di perairan Malalayang, Kota Manado

I. PENDAHULUAN Visi

BAB III BAHAN DAN METODE

The Factories Effects Toward Social Economic Condition of Fishermen Community at Medang Kampai District of Dumai City of Riau Province ABSTRACT

FLUKTUASI HASIL TANGKAPAN IKAN KURAU (Eleutheronema tetradactylum) DI DESA TELUK PAMBANG KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU

PENGARUH WAKTU OPERASIONAL TERHADAP HASIL TANGKAPAN BUBU TIANG DASAR DI PERAIRAN BAGAN SIAPI-SIAPI KABUPATEN ROKAN HILIR, PROPINSI RIAU.

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

ANALISIS KECENDERUNGAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA TAHUN Adrian A. Boleu & Darius Arkwright

Transkripsi:

The Effect Of Shortening The Difference Catches Gill Net Fishing Gear By 1) Nofri Yanto, 2) Irwandy Syofyan, 3) Arthur Brown ABSTRACT This study conducted in May 2015 in the Village Teluk Air, District of Karimun, Tanjung Balai Karimun Regency, Riau Island Provincial. The aim of this study was to determine the effect of shortening of the catches of gill net fishing gear. It is known from research that the shortening gill nets with 20% of the catch as much as 95,5 kg, which comprised 246 fishs. By way of fish caught most dominant snagged. On gill net fishing gear that uses 30% shortening overall number of catches as much as 82 kg, comprising 186 fishs. By way of the most dominant fish caught in etangled. Results of t-test at 95% confidance level showed no effect of shortening of the catches in gill net fishing gear. Key word: Gill net fishing gear, Shortening. 1) Students Of The Fisheries and Marine Science Faculty University Of Riau 2) Lecturer Of The Fisheries and Marine Science Faculty University Of Riau PENDAHULUAN Latar Belakang Kabupaten Karimun adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Ibu kota Kabupaten Karimun terletak di Tanjung Balai Karimun. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 7.954 Km 2 dengan luas daratan 1.524 Km 2 dan luas lautan 6.460 Km 2. Kabupaten Karimun terdiri dari 198 pulau dengan 67 diantaranya berpenghuni. Kabupaten Karimun memiliki jumlah penduduk sebanyak 174.784 jiwa (dkp Karimun,2010). Di Kabupaten Karimun tepatnya di kelurahan Teluk Air terdapat potensi perikanan yang telah dimanfaatkan tetapi belum secara optimal, seperti penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap jaring. Adapun spesies targetnya adalah ikan senangin (Polynemus tetradactilus). Alat tangkap yang banyak dan biasa digunakan nelayan Kelurahan Teluk Air adalah alat tangkap jaring insang hanyut. Jaring insang hanyut merupakan alat penangkapan ikan yang terbuat dari jaring, berbentuk persegi empat dengan ukuran mata jaring yang sama dan dioperasikan dengan cara dihanyutkan. Jaring insang hanyut termasuk dalam klasifikasi alat tangkap jaring insang (gill net). (Diniah. 2008). Jaring insang pada umumnya berbentuk empat persegi panjang. Ukuran mata jaring (mesh size) seluruh bagian jaring adalah sama. Ukuran mata jaring yang digunakan disesuaikan dengan jenis dan ukuran ikan menjadi target tangkapan. Konstruksi jaring insang terdiri dari: 1. Badan jaring (webbing) 2. Tali ris 3. Tali ris bawah 4. Pelampung 5. Pemberat

6. Tali slambar (tali penghubung antarpis). Jaring insang termasuk kelompok alat penangkap yang selektif, ukuran minimum ikan yang menjadi target tangkapan dapat diatur dengan cara mengatur ukuran mata jaring yang digunakan. (Penyuluhan kelautan,2013) Shortening dapat diterjemahkan dengan kata pengerutan yaitu beda panjang tubuh jaring dalam keadaan tegang sempurna (stretch) dengan panjang jaring setelah diletakkan pada float line ataupun sinker line, disebut dalam persen (%) (Sudirman, 2004). Tujuan dari shortening supaya ikan-ikan mudah terjerat (gilled) pada mata jaring dan juga supaya ikan-ikan tersebut setelah sekali terjerat pada jaring tidak akan mudah terlepas, maka pada jaring perlulah diberikan shortening yang cukup. Tingkat pengerutan (shortening) yaitu beda panjang tubuh jaring dalam keadaan tegang sempurna (stretch) dengan pada jaring setelah diikatkan pada floatline dan sinker line. Shortening disebut dalam persen (%). Contoh: panjang jaring utama (webbing) = 100 m. setelah jadi jaring yang panjang float line dan sinkerlinenya = 70 m, maka shorteningnya adalah 30%. Diperairan Kelurahan Teluk Air nelayan mengoperasikan beberapa alat tangkap ikan. Dari beberapa banyak alat penangkapan ikan tersebut terdapat alat tangkap jaring insang. Jaring insang yang dioperasikan diperairan Kelurahan Teluk Air adalah jaring hanyut. Jaring insang yang digunakan berukuran 3-6 inci dengan ikan target tangkapan adalah ikan Senangin (Polynemus tetradactilus) yang berukuran relatif besar. Dalam perakitan alat tangkap jaring ini nelayan menggunakan pemendekan (shortening) 30% dan 20%.Karena beragamnya nilai pemendekan (shortening) yang digunakan oleh nelayan, maka penulis tertarik untuk mengetahui nilai pemendekan (shortening) terhadap hasil tangkapan. Perumusan Masalah Alat tangkap jaring ingsang merupakan salah satu alat tangkap yang dioperasikan diperairan Kelurahan Teluk Air Kecamatan Karimun Kabupaten Tanjung Balai Karimun. Jaring insang digunakan untuk menangkap ikan senangin (Polynemus tetradactilus). Jaring insang dirakit dengan nilai pemendekan yang berbedabeda.setiap nilai pemendekan memiliki pengaruh terhadap hasil tangkapan. Dengan adanya pengaruh pemendekan (shortening) terhadap hasil tangkapan, peneliti tertarik untuk menelitinya. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh shortening pada jaring terhadap hasil tangkapan jaring insang. Manfaat dari penelitian ini untuk memberi informasi dalam memperoleh shortening yang ideal pada jaring insang sebagai alat tangkap ikan yang selektif untuk keberlanjutan sumberdaya ikan. Hipotesis Pada penelitian ini hipotesis yang digunakan adalah : H 0 = Tidak ada pengaruh shortening terhadap hasil tangkapan H 1 = Ada pengaruh shortening terhadap hasil tangkapan

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 yang bertempat di Kelurahan Teluk Air Kecamatan Karimun Kabupaten Tanjung Balai Karimun Provinsi Kepulauan Riau. Bahan dan Alat Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bahan : 1. Alat tangkap jaring insang Jaring ingsang yang digunakan selama penelitian adalah jaring insang yang digunakan oleh nelayan Kelurah Teluk Air, yaitu jaring insang hanyut, dan bahan jaring yang gunakan adalah tangsi dengan ukuran mata jaring 3 inci. Dengan panjang awal jaring 1000 m, setelah dilakukan shortening 20% panjang jaring menjadi 800 m, dan shortening panjang jaring menjadi 700 m. Alat : 1. Timbangan 2. Alat tulis 3. Kamera untuk dokumentasi 4. Jangka sorong 5. Bakul atau ember Metode Metode penelitan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Nazir (2003) menjelaskan bahwa metode deskritif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, serta untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan keterangan secara faktual. Penelitian dengan metode ini membedah dan menguliti suatu permasalah untuk mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktek-praktek yang yang sedang berlangsung. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi jumlah ikan tertangkap dalam berat (gram), dan individu (ekor) yang tertangkap secara snangged, gilled, wedged, dan etangled yang untuk selanjutnya disingkat SGWE. Kemudian hasil tangkapan dipisah menurut perlakuan pada masing-masing jaring. Selain itu cara tertangkapnya ikan pada jaring juga dicatat dan didefinisikan. Kondisi tertangkapnya ikan (snagged, gilled, wedged dan etangled) yang dikenal dengan istilah SGWE, dicatat setelah hauling dilakukan, yaitu dengan cara memerikasa secara teliti posisi dimana terangkapnya ikan pada saat melepas ikan pada jaring (Purbayanto et al. 2001). Menurut Martasuganda(2002) cara tertangkapnya ikan pada alat tangkap jaring ingsang, paling tidak ada 4 (empat) gambaran yang menarik, agar lebih rumit bila beberapa cara ikan tertangkap dalam suatu jaring ingsang juga perlu dipertimbangkan. 4 cara ikan tertangkap diilustrasikan dalam gambar berikut: a. Snagged dimana mata jaring mengelilingi ikan tepat dibelakang mata ikan.

b. Gilled Dimana mata jaring mengelilingi ikan tepat dibelakang tutup insang c. Wedged Dimana mata jaring mengelilingi badan sejauh sirip punggung ikan d. Etangled Bila ikan terjerat di jaring melalui gigi, tulang rahang sirip atau bagian tubuh yang menonjol pada lainnya tanpa masuk kedalam mata jaring. Prosedur Penelitian Pengambilan data terhadap alat tangkap jaring insang yang dijadikan sampel yang diambil dari lapangan berdasarkan jaring insang dan juga shortening yang digunakan oleh nelayan di Kelurahan Teluk Air. Adapun nilai shortening yang digunakan adalah 20% dan 30%. Dengan menggunakan prosedur sebagai berikut: o Shortening Shortening (pemendekan) biasanya dinyatakan dengan persen (%) yaitu selisih diantara panjang jaring pada saat terengang sempurna dengan panjang jaring setelah dilekatkan pada tali pelampung ataupun tali pemberat. = 100 Dimana : S = Shortening (%) I = Panjang tali ris L = Panjang jaring (m) Untuk dapat membentuk bukaan mata jaring yang baik dapat dilakukan dengan cara mengurangi panjang jaring yang sebenarnya yang berarti panjang tali ris yang dipakai untuk menggantungkan jaring tersebut harus lebih pendek dari jaring sepenuhnya. Dalam penelitian ini menggunakan 2 buah jaring yang digunakan oleh nelayan kelurahan teluk air dengan ukuran mata jaring 3 inci dan nilai shortening 20% dan 30%. Operasi penangkpan jaring insang dilakukan selama 10 hari dengan waktu tangkapan pada pagi hari. Yakni jaring yang menggunakan shortening 20% dan shortening 30%. Kegiatan penangkapan dilakukan diperairan Kelurahan Teluk Air, dengan kondisi

dasar perairan berlumpur dan sedikit berpasir. Analisis Data Perbedaan hasil tangkapan jaring insang dengan menggunakan perlakuan shortening 20% dan 30% selama penelitian dianalisa secara statistik. hasil tangkapan yang diperoleh dihitung dalam jumlah berat. Analisa data dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil tangkapan jaring insang dengan menggunakan shortening 20% dan 30%. Dalam hal ini dilakukan uji t. (Sudjana. 1984). Hipotesis (dugaan) dalam uji t pertama adalah: H 0 = tidak ada pengaruh shortening terhadap hasil tangkapan. H 1 = ada berpengaruh shortening terhadap hasil tangkapan. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%, maka nilai α = 0,05. Dasar pengambilan keputusan dalam uji t. H 0 diterima dan H 1 ditolak jika nilai t hitung < t tabel atau nilai sig > 0,05 H 0 ditolak dan H 1 diterima jika nilai t hitung > t tabel atau nilai sig < 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tangkapan Jaring Insang Pada penelitian ini dilakukan 10 kali percobaan penangkapan dengan menggunakan mata jaring yang sama dan 2 shortening yang berbeda, yaitu dengan menggunakan shortening 20% dan 30%, diperoleh sebanyak 432 ekor dengan total berat 178kg. Namun ada perbedaan komposisi hasil tangkapan pada setiap nilai shorteningnya. Pada shortening 20% memperoleh hasil tangkapan sebanyak 95,5 kg dan 246 ekor, sedangkan pada jaring yang menggunakan nilai shortening 30% memperoleh sebanyak 82 kg dan 186 ekor. Adapun jenis jenis ikan yang tertangkap yaitu ikan lomek (Harpodon nehereus), tenggiri (Cybium cummersoni), biang (Septina sp), duri (Plicofollis tenuispinis), layur (Trichiurius lepturus), parang-parang (Chirocentrus dorap), senangin (Polynemus tetradactilus), puput (Ilisha eloganta), gumala (Pseudoscrena sp), hiu (Charcharias sp), dan selar (selaroides leptolepis). Ikan yang paling dominan tertangkap pada shortening 20% yaitu ikan biang dan lomek sedangkan pada jaring yang menggunakan nilai shortening 30% lebih dominan tertangkap ikan duri (Plicofollis tenuispinis). Jenis-jenis ikan yang tertangkap diatas, terdiri dari ikan pelagis kecil dan ikan damersal. Kenyataan ini dapat terjadi karena tinggi jaring insang dioperasikan pada perairan dengan keadaan kedalaman yang dapat dijangkau oleh badan jaring (webbing) dari permukaan hingga hampir kedasar perairan. Pada kondisi ini, tali pemberat jaring ingsang yang doperasikan benar-benar menyentuh dasar perairan sehingga tidak memberi celah untuk ikan-ikan dapat meloloskan diri. Nilai rata-rata dari percobaan yang tertinggi terdapat pada nilai shortening 20% dengan hasil tangkapan 38 ekor. Sedangkan hasil tangkapan yang paling rendah terdapat nilai shortening 30% yaitu 11 ekor. Untuk mengetahui cara tertangkap yang paling dominan dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 1. Total hasil tangkapan jaring insang oleh dua perlakuan shortening dengan cara tertangkap snagged, gilled,wedged, dan etangled. Shortening Cara tertangkap Jumlah (ekor) persentase(%) 20% Snagged 85 34.55 Gilled 64 26.01 Wedged 42 17.07 Etangled 55 22.36 Total 246 100 30% Snagged 22 11.83 Gilled 39 20.97 Wedged 46 24.73 Etangled 79 42.47 Total 186 100 Dari tabel diatas dapat dilihat cara tertangkap yang paling dominan terjadi pada shortening 20% yaitu dengan cara tertangkap snagged (terjerat) dengan mendapatkan hasil tangkapan sebanyak 85 ekor dengan persentase 34,55%, yang paling terkecil tertangkap dengan cara wedged mendapatkan total hasil tangkapan sebanyak 42 ekor dengan persentase 17,07%. Pada penggunaan shortening 30% lebih dominan tertangkap dengan cara etangled (terpuntal) dengan mendapatkan hasil tangkapan sebanyak 79 ekor dengan jumlah persentase 42,47% dan yang paling sedikit dengan cara tertangkap snagged (terjerat) dengan mendapatkan sebanyak 22 ekor dengan jumlah persentase 11,83% ikan yang paling dominan tertangkap dengan cara snagged dan gilled pada jaring insang dengan nilai shortening 20% yaitu ikan lomek (Harpodon nehereus) dan biang (Septina sp). Tertangkap secara wedged lebih dominan tertangkap ikan selar (Swlaroides leptotelis), tertangkap secara etangled lebih dominan ikan duri (Plicofollis tenuispinis) dan hiu (charcharias sp). dan pada shortening 30% ikan yang tertangkap secara snagged lebih dominan ikan tertangkap ikan biang (Septina sp) dan lomek (Harpodon nehereus), secara gilled ikan yang dominan tertangkap ikan parang-parang (Chirocentrus dorap), layur (Lepturachantus savala), dan puput (Ilisha eloganta), tertangkap secara wedged ikan yang dominan tertangkap ikan duri (Plicofollis tenuispinis), dan tenggiri (Cybium cummersoni), sedangkan secara etangled dominan tertangkap ikan hiu (charcharias sp), tenggiri (Cybum cummersoni), duri (Plicofollis tenusipinis), senangin (Polynemus tetradactilus) dan parang-parang (Chirocentrus dorap).

Tabel 2. Jenis-jenis ikan tertangkap dengan menggunakan shortening 20% dan shortening 30%. Shorte Nama Lokal Nama indonesia Nama Ilmiah ning 20% Ikan lomek Ikan biang Ikan jeja Ikan gelame Ikan duri Ikan selar Ikan lomek Ikan biang-biang Ikan hiu Ikan gulama Ikan duri Ikan selar Harpodon nehereus Septina sp Charcharias sp Pseudoscrena sp Plicofollis tenuispinis Selaroides leptolepis 30% Ikan lomek Ikan parang Ikan biang Ikan jeja Ikan layur Ikan duri Ikan puput Ikan selar Ikan tenggiri Ikan senangin Ikan lomek Ikan parang-parang Ikan biang-biang Ikan hiu Ikan layur Ikan duri Ikan puput Ikan selar Ikan tenggiri Ikan senangin Harpodon nehereus Chirocentrus dorap Septina sp Charcharias sp Lepturachantus savala Plicofollis tenuispinis Ilisha eloganta Selaroides leptolepis Cybium cummersoni Polynemus tetradactilus Untuk lebih jelasnya dapat diliat pada gambar berikut. 300 Total Hasil Tangkapan (ekor) 250 200 150 100 50 0 Shortening 20% Shortening 30% Gambar 1. Perbandingan total hasil (ekor) tangkapan dengan menggunakan shortening 20% dan 30%. Pada (Gambar 2) daat dilihat perbandingan hasil (berat) tangkapan dengan nilai shortening 20% dan 30%. 100 Total Hasil Tangkapan (kg) 95 90 85 80 75 Shortening 20% Shortening 30% Gambar 2. Perbandingan total hasil (berat) tangkapan dengan menggunakan shortening 20% dan 30%. Dari gambar diatas dapat dilhat perbandingan hasil tangkapan yang tidak begitu jauh antara

shortening 20% dan 30% dikarenakan ukuran ikan dari hasil tangkapan dengan menggunakan shortening 30% relatif lebih besar ukuran ikan yang didapat dibandingkan dengan hasil tangkapan shortening 20%. Pembahasan Hubungan shortening terhadap jumlah hasil tangkapan. Hasil tangkapan (kg) Pada penelitian ini shortening mempunyai hubungan terhadap hasil tangkapan, pada masing-masing, perlakuan shortening mempunyai jumlah hasil tangkapan yang berbeda-beda. Pada shortening yang lebih kecil jumlah hasil tangkapan lebih tinggi dibandingkan dengan shortening yang lebih besar. Shortening 20% mendapatkan hasil tangkapan sebanyak 95,5 kg, dalam 10 kali pengoperasian alat tangkap. Sedangkan shortening 30% jumlah hasil tangkapan lebih sedikit dengan mendapatkan hasil tangkapan sebanyak 82 kg dalam 10 kali pengoperasian alat tangkapan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut. 20 15 10 5 0 Hasil Tangkapan (kg) 1 3 5 7 9 Shortening 20% Shortening 30% Gambar 3. Hasil tangkapan jaring insang dengan menggunakan perlakuan shortening 20% dan 30%. Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa perbedaan shortening berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Jumlah hasil tangkapan pada shortening 20% mendapatkan hasil tangkapan tertinggi sebanyak 14,8 kg sedangkan pada jaring insang yang menggunakan nilai shortening 30% mendapatkan hasil tangkapan sebanyak 10,3 kg. pada teorinya semakin besar perlakuan shortening pada jaring maka semakin sedikit jumlah hasil tangkapan, begitu juga sebaliknya semakin kecil shortening semakin banyak hasil tangkapan. Berdasarkan analisa statistik, ternyata penangkapan jaring insang dengan menggunakan nilai shortening 20% tidak ada perbedaan nyata jika dibandingkan dengan jumlah berat (kg) dengan menggunakan nilai shortening 30%. Ini dibuktikan dengan uji t. dengan t hit (-0,028) lebih kecil dari t tab (2,262) jadi H 0 diterima dan H 1 ditolak. Yang artinya tidak ada pengaruh shortening terhadap hasil tangkapan (kg). Hasil tangkapan (ekor) Dilihat dari table 1 dapat dilihat perbedaan hasil tangkapan dengan menggunakan shortening 20% dan 30%. Jaring yang menggunakan nilai shortening 20% mendapatkan hasil tangkapan sebanyak 246 ekor sedangkan jaring yang menggunakan shortening 30% mendapatkan hasil tangkapan sebanyak 186 ekor. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut.

40 30 20 10 0 Hasil Tangkapan (ekor) 1 3 5 7 9 Shortening 20% Shortening 30% Gambar 4. Hasil tangkapan (ekor) jaring insang dengan menggunakan perlakuan shortening 20% dan 30%. Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa perbedaan shortening berpengaruh terhadap hasil tangkapan dalam jumlah ekor. Jumlah hasil tangkapan pada shortening 20% mendapatkan hasil tangkapan tertinggi 38 ekor sedangkan pada jaring insang yang menggunakan nilai shortening 30% mendapatkan hasil tangkapan sebanyak 26 ekor. Berdasarkan analisa statistik, penangkapan jaring insang dengan menggunakan nilai shortening 20% dan 30% tidak ada perbedaan nyata jika dibandingkan dengan jumlah hasil tangkapan (ekor). Ini dibuktikan dengan uji t,dengan t hit (1,803) lebih kecil dari t tab (2,262). Jadi H 0 diterima dan H 1 ditolak.yang artinya tidak ada pengaruh shortening terhadap hasil tangkapan (ekor). Proses tertangkap pada shortening 20% Pada shortening 20% jumlah hasil tangkapan dengan cara tertangkapnya ikan SGWE (snagged, gilled, wedged, dan etangled) pada jaring insang bervariasi dan beragam. Ikan yang tertangkap pada shortening 20% dengan cara tertangkap secara snagged (terjerat) yaitu sebanyak 85 ekor atau 35% dari total hasil tangkapan, ikan yang tertangkap secara gilled sebanyak 64 ekor atau 26% dari total tangkapan, ikan yang tertangkap secara wedged sebanyak 42 ekor atau 17% dari total hasil tangkapan, dan ikan yang tertangkap secara etangled sebanyak 55 ekor atau 22% dari total tangkapan. Persentase ikan yang tertangkap oleh jaring ingsang dengan perlakuan shortening 20% dengan posisi dan cara tertangkap snagged, dapat dilihat pada gambar berikut. Shortening 20% 22% 17% 26% 35% snagged gilled wedged etangled Proses tertangkap ikan pada shortening 30% Pada shortening 30% komposisi tangkapan lebih sedikit dibandingkan dengan jaring insang yang diberi perlakuan shortening 20%. Yaitu pada shortening 30% ikan yang tertangkap berjumlah 186 ekor, yang terdiri dari cara tertangkap secara snagged berjumlah 22 ekor atau 12%, ikan yang tertangkap secara gilled 39 ekor atau 21%, ikan yang tertangkap secara wedged 46 ekor atau 25%, dan ikan yang tertangkap secara etangled berjumlah 79 ekor atau 42%. Dari

cara ikan tertangkap juga terlihat jelas bahwa ikan yang tertangkap secara etangled lebih besar dari nilai shortening 20% dapat dilihat pada gambar berikut. Shortening 30% 42% 12% 25% 21% snagged gilled wedged etangled Shortening atau pengerutan memiliki peran penting dalam setiap penangkapan alat tangkap jaring insang dikarenakan setiap nilai shortening memiliki pengaruh dalam hasil tangkapan. Menurut Noija (2003), efisiensi gill net ditentukan oleh hanging ratio dan shortening (nilai pengerutan) pada tali pelampung dan tali pemberat, gaya apung ( buoyancy ) dan gaya tenggelam ( sinking power ) yang bekerja pada jaring. Hal itu memegang peranan penting dalam menentukan atau mempertahankan keberadaan jaring di kolom air pada saat operasi penangkapan berlangsung, karena mempengaruhi ketegangan pada setiap mata jaring, yang dengan sendirinya berpengaruh pada kemampuan jerat jaring. Selain itu kedua gaya vertikal yang bekerja yaitu gaya apung dan khususnya gaya tenggelam dapat menentukan laju tenggelamnya jaring hingga secara tidak langsung mempengaruhi lamanya waktu operasi. Dalam penelitian ini hasil terbanyak berat total tangkapan yang di dapatkan selama 10 hari dengan 10 kali penangkapan setiap masingmasing shortening diperoleh padajaring yang menggunakan nilai shortening 20% dengan berat 95kg sedangkan pada jaring yang menggunakan nilai shortening 30% memperoleh hasil tangkapan seberat 82 kg. Dalam penelitian ini pengoperasian jaring ingsang dilakukan pada waktu yang berbeda dengan lokasi tidak jauh berbeda. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan sekali pengoperasian yaitu 3-4 jam untuk melakukan setting dan holling. Berdasarkan data yang didapat, kondisi ikan yang tertangkap dipengaruhi oleh ukuran panjang dan usaha ikan tersebut untuk melepaskan diri dari jaring. Menurut purbayanto (2000), kondisi tertangkapnya ikan sangat dipengaruhi oleh tigkah laku pemberontakan ikan (strunggling behavior) saat berupaya meloloskan diri. Meskipun ukuran tubuh lebih kecil dan ukuran mata jaring, ikan memiliki kemungkinan dapat tertangkap secara etangled, karena ikan tersebut memberontak saat terhadang jaring sebagai upaya sebagai upaya meloloskan diri dilihat dari bentuk morfologinya untuk jumlah individu ikan yang tertangkap jaring dengan menggunakan nilai shortening 20% mendapatkan hasil tangkapan lebih banyak dibandingkan dengan hasil yang didapat dengan jaring yang menggunakan nilai shortening 30% hal ini dapat dilihat pada table 3. Untuk jenis ikan yang didapat selama penelitian ini adalah ikan palagis dan damersal yang berukuran kecil dan relatif besar. Dan jenis ikan yang paling dominan ditangkap adalah ikan lomek, biang dan duri

yang mana memiliki nilai ekonomi yang cukup baik. Jenis ikan yang didapatkan pada shortening 20% lebih dominan ikan lomek (Harpodon nehereus) dan ikan biang (Septina sp), dengan cara tertangkap secara snagged (terjerat dibelakang mata ikan). Sedangkan pada shortening 30% lebih dominan ikan yang didapatkan yaitu ikan senangin (Polynemus tetradactilus), ikan hiu (Charcharias sp), ikan tenggiri (Cybium commerseni), dan ikan parang-parang (Chirocentrus dorap), dengan cara tertangkap secara etangled (terpuntal). Pada shortening 30% lebih dominan ikan tertangkap secara etangled (terpuntal), dikarenakan ukuran ikan yang tertangkap memiliki ukuran relatif lebih besar sehingga ikan tidak terjerat pada mata jaring melainkan terpuntal pada badan jaring. Sedangkan pada shortening 20% lebih dominan ikan tertangkap secara snagged (terjerat dibelakang mata ikan), dikarenakan ukuran ikan yang tertangkap memiliki ukuran relatif lebih kecil sehingga ikan terjerat pada mata jaring. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa ikan hasil tangkapan tertinggi dihasilkan oleh jaring insang dengan menggunakan shortening 20% dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 246 ekor dengan berat total hasil tangkapan selama penelitian yaitu 95 kg, sedangkan jaring yang menggunakan nilai shortening 30% memperoleh hasil tangkapan sebanyak 186 ekor dengan berat 82 kg. Jaring dengan shortening 20% ikan lebih dominan tertangkap dengan cara snagged sebanyak 85 ekor dengan persentase 34,55%, sedangkan pada shortening 30% lebih dominan ikan tertangkap dengan cara etangled mendapatkan hasil tangkapan sebanyak 79 ekor dengan persentase 42,47%. Untuk jenis ikan yang tertangkap pada jaring yang menggunakan shortening 30% relatif lebih besar dibandingkan dengan ikan hasil tangkapan dengan jaring menggunakan shortening 20%. Dari hasil analisis menunjukan bahwa perlakuan shortening pada jaring insang tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Saran Dari hasil penelitian ini, dapat dilihat dari hasil tangkapan dengan menggunakan shortening 30% lebih efektif dibandingkan dengan hasil tangkapan dengan menggunakan shortening 20% sehingga dapat dipakai untuk usaha penangkapan selajutnya. DAFTAR PUSTAKA Ayodhyoa, A. U. 1981. Metode Penangkapan Ikan, Yayasan Dewi Sri, Bogor. 97 hal. Brandt A Von. 1984. Fish Cathcing Methods Of The Word. England. Dirjen Perikanan. A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. Diniah. 2008. Pengenalan Perikanan Tangkap. Dapertemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB : Bogor.

Fridman, A. 1986.Calculation For Fishing Gear Desaigns. FOA an Agriculture Organisation of The United Nation. Fishing New Book Ltd. Pages 15-16. Gray.et.al. 2005. Hipertensi Lecturer Notes Kardiologi. Edisi ke - 4,Jakarta:Erlangga. Hadian.2005. Analisis Hasil Tangkapan. Jaring Ingsang Hanyut Dengan Ukuran Mata Jaring 2 Inci di Teluk Jakarta (Skripsi). Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB : Bogor. Http://dkpkarimun.blogspot.com/201 0/01/kondisi-umum-kabupatenkarimun.Hmtl. Http://penyuluhankelautan.blogspot.i n/2013/06/konstruksi-jaringingsang.hmtl. Martasuganda, S. 2002. Jaring Ingsang (Gillnet). Serial Teknologi Penangkapan Ikan Berwawasan Lingkungan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institus Pertanian Bogor.68 hal. 2005. Jaring Ingsang (Gillnet). Serial Teknologi Penangkapan Ikan Berwawasan Lingkungan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Miranti. 2007. Perikanan Gillnet di Pelabuhan Ratu: Kajian Teknis dan Tingkat Kesejahteraan nelayan Pemilik. Skripsi [tidak dipublikasi]. Bogor. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan. Moch. Nazir. 2003. Metode Penelitian. Salemba Empat. Jakarta.63. Noija D. 2003.Efisiensi Teknis Pukat Cincin Dalam Kaitannya Dengan KeberhasilanOperasi Penangkapan Ikan Di Sekitar Perairan Desa Hukurila Kecamatan Baguala Ambon.[Tesis]. Manado: Universitas Sam Ratulangi. Purbayanto. A.&.M.F.A. Sondila. 2000. Perbaikan Selektivitas Jaring Tramel dan Survival Ikan Target Muda dan Hasil Tangkap Sampingan Sebagai Upaya Konservasi Keanekaragaman Hayati Laut. Buletin PSP Vol IX.No:2. Sadhori, N. 1985. Tenik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. Sudirman, Mallawa Achmar. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta: Jakarta. Sudjana. 1984. Metode Statistik. Tarsito, Bandung. 484 Halaman. Sparre, P. Dan S. C. Venema. 1999. Introduksi Pengkajian Stok ikan Tropis Manual I. Semarang (diterjemakan TIM Balai Pengembangan dan Penangkapan ikan).