BAB I PENDAHULUAN. dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang sama menuntut kewajiban ditunaikan. Hubungan hak dan

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

PROSES PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN PERKAWINAN SEPERSUSUAN DAN AKIBAT HUKUM TERHADAP ANAK YANG DILAHIRKAN

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

Oleh: IRSAM DIAN BACHTIAR C

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dan saling berinteraksi. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa. adanya atau dengan membentuk sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai umatnya. Serta ayat-ayat Al-qur an yang Allah SWT. khaliknya dan mengatur juga hubungan dengan sesamanya.

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH NASKAH PUBLIKASI. derajat S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan orang lain serta sering membutuhkan antara yang satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah merupakan makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah. budaya dan lingkungan dimana masyarakat itu berada.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. bentuknya yang terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Suatu individu ataupun masyarakat tidak akan tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kodrat manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama

TINJAUAN HUKUM PIDANA MENGENAI TINDAK PIDANA PENIPUAN

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

PERKAWINAN USIA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak dan kewajiban orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Manusia

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditakdirkan untuk saling berpasangan dan saling membutuhkan 1. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Negara. Perkawinan menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 1

PELAKSANAAN PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang disebut dengan lembaga perkawinan. merupakan ibadah (Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam). 2

SKRIPSI PELAKSANAAN PERKAWINAN MELALUI WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Selain itu, juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan

PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA PEMALSUAN IDENTITAS

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan, LN tahun 1974 Nomor 1, TLN no. 3019, Perkawinan ialah ikatan

PROSES PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DENGAN PELAKU ANGGOTA TNI (Studi di Wilayah KODAM IV DIPONEGORO)

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aristoteles (384-322 SM) seorang ahli filsafat Yunani kuno menyatakan dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk, pada dasarnya selalu ingin bergaul dalam masyarakat. Karena sifatnya ingin bergaul satu sama lain, maka manusia disebut sebagai makhluk sosial. 1 Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup dengan manusia lain (masyarakatnya). Ia tidak dapat merealisasikan potensi hanya dengan dirinya sendiri. Manusia akan membutuhkan manusia lain untuk hal tersebut, termasuk dalam mencukupi kebutuhannya. 2 Adanya hal tersebut mendorong sebuah proses terjadinya interaksi sosial, yang mana manusia tidak dapat melakukannya sendiri sehingga manusia membutuhkan manusia yang lain untuk hidup saling berpasang-pasangan antara laki-laki dengan perempuan, untuk itu manusia melakukan sebuah perkawinan. Didalam islam perkawinan merupakan perintah Allah Swt dan bila dilaksanakan merupakan suatu ibadah yang ditandai dengan adanya suatu akad yang kuat antara kedua mempelai yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawadah dan rahmah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan 1 Herimanto dan Winarno, 2012, Ilmu Sosial&Budaya Dasar, Jakarta Timur: PT Bumi Aksara, hal.44. 2 Ibid., hal.45. 1

2 seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ikatan lahir adalah hubungan formal yang dapat dilihat karena dibentuk menurut undang-undang sedangkan ikatan batin adalah hubungan tidak formal yang dibentuk dengan kemauan bersama yang sungguh-sungguh yang mengikat kedua pihak saja. Antara seorang pria dan seorang wanita artinya dalam satu masa ikatan lahir batin itu hanya terjadi antara seorang pria dan seorang wanita. Sebagai suami dan istri adalah fungsi masing-masing pihak sebagai akibat dari adanya ikatan lahir batin. Dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasar pada Ketuhanan Yang Maha Esa. 3 Perkawinan dianggap sah apabila perkawinan telah dilakukan menurut syarat-syarat yang telah ditetapkan undang-undang. Syarat perkwinan adalah segala hal mengenai perkawinan yang harus dipenuhi menurut ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum perkawinan dilangsungkan. Bahwa syarat perkawinan dilkasifikasikan menjadi dua yaitu syarat material (syarat subjektif) dan syarat formal (syarat objektif). Pengertian syarat material adalah syarat-syarat yang ada dan melekat pada diri pihak-pihak yang akan melangsungkan perkawinan, sedangkan pengertian syarat formal adalah tata cara dan prosedur melangsungkan perkawinan menurut hukum agama dan 3 Abdul Kadir Muhammad, 2010, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, hal.84-85.

3 undang-undang. 4 Dijelaskan didalam Pasal 8 huruf d Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 bahwa terdapat larangan perkawinan antara 2 (dua) orang yang berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara susuan dan bibi/paman susuan. Apabila perkawinan dilangsungkan, padahal ada larangan atau tidak dipenuhi syarat-syarat, perkawinan itu dibatalkan. Pembatalan harus dilakukan melalui pengadilan agama bagi yang beragama islam. 5 Berdasarkan Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Batalnya suatu perkawinan dimulai setelah keputusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan berlaku sejak saat berlangsungnya perkawinan. Keputusan pengadilan itu tidak berlaku surut terhadap anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut. Maka dari itu suami dan istri yang telah berpisah akibat pembatalan perkawinan tersebut tetap mempunyai kewajiban sebagai orang tua untuk memelihara dan mengurus anak mereka. Adanya sebuah perkawinan, maka seorang anak akan tertentukan kedudukan hukumnya. Perkawinan yang dilangsungkan dan dinyatakan sah, membawa akibat anak yang dilahirkan menduduki posisi sebagai anak sah. Ini dapat disimak dalam Pasal 42 Undang-Undang Perkawinan bahwa anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah. 6 Menyandang atribut sebagai anak sah, adalah bergantung pada status perkawinan orang tuanya, sah apakah tidak sah. Tentang bagaimana syarat 4 Ibid., hal. 86-87. 5 Ibid., hal.82. 6 Moch. Isnaeni, 2016, Hukum Perkawinan Indonesia, Bandung: PT Refika Aditama, hal. 117.

4 keabsahan suatu perkawinan, ditentukan oleh Pasal 2 Undang-Undang Perkawinan, yaitu diselenggarakan sesuai hukum agama dan dicatat berdasar aturan yang berlaku. Menyimpang dari apa yang ditetapkan Pasal 2 Undang- Undang Perkawinan, mengakibatan perkawinan yang bersangkutan menjadi tidak sah dan akibatnya anak yang dilahirkannya pun menduduki posisi sebagai sebagai anak tidak sah atau sering disebut anak luar kawin. 7 Pada kasus ini telah terjadi penyimpangan perkawinan yaitu perkawinan sepersusuan yang dilakukan oleh pasangan laki-laki dan perempuan yang awalnya tidak mengetahui bahwa mereka adalah saudara sesusuan yang pada akhirnya menikah. Perkawinan yang telah terjadi tersebut melanggar ketentuan dalam Pasal 39 angka 3 huruf c Kompilasi Hukum Islam Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita disebabkan dengan seorang wanita saudara sesusuan, dan kemenakan sesusuan kebawah, sehingga perkawinan sepersusuan yang telah berlangsung tersebut menjadi batal demi hukum dan hukum dari perkawinan tersebut adalah haram sehingga atas perkawinan tersebut dapat dilakukan pembatalan perkawinan atau dengan kata lain perkawinan sepersusuan tersebut dapat dibatalkan karena perkawinan telah berlangsung. Bahwa perkawinan sepersusuan dilarang oleh hukum agama dan juga oleh hukum negara karena perkawinan sepersusuan merupakan perkawinan yang terjadi antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dimana keduanya 7 Ibid., hal. 119.

5 menyusu asi pada seorang ibu yang sama sehingga mereka disebut saudara sesusuan. Akibat hukum dari perkawinan sepersusuan ini adalah batal demi hukum yang artinya dari awal perkawinan tersebut dianggap tidak pernah ada dan apabila perkawinan tersebut telah dilangsungkan maka atas perkawinan tersebut dapat dilakukan pembatalan perkawinan atau perkawinan sepersusuan tersebut dapat dibatalkan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: PROSES PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN PERKAWINAN SEPERSUSUAN DAN AKIBAT HUKUM TERHADAP ANAK YANG DILAHIRKAN. B. Perumusan Masalah Dapat diketahui bahwa perkawinan sepersusuan merupakan perkawinan yang dilakukan oleh seorang pria dan seorang wanita dimana mereka mempunyai hubungan sesusuan yang dikarenakan mereka menyusu asi pada seorang ibu yang sama. Perkawinan sepersusuan merupakan perkawinan yang dilarang oleh agama seperti yang telah diatur dalam pasal 39 angka 3 Kompilasi Hukum Islam. Apabila perkawinan seperusuan tersebut telah dilangsungkan dan diketahui bahwa isteri dan suami tersebut adalah saudara sepersusuan maka status hukum dari perkawinan itu adalah batal demi hukum, yang artinya sejak awal perkawinan tersebut berlangsung dianggap tidak pernah ada atau tidak pernah terjadi. Dan bila perkawinan tersebut telah dilaksanakan maka dapat dibatalkan. Oleh karena itu pembatalan dapat

6 diajukan di pengadilan agama pada wilayah hukum pihak yang mengajukan pembatalan perkawinan. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan pokok masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana proses penyelesaian perkara pembatalan atas perkawinan sepersusuan? 2. Bagaimana pertimbangan hakim dalam menentukan pembuktian dan putusan atas perkara pembatalan perkawinan sepersusuan? 3. Bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan setelah adanya putusan perkawinan sepersusuan dan bagaimana status hukum terhadap anak yang dilahirkan? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ialah berkenaan dengan maksud peneliti melakukan penelitian terkait dengan perumusan masalah dan judul. 8 Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui proses penyelesaian perkara pembatalan atas perkawinan sepersusuan. 2. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam menentukan pembuktian dan putusan atas perkara pembatalan perkawinan sepersusuan. 8 J.Supranto, 2003, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Jakarta: PT Rineka Cipta, hal.191.

7 3. Untuk mengetahui akibat hukum yang ditimbulkan setelah adanya putusan perkawinan sepersusuan dan untuk mengetahui status hukum terhadap anak yang dilahirkan. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah pandangan subjektif dari peneliti, sehingga setiap peneliti mempunyai statement dan jumlah yang berbeda mengenai manfaat penelitian. 9 Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Penulis Untuk memperluas wawasan, ilmu pengetahuan, kemampuan menulis dan memberikan gambaran yang jelas dalam bidang hukum perdata khususnya dalam proses penyelesaian perkara pembatalan perkawinan sepersusuan dan akibat hukum terhadap anak yang dilahirkan. 2. Bagi Masyarakat Untuk memberikan tambahan informasi dalam bidang hukum perdata tentang proses penyelesaian perkara pembatalan perkawinan sepersusuan dan akibat hukum terhadap anak yang dilahirkan, sehingga bisa berguna untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang timbul dalam masyarakat. 9 Mukti Fajar ND&Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal.90.

8 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini dapat menambah sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum perdata khususnya mengenai proses penyelesaian perkara pembatalan perkawinan sepersusuan dan akibat hukum terhadap anak yang dilahirkan, sehingga penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitipeneliti. E. Metode Penelitian Metode penelitan merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya. Sedangkan, penelitian adalah metode ilmiah yang dilakukan melalui penyidikan dengan seksama dan lengkap terhadap semua bukti-bukti yang dapat diperoleh mengenai suatu permasalahan tertentu sehingga dapat diperoleh melalui suatu permasalahan itu. 10 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah metode normatif. Metode normatif mengkaji hukum berdasarkan kaidah hukum dan asas dalam hukum. Yang menjadi objek penelitian adalah proses penyelesaian perkara pembatalan perkawinan sepersusuan dan akibat hukum terhadap anak yang dilahirkan. Penilaian oleh hakim adalah norma yang diteliti, dimana norma terbagi atas norma tertulis yaitu pada undang- 10 Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, 2004, Metode Penelitian Hukum, Surakarta: Muhammadiyah University Press, hal, 1.

9 undang, peraturan pemerintah dan norma tidak tertulis yaitu hukum yang hidup didalam masyarakat seperti etika, baik buruk dan kesusilaan. Maka dari itu dalam penelitian ini, yang akan diteliti adalah kaidah-kaidah hukum, asas-asas hukum, yang terdapat dalam perkawinan sepersusuan sehingga dapat diketahui legalitas dari perkawinan sepersusuan yang telah berlangsung kemudian dilakukan pembatalan. 2. Sifat Penelitian Sifat penelitian ini adalah deskriptif, karena penulis ingin mengetahui bahwa penelitian akan menggambarkan dan menguraikan secara sistematis dan menyeluruh atas perkawinan sepersusuan yang telah terjadi dan akibat hukumnya terhadap anak yang dilahirkan. 3. Jenis Data Sumber data yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Data Sekunder Bahwa untuk mencari data sekunder diperlukan bahan-bahan hukum sebagau berikut : 1) Bahan Hukum Primer, meliputi : a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. b) Kompilasi Hukum Islam. c) Yurisprudensi. 2) Bahan Hukum Sekunder, meliputi bahan hukum yang diperoleh penulis dari literatur-literatur yang terkait dengan proses

10 pembatalan perkawinan khususnya pada perkawinan sepersusuan dan akibat hukum dari anak yang dilahirkan. 3) Bahan Hukum Tersier yang merupakan bahan hukum yang dapat memperjelas bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum. b. Data Primer 1) Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Pengadilan Agama Surakarta. Penulis memilih lokasi tersebut dengan alasan lokasi berada diwilayah Surakarta sehingga mudah dijangkau oleh penulis selama mengerjakan penelitian. 2) Subyek Penelitianya Yang menjadi subyek penelitian adalah hakim pada Pengadilan Agama Surakarta dan beberapa orang masyarakat yang terdiri dari golongan masyarakat yang berbeda. 4. Metode Pengumpulan Data a. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan berguna untuk mencari data sekunder dengan cara mencari, menghimpun, mempelajari ketiga bahan hukum yaitu bahan hukum primer yang terdiri dari dari Undang-Undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, kemudian bahan hukum sekunder yang diperoleh penulis dari literature yang terkait dengan perkawinan sepersusuan dan akibat hukum dari anak yang dilahirkan,

11 serta bahan hukum tersier yang berguna untuk memperjelas bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum. b. Studi Lapangan Studi Lapangan berguna untuk mencari data primer yaitu dengan melakukan wawancara, dimana sebelum melakukan wawancara didahului dengan membuat daftar pertanyaan. a) Daftar Pertanyaan Harus dipersiapkan lebih dulu sebelum melakukan wawancara, pertanyaan dibuat sesuai dengan judul yang telah ditentukan yaitu berkaitan dengan perkawinan sepersusuan dan akibat hukum terhadap anak yang dilahrikan. Bahwa daftar pertanyaan berguna untuk mengetahui pokok permasalahan yang akan ditanyakan agar tidak terjadi pengulangan pertanyaaan saat melakukan wawancara dan meminimalisir kesalahan dalam memahami jawaban dari narasumber. b) Wawancara ialah suatu kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh seorang pewawancara sebagai penanya dan narasumber sebagai orang yang ditanya. Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara terhadap para pihak yang terkait dengan penelitian dalam hal ini adalah pegawai Pengadilan Agama Surakarta. 5. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan oleh penulis adalah metode analisis kualitatif yaitu dengan menganalisis peraturan, yurisprudensi yang

12 berhubungan dengan proses penyelesaian perkara pembatalan perkawinan sepersusuan dan akibat hukum terhadap anak yang dilahirkan dipadukan lagi untuk memperoleh pendapat responden dilapangan tentang proses penyelesaian perkara pembatalan perkawinan sepersusuan dan akibat hukum terhadap anak yang dilahirkan kemudian dianalisa secara kualitatif yang selanjutnya dicari pemecahannya dan yang terakhir diambil kesimpulan. F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah didalam melakukan penulisan hukum ini, maka perlu dikemukakan sistematika penulisan yang dibagi dalam 4 (empat) bab sebagai berikut : Bab I berisi pendahuluan yang menjelaskan uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian,dan sistematika penulisan. Bab II berisi tinjauan pustaka yang menjelaskan uraian mengenai tinjauan umum tentang pembatalan perkawinan serta tinjauan umum tentang proses pemeriksaan perkara. Bab III berisi hasil penelitian dan pembahasan yang menjelaskan mengenai permasalahan yang diteliti yaitu; proses penyelesaian perkara pembatalan perkawinan sepersusuan, pertimbangan hakim dalam menentukan pembuktian dan putusan atas perkawinan sepersusuan, serta menguraikan akibat hukum yang timbul setelah adanya putusan perkawinan sepersusuan dan status hukum terhadap anak yang dilahirkan.

13 Bab IV berisi penutup yang menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran yang diambil dari hasil penelitian dan terkait permasalahan dari penelitian.