S. Mulyati, M. Zairin Jr., dan M. M. Raswin

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PERENDAMAN LARVA IKAN GURAME DALAM LARUTAN TRIIODOTIRONIN (T 3 ) PADA DOSIS BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP

Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor (16680), Indonesia ABSTRACT

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Rancangan penelitian 2.2 Persiapan wadah 2.3 Penyediaan larva ikan patin

II. BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 3(1) :46-57 (2015) ISSN :

Pengaruh Fluktuasi Suhu Air Terhadap Daya Tetas Telur dan Kelulushidupan Larva Gurami (Osphronemus goramy)

II. BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

II. BAHAN DAN METODE

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

PENGARUH PADAT PENEBARAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus gouramy Lac. UKURAN 2 CM

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Enlargement of Selais (Ompok hypopthalmus) With fish meal Containing Thyroxine (T 4 ) Hormone

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :14-22 (2013) ISSN :

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

Pengaruh perendaman dosis hormon methyl testosteron berbeda terhadap sintasan hidup dan pertumbuhan larva ikan nila, Oreochromis niloticus

BAB III BAHAN DAN METODE

PENOKOLAN UDANG WINDU, Penaeus monodon Fab. DALAM HAPA PADA TAMBAK INTENSIF DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

III. BAHAN DAN METODE

EFEKTIVITAS PERENDAMAN HORMON TIROKSIN DAN HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN TERHADAP KERAGAAN BENIH IKAN PATIN SIAM NUR AQIL

Enlargement of Selais (Ompok hypopthalmus) With fish meal Containing Thyroxine (T4) Hormones. Fisheries and Marine Science faculty Riau University

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork)

Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KUALITAS PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH GURAMI (Osphronemus gouramy) MELALUI PERENDAMAN TIROKSIN (T4)

EFEKTIVITAS PEMBERIAN HORMON TIROKSIN TERHADAP DAYA TETAS, PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) (SKRIPSI)

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Gelondongan Ikan Kancra (Labeobarbus douronensis) pada Padat Tebar yang Berbeda

II. BAHAN DAN METODE. Keterangan : Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

BAB III BAHAN DAN METODE

PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS KIAMBANG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 2011 yang bertempat di

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian Bahan dan Alat Persiapan Wadah Pemeliharaan Ikan Uji Rancangan Pakan Perlakuan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

II. BAHAN DAN METODE

282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN:

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

PENGARUH PEMBERIAN HORMON TIROKSIN (T4) DENGAN PERENDAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN TINGKAT KELULUSHIDUPAN BENIH IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy Lac)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Angki Ismayadi, Rosmawati, Mulyana Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele.

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) IX (1): ISSN:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%)

METODE KERJA. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015 di. Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di

II. BAHAN DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MEDIA YANG BERBEDA TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA Chironomus sp.

PEMATANGAN GONAD IKAN PALMAS (Polypterus senegalus) DENGAN MENGGUNAKAN PAKAN YANG BERBEDA

PENGARUH JENIS PAKAN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN BENIH IKAN SELAIS (Cryptopterus lais)

PERGANTIAN PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN PANJANG LARVA IKAN SEPAT COLISA (Trichogaster lalius)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU

BAB III BAHAN DAN METODE

PERUBAHAN RESPON PAKAN PADA IKAN MAS KOKI (Carasias auratus) DENGAN RANSANGAN WARNA LAMPU

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

BAB III BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda

PENGARUH PEMBERIAN HORMON TIROKSIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BLACK GHOST (Apteronotus albifrons)

Jurnal Biotropika Vol. 2 No ABSTRAK

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan

BAHAN DAN METODE. = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data τ i ε ij

Transkripsi:

Pengaruh Jurnal Akuakultur Tiroksin Indonesia, terhadap Larva 1(1): Ikan 21 25(2002) Gurami Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 21 http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENGARUH UMUR LARVA SAAT DIMULAINYA PERENDAMAN DALAM HORMON TIROKSIN TERHADAP PERKEMBANGAN, PERTUMBUHAN, DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) Effect of Thyroxine on Development, Growth and Survival of Giant Gouramy (Osphronemus gouramy) Larvae S. Mulyati, M. Zairin Jr., dan M. M. Raswin Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor, Indonesia ABSTRACT This experiment was carried out in order to study the effect of thyroxine hormone addition at different stages of giant gouramy larvae on their development, growth, and survival rate. Treatments were conducted by dipping giant gouramy larvae at different stages (1, 5, and 1 0 days after hatching) in 0. 1 ppm thyroxine hormone solution for 24 hours. The result of this experiment showed that dipping of giant gouramy larvae at different stages in thyroxine hormone solution did not affect their development, growth, and survival rate. Key words : Giant gouramy larvae, thyroxine, development, growth, survival rate ABSTRAK Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan umur larva ikan gurami yang direndam dalam hormon tiroksin terhadap perkembangan, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup. Larva ikan gurami yang digunakan diperoleh dari hasil penetasan dan kemudian dipelihara sebagai stok. Periakuan dilakukan melalui perendaman larva ikan gurami pada umur yang berbeda (1, 5, dan 10 hari setelah menetas) dalam larutan tiroksin 0,1 ppm selama 24 jam. Hasil percobaan menujukkan bahwa setelah 56 hari pemeliharaan, pemberian tiroksin yang dilakukan tidak berpengaruh nyata terhadap perkembangan, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup ikan gurami. Kata kunci : Larva ikan gurami, tiroksin, perkembangan, pertumbuhan, kelangsungan hidup PENDAHULUAN Konsumsi ikan gurami yang semakin meningkat dari tahun ke tahun mengakibatkan tingginya jumlah pertnintaan akan ikan ini. Namun keadaan ini belum dapat diimbangi dengan jumlah produksi yang cukup. Laju pertumbuhan ikan ini yang relatif lambat, sehingga untuk mencapai ukuran konsumsi diperlukan waktu pemeliharaan yang lama. Perbaikan kualitas benih dengan cara meningkatkan kemampuan metabolisms sel terhadap bahan pakan melalui pemberian hormon tiroksin diharapkan mampu memacu pertumbuhan, sehingga jumlah produksi dapat ditingkatkan. Hormon tiroksin di dalam tubuh berperan penting dalam proses metabolisms, perkembangan, dan pertumbuhan jaringan (Turner dan Bagnara 1976). Di dalam tubuh hormon ini berfungsi meningkatkan laju oksidasi bahan pakan di dalam sel dan melakukan kontrol metabolisms secara keseluruhan (Djojosoebagio 1996). Beberapa penelitian pemberian hormon tiroksin pada ikan telah dilakukan, namun hasilnya tidak konsisten. Respon tiap jenis ikan berbedabeda, bergantung kepada metode pemberian, jenis hormon, dosis, dan lama perlakuan (Nacario 1983). Lam et al. (1985) menyatakan bahwa stadia ikan yang digunakan pun mempengaruhi sensitivitas terhadap hormon tiroksin. Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan dengan tujuan mengetahui pengaruh umur larva saat dimulainya perendaman dalam hormon tiroksin terhadap perkembangan, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup ikan gurami. Sumber Ikan BAHAN DAN METODE Larva ikan gurami diperoleh dari hasil penetasan telur yang berasal dari petani di daerah Depok. Penetasan berlangsung selama satu sampai dua hari dalam media dengan suhu 26-28'C p,-ida akuarium penetasan berukuran 50x60x50 cm yang diberi biru metilin. Hasil penetasan ini selanjutnya digunakan sebagai hewan uji. Perlakuan Hormon Penelitian dirancang dengan tiga perlakuan dan satu kontrol sebagai pembanding. Masing-masing perlakuan memiliki empat kali ulangan. Perlakuan diberikan melalui perendaman larva ikan gurami dengan umur yang berbeda (1, 5, dan 10 hari setelah menetas) dalam larutan tiroksin 0,1 ppm selama 24 jam. Larutan

22 Mulyati et al. tiroksin diperoleh dengan melarutkan 0,2 mg garam natrium L-tiroksin (Sigma Chemical Co., USA) dalam dua liter air. Untuk setiap ulangan digunakan 150 ekor larva gurami umur satu hari. Adapun rancangan perlakuan adalah sebagai berikut : Kontrol : tidak dilakukan perendaman Perlakuan A : perendaman larva umur satu hari Perlakuan B : perendaman larva umur lima hari Perlakuan C : perendaman larva umur sepuluh hari Setelah mengalami perendaman larva dipelihara dalam akuarium berisi sepuluh liter air dengan lama pemeliharaan 56 hari dihitung setelah penetasan. Pemeliharaan dilakukan pada kondisi suhu 30-31'C, oksigen terlarut 3,48-6,74 mg/l, ph 7,02-7,39, dan amoniak sebesar 0,002-0,011 mg/1. Selama masa pemeliharaan ini, media diaerasi dan diganti sebanyak 30% setiap hari. Selain itu dilakukan pula pemberian pakan berupa cacahan cacing sutera sampai ikan kenyang dengan frekuensi tiga kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore hari. Peligamatan Parameter yang diamati meliputi diameter kuning telur, panjang total, bobot tubuh, serta kelangsungan hidup. Diameter kuning telur diukur sekali dua hari sampai kuning telur habis dengan menggunakan mikroskop yang dilengkapi i-rllkrometer. Pengamatan panjang total, bobot tubuh, dan kelangsungan hidup dilakukan sekali tujuh hari. Pailjang total diukur dengan menggunakan jailgka sorong sedangkan penimbangan bobot tubuh dilakukan dengan menggunakan timbangan digital. Untuk setiap pengamatan yang dilakukan diambil lima ekor larva per wadah pemeliharaan yang kemudian dianestesi dengan MS 222 0,01mg/1. Ailalisis Data Data dianalisis secara statistic menggunakan sidik ragam (ANOVA). Jika hasilnya berbeda nyata, maka pengujian dilanjutkan dengan uji Tukey untuk melihat pengaruh di tiap perlakuan. HASIL Gambar 1 memperlihatkan rata-rata laju penyerapan kuning telur ikan gurami selama masa prolarva. Setelah dianalisis secara statistic laju penyerapan kuning telur untuk setiap perlakuan tidak menunjukkan hasil yang berbeda (p<0,,05). Dari gambar tersebut terlihat bahwa laju penyerapan kuning telur per periode sampling pada setiap perlakuan terus meningkat. Rata-rata penyerapan kuning telur tertinggi untuk masing-masing perlakuan terjadi antara hari keempat sampai hari keenam. Pada saat tersebut laju penyerapan kuning telur kelompok ikan kontrol sebesar 65,2±19,98%/hari, kelompok ikan yang direndam pada saat umur satu hari dan lima hari masing-masing sebesar 74,0±10,70%/hari dan 74,2+13,15%/hari. Panjang total ikan untuk masing-masing perlakuan disajikan pada Gambar 2. Panjang total ikan pada awal pemeliharaan untuk setiap perlakuan adalah 6,7 mm dan kemudian terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Gambar 1. Laju penyerapan kuning telur larva ikan gurami (Osphronemus gouramy) yang direndam datam tiroksin selama 24 jam pada umur larva yang berbeda.

Pengaruh Tiroksin terhadap Larva Ikan Gurami 23 Gambar 2. Panjang total larva ikan gurami (Osphronemus gouramy) yang direndam dalam tiroksin selama 24 jam pada umur larva yang berbeda. Gambar 3. Bobot larva ikan gurami (Osphronemus gouramy) yang direndam dalam tiroksin selama 24 jam pada umur larva yang berbeda. Pada akhir pemeliharaan (56 hari), panjang total kelompok ikan kontrol mencapai 36,0±2,26 mm, kelompok ikan yang direndam tiroksin pada umur satu, lima, dan sepuluh hari masing-masing sebesar 36,5±1,12 mm, 38,1±1,85 mm, dan 36,7±1,09 mm. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa kisaran ratarata panjang total ikan pada akhir masa pemeliharaan tidak berbeda (p<0,05). Bobot tubuh ikan gurami masing-masing perlakuan disajikan pada Gambar 3. Dari gambar tersebut terlihat bahwa bobot tubuh ikan per periode sampling terus mengalami peningkatan. Pada awal pemeliharaan bobot tubuh ikan untuk setiap perlakuan adalah 9,56 mg. Setelah mencapai umur 56 hari, bobot tubuh kelompok ikan kontrol mencapai 871,7±124,81 mg dan untuk kelompok ikan yang diberi tiroksin pada umur satu, lima, dan sepuluh hari masing-masing sebesar 876,0- E156,92 mg, 937,7±201,51 mg, dan 846,a115,64 mg. Namun seperti halnya panjang total, bobot tubuh ikan pada akhir masa pemeliharaan pun tidak memperlihatkan perbedaan (p<0,05). Gambar 4 memperlihatkan tingkat kelangsungan hidup ikan selama percobaan yang terus mengalami penurunan. Penurunan tingkat kelangsungan hidup tertinggi terjadi pada minggu pertama. Pada saat tersebut kelangsungan hidup sebesar 91,0±1,46% untuk kelompok ikan kontrol, 93,8±1,27%, 92,1+1,16%, dan 92,6±1,48% masing-masing untuk kelompok ikan yang diberi tiroksin pada umur satu, lima, dan sepuluh hari. Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa kelangsungan hidup masing-masing perlakuan pada akhir pemeliharaan tidak berbeda nyata (p<0,05). Kelangsungan hidup kelompok ikan kontrol dan kelompok ikan yang diberi perlakuan setelah 56 hari adalah 70,0±6,52% (kontrol), 72,9±11,34% (satu hari), 70,8±3,93% (lima hari), dan 66,2±1,82% (sepuluh hari).

24 Mulyati et al. Gambar 4. Kelangsungan hidup larva ikan gurami (Osphronemus gouramy) yang direndam dalam tiroksin selama 24 jam pada umur larva yang berbeda PEMBAHASAN Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan laju penyerapan kuning telur per periode sampling. Peningkatan ini terjadi seiring dengan bertambahnya aktivitas yang dilakukan ikan. Peningkatan laju penyerapan kuning telur tertinggi terjadi setelah hari keempat, pada saat tersebut ikan gurami sudah mulai berenang aktif dengan posisi nortnal sehingga energi yang dibutuhkan untuk aktivitas tubuh meningkat dan penggunaan kuning telur sebagai sumber energi menjadi tinggi. Kuning telur ikan gurami sendiri habis terserap setelah hari keenam pemeliharaan, ketika larva berumur tujuh hari setelah menetas. Hal ini sesuai dengan pendapat Jangkaru (1999) yang menyatakan bahwa kuning telur pada ikan gurami habis terserap dalam waktu tujuh sampai delapan hari setelah telur menetas. Pada percobaan ini, tiroksin yang diberikan tidak efektif dalam meningkatkan panjang total, bobot tubuh, dan kelangsungan hidup ikan gurami. Hal serupa terjadi juga pada percobaan Roger (1997) dan Yoo et al. (2000). Pemberian tiroksin yang tidak efektif pada percobaan ini dikarenakan penggunaan rentang umur dan dosis yang kurang tepat. Umur larva yang digunakan dalam percobaan ini terlalu dekat, sehingga pemberian tiroksin yang dilakukan direspon sama oleh ikan. Keadaan ini menyebabkan semua parameter yang diamati selama percobaan tidak menunjukkan perbedaan. Penggunaan dosis yang tidak tepat juga dapat menjadi faktor penghambat timbulnya pengaruh pemberian tiroksin yang dilakukan. Menurut Astutik (2002), dosis optimum hormon tiroksin yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan gurami adalah sebesar 0,01 ppm. Penggunaan dosis sebesar 0,1 ppm yang dilakukan pada percobaan ini, walaupun tidak menyebabkan abnormalitas diduga berpengaruh negatif pada pertumbuhan ikan. Matty (1985) menyatakan bahwa pada dosis yang tinggi honnon tiroksin bersifat katabolik. Pada keadaan ini individu akan mengkatabolisme protein yang ada dalam tubuhnya, sehingga tedadi keseimbangan nitrogen yang negatif (Djojosoebagio 1996). Dengan demikian peningkatan jumlah protein dalam tubuh sebagai bahan pembentuk jaringan akibat pemberian tiroksin tidak terjadi, sehingga pembentukan jaringan dan pertumbuhan pada kelompok ikan yang diberi perlakuan tidak berbeda dengan yang terjadi pada kelompok ikan kontrol. Pengaruh tiroksin yang tidak nyata terhadap pertumbuhan terjadi juga pada ikan betutu dan ikan sebelah. Menurut Roger (1997), panj'ang total ikan betutu yang direndam dalam 0,1 ppm tiroksin pada umur yang berbeda (0, 10, dan 20 jam), setelah sembilan hari pemeliharaan tidak berbeda nyata dengan kontrol. Ikan sebelah yang diberi perlakuan berupa perendaman larva pada stadia yang berbeda dalam 10 nm tiroksin, setelah 40 hai.i penetasan memiliki panjang total dan rata-rata pertumbuhan spesifik yang sama.lengan kontrol (Yoo et al. 2000). Tiroksin yang diberikan pada percobaan ini pun tidak efektif dalam meningkatkan kelangsungan hidup ikan gurami. Menurut Jangkaru (1999), kelangsungan hidup ikan gurami pada umur satu bulan adalah 60%. Pada percobaan ini walaupun terus mengalami penurunan dan tiroksin yang diberikan tidak efektif, tetapi kelangsungan hidup ikan masih berada di atas 60%. Pengaruh tiroksin yang tidak efektif dalam meningkatkan kelangsungan hidup juga dilaporkan Yoo et al. (2000), dimana kelangsungan hidup ikan sebelah yang direndam dalam tiroksin pada stadia yang berbeda setelah 40 hari sama dengan kontrol sebesar 60%.

Pengaruh Tiroksin terhadap Larva Ikan Gurami 25 UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, mulai dari pelaksanaan percobaan sampai dengan terbentuknya makalah ini. DAFTAR PUSTAKA Astutik, Y. 2002. Pengaruh perendaman larva gurami dalam larutan tiroksin dengan dosis berbeda terhadap perkembangan, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. InstitutPertanianBogor. Bogor. 37 hal. Djojosoebagio, S. 1996. Fisiologi kelenjar endokrin. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Jangkaru, Z. 1999. Memacu pertumbuhan gurami. Penebar Swadaya. Jakarta. 72 hal. Lam, T. J., J. V. Juario and J. Banno. 1985. Effect of thyroxine on growth and development in post-yolksac larvae of milkfish. Chanos chanos. Aquaculture, 46:179-184. Matty, A. J. Fish endocrinology. London and Sydney. 256 p. Croom Helm. Nacario, J. 1983. The effect of thyroxine on larvae and fry of Sarotherodon niloticus L. (Tilapia nilotica). Aquaculture, 34:73-83. Roger. 1997. Pengaruh umur larva saat dimulainya perendaman didalam hormon tiroksin terhadap kelangsungan hidup dan perkembangan larva ikan betutu. Skripsi. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Turner, C. D. and J. T. Bagnara. 1976. endocrinology. W. B. Saunders Company. USA. General Yoo, J. H., T. Takeuchi, M. Tagawa, and T. Seikai. 2000. Effect of thyroid hormones on the stage spesific pigmentation of the Japanese flounder, Paralichthys olivaceus. Zoological Science, 17:1101-1106.