BAB I PENDAHULUAN. Sistem peyampaian obat konvensional tidak dapat mempertahankan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki beberapa masalah fisiologis, termasuk waktu retensi lambung yang

BAB I PENDAHULUAN. Aspirin mencegah sintesis tromboksan A 2 (TXA 2 ) di dalam trombosit dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)

Aspirin merupakan salah satu obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penghantaran obat tinggal di lambung sangat menguntungkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk konvensional dapat mengiritasi lambung bahkan dapat. menyebabkan korosi lambung (Wilmana, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. menyerupai flubiprofen maupun meklofenamat. Obat ini adalah penghambat

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tinggal obat dalam saluran cerna merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan jarak ukuran nm. Obat dilarutkan, dijerat, dienkapsulasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

enzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

(AIS) dan golongan antiinflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak.

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tukak lambung merupakan salah satu bentuk tukak peptik yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. polimer struktural pada ganggang laut sama seperti selulosa pada tanaman

Effervescent system digunakan pada penelitian ini. Pada sistem ini formula tablet mengandung komponen polimer dengan kemampuan mengembang seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Lampiran 1.Gambar alat pencetak kapsul dan pengering kapsul. Gambar alat pencetak kapsul

BAB 1 PENDAHULUAN. gangguan mual-mual, perut keras bahkan sampai muntah (Simadibrata dkk,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit utama dari lambung dan duodenum adalah, gastritis (radang

BAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak,

BAB II SISTEM MENGAPUNG (FLOATING SYSTEM)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

waktu tinggal sediaan dalam lambung dan memiliki densitas yang lebih kecil dari cairan lambung sehingga obat tetap mengapung di dalam lambung tanpa

anti-inflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak. Obat golongan ini mempunyai efek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sumber pemenuhan kebutuhan tubuh untuk melakukan metabolisme hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

PEMBUATAN SEDIAAN FLOATING DISPERSI PADAT KLARITROMISIN DENGAN MENGGUNAKAN CANGKANG KAPSUL ALGINAT DAN PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERINYA

PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

dapat digunakan pada krisis hipertensi seperti kaptopril (Author, 2007). Kaptopril mempunyai waktu paruh biologis satu sampai tiga jam dengan dosis

juga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi

LAMPIRAN. Lampiran 1. Perhitungan viskositas larutan alginat. Pengukuran viskositas menggunakan viskosimeter Broookfield

zat alc.if dari tablet dapat diatur mtuk tujuan tertentu (Banker &

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Uraian umum tetrasiklin (Ditjen POM, 2014) Gambar 2.1 Rumus bangun tetrasiklin. Berat Molekul : 444,43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN

menyebabkan timbulnya faktor lupa meminum obat yang akhirnya dapat menyebabkan kegagalan dalam efektivitas pengobatan. Permasalahan ini dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan dan perekonomian dunia. Selama empat dekade terakhir

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit gastritis pada manusia dan merupakan faktor etiologi gastric ulcer,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

Satuan Acara penyuluhan (SAP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari.

OPTIMASI BAHAN POLIMER PEMBENTUK MATRIKS TABLET SUSTAINED RELEASE Na. DIKLOFENAK. Audia Triani Olii, Aztriana

PENGEMBANGAN GRANUL GASTROMUKOADHESIF AMOKSISILLIN MENGGUNAKAN GUM ARAB, TRAGAKAN DAN GUM XANTHAN SERTA UJI PELEPASAN SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inflamasi. Obat ini merupakan salah satu kelompok obat yang paling banyak diresepkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diserahkan oleh apoteker di apotek (Asti dan Indah, 2004). The International

periode waktu yang terkendali, selain itu sediaan juga harus dapat diangkat dengan mudah setiap saat selama masa pengobatan (Patel et al., 2011).

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem peyampaian obat konvensional tidak dapat mempertahankan konsentrasi obat yang efektif selama periode yang diperlukan, terutama untuk obat-obat yang memiliki waktu paruh yang singkat. Sediaan ini harus diberikan secara berulang-ulang supaya dapat mempertahankan konsentrasi obat yang efektif dalam plasma. Hal ini dapat mengurangi kepatuhan pasien sehingga efek pengobatan menjadi kurang berhasil. Sistem penyampaian obat terkontrol oral dapat mengatasi masalah yang terdapat pada sediaan konvensional dengan cara melepaskan obat perlahan-lahan dan mempertahankan konsentrasi obat yang efektif dalam sirkulasi sistemik untuk waktu yang lama (Hoffman, 1998). Namun, sistem penyampaian obat terkontrol oral konvensional juga mempunyai kekurangan terutama untuk obat-obat yang memiliki rentang absorpsi yang sempit di daerah lambung dan bagian atas usus halus. Sistem ini tidak mampu menahan dan melokalisasi sediaan obat dalam daerah yang dicapai di saluran pencernaan karena waktu transit dan waktu tinggal sediaan yang relatif singkat dalam segmen saluran pencernaan yaitu 2-3 jam. Hal ini dapat menghasilkan absorpsi obat yang tidak sempurna dari sediaan dalam lambung yang menyebabkan pengurangan efikasi dosis yang diberikan maupun bioavailabilitasnya (Rajput, et al., 2010). Permasalahan ini dapat diatasi dengan memformulasi suatu sistem penghantaran obat terkontrol dan dapat memperlama waktu tinggal sediaan obat 1

di lokasi absorpsi sehingga terjadi kontak yang optimal antara sediaan dengan lokasi terjadinya absorpsi, contohnya lambung. Perpanjangan waktu tinggal sediaan obat dalam lambung dapat meningkatkan bioavailabilitas dan mengontrol lamanya pelepasan obat. Sistem penyampaian obat yang tertahan di lambung disebut dengan sistem penyampaian obat gastroretentif (Nayak, et al., 2010). Salah satu contoh desain dan pengembangan sistem gastroretentif adalah sistem pengapungan. Tujuan utama mendesain sistem mengapung sebagai sistem penghantaran adalah untuk mengontrol supaya obat dapat bertahan dalam lambung untuk waktu yang lama dan mencapai retensi lambung agar diperoleh bioavailabilitas obat yang dikehendaki. Sistem ini memiliki densitas yang rendah sehingga memiliki kemampuan mengapung dan tetap berada di lambung (Ami, et al., 2012; Nayak, et al., 2010). Helicobacter pylori merupakan bakteri yang dapat menginfeksi manusia pada saluran pencernaan bagian atas sehingga menyebabkan terjadinya gastritis kronis, penyakit ulkus peptikum, dan kanker lambung (Chey and Wong, 2007). Sejak penemuan bakteri H.pylori oleh Marshall dan Warren pada tahun 1983 terbukti bahwa infeksi H.pylori merupakan masalah global. Prevalensi infeksi H.pylori di negara berkembang lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju. Prevalensi pada populasi di negara maju sekitar 0,3-0,7% dan di negara berkembang sekitar 6-14% (Thaker, et al., 2016). Di Indonesia, studi seroepidemiologi menunjukkan prevalensi 11,5%. Prevalensi H.pylori di Sulawesi Utara menunjukkan 14,3% untuk usia remaja dan 3,8% untuk anak-anak. Asumsi ini perlu diamati lebih lanjut karena kenyataannya prevalensi kanker lambung di Indonesia relatif rendah, demikian pula dengan 2

prevalensi tukak peptik. Data penelitian klinis di Indonesia juga menunjukkan prevalensi tukak lambung pada pasien dispepsia yang di endoskopi di Jakarta berkisar antara 44 orang (33,6%) yang terinfeksi H.pylori dari 131 pasien dan 17,5% di Medan (Miftahussurur, et al., 2015). Di negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, dan Skandivania, prevalensi infeksi H.pylori lebih rendah yang diperkirakan dibawah 20% dari jumlah populasinya. Kurang dari 5% anak-anak yang terinfeksi H.pylori pada negara itu. Berdasarkan pengamatan dan fakta, tingkat infeksi H.pylori pada anakanak menurun dan ada kemungkinan bahwa prevalensi infeksi H.pylori pada populasi di Amerika Serikat akan terus turun dalam beberapa tahun mendatang (Robinson, 2015). Penyakit tukak lambung merupakan penyakit pada saluran pencernaan yang masih banyak ditemukan pada penduduk seluruh dunia. Patogenesis terjadinya tukak peptik adalah ketidakseimbangan antara faktor agresif yang dapat merusak mukosa (asam lambung, obat-obat antiinflamasi non steroid, alkohol, dan bakteri H.pylori) dan faktor defensif yang memelihara keutuhan mukosa lambung misalnya mucin, bikarbonat, dan prostaglandin sehingga menyebabkan gangguan pada jaringan mukosa. Gejala dari tukak lambung adalah nyeri dan ketidaknyaman pada perut seperti mual dan muntah (Sunil, et al., 2012). Pemberantasan bakteri H.pylori dapat digunakan antibiotik yang memiliki kerja lokal pada lambung, Antibiotik yang umum digunakan untuk memberantas H.pylori adalah metronidazol, klaritomisin, amoksisilin, dan tetrasiklin. Penggunaan tetrasiklin sebagai antibiotik dalam pengobatan tukak lambung yang disebabkan oleh bakteri Helicobacter pylori menjadi salah satu pilihan karena 3

kebanyakan strain Helicobacter pylori rentan terhadap tetrasiklin (Bharathi, et al., 2015; Gerrits, 2004; Hajiani, 2009). Tetrasiklin ditemukan pada tahun 1940 yang diperoleh dari streptomyces aureofaqciens dan streptomyces rimosus. Tetrasiklin merupakan antibiotik pilihan yang dapat mengganggu proses sintesis protein dan memiliki spektrum antibakteri yang luas terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif, aerobik, dan anaerobik (Setiabudy, 2012; Zakeri and Wright, 2008). Pada pengobatan terapi kuadrupel selama 10 hari untuk memberantas infeksi Helicobacter pylori menggunakan proton pump inhibitor (omeprazol) + kalium bismut subsitrat + metronidazol + tetrasiklin melaporkan tingkat pemberantasan keseluruhan strain Helicobacter pylori lebih besar dari 90%. Namun, metronidazol pada pengobatan terapi kuadrupel memiliki tingkat resisten 80% terhadap strain Helicobacter pylori (Malfertheiner, et al., 2011). Polietilen glikol (PEG) merupakan salah satu jenis bahan pembawa yang sering digunakan sebagai bahan tambahan dalam suatu formulasi untuk meningkatkan pelepasan obat yang sukar larut (Martin, dkk., 1993). Cangkang kapsul dengan menggunakan basis polietilenglikol memiliki beberapa keuntungan karena sifatnya yang inert, tidak mudah terhidrolisis, tidak membantu pertumbuhan jamur (Tanady, dkk., 2014). Penelitian sebelumnya (Tanady, dkk., 2014) melakukan pengujian natrium diklofenak dalam cangkang kapsul alginat yang ditambahkan dengan PEG 6000 dapat memenuhi persyaratan pelepasan tertunda yang ditetapkan oleh USP XXXII karena penambahan PEG 6000 pada pembuatan cangkang kapsul alginat dapat meningkatkan laju disolusi natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat. 4

Penelitian tentang peningkatan kelarutan obat yang dilakukan sebelumnya (Anggono, dkk., 2015) memformulasi sediaan mengapung dari dispersi padat aspirin dengan menggunakan cangkang kapsul alginat yang dapat bertahan lama di medium lambung. Pada hasil uji pelepasan aspirin menunjukkan adanya peningkatan laju disolusi. Semakin tinggi konsentrasi polivinilpirolidon K30 maka semakin tinggi laju disolusinya. Sistem dispersi padat aspirin-pvp K30 dengan perbandingan berat 1:3 memenuhi persyaratan pelepasan lambat dan dapat bertahan di lambung buatan ph 1,2 selama 12 jam. Pada percobaan secara invivo, hasil uji efek iritasi menunjukkan bahwa sediaan dispersi padat dalam kapsul alginat secara makroskopik menunjukkan iritasi pada semua lambung kelinci, tetapi secara histologi tidak menunjukkan adanya iritasi pada semua lambung kelinci. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan, maka peneliti tertarik untuk membuat sediaan floating dengan menggunakan kapsul yang dibuat dari natrium alginat dengan penambahan PEG 6000 yang berisi tetrasiklin (BM 444,43) untuk memberantas bakteri Helicobacter pylori dan dapat bertahan atau tidak pecah dalam lambung sebagai sediaan lepas lambat selama periode yang panjang dan dapat menghasilkan aktivitas antikbakteri. Kapsul ini dibuat dengan menggunakan natrium alginat yang merupakan polisakarida yang berasal dari rumput laut (alga coklat) yang tidak bersifat toksis (Draget, et al., 2005). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 5

a. Apakah cangkang kapsul alginat dapat diformulasi untuk sediaan floating tetrasiklin yang dapat bertahan di lambung? b. Apakah sediaan floating tetrasiklin dengan penambahan PEG 6000 pada cangkang kapsul alginat dapat memberikan pelepasan obat yang memenuhi persyaratan pelepasan dalam medium lambung buatan ph 1,2? c. Apakah sediaan floating tetrasiklin dengan penambahan PEG 6000 pada cangkang kapsul alginat dapat memberikan efek antibakteri? 1.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: a. Cangkang kapsul alginat dapat diformulasi untuk sediaan floating tetrasiklin yang dapat bertahan di lambung. b. Sediaan floating tetrasiklin dengan penambahan PEG 6000 pada cangkang kapsul alginat dapat memberikan pelepasan obat yang memenuhi persyaratan sustained release dalam medium lambung buatan ph 1,2. c. Sediaan floating tetrasiklin dengan penambahan PEG 6000 pada cangkang kapsul alginat dapat memberikan efek antibakteri. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah: a. Memformulasi sediaan floating tetrasiklin yang dapat bertahan di lambung dengan menggunakan cangkang kapsul alginat. 6

b. Meneliti sediaan floating tetrasiklin dengan penambahan PEG 6000 pada cangkang kapsul alginat dapat memberikan pelepasan yang memenuhi persyaratan sustained release dalam medium lambung buatan ph 1,2. c. Meneliti sediaan floating tetrasiklin dengan penambahan PEG 6000 pada cangkang kapsul alginat dapat memberikan efek antibakteri. 1.5 Manfaat Penelitian Pada hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai pengembangan cangkang kapsul alginat dengan penambahan polimer PEG 6000 dapat digunakan sebagai sediaan floating yang bertahan lama di lambung, sehingga dapat menjadi salah satu bentuk penyampaian obat baru terutama dalam teknologi sediaan penyampaian obat di dalam lambung (Gastroretentive Drugs Delivery System). 7

1.6 Kerangka Pikir Penelitian Secara skematis kerangka pikir penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.1. Latar Belakang Penyelesaian Variabel bebas Variabel terikat Parameter Sediaan konvensional Tetrasiklin memiliki waktu tinggal di lambung yang singkat menjadi masalah utama pada pengobatan tukak lambung yang disebabkan bakteri H. Pylori Pembuatan sediaan Floating Tetrasiklin Konsentrasi PEG 6000 Spesifikasi cangkang kapsul Laju pelepasan tetrasiklin Kinetika pelepasan tetrasiklin Waktu floating Aktivitas Antibakteri Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian - panjang - diameter - tebal - berat - warna - volume - kerapuhan % kumulatif Orde reaksi Floating time dan Floating lag time Daerah hambat (mm) Konsentrasi Hambat Minimum 8